Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

AN.C DENGAN OSTEOSARKOMA

disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Medikal Bedah


pembimbing akademik:
Riandi Alfin S. Kep., Ners., M. Kep

Disusun oleh:

Lulu Lutfiah 302017043

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN UNIVERSITAS


‘AISYIYAH BANDUNG

Jl. KH Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung

2020
A. Definisi
Pengertian Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) menurut Saferi
Wijaya (2013), adalah tumor tulang ganas, yang biasanya berhubungan
dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
Menurut Price (2012), Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang.
Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang
panjang, terutama lutut. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Osteosarkoma merupakan tumor tulang yang ganas yang tumbuh dibagian
metafisis tulang pada masa pertumbuhan anak-anak dan remaja.
B. Tanda Gejala
Tanda dan Gejala Modern Cancer Hospital Guangzhou
(2012) menyebutkan beberapa gejalaklinis pada pasien dengan
osteosarkoma sebagai berikut:
a. Pasien osteosarkoma pada tulangnya terdapat benjolan keras,
padaumumnya benjolan tersebut terasa sakit terkadang tidak sakit.
b. Pasien osteosarkoma biasanya muncul fraktur patologis atau
perubahan bentuk pada tulang.
c. Pasien osteosarkoma mengalami demam, berat badan menurun,
mudahlelah dan penurunan aktivitas hidup.
d. Pasien akan merasa nyeri hebat pada tulang yang sulit untuk
dijelaskan.
e. Tanpa ada sebab yang jelas dapat terjadi patah tulang, satu
ataupunlebih.
f. Karena adanya gencetan dari tumor ke pembuluh darah
menyebabkananggota distal tubuh menjadi keram atau mati rasa.
g. Pasien merasakan nyeri pada tulang dan sendi bahkan sampai
bengkak, pada malam hari rasa sakit akan semakin terasa, bahkan
sakit terusmenerus atau saat tergencet atau mendapat timpaan akan
terasa sakit.
C. Etiologi
Penyebab Oteosarkoma menurut Saferi Wijaya (2013), yaitu:
a. Radiasi sinar radio aktif
b. Faktor keturunan (genetik)
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan
oleh penyakit
d. Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat
e. Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti: makanan dengan zat
pengawet, merokok dan lain-lain.
D. Patofisiologi
Patofisiologi Osteosarkoma menurut Saferi Wijaya dan Mariza
Putri (2013), adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang
Patofisiologi Osteosarkoma menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri
(2013), adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik
(pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya
jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya
ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di
bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah
femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor
terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdiferensiasi jelek
dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau
miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan
darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum
dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk
terhadap gambarannya di dalam tulang. Adanya tumor pada tulang
menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari
tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena
adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
E. Klasifikasi
Terdapat 2 macam kanker tulang menurut Mariza Putri (2013), yaitu:
1. Kanker tulang metastasik atau kanker tulang sekunder
Merupakan kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi
kankernya bukan berasal dari tulang. Contohnya kanker paru-paru
yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel kankernya menyerupai
sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
2. Kanker tulang primer
Merupakan kanker yang berasal dari tulang. Yang termasuk ke
dalam kanker tulang primer adalah myeloma multiple,
osteosarcoma, fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna,
kondrosarkoma, tumor ewing, limfoma tulang maligna.
F. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Akhir-akhir ini osteosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik.
Hal tersebut disebabkan karena prosedur peegakan diagnosis dan
staging tumor yang lebih baik, begitu juga dengan adanya
pengobatanyang lebih baik dan canggih. Dalam penanganan
osteosarkomamodalitas pengobatannya dapat dibagi atas dua bagian
yaitu dengankemoterapi dan operasi.
a) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital
padaosteosarkoma, terbukti dalam 30 tahun belakangan ini
dengankemoterapi dapat mempermudah melakukan prosedur
penyelamatanekstremitas (limb salvage procedure) dan
meningkatkan survivalrate dari penderita. Regimen standar
kemoterapi yang dipergunakandalam pengobatan osteosarkoma
adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy)
yang disebut juga dengan inductionchemotherapy atau
neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi postoperatif
(postopera-tive chemotherapy) yang disebut jugadengan
adjuvant chemotherapy. Kemoterapi preoperatif merangsang
terjadinya nekrosis pada tumor primernya, sehingga tumor akan
mengecil. Selain itu akanmemberikan pengobatan secara dini
terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan
membantu mempermudah melakukanoperasi reseksi secara
luas dari tumor dan sekaligus masih dapatmempertahankan
ekstremitasnya. Pemberian kemoterapi postoperatif paling baik
dilakukan secepat mungkin sebelum 3minggu setelah operasi.
b) Operasi
Saat ini prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang
diharapkandalam operasi suatu osteosarkoma. Maka dari itu
melakukanreseksi tumor dan melakukan rekonstrusinya
kembali danmendapatkan fungsi yang memuaskan dari
ektermitas merupakansalah satu keberhasilan dalam melakukan
operasi. Denganmemberikan kemoterapi preoperatif (induction
= neoadjuvantchemotherpy) melakukan operasi
mempertahankan ekstremitas (limb-sparing resection) dan
sekaligus melakukan rekonstruksi akanlebih aman dan mudah,
sehingga amputasi tidak perlu dilakukan pada 90 sampai 95%
dari penderita osteosarkoma.
c) Follow-up Post Operasi
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat
multiagentseperti pada sebelum operasi. Setelah pemberian
kemoterapinyaselesai maka dilakukan pengawasan terhadap
kekambuhan tumorsecara lokal maupun adanya metastase, dan
komplikasi terhadap proses rekonstruksinya.
d) Terapi penyinaran tumor
Radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi
(preoperative, pasca operative dan ajuran untuk mencegah
mikrometastasis). Sasaran utama dapat dilakukan dengan sksisi
luas dengan teknik grafting restorative. Ketahanan dan kualitas
hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang
mengupayakan mempertahankan ekstermitas yang sakit.

