Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR TULANG

1. Definisi

Tumor adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-selnya


tidak pernah menjadi dewasa. -sel yang membentuk jaringan tulang.

Tumor tulang merupakan kelainan pada system musculoskeletal yang bersifat


neoplastic. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan. Sedangkan setiap
pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma.

Tumor tulang primer (osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer


yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut. Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal,
tibia proksimal dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah
pelvis, kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang
pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut.
( Otto.2007 : 72 ).

2. Etiologi

Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang primer yang pasti, ada beberapa
faktor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab
terjadinya tumor tulang yang meliputi:

1. Genetik

Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,


misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma(STS).
2. Radiasi

Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar
radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang
mendapat radioterapi.

3. Bahan kimia

Bahan kimia seperti Dioxin diduga dapat menimbulkan sarkoma, tetapi


belum dapat dibuktikan.

4. Infeksi

Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh
infeksi parasite, yaitu filariasis.

3. Patofisiologi

Primary bone tumor merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.

Penyebab primary bone tumor belum jelas diketahui, adanya hubungan


kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery.
Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada
hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung
osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang
berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu
protein P53 ( kromosom 17) dan Rb (kromosom 13).

Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis primary bone
tumor. Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan
berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan
sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Primary
bone tumormengadakan metastase secara hematogen paling sering keparu
atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami
metastase pada saat diagnosis ditegakkan. (Salter, robert : 2006).

Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons


osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).

Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa
tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya
dan mengancam jiwa.

Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara
histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan
ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang
baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang
abortif.

4. Manifestasi Klinik
1. Rasa sakit (nyeri), Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena
(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai
dengan progresivitas penyakit).
2. Pembengkakan, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian
serta pergerakan yang terbatas.
3. Keterbatasan gerak
4. Fraktur patologik.
5. Menurunnya berat badan
6. Teraba massa, lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas
massa serta distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
7. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise (Smeltzer. 2006: 2347).

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi


tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi
tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.
4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, (
Rasjad. 2006).

6. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan
tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi
secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi. Primary bone tumor biasanya ditangani dengan pembedahan
dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan
biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi
(siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin.
Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.

Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan


pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan
seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 2006: 245
).

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Manajemen nyeri

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi


napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan
farmakologi (pemberian analgetika).

b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan


mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga
untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

c. Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai


efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan
nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral
dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah. (Smeltzer. 2001: 2350 ).

e. Jika diperlukan traksi, Prinsip Perawatan Traksi

1) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi,


pijatan punggung ) dan aktivitas terapeutik.
2) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
3) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
4) Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan
indikasi, gunakan teknik aseptic dengan tepat.
5) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
6) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
7) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh:
bimbingan imajinasi, nafas dalam.
8) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
9) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi
medik, contoh: edema, eritema.

10) Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan


atau mengankat jaringan maligna dengan menggunakan
metode yang seefektif mungkin.
11) Secara umum penatalaksanaan primary bone tumor ada dua,
yaitu:

Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan


tindakan amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi
yang memanjang melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control
lokal terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini
memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan
menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembali
penempatan tulang-tulang.
f. Kemoterapi

Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan


dengan factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

7. KOMPLIKASI
a. Akibat langsung : Patah tulang
b. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan
kekebalan tubuh
c. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah,
kebotakan pada kemoterapi.

8. Prognosis

Pada permulaannya prognosis primery bone tumor adalah buruk, 5 years


Survical Rate-nya hanya berkisar antara 10-20 %. Belakangan ini dengan
terapi Adjuvan berupa sitostatik yang agresif dan intensif yang diberikan
prabedah dan pasca bedah maka Survival Rate menjadi lebih baik dapat
mencapai 60-70 %. Berkat terapi adjuvant juga terapi amputasi belakangan
ini sudah berkurang, sekarang pada pusat- pusat pengobatan kanker yang
lengkap, maka terapi non amputasi atau Limb Salvage lebih sering dilakukan.

9. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
2. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan,


alamat, dan lain-lain.
2. Riwayat kesehatan

a. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.


b. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
c. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

3. Pengkajian fisik

a. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.


b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
c. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
d. Keterbatasan rentang gerak

4. Hasil laboratorium/radiologi

a. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang


baru.
b. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari
kortek tulang.
c. Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.

5. Diagnosa Keperawatan

Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Primery


Bone Tumor (Tumor Tulang Primer) adalah:

1. Nyeri
2. Resiko terhadap cedera
3. Intoleransi aktifitas
4. Ketidakefektifan koping
5. Gangguan harga diri
6. Intervensi
NO. DIAGNOSA NOC NIC
1. Nyeri Pain level Pain managemen

Batasan karakteristik · Pain kontrol 1. Tentukan riwayat nyeri, misal:


lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan
1. Perubahan selera makan · Compor level
intensita (skala 0-10), dan tindakan
2. Perubahan tekanan darah Kriteria hasil: penghilangan yang digunakan
2. Evaluasi/ sadari terapi tertentu misal:
3. Perubahan frekuensi jantung 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
radiasi, pembedahan, kemoterapi,
penyebab nyeri, mampu menggunakan
4. Perubahan frekuensi bioterapi, ajarkan pasien atau orang
teknik non-farmakologi untuk
pernafasan terdekat apa yang diharapkan
mengurangi nyeri, mencari bantuan )
3. Berikan tindakan kenyamanan dasar,
5. Laporan isyarat 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
misal: resposisi, gosokan punggung
dengan menggunakan manajemen nyeri
 Faktor yang berhubungan: Agen dan aktifitas hiburan misal: musik
3. Mampu mengennali nyeri ( skala
cedera (mis, biologis, zat kimia, dan televisi
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
fisik, psikologis) 4. Dorong penggunaan keterampilan
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
manejemen nyeri(misal: teknik
berkurang
relaksasi, visualisasi, bimbingan
imajinasi), tertawa, musik dan
sentuhan teraupetik.
5. Evaluasi penghilangan nyeri/kontrol
nilai aturan pengobatan bila perlu

