Disusun oleh :
Arie Milandayani
2020434570
Pembimbing :
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Fraktur Shaft Femur”.
Penulis menyusun laporan kasus ini sebagai sarana untuk memahami bagaimana
permasalahan yang berkaitan dengan fraktur shaft femur agar dapat melakukan
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada dr. Rangga
Fakultas Kedokteran Universitas Riau serta pihak yang telah membantu penulis
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, dan
masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
dokter muda demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh trauma seperti kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari
maupun tidak langsung. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,
kekuatan,dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat
dapat menyebabkan fraktur dengan luka terbuka yang disebut fraktur terbuka. Fraktur
dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan fraktur disertai luksasi sendi
Setiap tahun terdapat 1,24 juta orang yang meninggal disebabkan oleh
akibat kecelakaan lalu lintas.2,3 Dalam bedah ortopedi, kasus fraktur tulang panjang
yang sering ditemukan adalah fraktur femur. Menurut data World Health
Organization (WHO) yang menyatakan bahwa fraktur tulang panjang yang paling
banyak adalah fraktur femur yaitu sebesar 39% diikuti fraktur humerus (15%), fraktur
tibia dan fibula (11%), dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan
lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelekaan mobil, motor, atau kendaraan
rekreasi (62,6%) dan jatuh dari ketinggian (37,3%) dan mayoritas adalah pria
(63,8%).4,5
3
Fraktur shaft atau diafisis femur merupakan fraktur yang paling sering terjadi.
Pada fraktur diafisis femur biasanya terjadi perdarahan yang cukup banyak sehingga
sering terjadi akibat trauma berenergi tinggi, maka seorang klinisi harus memikirkan
kemungkinan komplikasi atau cedera organ tubuh lainnya. 1,6 Oleh karena itu insidensi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terpanjang, terberat dan terkuat ditubuh manusia. Femur dapat dibagi menjadi daerah
yang terdiri dari caput, collum, trochanter major, trochanter minor, corpus,
supracondylar, dan condylar. Bagian caput merupakan bagian femur paling atas
(proximal) membentuk dua pertiga dari bulatan dan berartikulasi dengan acetabulum
dari tulang coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan
kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamen dari caput
(ligamentum teres). Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang
bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut dengan diafisis femur (neck shaft
angle) sekitar 125 – 135° pada panggul yang normal, pada wanita sedikit lebih kecil
dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini dapat berubah karena
adanya penyakit. Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas
collum dan corpus femur. Yang menghubungkan dua trochanter ini yaitu linea
5
Bagian corpus femur umumnya berbentuk cembung ke arah depan. Berbentuk
licin dan bulat pada permukaan anteriornya, pada bagian belakangnya terdapat linea
aspera, tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah. Tepian medial berlanjut ke
lateralis. Pada permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat
batang melebar kearah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada
condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh incisura
untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulation genu. Di atas condylus
6
Gambar 2.1 Anatomi Femur
Vaskularisasi femur berasal dari arteriiliaka komunis kanan dan kiri. Saat
arteri ini memasuki daerah femur maka disebut sebagai arteri femoralis. Tiap-tiap
arteri femoralis kanan dan kiri akan bercabang menjadi arteri profunda femoris, rami
Perpanjangan dari arteri femoralis akan membentuk arteri yang memperdarahi daerah
genu dan ekstremitas inferior yang lebih distal. Aliran balik darah menuju jantung
dari bagian femur dibawa oleh vena femoralis kanan dan kiri.7
7
Gambar 2.2. Vaskularisasi Femur
2.2.1 Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
