Disusun oleh:
2020
A. Definisi
Pengertian Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) menurut Saferi
Wijaya (2013), adalah tumor tulang ganas, yang biasanya berhubungan
dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
Menurut Price (2012), Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang.
Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang
panjang, terutama lutut. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Osteosarkoma merupakan tumor tulang yang ganas yang tumbuh dibagian
metafisis tulang pada masa pertumbuhan anak-anak dan remaja.
B. Tanda Gejala
Tanda dan Gejala Modern Cancer Hospital Guangzhou
(2012) menyebutkan beberapa gejalaklinis pada pasien dengan
osteosarkoma sebagai berikut :
a. Pasien osteosarkoma pada tulangnya terdapat benjolan keras,
padaumumnya benjolan tersebut terasa sakit terkadang tidak sakit.
b. Pasien osteosarkoma biasanya muncul fraktur patologis atau
perubahan bentuk pada tulang.
c. Pasien osteosarkoma mengalami demam, berat badan menurun,
mudahlelah dan penurunan aktivitas hidup.
d. Pasien akan merasa nyeri hebat pada tulang yang sulit untuk
dijelaskan.
e. Tanpa ada sebab yang jelas dapat terjadi patah tulang, satu
ataupunlebih.
f. Karena adanya gencetan dari tumor ke pembuluh darah
menyebabkananggota distal tubuh menjadi keram atau mati rasa.
g. Pasien merasakan nyeri pada tulang dan sendi bahkan sampai
bengkak, pada malam hari rasa sakit akan semakin terasa, bahkan
sakit terusmenerus atau saat tergencet atau mendapat timpaan akan
terasa sakit.
C. Etiologi
Penyebab Oteosarkoma menurut Saferi Wijaya (2013), yaitu:
a. Radiasi sinar radio aktif
b. Faktor keturunan (genetik)
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan
oleh penyakit
d. Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat
e. Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti: makanan dengan zat
pengawet, merokok dan lain-lain.
D. Patofisiologi
Patofisiologi Osteosarkoma menurut Saferi Wijaya dan Mariza
Putri (2013), adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang
Patofisiologi Osteosarkoma menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri
(2013), adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik
(pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya
jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya
ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di
bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah
femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor
terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdiferensiasi jelek
dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau
miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan
darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum
dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk
terhadap gambarannya di dalam tulang. Adanya tumor pada tulang
menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari
tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena
adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
E. Klasifikasi
Terdapat 2 macam kanker tulang menurut Mariza Putri (2013), yaitu:
1. Kanker tulang metastasik atau kanker tulang sekunder
Merupakan kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi
kankernya bukan berasal dari tulang. Contohnya kanker paru-paru
yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel kankernya menyerupai
sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
2. Kanker tulang primer
Merupakan kanker yang berasal dari tulang. Yang termasuk ke
dalam kanker tulang primer adalah myeloma multiple,
osteosarcoma, fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna,
kondrosarkoma, tumor ewing, limfoma tulang maligna.
F. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Akhir-akhir ini osteosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik.
Hal tersebut disebabkan karena prosedur peegakan diagnosis dan
staging tumor yang lebih baik, begitu juga dengan adanya
pengobatanyang lebih baik dan canggih. Dalam penanganan
osteosarkomamodalitas pengobatannya dapat dibagi atas dua bagian
yaitu dengankemoterapi dan operasi.
a) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital
padaosteosarkoma, terbukti dalam 30 tahun belakangan ini
dengankemoterapi dapat mempermudah melakukan prosedur
penyelamatanekstremitas (limb salvage procedure) dan
meningkatkan survivalrate dari penderita. Regimen standar
kemoterapi yang dipergunakandalam pengobatan osteosarkoma
adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy)
yang disebut juga dengan inductionchemotherapy atau
neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi postoperatif
(postopera-tive chemotherapy) yang disebut jugadengan
adjuvant chemotherapy. Kemoterapi preoperatif merangsang
terjadinya nekrosis pada tumor primernya, sehingga tumor akan
mengecil. Selain itu akanmemberikan pengobatan secara dini
terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan
membantu mempermudah melakukanoperasi reseksi secara
luas dari tumor dan sekaligus masih dapatmempertahankan
ekstremitasnya. Pemberian kemoterapi postoperatif paling baik
dilakukan secepat mungkin sebelum 3minggu setelah operasi.