2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Manajemen nyeriTeknik manajemen nyeri secara psikologik
(teknik relaksasi napasdalam, visualisasi, dan bimbingan
imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektifMotivasi klien
dan keluarga untuk mengungkapkan perasaanmereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluargauntuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c) Memberikan nutrisi yang adekuat
d) Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi
sebagaiefek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu
diberikannutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi
dapatmengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi
parenteraldapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
e) Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan
tentangkemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi,
dan teknik perawatan luka di rumah.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Biopsy
Biopsi merupakan diagnosis pasti untuk menegakkan
osteosarkoma. Pada gambaran histopatologi akan ditemukan
stroma atau dengan highgrade sarcomatous dengan sel osteoblast
yang ganas, yang akanmembentuk jaringan osteoid dan tulang.
Pada bagian sentral akanterjadi mineralisasi yang banyak,
sedangkan bagian perifermineralisasinya sedikit.
2. Foto Polos
Penampakan kasar dari sarkoma osteogenik bervariasi.
Neoplasmatersebut dapat berupa osteolitik, dengan tulang yang
telah mengalamikerusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor,
atau osteoblastiksebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang
baru. Foto polosthoraks juga perlu dibuat untuk melihat adanya
metastase ke paru-paru.
3. CT scan dan MRI
CT (Computed Tomographic) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) dikerjakan untuk mengetahui adanya ekstensi dari tumor
ke jarinagn disekitarnya, termasuk juga pada jaringa neurovaskuler
atau invasinya pada jaringan otot.
4. Bone Scan (Bone Scintigraphy)
Pemeriksaan ini bertujuan menentukan tempat terjadinya
metastase, adanya tumor yang poliostotik, dan eksistensi tumor.
Apakah intraoseusdan ekstraoseus. Juga untuk mengetahui adanya
skip lesion, sekali punmasih lebih baik dengan MRI. Radio aktif
yang digunakan adalahthallium T1 201. Thallium scantigraphy
digunakan juga untukmemonitor respons tumor terhadap
pengobatam kemoterapi danmendeteksi rekurensi lokal dari tumor
tersebut.
5. Angiografi
Angiografi merupakan pemeriksaan yang lebih invasif.
Denganangiografi dapat ditentuka jenis suatu osteosarkoma,
misalnya pada High Grade Osteosarcoma akan ditemukan adanya
neovaskularisasiyang sangat ekstensif. Selain itu angiografi
dilakukan untukmengevaluasi keberhasilan pengobatan preoperatif
kemoterapi yangmana apabila terjadi mengurang atau hilangnya
vaskularisasi tumormenandakan respon terapi kemoterapi
preoperatif berhasil.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal darimproses keperawatan. Tujuan
pengkajian adalah memberikan suatu gambaran yang terus menerus
mengenai kesehata klien. Tahap pengkajian dari proses keperawatan
merupakan proses dinamis yang terorganisasi yang meliputi tiga
aktivitas atas dasar yaitu: Pertama, mengumpulkan data secara
sistematis; Kedua, memilah dan mengatur data yang dikumpulkan; dan
Ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka
kembali (Asmadi, 2008). Adapun langkah-langkah dalam pengkajian
pada anak dengan Osteosarkoma menurut Wong (2008), adalah
sebagai berikut:
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan
identitas orang tua.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di
daerah kaki atau tangan yang mengalami
pembengkakan, terjadi pembengkakan biasanya di
daerah tulang panjang.
b) Riwayat Tumbuh Kembang
Dalam pengkajian ini, yang perlu ditanyakan adalah
halhal yang berhubungan dengan keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan
anak usia sekarang yang meliputi motoric kasar,
motoric halus, perkembangan kognitif atau bahasa,
personal social.
2. Menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri (2013), Pemeriksaan fisik
pada pasien anak dengan Osteosarkoma yaitu:
a. Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,
rambutnya rontok, tidak ada lesi, warna rambut hitam, tidak
bau dan tidak ada edema.
b. Wajah
Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan
tidak ada lesi
c. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya ormal
yaitu pupil mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
d. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan
cupping hidung, tidak ada polip, dan tidak ada lesi
e. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut
Biasanya mukosa bibir kering, berwarna pucat, tidak terjadi
stomatitis, tidak terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
g. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak
ada gangguan fungsi menelan, tidak ada pembesaran JVP
h. Dada dan Thorax:
Inspeksi: Biasanya dada simetris kiri dan kanan,
pergerakan dada simetris.
PalpasI: Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama
(vocal premitus).
Perkusi: Biasanya bunyi suaranya sonor.
Auskultasi: Bunyi pernapasnya vesikuler.
i. Kardiovaskuler:
Inspeksi: ictus cordis terlihat
Palpasi: ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi: di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya
pekak
Auskultasi: irama denyut jantung normal tidak ada bunyi
tambahan
j. Abdomen:
Inspeksi: Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding
perut sirkulasi kolateral.
Auskultasi: Biasanya tidak ada bising usus.
Palpasi: Biasanya tidak ada pembesaran pada
abdomen, tidak kram pada abdomen.
Perkusi: Biasanya tympani
k. Genitaurinaria:
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses
berwarna kehijauan karena bercampur dengan empedu dan
bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diserat oleh usus.
l. Lengan-Lengan Tungkai:
Ekstemitas atas dan bawah: Biasanya kekuatan otot berkurang.
Rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena
adanya masa, nyeri, atau fraktur patologis, biasanya terabanya
benjolan atau masa pada daerah sekitar tulang.
m. Sistem Persyarafan:
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap
masalah actual dan resiko tinggi. Label diagnose keperawatan memberi
format untuk mengejspresikan bagian identifikasi masalah dari proses
keperawatan (Doenges, 2010). Adapun diagnosa yang muncul pada
anak yang mengalami Osteosarkoma, berdasarkan (Elizabeth, 2007)
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
c. Resiko cedera berhubungan dengan proses maligna/keganasan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Zat kimia
radiasi
g. Gangguan citra rubuh berhubungan dengan penyakit
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses penyakit
i. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan anak
ASUHAN KEPERAWATAN AN.C