Fraktur diafisis femur adalah terputusnya kontinuitas femoral shaft atau tulang
diafisis femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada
8
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, dan dapat
2.2.2 Etiologi
Fraktur diafisis femur biasanya merupakan akibat dari trauma hebat seperti
kecelakaan lalu lintas atau trauma lain seperti jatuh dari ketinggian. 8 Femur dapat
pula mengalami fraktur patologis akibat metastasis tumor ganas atau akibat
osteoporosis.9 Fraktur spiral dapat terjadi apabila jatuh dengan posisi kaki melekat
erat pada dasar sambil terjadi putaran yang diteruskan pada femur. Fraktur yang
bersifat transversal atau oblik terjadi karena trauma langsung dan trauma angulasi.8
2.2.3 Klasifikasi
1. Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar:8
- Fraktur tertutup
- Fraktur terbuka
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada
9
Menurut Gustilo, derajat fraktur terbuka adalah sebagai berikut:
terkontaminasi kulit
III Luka lebar, rusak Kerusakan jaringan hebat Kominutif,
hilang
IIIa Luka lebar dan Jaringan lunak cukup Kominutif atau
patah hebat
IIIb Luka lebar dan Kerusakan hebat dan Kominutif yang
periosteum, tulang
terbuka
10
rusak hebat, memerlukan perbaikan hebat
tingkat kerusakan
jaringan lunak
- Komplit
Garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang
- Inkomplit
● Hairline fracture
● Greenstick fracture
3. Menurut lokasinya:10
- 1/3 proksimal
- 1/3 tengah
- 1/3 distal
a. Shifted sideways
11
b. Angulated
c. Rotated
d. Distracted
e. Overriding
A1: spirale,
A2: oblique,
A3: transverse.
B1: spirale,
B2: oblique,
B3: transverse.
12
are not in contact to each other
2.2.4 Diagnosis
a. Anamnesis
13
Anamnesis yang lengkap merupakan hal yang sangat penting sebagai
evaluasi awal pada pasien trauma dan hal tersebut dapat diperoleh dari pasien,
rumah sakit, lokasi trauma, dan ada tidaknya cedera lain. Mekanisme trauma
seperti kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari kamar mandi
pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja
oleh karena mesin atau kareta trauma olahraga. Waktu kejadian dapat
di daerah paha, kondisi pasien, dan kemungkinan terjadinya crush injury (luka
yang hancur pada ekstremitas) pada otot-otot paha setelah mendapat fiksasi
anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-
gejala lain. Selain itu, identifikasi adanya faktor pemberat juga penting untuk
fraktur femur, tetapi dapat mempengaruhi waktu operasi, tipe fiksasi yang akan
b. Pemeriksaan fisik
14
1) Pada pemeriksaan awal perlu diperhatikan adanya tanda syok, anemia
(swelling), luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur
tertutup atau terbuka. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada feel adalah
krepitasi dan temperatur setempat yang meningkat. Pada feel juga perlu
arteri, warna kulit, waktu pengisian kapiler dan sensasi. Fraktur femur
sendi proksimal dan distal dari daerah trauma. Kemudian dinilai adanya
c. Pemeriksaan radiologis
15
dilakukan dengan prinsip rule of two: dua posisi, dua sendi, dua anggota gerak,
2.2.5 Penatalaksanaan
ventilasi, menutup luka dengan verban steril, penghentian perdarahan dengan balut
tekan dan imobilisasi fraktur sebelum diangkut dengan ambulans. Penderita dengan
fraktur multipel biasanya datang dengan syok sehingga diperlukan resusitasi cairan
jangan membuat keadaan lebih jelek, pengobatan didasarkan atas diagnosis dan
mengingat hukum penyembuhan secara alami, bersifat realistik dan praktis dalam
memilih jenis pengobatan, dan seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara
individual.12
16
b. Reduction, reduksi fraktur apabila diperlukan. Posisi yang baik adalah
alignment dan aposisi yang sempurna. Reduksi terbaik adalah kontak minimal
merupakan pilihan terbaik dan tatalaksana yang dapat dilakukan oleh dokter
umum.
1. Konservatif8
b. Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi
2. Operatif
Intramedullary nailing adalah operasi yang paling utama untuk fraktur diafisis
Pada fase ini pembuluh darah robek dan terbentuk hematom disekitar fraktur.
Karena kerusakan pembuluh darah tadi maka fragmen fraktur yang tidak
mendapatkan suplai darah akan mati sepanjang satu atau dua milimeter.
