Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Mei 2017


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

OPEN COMMINUTED FRACTURE 1/3 MIDDLE OF THE


LEFT TIBIA GRADE IIIA
CLOSED FRACTURE 1/3 PROXIMAL OF THE LEFT
FIBULA

OLEH:
Teguh Andhika S 111 2015 2221

PEMBIMBING:
Dr. Victor Gozaly

KONSULEN:
Dr. Muh. Alihasti,Sp.OT

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Teguh Andhika S


NIM : 111 2015 2221
Judul :Open Comminuted Fracture 1/3 Middle Of The Left Tibia Grade
IIIA
Closed Fracture 1/3 Proximal Of The Left Fibula

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian


Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Mei 2017


Mengetahui,

Supervisor,

Dr.Muh.Alihasti,Sp.OT

2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : D.D
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 39 tahun
Masuk : 08 Mei 2016
No. Rekam Medik : 129029

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pada kaki kiri
Anamnesis Terpimpin : Riwayat menabrak pohon 20 menit sebelum
masuk rumah sakit. Riwayat pingsan setelah kejadian tidak ada. Riwayat
muntah tidak ada.
Mekanisme trauma : Pasien sedang mengendarai mobil dan
kakinya menghantam kaca mobil akibat menabrak pohon.

III. PEMERIKSAAN FISIS


PRIMARY SURVEY
 Airway :Bebas
 Breathing : RR = 20 x/menit reguler, spontan, tipe
thoracoabdominal, simetris
 Circulation :BP = 130/60 mmHg, HR = 80 x/menit
reguler, kuat angkat
 Disability : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, Ø 2,5 mm/2,5
mm,refleks cahaya +/+
 Environment :Suhu axilla = 36,5oC

3
SECONDARY SURVEY
Regio Cruris Dextra
 Look : luka laserasi anterior tungkai bawah dengan ukuran 2 x 1
cm. Bone exposed (-) deformitas (+), edema (+),
hematoma (-)
 Feel : Tenderness (+)
 Move : Gerak aktif pasif right knee joint terbatas nyeri
Gerak aktif pasif right ankle join terbatas nyeri
 NVD : Sensibilitas baik, pulsasi arteri dorsalis pedis dan arteri
tibialis posterior teraba, CRT <2 detik

LLD (Leg Length Discrepency)


ALL TLL
R 93 88
L 92 87
LLD 1 cm

IV. GAMBARAN KLINIS

4
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

TEST RESULT REFERENCE

WBC 21.2 4,00-10,0

RBC 5.57 4,00-6,00

HGB 16.0 12,0-16,0

HCT 45 37,0-48,0

PLT 396 150-400

MCV 80 81-96

MCHC 32 31.5-35

CT 9 4-10

5
BT 2 1-7

HbSAg Negative Negative

VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGI


X-Ray posisi AP/lateral (Cruris Dextra)

Hasil Baca :
Tampak fraktur 1/3 medial tibia sinistra
Tampak fraktur 1/3 proximal fibula sinistra

6
X-Ray posisi AP/lateral (Genu Sinistra)

Hasil Baca :
Tampak fraktur 1/3 proximal fibula sinistra

VII. RESUME
Pasien laki-laki, 39 tahun masuk rumah sakit Andi Makassau dengan
keluhan nyeri pada kaki kiri. Riwayat menabrak pohon 20 menit sebelum
masuk rumah sakit. Pasien sedang mengendarai mobil dan menabrak
pohon sehingga kaki paisen menghantam kaca mobil. Riwayat
pengobatan tidak ada.
Pada pemeriksaan fisis di region cruris sinistra tampak luka laserasi
anterior tungkai bawah dengan ukuran 2 x 1 cm. Deformitas ada, edema
ada. Nyeri tekan ada. Range of motion tidak dapat di evaluasi pada knee
joint dan ankle joint karena terbatas nyeri.
Pada pemeriksaan laboratorium WBC 9.6 x 103 / ul, RBC 4.56 x 106/ ul,
HGB 12 g/dl, HCT 36.6 %, PLT 329 x 103 / mm3.
Pada pemeriksaan radiologi foto cruris dextra AP / Lateral tampak
fraktur 1/3 middle tibia sinistra, tampak fraktur 1/3 proximal fibula
sinistra. Foto genu sinistra AP/ Lateral tampak fraktur 1/3 proximal
fibula sinistra.