2. Intoleransi aktifitas :. . energy conservion


1. Diskusikan dengan pasien/ orang
Batasan karakteristik: · aktivity tolerance terdekat bagaimana diagnosis dan
pengobatan yang mempengaruhi
1. respon tekanan darah · self care : ADLS
kehidupan pribadi pasien/rumah dan
abnormal terhadap aktifitas
Kriteri hasil: aktifitas kerja
2. respon frekwensi jantung
2. Tinjau ulang efek samping yang
abnormal terhadap aktivitas 1. berpartisipasi dalam aktifitas fisik
diantisipasi berkenaan dengan
3. perubahan EKG yang tanpa disertai peningkatan tekanan
pengobatan tertentu, termasuk
mencerminkan aritmia darah, nadi, dan RR
kemungkinan efek aktifitas seksual
4. perubahan EKG yang 2. mampu melakukan aktifitas sehari-
dan rasa ketertarikan / keinginan
mencerminkan iskimia hari (ADLS) secara mandiri
misal alopesia, kecatatan bedah, beri
5. ketidaknyamanan setelah 3. tanda-tanda vital normal
tau pasien bahwa tidak semua efek
beraktifitas 4. status kardiopulmunari adekuat
samping terjadi
6. dipsnea setelah beraktifitas
7. menyatakan merasa letih 5. sirkulasi status baik 3. Dorong diskusi tentang/ pecahkan
8. menyatakan merasa lemah masalah tentang efek kanker /
pengobatan pada peran sebagai ibu
rumah tangga, orang tua, dan
faktor yang berhubungan: sebagainya.
4. Akui kesulitan pasien yang mungkin
1. tirah baring atau imobilitas
dialami. Berikan informasi bahwa
2. kelemahan umum
konseling sering perlu dan penting
3. ketidakseimbangan antara
dalam proses adaptif
suplai dan kebutuhan
5. Evaluasi struktur pendukung yang
oksigen
ada dan digunakan oleh pasien /
4. imobilitas
orang terdekat
5. gaya hidup monoton
6. Berikan dukungan emosi untuk
pasien / orang terdekat selama tes
diagnostik dan fase pengobatan
7. Gunakan sentuhan selama interksi,
bila diterima pada pasien dan dapat
mempertahankan kontak mata.
3. Resiko terhadap cedera Risk kontrol Environment management(manajemen
lingkungan
Defenisi : berisiko mengalami Kriteria hasil
cedera sebagai akibat kondisi 1. sediakan lingkungan yang aman
1. klien terbebas dari cedera
lingkungan yang berinteraksi untuk pasien
2. klien mampu menjelaskan cara/
dengan sumber adaftif dan sumber 2. identifikasi kebutuhan keamanan
metode untuk mencegah injury/cedera
defensif individu pasien, sesuai dengan kondisi fisik
3. klien mampu menjelaskan faktor
dan fungsi kognitif pasien dan
Faktor resiko : risiko dari lingkungan/perilaku
riwayat penyakit terdahulu pasien
personal
1. Eksternal 3. menghindarkan lingkungan yang
4. mampu memodifikasigaya hidup
berbahaya (misalnya memindahkan
a. Biologis (mis, tingkat untuk mencegah njuri
perabotan)
imunisasi komunitas, 5. menggunakan fasilitas kesehatan yang
4. memasang side rali tempat tidur
mikroorganisme ada
5. menyediakan tempat tidur yang
b. Zat kimia (mis, racun, 6. mampu mengenali perubahan status
nyaman dan bersih
polutan, obat, agenes kesehatan
6. menempatkan saklar lampu
farmasi, alkohol, nikotin,
ditempat yang mudah dijangkau
pengawat, kosmetik,
pewarna) pasien
c. Manusia (mis, agen 7. membatasi pengunjung
nosokomial, pola 8. menganjurkan keluarga untuk
ketegangan, atau fakror menemani pasien
kognitif, afektif, dan 9. mengontrol lingkungan dari
psikomotor ) kebisingan
d. Cara 10. memindahkan barang-barang yang
pemindahan/transpor dapat membahayakan
e. Nutrisi ( mis, desain, 11. berikan penjelasan pada pasien dan
struktur, dan pengaturan keluarga atau pengunjung adanya
komunitas, perubahan status kesehatan dan
bangunan,dan peralatan menyebabkan penyakit.

2. Internal

a. Profil darah yang


abnormal (mis,
leukositosis/leukopenia,
gangguan faktor
koagulasi,
trombositopenia, sel
sabit, talasemia,
penurunan hemoglobin)
b. Disfungsi biokimia
c. Usia perkembangan
(fisiologis, psikososial)
d. Disfungsi efektor
e. Disfungsi imun-auto
imun
f. Disfungsi integratif
g. Malnutrisi
h. Fisik (mis, integritas
kulit tidak utuh,
gangguan mobilitas)
i. Psikologis(orientasi
efektif)
j. Disfungsi sensorik
k. Hipoksia jaringan

Anda mungkin juga menyukai