17
2. Fase inflamasi dan proliferasi seluler
Delapan jam setelah fraktur, terjadi reaksi inflamasi akut yang di ikuti dengan
pembuluh darah maka terjadi kontak antara jaringan di luar pembuluh darah
hasil proses inflamasi maka akan terbentuk jaringan granulasi yang mempunyai
pembuluh darah. Dengan adanya pembuluh darah maka nutrisi dan oksigen
pada daerah inflamasi tercukupi dan hal ini penting untuk penyusunan jaringan
tulang.
kondisi yang sesuai. Sel-sel ini akan berkembang menjadi tulang dan atau
menjadi tulang rawan pada keadaan tertentu . Massa selluler yang tebal yang
merupakan tulang dan tulang rawan imatur akan membentuk kalus pada
permukaan periosteal dan endosteal. Tulang imatur atau woven bone ini
dari pergerakan.
4. Fase konsolidasi
Pada fase ini, woven bone akan berubah menjadi lamellar bone sebagai akibat
dari aktivitas osteoblas dan osteoklas. Tulang menjadi cukup rigid. Osteoblas
18
fraktur dengan membentuk tulang baru. Sementara osteoklas akan
5. Fase Remodelling
Pada fase ini fraktur telah di satukan oleh jembatan tulang solid yang
proses penulangan yang pada awalnya kasar akan mengalami formasi dan
reasorbsi tulang secara terus menerus. Pada bagian yang bertekanan tinggi akan
2.2.7 Komplikasi
1. Kompartemen sindrom
19
2. Infeksi
3. Malunion
4. Delayed union
Penyembuhan fraktur membutuhkan waktu sekitar dua kali lebih panjang dari
5. Nonunion
6. Refracturing
Bahan fiksasi harus dihapus dalam waktu sekitar 18 bulan setelah konsolidasi
fraktur.
20
BAB III
I. Identitas Pasien
Nama : An. AG
Umur : 14 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
a. Objective
- Pasien dapat berbicara dengan baik saat ditanya, tidak ada suara napas
tambahan (gurgling, snoring, stridor)
b. Assesment
- Airway clear
c. Action
- Oxygen 10 L/m dengan NRM
- Pasang pulse oxymetri
d. Evaluasi: -
21
Breathing and ventilaton
a. Objective
- Look : Jejas di dada (-), pergerakan dinding dada simetris, distensi
d. Evaluasi : (-)
b. Assesment
- Circulation clear
c. Action
d. Evaluasi: -
22
Disability and neurologic state
a. Objective
- Lateralisasi : (-)
b. Assessment
a. Objective
- Tampak bengkak dan asimetris pada paha kanan. Tampak luka yang
sebanyak 2 simpul.
23
III. Secondary Survey :
● Keluhan Utama:
● AMPLE :
alkohol
● Mekanisme Trauma:
5 jam SMRS pasien terjatuh dari pohon rambutan setinggi lebih kurang 3
ranting pohon rambutan yang lapuk. Pasien terjatuh dengan posisi kaki sebelah kanan
Pasien dalam keadaaan sadarkan diri dan merasakan nyeri pada paha kanan
serta tungkai bawah kanan tidak dapat digerakkan dan segera ibu korban membawa
pasien ke rumah dan setelah 4 jam pasien dibawa ke IGD RSUD Arifin Ahmad.
Muntah (-), perdarahan dari hidung dan telinga (-), kejang (-). Setelah dilakukan
24
tatalaksana dengan pemasangan via infus, antinyeri, dan pemasangan bidai pada kaki
Pemeriksaan Fisik :
25
Abdomen :Dalam batas normal
Ekstremitas :
● Look
- Asimetris (+), bengak (+), deformitas (+) angulasi lateral dan rotasi eksterna
● Feel
- Teraba hangat (+), krepitasi (-), nyeri tekan (+), CRT < 2 derik, pulsasi a.
