Anda di halaman 1dari 20

A.

Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian
Osteoma merupakan tumor jinak yang paling sering
ditemukan dari seluruh tumor jinak tulang, terutama pada usia 20 –
40 tahun (Arif Mutaqqin, 2008).
Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak yang
ditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal (Price & Wilson,
2006).
Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan
ditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal. Osteoma klasik
berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan lambat, tidak
nyeri (Lukman dan Nurna Ningsih, 2009)

2. Tanda dan Gejala


a. Nyeri yang berkaitan dengan inflamasi disertai dengan
pembengkakan didalam dan sekitar tulang, biasanya
penderita akan merasakan nyeri pada malam hari
danmenghilang dalam waktu 20 sampai 30 menit. Nyeri
dapat diatasi dengan obatnon-steroid dan anti-inflamasi
b. Fraktur patologis
c. Kecacatan yangb bervariasi
d. Kehilangan berat badan
e. Malaise
f. Dapat juga terjadi demam
g. Nyeri dan pembengkakan ekstremitas yang terkena
h. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yangterbatas
i. Teraba massa tulang
j. Adanya pelebaran vena (venektasi)
k. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada,
anoreksia, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise

3. Klasifikasi
4. Penyebab/Faktor resiko
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui.
Meskipun tidak ada penyebab tu,or tulang yang pasti, ada
beberapa faktor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi
faktor penyebab terjadinya tumor tulang meliputi :
a. Genetik.
Beberapa kelainan gentik dikaitkan dengan terjadinya
keganasna tulang, misalnyasarcoma jaringan lunak atau soft
tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian didugamutasi
genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan
sarcoma.
Ada beberapa gen yang sudah
diketahui,mempunyaiperanan dalam kejadian sarcoma,antara
lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang
jelas dalamterjadinya STS. Gen lain yang
juga diketahui mempunyai peranan adalah genMDM-2
(Murine DoubelMinute 2). Gen ini dapat mnghasilkan suatu
protein yangdapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi
dan menginaktivitas gen tersebut.
b. Radiasi

Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah


tubuh yang terpapar radiasiseperti pada klien karsinoma
mamma dan limfoma maligna yang mendapatradioterapi.
Halperin dkk memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada
klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.
Terjadinya keganasan jaringanlunak dan bone sarcoma akibat
pemaparan radiasi sudah dketahui sejak 1922.Walaupun
jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya
highgrade.Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi
adalah malignant fibroushistiocytoma (MFH) dan
angiosarkoma atau limfangiosarkoma.Jarak waktu
antararadiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11
tahun.

c. Bahan Kimia
Bahan kimia seperti Dioxindan Phenoxyherbicide
diduga dapat menimbulkansarkoma, tetapi belum dapat
dibuktikan.Pemaparan terhadap torium dioksida(Thorotrast),
suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada
hepar,selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan
mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat
menyebabkan angiosarkoma hepatik.
d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak
mempunyai riwayattrauma.Walaupun sarkoma kadang-
kadang timbul pada jaringan sikatriks lama,luka bakar, dan
riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
e. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atu radiasi dapat
menimbulkan limfangiosarkoma dankasus limfangiosarkoma
dapa estremitas superior ditemukan pada klien
karsinomamamma yang mendapat radioterapi pasca-
mastektomi.
f. Infeksi
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga
disebabkan oleh infeksi parasit yaitu filiaris. Pada klien
limfedema kronis akibat obstruksi, filiaris dapat
menimbulkan limfaiosarkoma.

5. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan
lunak diinvasi oleh seltumor. Timbul reaksi dari tulang
normal dengan respon osteolitik yaitu prosesdestruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukantulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada
proses osteoblastik, karena adanya seltumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi
terjadi,sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Adanya tumor tulang jaringan lunak di invasi oleh tumor,
reaksi tulang normal, osteolitik (destruksi tulang),
osteoblastik (pembentukan tulang) destruksi tulang lokal.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat
lesi, pertumbuhantulang yang abortif.
Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin,
Usia, Rangsangan fisik berulang, Hormon, Infeksi, Gaya
hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)dapat
menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel
tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant
(ganas).Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat,
sehingga tumor jinak padaumumnya tidak cepat membesar.
Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya
secaraserempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringantumor dari jaringan
sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor
jinakmudah dikeluarkan dengan cara operasi.Sel tumor pada
tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas
padaumumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh
menyusup ke jaringan sehatsekitarnya, sehingga dapat
digambarkan seperti kepiting dengan kaki-
kakinyamencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping
itu sel kanker dapat membuatanak sebar (metastasis) ke
bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnyamelalui
pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh
kanker baru ditempat lain.
Penyusupan selkankerke jaringan sehat pada alat
tubuh lainnya dapatmerusak alat tubuh tersebut sehingga
fungsi alat tersebut menjadi terganggu.Kanker adalah sebuah
penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidakteratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang
jaringan biologis lainnya, baikdengan pertumbuhan langsung
di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau denganmigrasi sel
ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
teratur inimenyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan
mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh selkankeradalah membelah
diri, membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi,
membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel,duplikasi
DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat
(pada saat ini seltidak melakukan pembelahan)
6. Pemeriksaan penunjang
a. MRI akan mengidentifikasi tumor tulang
b. Biopsi tulang akan mengidentifikasi neoplasma dan
jaringan yang terlibat
c. CT
d. Pemindaian tulang
e. Mielogram
f. Arteriografi
g. Essai biokimia darah dan urin
.

7. Komplikasi
a.
b. Amputasi ekstremitas sering terjadi
c.

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis

- Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor


tersebut saat didiagnosis.
Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan
tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan, dan
pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau
ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi :
a. Pembedahan
b. Kemoterapi
c. Radioterapi
d. Terapi kombinasi
b. Penatalaksanaan keperawatan

a. Menejemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologi ( teknik relaksasi
nafas dalam, fisualisasi, dan bimbingan imajinasi, dan
farmakologi / pemberian analgetikel)
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
mereka dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan
keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau
rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya makan, mual, muntah sebagai efek samping
kemo terapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi
yang adekuat. Pemberian nutrisi parental dapat dilakukan
sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi program terapi dan
teknik perawatan luka dirumah

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Identitas pasien: Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan lain-lain.
Pola Gordon:
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan dan keletihan.
Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari;
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan. Pekerjaan
atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stres
tinggi.
Sirkulasi
Gejala : Palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisikberlebih.
Perubahan pada TD
Integritas Ego
Gejala : Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan
cara mengatasi stres (misalnya merokok, minum alkohol,
menunda mencari pengobatan, keyakinan religius atau
spritual).
Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misal
alopesinesi, cacat, lesi, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan
kontrol depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, dan marah.
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi, misal darah pada feses, nyeri saat
defekasi. Perubahan eliminasi urinearius, misal nyeri atau
rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering
berkemih
Tanda : Perubahan bising usus, distensi abdomen.
Makanan/Cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak,
aditif, bahan pengawet).
Anoreksia,mual atau muntah.
Intoleransi Makanan.
Tanda : Perubahan pada berat badan, penurunan berat badan hebat,
kaheksia, berkurangnya masa otot.
Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit, edema.
Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope
Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri yang bervariasi, misal kenyamanan ringan
sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang
yang merokok), pemajanan asbes.
Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Pemajanan matahari lama atau berlebihan.
Demam.
Tanda : Ruam kulit, ulserasi.
Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan,
perubahan pada tingka kepuasan.
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.
Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini,
herpes genetal.
Interaksi Sosial
Gejala : Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan dirumah,
dukungan atau bantuan).
Masalah tentang fungsi atau tanggungjawab peran

Riwayat Kesehatan:
Pemeriksaan Fisik:

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi atau destruksi
jaringan saraf, obstruksi jaras saraf atau inflamasi, serta efek
samping berbagai agen terapi saraf.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri/ketidaknyamanan.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker),
ancaman atau perubahan status kesehatan atau sosial
ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian,
perpisahan dari keluarga.