b) Operasi
Saat ini prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang
diharapkandalam operasi suatu osteosarkoma. Maka dari itu
melakukanreseksi tumor dan melakukan rekonstrusinya
kembali danmendapatkan fungsi yang memuaskan dari
ektermitas merupakansalah satu keberhasilan dalam melakukan
operasi. Denganmemberikan kemoterapi preoperatif (induction
= neoadjuvantchemotherpy) melakukan operasi
mempertahankan ekstremitas (limb-sparing resection) dan
sekaligus melakukan rekonstruksi akanlebih aman dan mudah,
sehingga amputasi tidak perlu dilakukan pada 90 sampai 95%
dari penderita osteosarkoma.
c) Follow-up Post Operasi
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat
multiagentseperti pada sebelum operasi. Setelah pemberian
kemoterapinyaselesai maka dilakukan pengawasan terhadap
kekambuhan tumorsecara lokal maupun adanya metastase, dan
komplikasi terhadap proses rekonstruksinya.
d) Terapi penyinaran tumor
Radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi
(preoperative, pasca operative dan ajuran untuk mencegah
mikrometastasis). Sasaran utama dapat dilakukan dengan sksisi
luas dengan teknik grafting restorative. Ketahanan dan kualitas
hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang
mengupayakan mempertahankan ekstermitas yang sakit.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Manajemen nyeriTeknik manajemen nyeri secara psikologik
(teknik relaksasi napasdalam, visualisasi, dan bimbingan
imajinasi) dan farmakologi(pemberian analgetika).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektifMotivasi klien
dan keluarga untuk mengungkapkan perasaanmereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluargauntuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c) Memberikan nutrisi yang adekuat
d) Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi
sebagaiefek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu
diberikannutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi
dapatmengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi
parenteraldapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
e) Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan
tentangkemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi,
dan teknik perawatan luka di rumah.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Biopsy
Biopsi merupakan diagnosis pasti untuk menegakkan
osteosarkoma. Pada gambaran histopatologi akan ditemukan
stroma atau dengan highgrade sarcomatous dengan sel osteoblast
yang ganas, yang akanmembentuk jaringan osteoid dan tulang.
Pada bagian sentral akanterjadi mineralisasi yang banyak,
sedangkan bagian perifermineralisasinya sedikit.
2. Foto Polos
Penampakan kasar dari sarkoma osteogenik bervariasi.
Neoplasmatersebut dapat berupa osteolitik, dengan tulang yang
telah mengalamikerusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor,
atau osteoblastiksebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang
baru. Foto polosthoraks juga perlu dibuat untuk melihat adanya
metastase ke paru-paru.
3. CT scan dan MRI
CT (Computed Tomographic) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) dikerjakan untuk mengetahui adanya ekstensi dari tumor
ke jarinagn disekitarnya, termasuk juga pada jaringa neurovaskuler
atau invasinya pada jaringan otot.
4. Bone Scan (Bone Scintigraphy)
Pemeriksaan ini bertujuan menentukan tempat terjadinya
metastase,adanya tumor yang poliostotik, dan eksistensi tumor.
Apakah intraoseusdan ekstraoseus. Juga untuk mengetahui adanya
skip lesion, sekali punmasih lebih baik dengan MRI. Radio aktif
yang digunakan adalahthallium T1 201. Thallium scantigraphy
digunakan juga untukmemonitor respons tumor terhadap
pengobatam kemoterapi danmendeteksi rekurensi lokal dari tumor
tersebut.
5. Angiografi
Angiografi merupakan pemeriksaan yang lebih invasif.