7
VIII. DIAGNOSIS
Open Comminuted Fracture 1/3 Middle Of The Left Tibia GradeIIIA
Closed Fracture 1/3 Proximal Of The Left Fibula

IX. PENATALAKSANAAN
 IVFD RL
 Analgesik
 Antibiotik
 Immobilisasi
 Rencana operasi debridement dan eksternal fiksasi

8
DISKUSI:
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

I. PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Ini akibat dari
adanya retakan, akibat terjatuh atau pecahnya lapisan kortex sehingga tulang
terenggang baik secara komplet dan ada pergeseran dari fragmen tulang. Jika
kulit diatas fraktur masih utuh maka disebut fraktur tertutup, jika kulit terhubung
dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, hati-hati terhadap kontaminasi
dan infeksi.1
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau
tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.1,2,3
Fraktur tibia dan fibula merupakan fraktur yang paling banyak dari
fraktur tulang panjang. Populasi rata-rata menunjukkan bahwa sekitar 26 tibia
diafisis mengalami fraktur per 100.000 populasi per tahun.2

II. ANATOMI
Tibia adalah tulang tubular panjang dangan penampang berbentuk
segitiga. Batas anteromedial dari tibia adalah jarungan subkutan dan dikelilingi
oleh empat buah fasia yang membentuk kompartemen (anterior, lateral,
superficial posterior dan deep posterior). Otot dari kompartemen anterior adalah
untuk dorsofleksi atau ekstensi ibu jari kaki. Sedangkan otot dari kompartemen
lateral, superficial posterior dan deep posterior fleksi bagian plantar kaki.3,5,6
Fibula adalah tulang yang tipis pada bagian lateral tubuh dari tungkai
bawah. Ini bukan merupakan bagian dari artikulatio pada sendi lutut, tetapi
dibawah dari malleolus lateralis dari sendi pergelangan kaki. Ini bukan

9
merupakan bagian dari penopang berat tubuh, tetapi ini merupakan bagian dari
perlengketan otot. Fibula ini luas pada bagian proksimal, corpus dan distal. 7

Suplai darah
Arteri yang menutrisi tibia berasal dari arteri tibialis posterior,
yangmemasuki korteks posterolateral distal sampai ke origin dari
muskulussoleus. Pada saat pembuluh darah memasuki kanalis intermedullaris,
iaterbagi menjadi tiga cabang asendens dan satu cabang desendens. Cabang-
cabang ini yang kemudian membentuk endosteal vascular tree, yang
beranastomose dengan arteri periosteal dari arteri tibialis posterior.3
Arteri tibialis anterior bersifat rapuh terhadap trauma karena
perjalanannya yang melalui sebuah celah padah mebran interosseus.3
Apabila arteri yang menutrisi mengalami ruptur akan terjadi aliran
melalui korterks, dan suplai darah periosteal akan menjadi lebih penting. Hal ini
menkankan pentingnya mempertahankan perlekatan periosteum selama fiksasi.3
Fibula berperan sebesar 6%-17% dalam menopang berat badan. Pada
bagian leher fibula berjalan nervus peroneus komunis yang sangat dekat dengan
permukaan kulit. Hal ini menyebabkan nervus peroneus komunisrentan terhadap
trauma langsung pada daerah leher fibula.3

Gambar 5. Tibia dan Fibula5

10
Gambar 6. Kompartemen dari tungkai bawah
(a) Anterior compartment; (b) Lateral compartment; (c) Superficial posterior compartment; (d)
Deep posterior compartment.6