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama Pasien : An. C


Tanggal Lahir : 8 januari 2002
Usia ; 18 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjaran
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status marital : Belum Menikah
Nomor RM : 0001678390
Diagnosa Medis : Osteosarkoma
Tanggal Pengkajian : 7 Desember 2020
Tanggal Masuk RS : 7 Desember 2020

2. Identitas Penanggung Jawab Pasien

Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Wanita
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Pasien : Ibu
Alamat : Banjaran

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama : Pasien terdapat benjolan sebesar


bola basket
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien dirawat di ruang bedah
orthopaedic karena ada benjolan sebesar bola basket di distal femur.
Benjolan tampak terbungkus verban dan merembes cairan berwarna
kuning disertai bau, skala nyeri 9, atrofi otot, edema (+++), kakinya susah
digerakan, tidak nafsu makan.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu ; Hasil pengkajian pasien


mempunyai riwayat trauma pada area tersebut 6 bulan yang lalu, dan
mengkonsumsi peninggi badan.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga ; Keluarga pasien tidak memiliki


riwayat penyakit

4. Riwayat Psikososial Spiritual

a. Data Psikologis (konsep diri, emosional)

Pasien merasa putus asa karena penyakit yang dialaminya pada saat
ini dan pasien menolak rencana tindakan amputasi.

b. Data Sosial

Pasien adalah anak pertama yang sedang duduk dibangku sekolah


menengah atas kelas 2. Pasien suka beraktivitas salah satunya
berolahraga lari dan bermain sepak bola. Pasien jarang aktif di
kegiatan sosial selama di rumah sakit

c. Data Spiritual

Pasien beragama islam, selama sakit pasien tidak menjalankan shalat


lima waktu, dan jarang mengikuti acara kegiatan keagamaan, pasien
merasa putus asa atas penyakit yang dialaminya saat ini.

5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)


No Kebiasaan di rumah di rumah sa kit
1 Nutrisi
Makan
 Jenis  Nasi, sayur, ayam  Mengkonsumsi
 Frekuensi  3 x/hari makanan dari RS
 Porsi  1 porsi habis  3 x/hari
 Keluhan  Tidak ada keluhan  1 porsi tidak habis
 Tidak nafsu makan
Minum
 Jenis  Air putih, teh  Air Putih, Susu
 Frekuensi  8 Gelas/Hari  4 gelas x sesuai
 Jumlah (cc) pasien
 900-1500cc Kurang  800-1000 cc/Hari
 Keluhan lebih
 Tidak Ada  Tidak ada
2 Eliminasi
BAB
 Frekuensi  2 x/hari  Belum BAB
 Warna  Kuning  Belum
 Konsistensi  Berbentuk  Belum
 Keluhan  Tidak Ada  Tidak Ada
BAK
 Sering  Tidak Tau Karena
 Frekuensi
Pake DC (07-15.00)
 Kuning  Kuning pekat
 Warna
 Banyak  500 cc
 Jumlah (cc)
 Tidak Ada  Tidak Ada
 Keluhan
3 Istirahat dan tidur
 Waktu tidur
o Malam,  Tidak tentu  21.00 Kurang lebih 3-
pukul 4 jam

o Siang, pukul  Tidak tentu  Tidak tentu


 Lamanya  1 – 2 Jam  1 jam
 Keluhan  Tidak Ada  Sulit Tiidur saat
Malam Hari karena
nyeri
4 Kebiasaan diri
 Mandi  3x/hari  2x/hari
 Perawatan  1 Minggu sekali  belum
rambut  3x/hari  Belum
 Perawatan  Tidak tentu  Belum
kuku
 Perawatan gigi
 Ketergantungan  mandiri  Mandiri
 Keluhan  Gigi Pasien Kotor,
klien tidak bau
badan, Rambut klien
lengket dan kusam.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Status Kesehatan Umum