Denganangiografi dapat ditentuka jenis suatu osteosarkoma,
misalnya pada High Grade Osteosarcoma akan ditemukan adanya
neovaskularisasiyang sangat ekstensif. Selain itu angiografi
dilakukan untukmengevaluasi keberhasilan pengobatan preoperatif
kemoterapi yangmana apabila terjadi mengurang atau hilangnya
vaskularisasi tumormenandakan respon terapi kemoterapi
preoperatif berhasil.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal darimproses keperawatan. Tujuan
pengkajian adalah memberikan suatu gambaran yang terus menerus
mengenai kesehata klien. Tahap pengkajian dari proses keperawatan
merupakan proses dinamis yang terorganisasi yang meliputi tiga
aktivitas atas dasar yaitu: Pertama, mengumpulkan data secara
sistematis; Kedua, memilah dan mengatur data yang dikumpulkan; dan
Ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka
kembali (Asmadi, 2008). Adapun langkah-langkah dalam pengkajian
pada anak dengan Osteosarkoma menurut Wong (2008), adalah
sebagai berikut :
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan
identitas orang tua.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di
daerah kaki atau tangan yang mengalami
pembengkakan, terjadi pembengkakan biasanya di
daerah tulang panjang.
b) Riwayat Tumbuh Kembang
Dalam pengkajian ini, yang perlu ditanyakan adalah
halhal yang berhubungan dengan keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan
anak usia sekarang yang meliputi motoric kasar,
motoric halus, perkembangan kognitif atau bahasa,
personal social.
2. Menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri (2013), Pemeriksaan fisik
pada pasien anak dengan Osteosarkoma yaitu :
a. Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,
rambutnya rontok, tidak ada lesi,warna rambut hitam, tidak bau
dan tidak ada edema.
b. Wajah
Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan
tidak ada lesi
c. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya ormal
yaitu pupil mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
d. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan
cupping hidung, tidak ada polip, dan tidak ada lesi
e. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut
Biasanya mukosa bibir kering, berwarna pucat, tidak terjadi
stomatitis, tidak terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
g. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak
ada gangguan fungsi menelan, tidak ada pembesaran JVP
h. Dada dan Thorax:
Inspeksi :Biasanya dada simetris kiri dan kanan,
pergerakan dada simetris.
PalpasI :Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama
(vocal premitus).
Perkusi :Biasanya bunyi suaranya sonor.
Auskultasi :Bunyi pernapasnya vesikuler.
i. Kardiovaskuler :
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya
pekak
Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi
tambahan
j. Abdomen:
Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding
perut sirkulasi kolateral.
Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus.
Palpasi :Biasanya tidak ada pembesaran pada
abdomen,tidak kram pada abdomen.
Perkusi : Biasanya tympani
k. Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses
berwarna kehijauan karena bercampur dengan empedu dan
bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diserat oleh usus.
l. Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang.
Rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena
adanya masa,nyeri, atau fraktur patologis, biasanya terabanya
benjolan atau masa pada daerah sekitar tulang.
m. Sistem Persyarafan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap
masalah actual dan resiko tinggi. Label diagnose keperawatan memberi
format untuk mengejspresikan bagian identifikasi masalah dari proses
keperawatan (Doenges, 2010). Adapun diagnosa yang muncul pada
anak yang mengalami Osteosarkoma, berdasarkan (Elizabeth, 2007)
adalah sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
c. Resiko cedera berhubungan dengan proses maligna/keganasan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Zat kimia
radiasi
g. Gangguan citra rubuh berhubungan dengan penyakit
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses penyakit
i. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan anak
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Wanita
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Pasien : Ibu
Alamat : Banjaran
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pasien terdapat benjolan sebesar
bola basket
Pasien merasa putus asa karena penyakit yang dialaminya pada saat
ini dan pasien menolak rencana tindakan amputasi.