11
III. MEKANISME TERJADINYA FRAKTUR
Fraktur dapat disebabkan dari kecelakaan, stress yang berulang maupun
gangguan pada tulang (fraktur patologis). (1,2,3,8,9)

1. Fraktur yang disebabkan karena kecelakaan


Pada umumnya fraktur disebabkan oleh kekuatan yang berlebihan yang
terjadi secara tiba-tiba, yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung.
 Langsung
o Energi tinggi: kecelakaan kendaraan bermotor
Sebagian besar berupa fraktur transversal, comminuted, displaced
fractures.Angka kejadian kerusakan terhadap jaringan sangat
tinggi.
o Penetrasi: luka tembakan
Pola luka bervariasi. Pada senjata genggam dengan kecepatan
rendah tidak dapat menyebabkan gangguan pada tulang maupun
kerusakan jaringan seperti yang disebabkan oleh energy tinggi
(kecelakaan bermotor) atau kecepatan tinggi (senjata tembak dan
senjata mematikan lainnya).Bending: three- or four-point (ski boot
injuries). Obliq yang pendek maupun fraktur transversal dapat
timbul, dengan kemungkinan menghasilkan potongan
butterfly.Timbulnya crush injury.Pola comminuted dan segmental
sangat berhubungan dengan kerekatan janringan
disekitarnya.Kemungkinan terjadinya kompartemen sindrom harus
diperhatikan
o Fraktur corpus fibula: Akibat dari trauma langsung dari bagian
lateral tungkai bawah.

 Tidak langsung
o Mekanisme terpelintir. Terputarnya kaki dan terjatuh dari
ketinggian rendah merupakan penyebab utama. Spiral, tidak ada

12
pergeseran pada bagian fraktur yang memiliki hubungan yang
sedikit terhadap kerusakan jaringan sekitar.

o Fraktur Stres
 Pada pelatihan militer, jenis kecelakaan ini sangat sering timbul
pada sambungan antara metafisis dan diafisis, ditandai dengan
bagian sklerotik pada kortexpostero medial.
 Pada penari balet, fraktur ini biasanya muncul pada 1/3 tengah,
yang biasanya tersembunyi akibat penggunaan yang berlebihan.
 Temuan radiologi dapat tertunda sampai beberapa minggu
.
2. Fraktur karena stres berulang:
Fraktur jenis ini muncul pada tulang yang normal yang menanggung
berat secara berulang-ulang, biasanya terjadi pada atlet, penari dan
anggota militer yang selalu melakukan latihan. Beban yang berat akan
menimbulkan deformitas yang menginisiasi proses normal dari
remodeling tulang, gabungan dari proses reabsropsi tulang dan
pembentukan tulang baru sesuai dengan hukum Wolff’s. Ketika terpajan
oleh stress serta proses deformasi yang berulang dan memanjang,
reabsorpsi timbul lebih cepat daripada penggantian, sehingga
meninggalkan daerah yang kosong dan menyebabkan fraktur. Masalah
yang sama timbul pada orang yang sedang dalam pengobatan sehingga
mengganggu keseimbangan proses reabsorpsi dan penggantian tulang
baru.

3. Fraktur Patologi:
Fraktur dapat terjadi dengan stres yang normal jika tulang melemah
akibat perubahan pada strukturnya (contohnya pada osteoporosis,
osteogenesis imperfekta atau Paget’s disease) atau sebuah lesi litik
(contohnya kista pada tulang atau sebuah metastasis).