Penampilan umum : Lemas


Kesadaran : Compos Mentis GCS 15 (E 4 M 6 V 5)
Tanda-tanda vital : TD = 100/60 mmHg

HR = 100 x/menit

RR = 24 x/menit

S = 38,0 OC
Status Antopometri : BB = 45 kg

TB = 165 cm

IMT = 16.5

b. Data Pemeriksaan fisik sistem endokrin

1) Kepala dan leher


Kebersihan kulit kepala bersih, rambut bersih, kedua mata
simetris, pupil isokor, sklera tidak ikterik. Konjuctiva pink, visus
jelas , tidak ada nyeri tekan di bola mata, tidak ada edema
periorbitasl. Passage hidung lancar, masih bisa membedakan rasa
di lidah dan aroma hidung, tidak terdapat nyeri sinus, tidak ada
kesulitan menelan dan mengunyah, mukosa bibir lembab, fungsi
pendengaran masih terdengar normal dan tidak ada nyeri di area
telinga, kebersihan telinga bersih. Tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe, kelenjar tiroid tidak teraba, tidak terdapat
peningkatan distensi vena jugularis.
2) Dada anterior
Dada anterior tidak ada lesi,pengembangan paru simetris,
fremitus tactile +/+, perkusi resonan di intercosta kanan dulness
di ICS 2- IC5 kiri . tidak ada pembesaran batas jantung, suara
napas vesikuler , terdengar bunyi jantung S1 dan S2, bunyi
jantung tambahan (-).
3) Dada posterior
Posture tubuh kifosis, perkusi paru terdengar resonan, suara
napas vesikuler di seluruh lapang paru, nyeri sudut costovetebral
(+).
4) Abdomen
Bising usus aktif , tidak ada lesi, shiffting dullness (-), tidak
teraba hepar, lien tidak teraba, ginjal tidal teraba, distensi (-),
nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), perkusi tympani, lingkar perut
121 cm. Bab 1 x/hari,
5) Genital
Bab 1 x/hari, konsistensi lembek, berwarna kecoklatan, tidak ada
hemoroid. Melena (-), Bak 8 x.hari, warna urine jernih, tidak ada
keluhan gatal, dysuria (-).
6) Ekstremitas atas
Tidak ada lesi, edema (-). CRT < 3 detik. ROM (+) , refleks
bisep +/+, refleks trisep +/+. Kekuatan otot 5 5
7) Esktremitas bawah
Pasien terdapat benjolan sebesar bola basket di distal femur.
Benjolan tampak terbungkus verban dan merembes cairan
berwarna kuning disertai bau, skala nyeri 9, atrofi otot, edema (+
++), kakinya susah digerakan.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Hasil
Jenis Pemeriksaan Rujukan Tgl : 7 Des
Tgl : Tgl :
jan 2020
Hemoglobin 13.0 – 18.0 8 g/dl -
Albumin 3.5 – 5.0 1.5 mg/dl

b. Program Terapi

Nama obat Cara pemberian Dosis Jam pemberian

B. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Pasien mengeluh Trauma Nyeri akut b.d
nyeri di bagian kaki cedera traumatis
DO : skala nyeri 9, TD =
100/60 mmHg Kerusakan Gen
HR = 100 x/menit
RR = 24 x/menit
S = 38,0 C Poliferasi tulang secara
abnormal

Neoplasma

Osteosarcoma

Jaringan-jaringan sekitar
invasi oleh tumor

Peningkatan penekanan pada


jaringan sekitar

Menekan syaraf-syaraf
sekitar

Persepsi nyeri

Nyeri akut

2 DS: pasien mengatakan Trauma Gangguan


kakinya sulit untuk
digerakkan mobilitas fisik b.d
Kerusakan Gen
DO: kaki pasien terdapat
benjolan, dan benjolan
tersebut tampak
terbungkus verban dan Poliferasi tulang secara
merembes cairan abnormal
berwarna kuning disertai
bau
Neoplasma

Osteosarcoma

Jaringan-jaringan sekitar
invasi oleh tumor

Gangguan mobilitas fisik

3. DS : Osteosarkoma Resiko Infeksi


b.d kanker

DO: Benjolan tampak Jaringan-jaringan sekitar di


terbungkus verban dan invasi oleh tumor
merembes cairan berwarna
kuning disertai bau.
TD = 100/60 mmHg Peningkatan penekanan pada
S = 38.0 0C jaringan sekitar
N = 100 x/mnt
R = 24 x/mnt
tumbuh 2x lebih cepat

perubahan bentuk tulang


benjolan keluar cairan

sel-sel ujung tidak dapat


nutrisi

Resiko Infeksi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1) Nyeri akut b.d cedera trauma