Post Operasi:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (prosedur


bedah)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan
bedah, efek kemoterapi, penurunan BB, impoten, nyeri tidak
terkontrol, kelelahan berlebihan, atau sterilitas, psikososial
(ancaman kematian, perasaan kurang terkontrol, ragu tentang
penerimaan, takut atau kehilangan))

3. Rencana Keperawatan
Pre Operasi:
No.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
DP
1. Tujuan : 1. Pantau tindakan dan 1. Tingkat intensitas
Setelah dilakukan intensitas nyeri nyeri merupakan data
perawatan klien 2. Lakukan imobilisasi dasar yang dibutuhkan
melaporkan nyeri 3. Ajarkan tekhnik perawat sebagai
berkurang atau hilang relaksasi (nafas dalam) pedoman pengambilan
Kriteria Hasil : intervensi, sehingga
- Skala nyeri 0-4 (0- setiap perubahan
10) harus terus dipantau
- Grimance (-) 2. Imobilisasi dapat
- Gerakan melokalisir membantu
nyeri meringankan tugas
tulang dalam
mempertahankan
postur tubuh sehingga
tidak terjadi kekakuan
daerah sekitar yang
menyebabkan nyeri
3. Tekhnik relaksasi
(nafas dalam) dapat
membantu
menurunkan tingkat
ketegangan sehingga
diharapkan tekanan
otot-otot sekitar
daerah cidera
menurun
2. Tujuan : 1. Lakukan imobilisasi 1. Imobilisasi dapat
Setelah dilakukan 2. Ajarkan penggunaan mengurangi
perawatan klien dapat alat bantu berpindah pergerakan daerah
melakukan mobilisasi 3. Jelaskan pada pasien cidera sehingga tidak
dengan atau tanpa tentang pentingnya terjadi kerusakan yang
bantuan perawat pembatasan aktivitas berlanjut. Hal ini juga
Kriteria Hasil : 4. Latihan ROM aktif dan dapat membantu
- Klien dapat perpindahan maksimal menopang berat badan
melakukan ROM 2 kali dalam sehari 2. Klien mungkin baru
- Klien dapat 5. Anjurkan partisipasi mengenal dan tidak
berpindah dengan aktif sesuai kemampuan dapat menggunakan
bantuan alat kegiatan sehari-hari alat bantu mobilitas
seperti kruk atau
walker sehingga peran
perawat adalah
memberikan
pendidikan tentang
cara penggunaannya
3. Klien mungkin tidak
mengerti tujuan
pembatasan gerak,
sehingga perawat
harus memberikan
penyuluhan tentang
pentingnya
pembatasan aktivitas
pada pasien cidera.
Pemahaman klien
memungkinkan
peningkatan daya
kooperatif.
4. Latihan ROM dapat
mencegah penurunan
masa otot, konfraktur
dan peningkatan
vaskularisasi.
Sehingga tidak timbul
komplikasi yang tdak
diharapkan.
5. Partisipasi aktif dapat
membantu pemulihan
kesehatan dan melatih
kekuatan otot,
sehingga diharapkan
klien dapat
mempertahankan
kekuatannya.
3, Tujuan : 1. Dorong klien untuk 1. Memberikan
Setelah dilakukan mengungkapkan kesempatan untuk
perawatan klien dapat pikiran dan mengidentifikasi rasa
mengurangi ansietas perasaannya. takut, realisasi serta
Kriteria Hasil : 2. Berikan lingkungan kesalahan konsep
- Klien tidak terbuka, dimana klien tentang diagnosis.
menampakkan merasa aman 2. Membantu klien
tanda-tanda gelisah mendiskusikan untuk merasa diterima
Klien terlihat tenang perasaan atau menolak apa adanya, kondisi
untuk bicara. tanpa perasaan
3. Tingkatkan rasa tenang dihakimi dan
dan lingkungan tenang. meningkatkan rasa
4. Dorong dan terhormat dan kontrol.
kembangkan interaksi 3. Memudahkan
klien dengan sistem istirahat, menghemat
pendukung energi, dan
meningkatkan
kemampuan koping.
Mengurangi perasaan
isolasi. Bila sistem
pendukung keluarga
tidak tersedia, sumber
luar mungkin
diperlukan dengan
segera.
3. Tujuan : 1. Diskusikan dengan 1. Membantu dalam
Setelah dilakukan klien/orang terdekat memastikan masalah
perawatan klien bagaimana diagnosis untuk memulai proses
diharapkan tidak dan pengobatan yang pemecahan masalah
memiliki gangguan harga mempengaruhi 2. Meskipun beberapa
diri kehidupan pribadi klien klien
Kriteria Hasil : dan aktivitas kerja beradaptasi/menyesua
- Klien mau 2. Berikan dukungan ikan diri dengan efek
berkomunikasi emosi untuk kanker atau efek
dengan orang klien/orang terdekat samping terapi,
terdekat tentang selama tes diagnostik namun banyak klien
situasi dan dan fase pengobatan tetap memerlukan
perubahan yang 3. Tinjau ulang efek dukungan tamahan
terjadi samping yang selama periode ini.
- Klien dapat diantisipasi berkenaan 3. Bimbingan antisipasi
mengungkapkan dengan pengobatan dapat membantu
penerimaan pada tertentu, termasuk klien/orang terdekat
diri sendiri dalam kemungkinan efek pada memulai proses
situasi aktivitas seksual dan adaptasi pada status
rasa baru dan menyiapkan
ketertarikan/keinginan, untuk beberapa efek
misal samping, misal
alopesia,kecacatan membeli wig sebelum
bedah. Beri tahu klien menjalani radioterapi,
bahw tidak semua efek jadwal waktu libur
samping terjadi kerja, memberikan
4. Rujuk pada program rujukan pada risiko
kelompok konseling pengobatan seksual.
pendukung (bila ada) 4. Kelompok pendukung
biasanya sangat
menguntungkan baik
untuk klien/orang
terdekat, memberikan
kontak dengan klien
lain dengankanker
pada berbagai
tingkatan pengobatan
dan/atau pemulihan