13
Gambar 7. Beberapa pola fraktur dapat dijadikan sebagai patokan mekanisme penyebab: (a)
pola spiral (terputar); (b) pola obliq pendek (kompresi); (c) potongan segitiga ‘butterfly’
(tertarik) dan (d) pola transversal (tertekan). Pola spiral dan beberapa obliq (panjang)
seringkali terjadi akibat kecelakaan energi rendah secara tidak langsung; pola tertarik dan
transversal disebabkan kecelakaan energy tinggi secara langsung. 1

IV. TIPE FRAKTUR DARI TIBIA DAN FIBULA

Gambar 10(5)Tipe fraktur dari Tibia dan Fibula6


Klasifikasi Gustilo dan Anderson untuk fraktur terbuka1,2,3
Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga kelompok :
1. Grade I :
Fraktur terbuka dengan luka kulit kurang dari 1 cm dan bersih kerusakan
jaringan minimal, frakturnya simple atau oblique dan sedikit kominutif .
2. Grade II :
Fraktur terbuka dengan luka robek lebih dari 1 cm, tanpa ada kerusakan
jaringan lunak, flap kontusio avulsi yang luas serta fraktur kominutif
sedang dan kontaminasi sedang .

14
3. Grade III :
Fraktur terbuka segmental atau kerusakan jaringan lunak yang luas atau
amputasi traumatic,derajad kontaminasi yang berat dan trauma dengan
kecepatan tinggi .
Fraktur grade III dibagi menjadi tiga yaitu :
o Grade IIIa :
Fraktur segmental atau sangat kominutif penutupan tulang dengan
jaringa lunak cukup adekuat.
o Grade IIIb :
Trauma sangat berat atau kehilangan jaringan lunak yang cukup luas
, terkelupasnya daerah periosteum dan tulang tampak terbuka , serta
adanya kontaminasi yang cukup berat.
o Grade IIIc :
Fraktur dengan kerusakan pembuluh darah.

V. DIAGNOSIS
Mendapatkan informasi mengenai riwayat yang lengkap dan
pemeriksaan fisis sangat penting ketika memeriksa seseorang yang diduga
mengalami frakturtibia. Dapat diketahui bagaimana mekanisme perlukaan,
waktu terjadinya perlukaan dan syndrome nyeri yang akan muncul. Sangat
penting untuk menentukan apakah perlukaan ini termasuk tinggi-atau rendah
energi, perlukaan dengan energi yang tinggi juga akan sangat signifikan
akan mengalami perlukaan jaringan lunak pada sekitar daerah fraktur.
Fraktur corpus tibia disebabkan oleh perlukaan energi rendah yang
berpotensi dengan keadaan patologik atau kondisi osteopenik. Ini sangat
penting untuk menanyakan mengenai lokasi dan berat ringannya nyeri pada
tungkai bawah termasuk panggul, lutut dan pergelangan kaki. Penanganan
harus hati-hati pada associated injuries. Dari pemeriksaan fisis, biasanya
ditemukan nyeri pada sisi yang fraktur yang berhubungan dengan hematom
dari jaringan lunak.2Pemeriksaan Neurovascular Distal (NVD) penting
dilakukan. Arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior harus diraba

15
untuk dievaluasi dan kita laporkan hasilnya, khususnya pada fraktur terbuka
vascular biasanya mengalami gangguan. Nervus peroneal comunis dan
tibialis harus kita lakukan pemeriksaan.3

VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGI


Pemeriksaan Radiologi (Foto x-ray) yang harus dilakukan pada
fraktur femur adalah foto AP dan lateral dari femur, sendi hip dan lutut harus
nampak pada foto tersebut. Ditambah dengan foto pelvis proyeksi AP.3
Pemeriksaan radiologi pada fraktur tibia dan fibula harus mencakup
semua tibia (posisi anteroposterior [AP] dan lateral) dengan visualisasi sendi
pergelangan kaki dan sendi lutut. Posisi oblik dapat membantuuntuk melihat
karakteristik fraktur. Foto radiologi post- reduksi harus mencakuplutut dan
pergelangan kakiuntuk aligment danrencanapreoperatif.3
Seorang ahli bedah sebaiknya melihat ciri- ciri foto radiologi AP dan
lateral seperti berikut:3
 Lokasi danmorfologifrakturharus ditentukan.
 Adanya garis fraktursekunder: garis ini dapat berubah selama operasi.
 Adanya fraktur komunitive: hal ini menandakancedera-energi tinggi.
 Jarak fragmen tulangyang telah berubah dari lokasi normalnya:
pergeseran fragmenyang luas menunjukkan bahwajaringan lunakyang
terikat telah rusakdanfragmenmungkinavaskular.
 Defek osseus: hal ini menunjukkan adanya tulang yang hilang.
 Garisfrakturdapat meluas ke proksimalhingga ke lututatauke distal
hinggake pergelangan kaki.
 Keadaantulang: Apakahadabukti adanyaosteopenia, metastasis,
ataufraktursebelumnya?
 Osteoarthritisatauadanyaartroplastilutut: hal tersebut dapat
mengubahmetode pengobatanyang dipiliholehahli bedah.
 Gasdalam jaringan: hal ini biasanyaakibat sekunder dari fraktur
terbukatetapi juga dapatmenandakanadanyagas gangren,
necrotizingfasciitis, atau infeksianaeroblainnya.

16
Pemeriksaan X-ray adalah hal yang wajib. Harus diingat rule of twos:1
 Two views- Sebuah fraktur atau dislokasi tidak dapat terlihat hanya dari
satu posisi foto X- ray dan setidaknya dibutuhkan dua posisi
(anteroposterior dan lateral) yang harus diambil.
 Two joints – Pada lengan bawah atau tungkai bawah, satu tulang dapat
fraktur dan mengalami angulasi. Angulasitidak mungkin terjadi kecuali
tulang lainnya juga rusak, atau sendi dislokasi. Keduanya, sendi atas
danbawah fraktur harus diambil pada film x-ray.
 Two limbs- Pada anak-anak, adanya epifisis yang imatur dapat
membingungkan dengandiagnosis fraktur; foto x-ray dari ekstremitas
yang tidak terluka diperlukan untuk perbandingan.
 Two injuries – cedera yang parah sering menyebabkan cedera pada lebih
dari satu level. Jadi, pada fraktur calcaneum atau femur penting dilakukan
foto x-ray pelvis dan spine.
 Two occasions - Beberapa fraktur yang sangat sulit untuk dideteksi
segera setelah cedera, tapi pemeriksaan x-ray yang lain satu atau dua
minggu kemudian dapat menunjukkan adanya lesi. Contoh umum adalah
undisplacedfraktur ujung distal klavikula, scaphoid, neck femur dan
maleolus lateralis dan juga fraktur stress dan cedera fiseal yang tidak
berpindah dimanapun terjadi.
Computed tomographydanmagnetic resonance imaging(MRI)
biasanya tidakdiperlukan. Technetium scantulangdan MRIdapat berguna
dalam mendiagnosisstress fraktursebelumcederanyamenjadi jelaspada
foto polos. Angiografi diindikasikan jikadicurigai terdapat cederaarteri.3

VII. PENATALAKSANAAN
Dari semua penanganan kecelakaan, atasi syok merupakan langkah awal
dan fraktur dibidai sebelum dipindahkan. Bidai fraktur dengan metode