b. Data Sosial
c. Data Spiritual
6. Pemeriksaan Fisik
HR = 100 x/menit
RR = 24 x/menit
S = 38,0 OC
Status Antopometri : BB = 45 kg
TB = 165 cm
IMT = 16.5
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Hasil
Jenis Pemeriksaan Rujukan Tgl : 7 Des
Tgl : Tgl :
jan 2020
Hemoglobin 13.0 – 18.0 8 g/dl -
Albumin 3.5 – 5.0 1.5 mg/dl
b. Program Terapi
B. ANALISA DATA
Neoplasma
Osteosarcoma
Jaringan-jaringan sekitar
invasi oleh tumor
Menekan syaraf-syaraf
sekitar
Persepsi nyeri
Nyeri akut
Osteosarcoma
Jaringan-jaringan sekitar
invasi oleh tumor
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk memantau perkembangan
keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Identifikasi skala nyeri pasien
nyeri akut dapat teratasi dengan 3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( aromaterapi, terapi 2. supaya rasa nyeri dapat terkontrol
kriteria :
musik) 3. agar pasien mampu meminimalisir
1. Skal 4. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
rasa nyeri dengan cara
a nyeri menurun mengurangi rasa nyeri
2. Dap 5. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 4. dapat merelaksasikan efek terhadap
at mengenal kapan nyeri rangsangan nyeri
terjadi
5. dapat berpengaruh respon analgetik
3. Pengunaan tindakan
individu, maka dari itu dosis perlu
pengurangan nyeri tanpa
anlgesik disesuaikan
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi toleransi fisik melakukan 1. Untuk mengurangi terjadinya
fisik b.d gangguan keperawatan selama 3 x 24 jam pergerakan resiko jatuh
gagguan mobilitas fisik dapat 2. Libatkan keluarga untuk membantu 2. Untuk memudahkan pasien
teratasi dengan kriteria : pasien dalam meningkatkan pergerakan melakukan pergerakan ringan
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang 3. Agar tidak terjadinya
1. Dapat bergerak dengan harus dilakukan (duduk di tempat tidur, penurunan otot dan
mudah tanpa gangguan pindah dari tempat tidur ke kursi, duduk meminimalisir terjadinya
2. Klien dapat berpindah dari di samping tempat tidur) dekubitus.
sisi ke sisi lain
3. Kaki pasien dapat
digerakkan
E. IMPLEMENTASI
NIM : 302017043
I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : An. C
b. Tgl lahir/ Umur : 8 Januari 2002
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Banjaran
f. No CM :
g. Diagnosa Medis : Osteosarkoma
A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama : terdapat benjolan di distal femur
2. Riwayat Penyakit : □ DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV □ Tidak ada
3. Riwayat Operasi/anestesi : Ada □ Tidak ada
4. Riwayat Alergi : □ Ada, sebutkan.................. Tidak ada
5. Jenis Operasi : Amputasi
6. TTV: Suhu : 38.0 0#C,Nadi : 100 x/menit x/mnt,Respirasi : 24 x/mnt _x/mnt,TD : 100/60
mmHg
7. TB/BB : 45 kg / 165 cm
8. Golongan Darah : Rhesus :
RIWAYATPSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
9. Status Emosional
□ Tenang □ Bingung □ Kooperatif Tidak Kooperatif □ Menangis □ Menarik diri
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
16. EKG
17. Rontgen :
18. USG :
19. Lain-lain :
B. INTRA OPERASI
1. Anastesi dimulai jam :
2. Pembedahan dimulai jam :
3. Jenis anastesi :
□Spinal □ Umum/general anastesi □ Lokal □ Nervus blok □……………
4. Posisi operasi :
□terlentang □ litotomi □ tengkurap/knee chees □ lateral : □ kanan □ kiri □ lainnya......
5. Catatan Anestesi :
6. Pemasangan alat-alat :
Airway : □ Terpasang ETT no :........ □ Terpasang LMA no:........ □ OPA □ O2
Nasal
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
□ Urine : cc
□ Perdarahan : cc
Balance cairan : cc