Post Operasi:
No.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
DP
1. Tujuan : 1. Kaji ulang nyeri dan
Setelah dilakukan pemulihan untuk tipe
perawatan klien anestesia dan medikasi
melaporkan nyeri yang di berikan
berkurang atau hilang 2. Ubah posisi sesuai
dengan Kriteria Hasil : indikasi, misal: semi-
- Skala nyeri 0-4 (0- Flower atau sims lateral
10) 3.
- Melaporkan nyeri
mereda atau
terkendali
- Tampak santai,
dapat istirahat atau
tidur dan
berpartisipasi dalam
aktivitas yang tepat.

C. ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Osteoma

Nn. A usia 18 tahun, pasien datang ke Poliklinik dengan keluhan terdapat benjolan
di lutut, benjolan dirasakan makin lama makin membesar. Pasien mengeluh nyeri
pada lutut menjalar sampai dengan betis, skala nyeri : 8-9, nyeri dirasakan semakin
memberat saat berjalan. Pasien memiliki riwayat kecelakaan 5 bulan yang lalu.
Pasien sudah sempat berobat alternatif, namun benjolan dirasakan makin
membesar. Pasien mengeluh selama 1 bulan terakhir tidak bisa berjalan, untuk
mobilisasi berjalan harus menggunakan kursi roda, sedangkan untuk pemenuhan
kebutuhan mandi, toileting, berpakaian harus dibantu oleh keluarga. Pasien sudah
dilakukan pemeriksaan radiologi, hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat
osteosarcoma pada os. Femur. Pasien disarankan untuk opname dan menjalani
operasi (amputasi).

1. Pengkajian
a. Biodata pasien :
1) Nama : Nn. A
2) JK : perempuan
b. Keluhan utama :
Pasien datang ke Poliklinik dengan keluhan terdapat benjolan di
lutut, benjolan dirasakan makin lama makin membesar. Pasien
mengeluh nyeri pada lutut menjalar sampai dengan betis, skala
nyeri : 8-9, nyeri dirasakan semakin memberat saat berjalan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh selama 1 bulan terakhir tidak bisa berjalan, untuk
mobilisasi berjalan harus menggunakan kursi roda, sedangkan
untuk pemenuhan kebutuhan mandi, toileting, berpakaian harus
dibantu oleh keluarga.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat kecelakaan 5 bulan yang lalu.
Pasien sudah sempat berobat alternatif, namun benjolan dirasakan
makin membesar.
e. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat osteosarcoma pada os.