17
Thomas-type splint untuk mengurangi perdarahan dan rasa nyeri. Berikan
antibiotik dan analgetik intravena.1

Fraktur Tibia Fibula


Non-operative 3
Reduksi fraktur diikut dengan pengaplikasian long leg cast dengan
pemberian beban secara progresif dapat digunakan untuk mengisolasi dan
menutup fraktur berenergi rendah dengan pergeseran dan pola kominutive
yang minimal.
o Cast pada lutut dengan sudut fleksi 0-5º untuk memperbolehkan beban
ditopang secepat mungkin oleh pasien dengan percepatan untuk
pemberian beban secara penuh pada minggu kedua dan keempat.
o Setelah empat sampai enam minggu, long leg cast dapat diganti dengan
patella-bearing cast atau fraktur brace.
o Kesuksesan union mencapai 97%, namun pemberian beban yang
terlambat dapat menyebabkan penyetuan tulang terlambat atau malunion.
Reduksi fraktur yang dapat diterima
 Direkomendasikan angulasi varus/valgus < 5º
 Direkomendasikan angulasi anterior/posterior < 10º (disarankan < 5º)
 Direkomendasikan deformitas rotasional < 10º dengan eksternal rotasi
dapat ditoleransi lebih baik dibandingkan internal rotasi.
 Pemendekan <1 cm; 5 mm distraksi dapat menunda penyembuhan antara
8-12 bulan.
 Direkomendasikan jika kontak lebih dari 50%.
 Diperkirakan, spina iliaca anteroposterior, bagian tengah dari patella dan
dasar dari jari kedua dalam satu garis.

Waktu untuk Union


 Waktu rata-rata adalah 16±4 minggu. Hal ini bervariasi tergantung pada
pola fraktur dan kerusakan jaringan.
 Union yang terlambat didefinisikan > 20 minggu.

18
Fraktur Stres Tibia
 Pengobatan terdiri daripenghentianaktivitas yang beresiko.
 Sebuah short leg cast mungkin diperlukan, denganambulation partial-
weight-bearing.

Fraktur Corpus Fibula


 Pengobatan terdiri dari weight bearing yang ditoleransi.
 Meskipun tidak diperlukan untuk penyembuhan, imobilisasi dalam waktu
singkat dapat digunakan Nonunion: Timbul saat secara klinis baik secara
klinis dan radiologi, memperlihatkan tanda-tanda potensi untuk union
hilang, termasuk lesi sklerotik dan celah yang tidak berubah dalam
beberapa minggu. Nonunion juga didefinisikan sebagai penyembuhan
yang tidak terjadi dalam 9 bulan setelah fraktur.
 untuk meminimalkan rasa sakit.
 Nonunion jarang terjadi karena lampiran otot yang luas.

Pengobatan Operatif3
Intramedullary (IM) Nailing
 IM nailing memiliki keuntungan dalam menjaga suplai darah periosteal
dan membatasi kerusakan jaringan lunak. Selain itu, keuntungan
biomekaniknya adalah dapat mengontrol alignment, translasidan rotasi.
Oleh karena itu direkomendasikan pada sebagian besar pola fraktur.
 Locked versus unlocked nail
 Locked nail: Alat ini memberikan kontrol rotasi; efektif dalam
mencegah pemendekan pada fraktur comminutivedan pada orang-orang
dengan kehilangan tulang yang signifikan. Interlocking screws dapat
dibuka pada lain waktu untuk dinamisasi lokasi fraktur, jika
diperlukan, untuk penyembuhan.

19
 Nonlocked nail: Alat ini memungkinkan impaksi pada lokasi fraktur
dengan weight bearing, tetapi sulit untuk mengontrol rotasi. Nonlocked
nailjarang digunakan.

 Reamed versus unreamed nail


Reamed nail: Hal ini diindikasikan untuk kebanyakan fraktur tertutup dan
terbuka. Hal ini memungkinkan IM splint yang sangat baik pada fraktur
dan penggunaan diameter yang lebih besar,nail yanglebih kuat.

Unreamed nail: Hal ini dirancang untuk menjaga suplai darah IM pada
fraktur terbuka di mana suplai periosteal telah hancur. Saat ini disediakan
untuk fraktur terbuka dengan derajat tinggi; kerugiannya adalah bahwa alat
ini secara signifikan lebih lemah dari reamed nail yang lebih besar dan
memiliki risiko yang lebih tinggi terjadinya implant fatigue failure.