2) Gangguan mobilitas fisik b.d

3) Resiko Perdarahan b.d kanker


D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. C Ruangan : Mawar

No. Medrek : 0001678390 Diagnosa Medis : Osteosarkoma

Tanggal : 7 Desember 2020

No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi 1. Untuk memantau perkembangan
keperawatan selama 3 x 24 jam - Observasi tanda-tanda vital pasien
nyeri akut dapat teratasi dengan - Identifikasi skala nyeri
2. Teurapetik 2. supaya rasa nyeri dapat terkontrol
kriteria :
- Berikan teknik nonfarmakologi 3. agar pasien mampu meminimalisir
1. Skal mengurangi rasa nyeri (aromaterapi,
rasa nyeri dengan cara
a nyeri menurun terapi musik)
2. Dap - Fasilitas istirahat dan tidur 4. dapat merelaksasikan efek terhadap
at mengenal kapan nyeri 3. Edukasi rangsangan nyeri
terjadi - Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri 5. dapat berpengaruh respon analgetik
3. Pengunaan tindakan
- individu, maka dari itu dosis perlu
pengurangan nyeri tanpa
anlgesik disesuaikan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi 1. Untuk mengurangi terjadinya
fisik b.d gangguan keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi toleransi fisik melakukan resiko jatuh
muskuloskeletal gagguan mobilitas fisik dapat pergerakan 2. Untuk memudahkan pasien
teratasi dengan kriteria : - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan melakukan pergerakan ringan
fisik lainnnya 3. Agar tidak terjadinya
1. Dapat bergerak dengan 2. Teurapeutik penurunan otot dan
mudah tanpa gangguan - Libatkan keluarga untuk membantu meminimalisir terjadinya
2. Klien dapat berpindah dari pasien dalam meningkatkan pergerakan dekubitus.
sisi ke sisi lain 3. Edukasi
3. Kaki pasien dapat - Ajarkan mobilisasi sederhana yang
digerakkan harus dilakukan (duduk di tempat tidur,
pindah dari tempat tidur ke kursi, duduk
di samping tempat tidur)
3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi 1. Untuk memantau
keperawatan selama 3 x 24 jam - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal perkembangan pasien
resiko ineksi dapat teratasi dan sistemic 2. Supaya area kulit pasien tiak
dengan kriteria : 2. Teurapetik terjadi infeksi yang lebih parah
- Berikan perawatan kulit pada area lagi
1. Tidak ada rembesan di edema 3. Supaya pasien dapat
daerah benjolan - Cuci tangan sebelum dan sesudah mengetahui tanda gejala
2. Tidak ada infeksi kontak dengan pasien dan linkungan infeksi
3. pasien 4. Supaya imun pasien lebih
3. Edukasi meningkat dan terjadinya
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi infeksi semakin berkurang.
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
E. IMPLEMENTASI

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Nyeri Akut Tgl: 08 Desember 2020 jam: 08:00 S : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah sedikit berkurang dan
timbul kadand-kadang
Di ruang mawar
Melakukan Intervensi tentang:
O : TD = 110/80 mmHg
- Monitor TTV
- Monitor skala nyeri S = 37.0 0C
- Melakukan Terapi Aromaterapi
- mengajarkan cara menggunakan tehnik N = 70 x/mnt
nonfarmakologi dengan aroma terapi untuk R = 22 x/mnt
meminimalisir rasa nyeri

A : masalah nyeri akut sedikit teratasi, nyeri berkurang dari skala 9


menjadi skala 7, namun nyeri masih terkadang timbul.

P : lanjutkan intervensi
Nyeri Akut Tgl: 08 Desember 2020 jam: 13:00 S : : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sedikit berkurang dan
timbul kadand-kadang
Di ruang mawar
Melakukan intervensi tentang:
O : TD = 110/90 mmHg
1. Mengukur TTV dan Observasi tingkat nyeri
2. Ajarkan cara menggunakan tehnik S = 36.0 0C
nonfarmakologi dengan aroma terapi untuk
meminimalisir rasa nyeri N = 76 x/mnt
3. Melakukan terapi relaksasi R = 22 x/mnt

A : masalah nyeri akut sedikit teratasi, nyeri berkurang dari skala 7


menjadi skala 5, namun nyeri masih terkadang timbul
P: lanjutkan intervensi

2. Gangguan mobilitas Tgl: 08 Desember 2020 jam: 08:00 S : pasien mengatakan kaki nya sudah bisa sedikit digerakkan
fisik
Di ruang mawar Namun masih sedikit kaku
Melakukan intervensi tentang:
- Monitor TTV O : TD = 110/80 mmHg
- Atur posisi tidur yang disukai dengan
melibatkan keluarga S = 36.0 0C
N = 72 x/mnt
R = 22 x/mnt

A : masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
Gangguan mobilitas Tgl: 08 Desember 2020 jam: 13:00 S : pasien mengatakan kaki nya sudah bisa sedikit digerakkan akan tetapi
fisik pasien masih terlihat kaku dan takut untuk menggerakkan
Di ruang mawar
Melakukan intervensi tentang:
O : TD = 110/80 mmHg
- Monitor TTV
- Atur posisi tidur yang disukai dengan S = 36.0 0C
melibatkan keluarga
- Mengatur posisi tidur menjadi duduk N = 72 x/mnt
R = 22 x/mnt

A : masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
3. Resiko Infeksi Tgl: 08 Desember 2020 jam: 08:00 S : pasien mengatakan pada area benjolan masih terdapat rembesan
cairan kuning
Di ruang mawar
Melakukan Intervensi tentang:
- Monitor TTV O = TD = 110/80 mmHg
- Monitor tanda gejala infeksi
- Mengajarkan cara mencuci tangan yang baik S = 36.0 0C
dan benar N = 66 x/mnt
- Melakukan perawatan luka
R = 22 x/mnt
A = masalah resiko infeksi belum teratasi
P = intervensi lanjutkan
3. Resiko Infeksi Tgl: 08 Desember 2020 jam: 13:00 S : pasien mengatakan benjolan pada kakinya sudah sedikit tidak
mengelarkan cairan kuning.
Di ruang mawar
Melakukan Intervensi tentang:
O = TD = 100/80 mmHg
- Monitor TTV
- Monitor tanda gejala infeksi S = 36.0 0C
- Mengajarkan cara mencuci tangan yang baik
dan benar N = 70 x/mnt
- Melakukan perawatan luka R = 22 x/mnt
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
A = masalah resiko infeksi belum teratasi
P = intervensi lanjutkan
F. IMPLEMENTASI

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Nyeri Akut Tgl: 09 Desember 2020 jam: 08:00 S : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah sedikit berkurang dan
timbul kadand-kadang
Di ruang mawar
Melakukan Intervensi tentang:
O : TD = 110/80 mmHg
- Monitor TTV
- Monitor skala nyeri S = 37.0 0C
- Melakukan Terapi Aromaterapi
- pemberian analgetik N = 70 x/mnt
R = 22 x/mnt

A : masalah nyeri akut sedikit teratasi, nyeri berkurang dari skala 9


menjadi skala 7, namun nyeri masih terkadang timbul.

P : lanjutkan intervensi

Tgl: 09 Desember 2020 jam: 13:00


Nyeri Akut Di ruang mawar S : : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sedikit berkurang dan
timbul kadand-kadang
Melakukan intervensi tentang:
- Mengukur TTV
- Observasi tingkat nyeri O : TD = 110/90 mmHg
- Melakukan terapi relaksasi
S = 36.0 0C
N = 76 x/mnt
R = 22 x/mnt

A : masalah nyeri akut berkurang dari skala 9 menjadi skala 5, namun


nyeri masih terkadang timbul
P: lanjutkan intervensi

2. Gangguan mobilitas Tgl: 09 Desember 2020 jam: 08:00 S : pasien mengatakan kaki nya sudah bisa sedikit digerakkan
fisik
Di ruang mawar
Melakukan intervensi tentang: O : TD = 100/90 mmHg
- Monitor TTV S = 36.0 0C
- Atur posisi tidur yang disukai dengan
melibatkan keluarga N = 70 x/mnt
- Mengajarkan dan membantu klien untuk R = 21 x/mnt
berpindah sesuai dengan kebutuhan
misalnya dari tempat tidur ke kursi
A : masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
Gangguan mobilitas Tgl: 09 Desember 2020 jam: 13:00 S : pasien mengatakan kaki nya sudah bisa sedikit digerakkan
fisik
Di ruang mawar
Melakukan intervensi tentang: O : TD = 110/80 mmHg
- Monitor TTV S = 36.0 0C
- Atur posisi tidur yang disukai dengan
melibatkan keluarga N = 70 x/mnt
- Mengatur posisi tidur menjadi duduk R = 22 x/mnt

A : masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
3. Resiko Infeksi Tgl: 09 Desember 2020 jam: 08:00 S : pasien mengatakan pada area benjolan masih terdapat rembesan
cairan kuning
Di ruang mawar
Melakukan Intervensi tentang:
O = TD = 110/80 mmHg
- Monitor TTV S = 36.0 0C
- Monitor tanda gejala infeksi
- Mengajarkan cara mencuci tangan yang baik N = 66 x/mnt
dan benar R = 22 x/mnt
- Melakukan perawatan luka
A = masalah resiko infeksi belum teratasi
P = intervensi lanjutkan
Tgl: 09 Desember 2020 jam: 13:00 S : pasien mengatakan benjolan pada kakinya sudah sedikit tidak
mengelarkan cairan kuning.
Di ruang mawar
Melakukan Intervensi tentang:
O = TD = 100/80 mmHg
- Monitor TTV
- Monitor tanda gejala infeksi S = 36.0 0C
- Melakukan perawatan luka
N = 70 x/mnt
R = 22 x/mnt
A = masalah resiko infeksi belum teratasi
P = intervensi lanjutkan
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Nyeri Akut Tgl: 10 Desember 2020 jam: 08:00 S : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah sedikit berkurang
Di ruang mawar
Melakukan Intervensi tentang: O : TD = 110/90 mmHg
- Monitor TTV S = 36.5 0C
- Monitor skala nyeri
- Mengajarkan tehnik Tarik nafas dalam N = 66 x/mnt
- Menganjurkan pasien untuk beristirahat R = 22 x/mnt

