Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS AN.

A DIAGNOSA SOFT TISSUE TUMOR REGIO


PENIS
TINDAKAN EKSISI MASSA TUMOR
DI RUANG CENTRAL OPERATION THEATRE RSP UNHAS

Oleh KEL. 2 :

Melyani Tuti (R014192021)


Firda Mansyur (R014201013)
Amalia Andyka Parwaty Ys. (R014201025)

PRESEPTOR INSTITUSI

(Musmulyono Yusuf S.Kep.Ns. MHPA)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi Tumor
Tumor, secara literal, memiliki arti pembengkakan yang abnormal. Dalam
bahasa kedokteran, tumor (neoplasma) merupakan suatu lesi sebagai hasil
pertumbuhan abnormal dari sel yang autonom atau relatif autonom, yang
menetap, walau rangsangan penyebabnya telah dihilangkan (Shidham, 2017).
Sel normal yang mengalami transformasi menjadi sel tumor disebut
sebagai sel neoplastik. Transformasi tersebut meliputi satu seri perubahan
genetik (misalnya mutasi), sel melepaskan diri secara permanen dari
mekanisme pengatur pertumbuhan normal.
Sel neoplastik tumor disebut maligna apabila memiliki tambahan
kemampuan khas mematikan yang memungkinkan sel untuk menembus dan
menyebar, atau metastasis ke jaringan lain (Shidham, 2017).
1. Struktur Tumor
Setiap sel tumor terdiri dari :
a. Sel neoplastik kelompok sel ini akan menghasilkan macam-macam
bentuk pertumbuhan dan aktivitas sintetik sel asal. Tergantung pada
fungsi serupa jaringan asal, maka sel ini akan terus menyintesis dan
menyekresi produk sel ke dalam aliran darah sehingga dapat dideteksi
kemudian.
b. Stroma ada anyaman jaringan ikat yang melekat dan mendukung
kelompok sel neoplastik. Anyaman ini disebut stroma (dari kata
Yunani yang berarti kasur), yang tugasnya memberi dukungan
mekanis dan nutrisi kepada sel neoplastik. Stroma selalu mengandung
pembuluh darah yang tersebar dan menyatu dengan tumor.
(Underwood, 1999) Adapun bentuk-bentuk tumor sebagai berikut.
Gambaran maskroskopis yang dideskripsikan sebagai tonjolan datar,
umumnya jinak, yaitu karena biasanya tidak meluar mele bihi jaringan
asal. Bentuk ulserasi sering berhubungan dengan sifat agresif
(Underwood, 1999). Tumor biasanya memiliki perabaan yang lebih
padat dibanding dengan jaringan sekitarnya, sehingga mudah teraba
sebagai benjolan pada tempat yang bisa dideteksi. Tumor yang padat
dan keras dikatakan sebagai scirrhous, yang lunak disebut medullary
(Underwood, 1999).

2. Klasifikasi Tumor
Berdasarkan sifat tumor di dalam klasifikasi ini dibagi menjadi
dua, yaitu jinak dan ganas. Berikut akan dijelaskan perbedaan karakteristik
tumor jinak dan ganas pada tabel 2.1. (Underwood, 1999)
3. Berdasarkan asal sel
Klasifikasi tumor dibuat secara histogenetik, adapun pembagian
luasnya sebagai berikut :
a. Berasal dari sel epitel
b. Berasal dari jaringan ikat
c. Berasal dari organ yang limfoid dan homopoietik. (Underwood, 1999)

4. Diferensiasi
Diferensiasi memiliki arti tingkat kemiripan tumor secara histologi
terhadap sel atau jaringan asal, sehingga diferensiasi menentukan grade
suatu tumor. Tumor jinak tidak digolongkan ke dalam klasifikasi ini,
karena bentuk tumor jinak hampir selalu sangat mirip dengan jaringan
asalnya. Pada tumor ganas, klasifikasi diferensiasi sangat penting secara
klinis, selain karena memiliki korelasi kuat dengan prognosis pasien, juga
dapat memberikan arahan tepat untuk penentuan pengobatan yang tepat.
Tumor ganas biasanya digolongkan sebagai tumor berdiferensiasi baik,
moderat atau buruk, atau secara numerik sering disebut sebagai grade 1,
grade 2, atau grade 3 (Underwood, 1999).

