Disusun oleh :
CI INSTITUSI CI LAHAN
(…………………………..) (…………………………..)
2021
PRIMARY BONE TUMOR (TUMOR TULANG PRIMER)
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Tumor tulang primer (osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah ujung tulang panjang terutama lutut. Tempat-tempat yang
paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal.
Tempat yang paling jarang adalah pelvis,kolumna, vetebra, mandibula, klavikula,
skapula atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50 % kasus terjadi pada
lutut. (otto. 2006).
2. ETIOLOGI
a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b. Keturunan
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat
pajangan radiasi)
d. Virus onkogenik (smeltzer 2006)
3. PATOFISIOLOGI
Tumor tulang primer (osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah ujung tulang panjang terutama lutut.
Penyebab primary bone tumor belum jelas diketahui adanya hubungan keluarga
menjadi suatu predisposisi. Begitu juga adanya hereditery. Dikatakan beberapa virus
onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewsan percobaan. Radiasi ion
menjadi 3 %penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor
suppressor gene yang berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada
osteosarkoma yaitu protein P53 (kromosom 17) dan Rb ( kromosom 13)
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan
perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis primary bone tumor. Mulai tumbuh
bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan
lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier
pertumbuhan tumor kedalam sendi. Primary bone tumor mengadakan metastase
secara hematogen paling sering ke paru atau pada tulang lainnya dan didapatkan
sekitar 15-20 % telah mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakkan. ( salter,
robert : 2006).
Adanya tumor ini di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respon
osteolitik (destruksi tulang) atau respon osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi beberpa tidak
menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa.
Tumor iini tumbuh dibagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung
bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri
dari masa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan
elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa
yang berselang sering dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah
melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya : garis emfisis
membentuk terhadap gambaran didalam tulang
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
PATHWAY TUMOR TULANG
Tumor
Pembedahan
Nyeri akut Massa membesar
Resiko infeksi
Derajat menjadi kanker Gangguan mobilitas fisik
metastase
Ansietas kematian
4. MANIFESTASI KLINIK
a. Rasa sakit (nyeri), nyeri dan atau pembengkakan ektremitas yang terkena
(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progesivitas penyakit
b. Pembengkakan atau edema pada atau di atas tulang atau persendihan serta
pergerakan yang terbatas
c. Keterbatasan gerak
d. Fraktur patologik
e. Menurunnya berat badan
f. Teraba massa, lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit diatas massa serta
distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena
g. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi: nyeri dada, demam, berat badan
menurun dan malaise (smelter 2006)
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang bisa dilakukan:
a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adannya segitiga codman dan destruksi
tulang
b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi, biopsi jarum dan lesi-lesi yang dicurigai
d. Skening tulang untuk melihat adanya penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukan adanya peningkatan alkalin fosfatase
f. MRI biasanya digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
g. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion” (rasjad 2006)
6. PENATALAKSAAN
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
diagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeriharan fungsi secara
maksimal dari anggota tubuh atau ektremitas yang sakit. Penatalaksanaan
meliputi, pembedahan, kemoterapi, radioterapi atau kombinasi. Primary bone
tumor biasanya ditangani dengan pembedaahan dan atau radiasi dan kemoterapi.
Protokol kemoterapi biasanya meliputi adrimycin (doksorubisin) cytoksan dosis
tinggi (sikofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin.
Agen ini mungkin di gunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kartikosteroid. (gale. 2006)
b. Penatalaksaan keperawatan
1) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi nafas dalam,
visualisasi dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetik)’
2) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan
3) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, muaal, muntah sering terjadi sbagai efek
samping dari kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter
4) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi dan teknik perawatan luka dirumah.
(smeltzer 2001)
5) Jika diperlukan traksi, prinsip perawatan traksi
a) Berikan tindakan kenyaman (contoh : sering ubah posisi, pijatan
punggung) dan aktivits terauputik.
b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgetik relaksan otot
c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi
d) Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan indikasi,
gunakan teknik aseptic dengan tepat
e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput
f) Anjurkan klien gunakan pakian katun longgar
g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan
imajinasi dan nafas dalam
h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
i) Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh :
edema eritema.
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau
mengangkat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif
mungkin
Secara umum penatalaksanaan primary bone tumor ada dua, yaitu :
a. Pada penangan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan
tindakan amputasi pada ektremitas yang terkena, dengan garis
amputasi yang memanjang melalui tulang atau sendi diatas tumor
untuk control lokal terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan
kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan
menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung
kembali penempatan tulang-tulang
b. Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metatreksat yang dilawan
dengan factor citrovorum, adriamicin, siklifosfamid dan vinkristin.