 Flexible Nails (Enders, Rush Rods)


Beberapa pin IM yang menggunakan tenaga pegas untuk menahanan
gulasi dan rotasi, dengan kerusakan minimal pada sirkulasi medula. Alat
ini jarang digunakan di Amerika Serikat karena dominasi pola fraktur
yang tidak stabil dan sukses dengan interlocking nails. Hal ini
direkomendasikan hanya pada anak-anak atau remaja dengan physes
terbuka.

Fiksasi Eksternal
Terutama digunakan pada fraktur terbuka yang parah, juga dapat
digunakan pada fraktur tertutup dengan komplikasi, seperti sindrom
kompartemen, adanya cedera kepala bersamaan, atau luka bakar.
Popularitasnya di Amerika Serikat telah berkurang dengan meningkatnya
penggunaan reamed nails untuk sebagian besar fraktur terbuka. Tingkat
union: Hingga 90%, dengan rata-rata 3,6 bulan untuk union. Insiden infeksi
saluran pin adalah10% -15%.

20
Plates and Screws
 Biasanya dilakukan pada fraktur yang meluas kemetafisisatauepifisis.
 Tingkat keberhasilan yang dilaporkanadalah 97%.
 Tingkat komplikasi infeksi, kerusakan luka, dan malunion atau nonunion
meningkat pada pola cedera - energi yang tinggi.

Fraktur Proksimal Tibia

 Fraktur ini mencapai sekitar7% dari semua fraktur diafisis tibia.


 Patah tulang initerkenal sulit untuk nailing, sering terjadi malaligned,
deformitas tersering adalah valgus dan angulasi apeks apeks.
 Nailing membutuhkan penggunaan teknik khusus sepertiblocking screws.
 Penggunaan plat yang dimasukkan secara perkutaneus sering digunakan
akhir-akhir ini.

Fraktur Distal Tibia


 Resiko malalignment ada dengan menggunakan IM nail.
 Dengan IM nailing, fibula plating atau penggunaan blocking screws
sekrup dapat membantu untuk mencegah malalignment.
 Penggunaan plat yang dimasukkan secara perkuteneus sering digunakan
akhir-akhir ini.

Fraktur Tibia dengan Fibula yang utuh


 Jika fraktur tibia yang tidak mengalami pergeseran, pengobatan terdiri dari
long leg cast dengan early weight bearing. Observasi yang cermat
diindikasikan untuk mengenali kecenderungan terjadinya varus.
 Beberapa penulis merekomendasikan IM nailing walaupun fraktur tibia tidak
mengalami pergeseran.
 Sangat beresiko terjadinya varus jika ada malunion,terutama pada pasien
dengan usia >20tahun.

21
Fasciotomy
 Adanya bukti terjadinya kompartemen syndrome yang merupakan indikasi
untuk dilakukan fasciotomy pada semua empat otot kompartemen tungkai
bawah (anterior, lateral, superficial dan deep posterior) melalui satu atau
beberapa teknik insisi. Setelah operasi fiksasi fraktur, pembukaan fasia tidak
boleh reap proximated.

VIII. KOMPLIKASI (3)


Komplikasi yang dapat terjadi ada 2 jenis, yaitu komplikasi dini dan
komplikasi lanjut. Yang termasuk komplikasi dini adalah syok, emboli
lemak, trauma pembuluh darah besar, trauma saraf, tromboemboli, dan
infeksi. Sedangkan yang termasuk kompliksai lanjut adalah delayed union,
non union, malunion, kaku sendi otot, dan refraktur. 1,4,6
 Malunion:
Hal ini termasuk deformitas yang tidak sesuai dengan posisi anatominya.
 Nonunion:
Hal ini terkait dengan cedera- berkecepatan tinggi, fraktur terbuka
(terutama Gustilo grade III), infeksi, fibula yang intak, fiksasi yang tidak
adekuat dan fraktur yang pada awalnya mengalami pergeseran.
 Dapat terjadi infeksi.
 Dapat terjadi kekakuan pada lutut dan / atau pergelangan kaki.
 Nyeri pada lutut: Hal ini merupakan komplikasi yang paling umumyang
berhubungan dengan IM tibialnailing.
 Kerusakan hardware: Kerusakan nail dan locking screwtergantung pada
ukuran nail yang digunakan dan jenis logamnya. Reamed nail yang lebih
besar memiliki cross screw yang lebih besar; insidens kerusakan nail dan
screw lebih besar pada undreamed nail yang memanfaatkan locking
screw dengan diameteter- kecil.
 Nekrosis akibat suhu dari diafisis tibia dengan reaming merupakan hal
yang tidak biasa dan merupakan komplikasi yang serius. Risiko