B. Tumor Jaringan Lunak


Epidemiologi Sarkoma (tumor ganas) jaringan lunak bisa terjadi
dimanapun, tetapi tiga perempat lokasinya terjadi pada ektremitas (paling
banyak di paha) dan 10 persen masing-masing di trunk wall (dinding batang
tubuh) dan retrioperitoneum, Sarkoma jaringan lunak semakin banyak terjadi
seiring bertambahnya usia; usia mediannya adalah 65 tahun.
Pada sepertiga kasus, diameter tumor superfisial berukuran 5 cm
dan selebihnya terletak lebih dalam dengan ukuran median diameter 9 cm
(WHO, 2017). Menurut WHO, setiap tahun, diperkirakan ada 3000/sejuta
populasi (1830) yang datang berkonsultasi pada dokter mengeluhkan
penyakit-penyakit tumor jinak jaringan lunak ini, sedangkan pada sarkoma
jaringan lunak ditemukan sekitar 30/sejuta kasus (1663).
Berdasarkan penelitian distribusi sarkoma jaringan lunak yang
dilakukan di beberapa rumah sakit di Pekanbaru periode 2009-2013 (Arfiana,
Burhanuddin, & Fidiawati, 2016), dari 195 kasus, ditemukan bahwa sarkoma
jaringan lunak lebih banyak terjadi pada wanita (60%) dibanding pria.
Usianya berada diantara 40-49 tahun, sedangkan gambaran histopatologi
yang paling umum ditemukan adalah rhabdomyosarcoma (17,9%).
Tipe-tipe sarkoma jaringan lunak ditentukan berdasarkan asal
jaringannya. Dari begitu banyak kejadian, paling banyak terjadi di
ekstremitas. Frekuensi lokasi secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
paha, bokong, dan selangkangan, 46%; badan, 18%; ekstremitas atas, 13%;
retroperitoneal, 13%; dan kepala dan leher, 9%.
Gejala yang paling sering terlihat adalah massa asimtomatik.
Tumor-tumor ini dapat muncul terlambat, terutama di daerah paha dan pelvis
(Steen & Stephenson, 2008). Tumor jaringan lunak diklasifikasikan secara
umum menjadi dua, yaitu jinak dan ganas.
Sepertiga kasus kejadian tumor jinak adalah lipoma, sepertiganya
lagi adalah fibrohistiocytic dan tumor fibrous, 10 persen tumor-tumor
vaskular, dan 5 persen tumor pada nerve sheath.
Lipoma pada umumnya tidak menyakitkan, jarang terjadi pada
tangan, ekstremitas bawah, dan kaki, dan sangat jarang terjadi pada anak-
anak, multiple (angio) lipoma terkadang menyakitkan dan umumnya terjadi
pada lelaki muda, angioleiomyoma sering rasanya menyakitkan dan umum
terjadi di ekstremitas bawah pada wanita separuh baya, dimana setengah dari
jumlah tumor vaskular terjadi pasien lebih muda dari usia 20 tahun. Dari
tumor jinak jaringan lunak, 99% terjadi superfisial dan 95% ukuran diameter
kurang dari 5 cm. (WHO, 2017)
Berikut adalah klasifikasi/jenis-jenis tumor jaringan lunak berdasarkan tipe
histologinya menurut WHO pada tahun 2017 :
1. Adipocytic Tumours/tumor di jaringan adiposa
a. Benign/jinak
Lipoma, Lipomatosis, Lipomatosis of nerve, Lipoblastoma/
Lipoblastomatosis, Angiolipoma, Myolipoma, Chondroid lipoma,
Extrarenal angiomyolipoma, Extra-adrenal myelolipoma, Spindle
cell/ Pleomorphic lipoma, Hibernoma
b. Intermediate
(Locally aggressive) Atypical lipomatous tumour/ Well
differentiated liposarcoma
c. Malignant/ganas
Dedifferentiated liposarcoma, Myxoid liposarcoma, Round cell
liposarcoma, Pleomorphic liposarcoma, Mixed-type liposarcoma ,
Liposarcoma,not otherwise specified
2. Fibroblastic / Myofibroblastic Tumours/tumor di jaringan fibroblas
a. Benign/jinak
Nodular fasciitis, Proliferative fasciitis, Proliferative myositis,
Myositis ossificans fibro-osseous pseudotumour of digits, Ischaemic
fasciitis, Elastofibroma, Fibrous hamartoma of infancy, Myofibroma
/ Myofibromatosis, Fibromatosis colli, Juvenile hyaline fibromatosis,
Inclusion body fibromatosis, Fibroma of tendon sheath,
Desmoplastic fibroblastoma, Mammary-type myofibroblastoma,
Calcifying aponeurotic fibroma, Angiomyofibroblastoma, Cellular
angiofibroma, Nuchal-type fibroma, Gardner fibroma, Calcifying