tibialis posterior, a.poplitea dan a.dorsalis pedis +/+,
● Move
- Pasif: ROM terbatas karena nyeri, nyeri saat dorsofleksi kaki (-)
- Kekuatan motorik :
26
DIAGNOSIS KERJA
Fraktur terbuka os femur dextra
27
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (12 Desember 2020)
Darah Rutin
⮚ Hb : 12,6 gr/dl
⮚ Ht : 37,9%
⮚ Trombosit : 324 x 10^3/µl
⮚ Leukosit : 14,81 x 10^/µl
⮚ Eritrosit : 4,62 x 10^6/µl
Koagulasi
⮚ PT : 16,0 detik
⮚ APTT : 29,2 detik
⮚ INR : 1,14 %
Kimia darah
⮚ GDS : 122 mg/dL
HBSAg kualitatif
⮚ Non reaktif
HIV Kualitatif
⮚ Non reaktif
Anti SARS-CoV-2 IgG dan IgM
⮚ Non reaktif
28
Pemeriksaan Radiologi
Rongten toraks
29
Kesan : Tampak diskontinuitas pada diafisis os femur dextra 1/3 tengah oblique
displaced shortening.
Rontgen pelvis
DIAGNOSIS AKHIR
PENATALAKSANAAN
⮚ Non medikamentosa
● IVFD RL 20 tpm
● Pasang skin traksi
30
⮚ Medikamentosa
● Inj Ketorolac 30 mg 3x1
● Inj omeprazol 40 mg 1x1
● Inj Ceftriaxon 1 x1 gr
⮚ Operatif : Rujuk ke Spesialis Bedah Ortopedi untuk dilakukan ORIF dengan Plat
and Screw
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien ini didiagnosis fraktur terbuka os femur dextra 1/3 tengah simple
umur 14 tahun, mengalami terjatuh dari pohon rambutan setinggi lebih kurang 3
meter. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riswanda Noorisa dkk di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya periode 1 Januari 2013 - 31 Desember 2016 yang berkunjung
ke poli orthopedi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013 – 2016
didapatkan hasil bahwa laki- laki merupakan mayoritas pasien dengan insiden fraktur
femur dengan jumlah 81 pasien (72%), dominasi oleh kelompok usia 15 – 24 tahun.
fraktur diperlukan pemeriksaan fisik yang baik, pemeriksaan status lokalis dapat
membantu untuk menegakkan diagnosis, cara memeriksa status lokalis pada pasien
ortopedi dimulai dari look, feel dan move. Untuk look yang perlu diperhatikan
apakah ada swelling, apakah ada deformitas, lihat warna kulit bagian distal lokasi
fraktur, dapat menentukan apakah fraktur terbuka atau tertutup. Untuk feel dapat
dinilai apakah ada nyeri tekan, krepitasi, bagaimana pulsasi arteri di distal lokasi
32
fraktur, suhu di distal okasi fraktur. Untuk move dapat menilai gerakan aktif, pasif,
Pada pasien ini mengalami fraktur terbuka os femur yang didapatkan dari
deformitas di femur dextra. Dari feel didapatkan teraba hangat (+), nyeri tekan (+),
CRT 1 detik, pulsasi a. tibialis posterior dan a. dorsalis pedis (+/+) dan untuk move
gerakan aktif dan pasif terbatas. Saat kaki didorsofleksikan pasien tidak mengeluhkan
struktur tulang, lokasi fraktur dan jenis fraktur. Hasil pemeriksaan rontgen
didapatkan tampak adanya diskontinuitas pada diafisis os femur dextra 1/3 tengah
gambaran distribusi jumlah fraktur berdasarkan jenis luka fraktur, didapatkan hasil
bahwa luka open (terbuka) sebanyak 32 kasus (29%). Dan jenis luka close (tertutup)
Selanjutnya berdasarkan lokasi fraktur yang paling sering terjadi adalah pada
bagian shaft dengan prevalensi 52 kasus (46%). Bagian shaft pada femur
terjadinya fraktur pada shaft femur lebih tinggi dari bagian tulang femur lainnya. 15
33
Hasil ini sejalan dengan data dari Depkes RI (2011). Dari sekian banyak
memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 45.987
(46,2%). Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat
34