DISUSUN OLEH:
SRI INDRIYANNI
(1911040045)
2020
PENDAHULUAN
Kanker atau tumor ganas terjadi akibat adanya pertumbuhan sel- sel jaringan tubuh
yang tidak normal, disebabkan neoplasia, displasia, dan hiperplasia. Neoplasia adalah kondisi
sel yang terdapat pada jaringan berproliferasi secara tidak normal dan invasif, dysplasia yaitu
kondisi sel yang tidak berkembang normal dengan indikasi adanya perubahan pada nucleus
(inti sel), hyperplasia merupakan kondisi sel normal pada jaringan mengalami pertumbuhan
berlebihan (Ariani, 2015).
Pedis adalah anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan (dari
pangkal paha ke bawah) (Manjoer, 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kanker pedis adalah pertumbuhan
sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal pada anggota badan yang menopang tubuh dan
dipakai untuk berjalan.
Penyebab terbanyak di lakukan indikasi kraniotomi adalah karena tumor atau keganasan.
Seiring dengan tingginya angka kejadian kanker di dunia. Jenis kanker atau tumor, menurut
UICC kebanyakan dapat di cegah dengan menjaga gaya hidup sehat, yaitu menjaga pola
makan sehat, melakukan olah raga secara rutin, teratur dan terukur (Anna,2011). Banyak
masyarakat kita yang belum mengetahui gejala gejala serta bahaya penyakit tumor otak yang
dapat mengakibatkan kematian ataupun kecacatan bagi penderitanya. Karena pada umumnya
penderita yang datang berobat ke Dokter ataupun rumah sakit sudah dalam keadaan
parah(stdium lanjut) sehingga cara penanggulanganya (operasi) hanya bersifat life
sevingsementara untuk mencegah tumor timbul kembali (residif) membutuhkan radioterapi
dan kemoterapi (Anna,2011)
PRESENTASI KASUS
Pasien datang ke poli RSUD Banyumas pada tanggal 10 febuari 2020 dengan keluhan ada luka
pada kaki kiri dan terasa nyeri. Klien riwayat operasi pedis pada kaki kiri puluhan tahun yang
lalu dan terakhir pada tahun 2019. Luka dirasa tumbuh lagi dan semakin melebar. Kemudian
klien dibawa ke ruang Edelwais untuk rencana operasi. Saat dilakukan pengukuran
TTVdidapatkan hasil TD: 130/80 mmHg, N: 84x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,6ᵒC. Keadaan
umum klien cukup, composmentis.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 11 febuari 2020 pukul 14.55 WIB didapatkan hasil klien
mengeluh nyeri dengan
P: Nyeri
Q: sepertiditusuk-tusuk
S: Skala nyeri 5
Keadaan umum klien cukup, composmentis dengan TD: 120/80 mmHg, N: 78x/menit, RR:
20x/menit, S: 36,6ᵒC.
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Kanker adalah penyakit yang dapat menyerang dan muncul akibat pertumbuhan tidak
normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya
(Lubis, 2009).
Pedis adalah anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan (dari
pangkal paha ke bawah) (Manjoer, 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kanker pedis adalah pertumbuhan
sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal pada anggota badan yang menopang tubuh dan
dipakai untuk berjalan.
FAKTOR RESIKO
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi
tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi), (Smeltzer, 2001).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang
berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya tumor tulang yang
meliputi:
a. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya
sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga
mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen
yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen RB-
1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain
yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2).
Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah
mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
b. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti
pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi. Halperin
dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang
diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat
pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan,
prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma
(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan
terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
c. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan sarkoma,
tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu
bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga
diduga dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat
menyebabkan angiosarkoma hepatik.
d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.
Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan
riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
e. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus
limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma mammae
yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.
f. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit,
yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat
menimbulkan limfangiosrakoma.
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN
a. Laboratorium
1) Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkali fosfatase serum
meningkat (pada sarkom).
Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum tulang karena
penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah sel darah putih atau hitungan
trombosit.
Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim yang disebut basa
phosphatise pada pasien dengan osteosarkoma
b. Radiologi
1) Sinar x tulang
Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif biaya
penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang dicurigai. Pasien yang
menyajikan ke dokter dengan fraktur mungkin memiliki kanker tulang yang
mendasari yang dapat diduga pada x ray. Jika sinar x sugestif dari kanker tulang
pasien disebut spesialis untuk lebih lanjut evaluasi dan manajemen.
2) MRI scan
MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan medan magnet yang
kuat dan gelombang radio untuk melihat tulang dan organ tubuh. Ini mungkin
disarankan untuk mendeteksi ukuran dan penyebaran setiap kanker tumor dalam
tulang.
3) CT scan
c. Biopsi
Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi kanker tulang. Biopsi
melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang terkena dampak dari tulang dan
menodai dengan pewarna cocok pada slide dan memeriksa sel sampel di bawah
mikroskop di laboratorium.
Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau kelas kanker dan
bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini membantu dalam perencanaan manajemen
kanker dan juga membantu dalam meramalkan hasil dari kanker.
Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua metode - inti biopsi
jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti dilakukan setelah menerapkan lokal atau
umum anestesi. Tipis jarum dimasukkan ke dalam tulang dan sampel jaringan akan
dihapus.
Pada pasien yang terindikasi tumor sebaiknya segera di bawa ke Rumah sakit untuk
pemeriksaan lebih lanjut, salah satunya adalah pemeriksaan MRI (Magnetic resonance
imaging ) adalah pencitraan resonansi magnetik yang menangkap apa yang terjadi di otak
secara fisiologis sebelum, selama dan setelah individu melakukan tugas MRI mengandalkan
prinsip bahwa setiap atom di tubuh bekerja seperti jarum kompas yang kecil dan berbasis
dalam arah yang dapat di perkirakan apabila terpajan dengan medan magnetik.
CT scan ini sangat baik untuk visualisasi tulang dan dapat mendeteksi hemoragi akut. CT
scan berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah awal penegakan diagnosis dan sangat
baik untuk melihat klarifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang tengkorak.
Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan pembedahan yang di pilih
harus berhati hati untuk meminimalisir resiko defisit neurologic setelah operasi. Tujuan
pembedahan : menghasilkan diagnosis histologik yang akurat, mengurangi tumor pokok,
memberikan jalan untuk CSF ngalir, mencapai potensial penyembuhan. Terapi radiasi
memainkan peran penting dalam pengobatan tumor pada orang dewasa. Terapi radiasi adalah
terapi non pembedahan yang paling efektif untuk pasien dengan maligant glioma dan juga
sangat penting bagi pengobatan pasien dengan low-grade glioma.
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan
pertumbuhannya tidak terkendali. Penyebab pasti terjadinya tumor masih belum dipastikan.
Namun ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya , yaitu karena Ny. K terpapar radiasi
( terbakar api kayu bakar). Adanya tumor ganas (kanker) diketahui adanya massa dilihat melalui
tumor tulang dapat dihambat melalui terapi, farmakologi, dan pembedahan. Masalah
keperawatan yang muncul pada Ny. K sebelum dilakukan tindakan pembedahan adalah
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, implementasi yang sudah dilakukan meliputi monitor
adanya pusing, monitor tanda reaksi tranfusi, memberikan cairan Nacl, pemberian tranfusi darah.
Setelah Hemoglobin 9.4 g/dl dilakukan tindakan pembedahan eksisi luas. Saran bagi pasien
hendaknya mampu dan mau mengiuti program terapi dengan baik serta kooperatif pada saat
dilakukan tindakan, baik tindakan medis maupun tindakan keperawatan. Bagi keluarga agar
selalu memberikan dukungan seperti meningkatkan motivasi kepada pasien dan juga berperan
dalam perawatan pasien pada saat dirumah sakit maupun saat dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. Dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku utuk Brunner dan Suddart.
Jakarta: EGC.
Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta: Salemba
Medika.
Suratun, et al. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
http://www.NHS.uk/conditions/Cancer-of-the-Bone/Pages/diagnosis.aspx