A : masalah nyeri akut sedikit teratasi, nyeri berkurang dari skala 9


menjadi skala 4, namun nyeri masih terkadang timbul.

P : lanjutkan intervensi
Nyeri Akut Tgl: 10 Desember 2020 jam: 13:00 S : : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sedikit berkurang
Di ruang mawar
Melakukan intervensi tentang: O : TD = 100/90 mmHg
- Mengukur TTV S = 36.0 0C
- Observasi tingkat nyeri
- Pasien minum obat analgetik N = 66 x/mnt
- Menganjurkan pasien untuk beristirahat R = 22 x/mnt

A : masalah nyeri akut berkurang dari skala 9 menjadi skala 5, namun


nyeri masih terkadang timbul
P: intervensi dihentikan
2. Gangguan mobilitas Tgl: 10 Desember 2020 jam: 08:00 S : pasien mengatakan kaki nya sudah bisa sedikit digerakkan
fisik
Di ruang mawar
Melakukan intervensi tentang: O : TD = 110/90 mmHg
- Monitor TTV S = 36.50C
- Atur posisi tidur yang disukai dengan
melibatkan keluarga N = 65 x/mnt
- Ubah posisi setiap 2 jam R = 21 x/mnt
A : masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
Gangguan mobilitas Tgl: 10 Desember 2020 jam: 13:00 S : pasien mengatakan kaki nya sudah bisa sedikit digerakkan
fisik
Di ruang mawar
Melakukan intervensi tentang: O : TD = 110/80 mmHg
- Monitor TTV S = 36.0 0C
- Mengkaji keluhan pasien
- Atur posisi tidur yang disukai N = 70 x/mnt
- Ubah posisi setiap 2 jam R = 22 x/mnt

A : masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi

P: intervensi dihentikan
3. Resiko Infeksi Tgl: 10 Desember 2020 jam: 08:00 S : pasien mengatakan pada area benjolan masih terdapat rembesan
cairan kuning
Di ruang mawar
Melakukan Intervensi tentang:
O = TD = 100/80 mmHg
- Monitor TTV
- Monitor tanda gejala infeksi S = 36.5 0C
- Mengajarkan cara mencuci tangan yang baik N = 66 x/mnt
dan benar
- Melakukan perawatan luka R = 21 x/mnt
A = masalah resiko infeksi belum teratasi
P = intervensi lanjutkan
Tgl: 10 Desember 2020 jam: 13:00 S : pasien mengatakan benjolan pada kakinya sudah sedikit tidak
mengelarkan cairan kuning.
Di ruang mawar
Melakukan Intervensi tentang:
O = TD = 100/80 mmHg
- Monitor TTV
- Monitor tanda gejala infeksi S = 36.0 0C
- Melakukan perawatan luka
N = 70 x/mnt
R = 22 x/mnt
A = masalah resiko infeksi belum teratasi
P = intvensi dihentikan
Persiapan dan perawatan pre operasi intra dan post operasi
A. Pre Operasi
Pre Operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir
sampai pasien dimeja bedah.
a. Persiapan Pre Operasi
Pengetahuan tentang persiapan pembedahan, dan kesiapan
pspikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah
inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan, yang berguna untuk mencegah
ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksaan operasi adalah
Radiografi toraks, kapasitas vital, fungsi paru-paru, analisis gas darah
pada pemantauan sistem respirasi, dan elektrokardiograf. Pemeriksaan
darah seperti : Leukosit, eritrosit hematocrit, elektrolit dan lain-lain,
pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea itrogen (BUN), kreatinin
untuk menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan kadar gula
darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan metabolism.
b. Tujuan
a) Mengenal pasien, mengetahui masalah saat ini, mengetahui
riwayat penyakit dahulu serta keadaan/masalah yang mungkin
menyertai pada saat ini.
b) Menciptakan hubungan dokter-pasien
c) Menyusunrencana penatalaksanaan sebelum, selama dan
sesudah anestesi/operasi
d) Informed consent
c. Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi
Informasi tersebut diantaranya tentang jenis pemeriksaan yang
dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang di perlukan,
pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan
pengobatan setelah bedah.
d. Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal
pengaturan diet, sehari sebelum bedah pasien boleh menerima
makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum bedah tersebut dilakukan,
pasien tidak dieperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak
diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan
dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.
e. Persiapan Kulit
Membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme
dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksaklorofin atau
sejenisnya yang sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit
terdapat rambut, maka harus di cukur.
f. Latihan nafas dan latihan batuk
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru-paru. Pernafasan dianjurkan yang pernafasan
diafragma.
g. Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak
tromboflebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan
memompa, latihan quadrisep dan latihan mengencangkan gltue.
h. Pencegahan Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera
i. Latihan mobilitas
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi, sirkulasi,
mencegah decubitus, merangsang peristaltic, serta mengurangi adanya
nyeri.
B. Persiapan dan perawatan Intra Operasi
a. Pengertian Intra Operasi
Asuhan intra operasi adalah bagian dari tahapan asuhan
peroperatif. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala
macam aktivitas yang dilakukan pleh tenaga paramedic di ruang
operasi. Aktivitas diruang operasi oleh paramedic difokuskan pada
pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan,
koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang
mengganggu pasien.
b. Persiapan Intra Operasi
1) Penggunaan baju seragam bedah
2) Mencuci tangan sebelum pembedahan
3) Menerima pasien di daerah bedah
4) Pengiriman dan persiapan kulit
5) Penutupan daerah steril
6) Pelaksanaan anesthesia
7) Pelaksanaan pembedahan
c. Perawatan Intra Operatif
Perawtan intra operatif tidak hanya berfokus pada masalah
fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga
harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien.
Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga
kelompok besar, meliputi ahli anestesi dan perawat anestesi yang
bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien
dalam posisi yang tepat di meja operasi. Ahli bedah dan asisten
yang melakukan scrub dan pembdehan serta perawat intra operatif.
Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap keselamatan
dan kesejahteraan pasien.
C. Persiapan dan perawatan post operatif
a. Post Operasi (pasca bedah) merupakan masa setelah dilakukan
pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan
dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Setelah tindakan
pembedahan (pra operasi) beberapa hal yang perlu dikaji dianaranya:
1) Status kesadaran
2) Kualitas jalan nafas
3) Sirkulasi dan
4) Perubahan tanda vital yang lain
5) Keseimbangan elektrolit
6) Kardiovaskuler
7) Lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya
8) Serta alat-alat yang digunakan dalam pembedahan
D. Perawatan Post Operasi
a. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan rasa nyeri dapat
dilakukan
b. Mengurangi manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan
jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
c. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan nafas, Tarik
nafas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan nafas selama 3
detik dan hembuskan. Atau dapat pula dilakukan dengan menarik nafas
melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian nafas
dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
d. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang beresiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan
harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk memperlancar
vena.
e. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan
memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien, serta mempertahankan
nutrisi yang cukup.
f. Mempertahankan eleminasi, dengan mempertahankan asupan dan
output serta mencegah terjadinya retensi urine.
g. Discharge planning merencanakan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakit post
operasi.
Link : https://youtu.be/yGpxCpFHPbw
Format laporan ASKEP RUANG
OPERASI

Nama Mahasiswa : Lulu Lutfiah

NIM : 302017043

Tgl & jam pengkajian : 7 Desember 2020

I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : An. C
b. Tgl lahir/ Umur : 8 Januari 2002
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Banjaran
f. No CM :
g. Diagnosa Medis : Osteosarkoma

2. IDENTITAS ORANG TUA/ PENANGGUNG JAWAB


a. Nama : Ny. A
b. Umur : 30 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : IRT
f. Hubungan dengan pasien : Ibu

Asal pasien □ Rawat Jalan


 Rawat Inap
□ Rujukan

A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama : terdapat benjolan di distal femur
2. Riwayat Penyakit : □ DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV □ Tidak ada
3. Riwayat Operasi/anestesi :  Ada □ Tidak ada
4. Riwayat Alergi : □ Ada, sebutkan..................  Tidak ada
5. Jenis Operasi : Amputasi
6. TTV: Suhu : 38.0 0#C,Nadi : 100 x/menit x/mnt,Respirasi : 24 x/mnt _x/mnt,TD : 100/60
mmHg
7. TB/BB : 45 kg / 165 cm
8. Golongan Darah : Rhesus :
RIWAYATPSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
9. Status Emosional
□ Tenang □ Bingung □ Kooperatif  Tidak Kooperatif □ Menangis □ Menarik diri

10. Tingkat Kecemasan : □ Tidak Cemas □Cemas


11. Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas
□ 1 = Mengungkapkan kerisauan
□ 2 = Tingkat perhatian tinggi
□ 3 = Kerisauan tidak berfokus
□ 4 = Respon simpate-adrenal
□ 5 = PanIK
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□ 0-1 □ 2-3 □4-5 □ 6-7  8-9 □ 10

13. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:


Normal
Jika Tidak normal, jelaskan
TIDAK YA

Kepala

Leher

Dada 


Abdomen


Genitalia


Integumen

Ekstremitas  Terdapat benjolan pada bagian distal femur,


benjolan tersebut sebsar bola basket
14. Hasil Data Penunjang

15. Laboratorium : Hb = 8 g/dl

Albumin = 1.5 mg/dl

16. EKG

17. Rontgen :

18. USG :

19. Lain-lain :

Anda mungkin juga menyukai