7. KOMPLIKASI
a. Akibat langsung : pata tulang
b. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan
tubuh
c. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan
pada kemoterapi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Indentitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat dan
lain-lain
b. Riwayat kesehatan
1) Pasien mengeluh nyeripada daerah tulang yang terkena
2) Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
3) Mengungkapkan alan kecemasan akan keadaannya
c. Pemeriksaan fisik
1) Pada palpasi teraba massa pada daerah yang terfkena
2) Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor
3) Pengkajian status neurovaskuler: nyeri tekan
4) Keterbatasan rentang gerak
d. Hasil laboratorium/radiologi
1) Terdapan gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru
2) Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek
tulang
3) Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Nyeri
b. Resiko terhadap cedera
c. Intoleransi aktifitas
d. Ketidakefektifan koping
e. Gangguan harga diri
3. INTERVENSI KEPERATAN
N Diagnosis Tujun dan kriteria hasil Intervensi
o
1 Nyeri Pain level Pain manajemen
Pain kontrol 1. Tentukan riwayat
Batasan karakterristik Compor level nyeri, misal: lokasi
1. Perubahan serela Kriteria hasil : nyeri, frekunsi nyeri,
makan durasi dan insentitas
2. Perubahan tekanan 1. Mampu mengontrol (skala 0-10), dab
darah nyeri (tahu penyebab tindakan
3. Perubahan frekuensi nyeri, mampu mengurangi nyeri
jantung menggunakan teknik yang digunakan
4. Perubahan frekuensi nonfarmakologis 2. Evaluasi/ sadari
pernafasan untuk mengurangi terfapi tertentu
nyeri, mencari misal: radiasi,
Faktor yang berhubungan: bantuan) pembedahan,
Agen pencedera fisik (mis : 2. Melaporkan bahwa kemoterapi,
biologis, zat kimia, fisik, nyeri brkurang bioterapi, ajarkan
spikologis) menggunakan pasien atau orang
manajemen nyeri terdekat apa yang di
3. Mampu mengenali harapkan
nyeri (skala insentitas, 3. Berikan tindakan
frekuensi dan tanda kenyamanan dasar
nyeri misal:
4. Menyatakan rasa responsisi,gososkan
nyaman setelah nyeri punggung dan
berkurang aktivitas hibuuran
misal: muusic dan
nonton tv
4. Dorong pengunaan
ketrampilan
manajemen nyeri
misal: (teknik
relaksasi, visualisasi,
bimbingan
imajinasi), tertawa,
music dan sentuhan
terauputik.
5. Evaluasi
penghilangan
nyeri/kontrol nilai
aturan pengobatan
bila perlu
2 Intoleransi aktifitas Energy conservion 6. Diskusikan dengan
Batasan karakteristik : Aktivity tolerance pasien/orang
1. Respon tekanan darah bagaimana diagnosis
abnormal terhadap Self care : ADLS dan pengobatan
aktifitas Kreteri hasil : yang mempengaruhi
2. Respon frekwensi 1. Berpatisasi dalam kehidupan pribadi
jantung abnormal aktifasi fisik tanpa pasien/rumah dan
terhadap aktifitas disertai penigkatan aktifitas kerja
3. Perubahan EKG yang tekanan darah, nadi, 7. Tinjau ulang efek
mencerminkan dan RR samping yang
aritmia 2. Mampu melakukan diantisipasi
4. Perubahan EKG yang aktifitas sehari-hari berkenaan dengan
mencerminkan (ADLS) secara pengobatan tertentu.
iskimia mandiri Termasuk
5. Ketidak nyamanan 3. Tanda-tanda vitas kemungkinan efek
setelah beraktifitas normal aktifitas seksual dan
6. Dipsnea setalah 4. Status rasa
beraktifitas kardiopulmunari ketertarikan/keingin
7. Mentakan merasa adekuat an misal alopesia.
letih 5. Sirkulasi status baik kecatatan bedah,
8. Menyatakan merasa beri tau pasien
lemah bahwa tidak semua
Faktor yang berhubungan : efek samping terjadi.
1. Tirah baring atau 8. Dorong diskusi
imobilita tentang pecaha
2. Klemahan umum masalah tentang efek
3. Ketidak seimbangan kanker/ pengobatan
anatar suplai dan pada peran sebagai
kebutuhan oksigen ibu rumah
4. Imobilitas tangga,orang tua dan
5. Gaya hidup menonton sebagainya.
9. Akui kesulitan
pasien yang
mungkin diaalami.
Berikan informasi
bahwa konseling
serig perlu dan
penting dalam
proses adaptif
10. Evaluasi struktur
pendukung yang ada
dan digunakan
pasien/orang
terdekat.
11. Berikan dukungan
emosi untuk pasien/
orang terdekat
selama tes diasnostik
dan fase pengobatan.
12. Gunakan sentuhan
selama interksi bila
diterima pada pasien
dan dapat
mempertahankan
kontak mata.
Wijaya Andra Saferi, Putri Yassie Mariza, 2013. Keperawatan medical bedah 2
(keperawatan dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif Aminn Huda, Kusum Hardhi, 2016 panduan penyusunan asuhan keperawatan
Profesional. Jakarta: EGC
Pearce, C Evelyn, 2019. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: granmedia