2. Analisa data
No. Data Masalah Kemungkinan penyebab
1. DS : Pasien mengeluh nyeri pada lutut Nyeri akut Agens cedera biologis
menjalar sampai dengan betis,
skala nyeri : 8-9, nyeri dirasakan
semakin memberat saat berjalan
DO : pasien tampak terdapat benjolan
dilutut
2. DS : Pasien mengeluh selama 1 bulan Hambatan aktivitas
terakhir tidak bisa berjalan, untuk
mobilisasi berjalan harus
menggunakan kursi roda,
sedangkan untuk pemenuhan
kebutuhan mandi, toileting,
berpakaian harus dibantu oleh
keluarga
DO : -

3. Diagnosa keperawatan
No. Diagnosa keperawatan Tanda tangan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
Pasien mengeluh nyeri pada lutut menjalar sampai dengan betis, skala nyeri
: 8-9, nyeri dirasakan semakin memberat saat berjalan, pasien tampak
terdapat benjolan dilutut
2. Hambatan aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan Pasien
mengeluh selama 1 bulan terakhir tidak bisa berjalan, untuk mobilisasi
berjalan harus menggunakan kursi roda, sedangkan untuk pemenuhan
kebutuhan mandi, toileting, berpakaian harus dibantu oleh keluarga.

C. Rencana Keperawatan

No Tanggal Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional


DP Evaluasi
1. Nyeri pasien akan 1. Kaji nyeri pasien secara 1. Mengetahui daerah
februari berkurang dalam waktu PQRST nyeri, kapan nyer
2017 3x24 jam, setelah 2. Observasi aspek non- dirasakan, factor
dilakukan tindakan verbal terhadap nyeri nyeri, mengajarkan
keperawatan dengan yang dirasakan pasien untuk
kriteria: 3. Minta pasien untuk mengetahui penyebab
1. Pasien tidak dan berapa lama nyer
menggunakan skala 1
merasakan nyeri akan berlangsung
2. Nyeri pasien sampai 10 menjelaskan 2. Mengetahui ungkapan
berkurang dari 8- tingkat nyeri perasaan pasien
9 menjadi skala 2 4. Kolaborasikan dengan mengenai nyeri
3. Pasien tampak dokter pemberian 3. Mengetahui tingka
tenang dan rileks analgetik melalui kekuatan nyeri apakah
intravena yang berkurang atau
bertambah
dianjurkan untuk
4. Analgetik akan
mengurangi nyeri mengurangi rasa nyer
yang lebih efektif
2 Setelah dilakukan 1. Lakukan program 1.Terapi harus dilakukan
tindakan keperawatan penanganan untuk secara konsisten untuk
selama 3×24jam kondisi penyebab mendorong kemandirian
diharapkan pasien mampu gangguan pasien.
melakukan perawatan muskuloskeletal, 2. untuk membantu pasien
secara mandiri dengan pantau kemajuan, mencapai tingka
kriteria hasil: laporkan respons fungsional tertinggi sesua
1. Pasien terhadap kemampuannya
mengatakan dikit penanganan, baik 3. pemberian bantuan
demi sedikit respons yang yang tepat pada tingka
dapat berjalan diharapkan maupun yang tepat akan dapa
2. Pasien dapat yang tidak mempertahankan harga
mandi, toileting, diharapkan diri pasien.
berpakaian 2. Dorong pasien 4. Mempertahankan
secara mandiri untuk meningkatkan fungs
`tanpa bantuan mengungkapkan sendi, kekuatan otot dan
orang lain perasaan dan stamina umum. Catatan
keluhan tentang latihan tidak adekua
defisit perawatan menimbulkan kekakuan
diri. sendi, karenanya aktivitas
3. Gunakan alat yang berlebihan dapa
bantu, seperti merusak sendi
kateter , pispot atau 5. Berguna dalam
urinal. Seiring memformulasikan
meningkatnya program latihan/ aktivitas
kontrol kurangi yang berdasarkan pada
penggunaan alat kebutuhan individual dan
bantu dalam
4. Bantu dengan mengidentifikasikan alat
rentang gerak 6. Meningkatkan
aktif/pasif, kekuatan dan sirkulas
demikiqan juga otot, meningkatkan pasien
latihan resistif dan dalam mengontrol situasi
isometris jika meningkatkan kemauan
memungkinkan pasien untuk sembuh
5. konsul dengan
fisoterapi.
6. Bantu pasien dalam
perawatan diri.
REFERENSI

Asuhan Keperawatan Osteomalasia. (n.d.). Retrieved from


www.dokumen.tips/documents/asuhan-keperawatan-osteomalasia.html
Konsep Dasar Osteoma. (n.d.). Retrieved from
www.academia.edu/5426437/126132054-Konsep-Dasar-Osteoma
Lukman, N. n. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
M. Black, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Jakarta: PT Salemba Emban Patria.

Anda mungkin juga menyukai