22
meningkat dengan penggunaan reamer yang tumpul dan reaming dengan
kontrol tourniquet.
 Reflex simpatik distrofi: Hal ini merupakan hal yang paling umum
terjadi pada pasien yang tidak bisa menggunakan bear weight early dan
dengan imobilisasi cast yang lama. Hal ini ditandai dengan nyeri dan
bengkak yang diikuti oleh atrofi ekstremitas. Tanda-tanda radiografi
adalah demineralisasi bercak-bercak pada kaki dan distal tibia serta
pergelangan kakiequinovarus. Hal tersebut diobati dengan stoking
kompresi elastis, weight bearing, blok simpatis, dan orthoses kaki,
disertai dengan terapi fisik yang agresif.
 Kompartemen syndrome: Kompartemen anterior merupakan
kompartemen yang paling sering terkena. Tekanan tertinggi terjadi pada
saat reduksi terbuka atau tertutup. Hal ini memerlukan fasiotomi.
Kematian otot terjadi setelah 6 sampai 8 jam. Kompartemen syndrome
deep posterior mungkin terlewatkan karena tidak terkenanya
kompartemensuperficial diatasnya, dan menyebabkan claw toes.
 Cedera neurovaskular: Cedera vascular jarang terjadi kecuali jika cedera
berkecepatan tinggi, adanya pergeseran nyata, sering pada fraktur
terbuka. Hal ini paling sering terjadi pada arteri tibialis anterior yang
melintasi membran interoseustungkai bawah bagian proksimal. Hal ini
mungkin memerlukan saphenous vein interposition graft. Nervus
peroneal komunis rentan terhadap cedera langsung pada fibula proksimal
serta fraktur dengan angulasi varus yang signifikan. Traksi yang
berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada saraf, dan cetakan cast/
paddingyang tidak adekuat dapat mengakibatkan neurapraksia.
 Dapat terjadi emboli lemak.
 Deformitas claw toes. Hal ini terkait dengan jaringan parut pada tendon
ekstensor atau iskemia dari posterior otot kompartemen.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apley’s System of


Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 687-693.
2. Bucholz, Robert W.; Heckman, James D. Fractures of The Tibia and Fibula. In:
Court-Brown, Charles M. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 7th Edition.
UK: Lippincott Williams & Wilkins. 2006. p. 1868-76.
3. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D.Handbook of Fractures, 4th Edition.
USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006.p. 464-75.
4. Thompson, John C. Thigh/Hip: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy. 2th
Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 250-3, 266-8.
5. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s Atlas of Anatomy 12th edition. New York:
Lippincott William Wilkins. 2009.p. 422-5.
6. Thompson, John C. Leg and Knee in: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy.
2th Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 294, 316-9.
7. Snell RS. The Lower Limb. Clinically Anatomy by Regions. 8th Edition. New
York: Lippincott Williams & Wilkins; p. 595-6.
8. Mostofi SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London: Springer.
2006. 59-60.
9. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition.
Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.
10. James Beaty, Kaser, R james.Rockwood and Wilkins Fracture in Children 7th
ed.2010.
11. Nalyagam S. Fracture Hip/Thigh. In: Solomon L. Apley’s System of
Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 859-60.

24

Anda mungkin juga menyukai