fibrous tumour, Giant cell angiofibroma
C. Etiologi
Penyebab tumor jaringan lunak adalah sebagai berikut :
1. Genetik
Telah dibuktikan bahwa kelainan genetik tertentu dan mutasi gen
adalah faktor predisposisi bagi sebagian tumor jaringan lunak yang jinak
maupun ganas (Shidham, 2017). Gen mengandung instruksi untuk
mengatur perkembangan dan pembelahan sel. Gen yang bertugas dalam
pembelahan sel disebut oncogen. Gen lainnya yang bertugas
memperlambat pembelahan sel dan memastikan sel-sel untuk mati pada
waktu yang tepat disebut gen suppressor tumor. Kanker dapat disebabkan
oleh mutasi (defek) DNA yang menyebabkan oncogen terus aktif dan
membuat gen suppressor tumor tidak berfungsi (American Cancer Society,
2016) Gen NF1 dalam neurofibromatosis adalah contohnya, yang condong
mengalami transformasi sehingga menjadi multiple neurofibroma yang
bersifat ganas. Contoh lain, Gardner syndrome yang disebabkan oleh
mutasi gen APC yang membuat penderitanya menumbuhkan banyak polip
di kolon sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker kolon dan tumor
desmoids. Gorlin syndrome, yang juga disebut sindroma karsinoma sel
basal nevoid disebabkan oleh mutasi gen PTCH1 yang meningkatkan
risiko terjadinya fibrosarkoma dan rhabdomyosarcoma (American Cancer
Society, 2016)
2. Radiasi
Mekanisme patogenesisnya adalah mutasi genetik akibat radiasi
lebih dari 2000 cGy yang menyebabkan transformasi neoplastik (Shidham,
2017). Jarak waktu antara perawatan radiasi dan diagnosis sarkoma adalah
lebih kurang 10 tahun (American Cancer Society, 2016) dan
mengakibatkan angka insiden kurang dari 5% kasus sarkoma.
3. Limfedema
Kronis setelah nodul-nodul limfe diangkat atau rusak akibat
radioterapi, cairan limfe dapat berkumpul dan menyebabkan
pembengkakan yang disebut limfedema (American Cancer Society, 2016).
Pada pasien karsinoma payudara tingkat akhir, limfedema kronis dapat
berkembang menjadi limfangiosarkoma (Shidham, 2017).
4. Karsinogen dari lingkungan
Hubungan antara paparan berbagai bahan karsinogen dengan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak memang ada. Angiosarkoma
hati, misalnya, disebabkan oleh paparan bahan arsenik, thorium dioksida,
dioxin, asam phenoxyacetic, dan vynil klorida. (Shidham, 2017)
5. Infeksi Contoh tumor jaringan lunak yang disebabkan oleh infeksi
Kaposi sarcoma yang disebabkan oleh human herpes virus tipe-8
(HHV-8), yang menyerang pasien-pasien human immunodeficiency virus
(HIV). Infeksi virus Epstein-Barr pada pasien immunocompromised juga
meningkatkan kemungkinan berkembanganya tumor jaringan lunak.
(Shidham, 2017)
6. Trauma jaringan
Relasi antara trauma dengan tumor jaringan lunak sifatnya
kebetulan. Adanya suatu trauma memungkinkan terjadinya lesi tumor
jaringan lunak. (Shidham, 2017)

D. Patofisiologi
Secara umum, tumor jaringan lunak tumbuh secara sentripetal,
meskipun beberapa tumor jinak (misalnya, lesi fibrosa) dapat tumbuh
memanjang di sepanjang bidang jaringan. Sebagian besar tumor jaringan
lunak tetap pada batas fasia, yang tersisa terbatas pada kompartemen asal
sampai tahap perkembangan selanjutnya (Shidham, 2018).
Setelah tumor mencapai batas anatomi kompartemen, tumor lebih
mungkin untuk melanggar batas-batas kompartemen. Struktur neurovaskular
utama biasanya tergeser karena tidak diselimuti atau diserang oleh tumor.
Tumor yang timbul di lokasi ekstrakompartemen, seperti fossa poplitea, dapat
berkembang lebih cepat karena kurangnya batas fasia; mereka juga lebih
cenderung melibatkan struktur neurovaskular (Shidham, 2018). Bagian
perifer dari tumor menekan jaringan lunak di sekitarnya yang normal karena
pertumbuhan ekspansil sentripetal. Ini menghasilkan pembentukan zona yang
relatif terdefinisi dengan baik dari jaringan fibrosa terkompresi yang mungkin
mengandung sel-sel tumor yang tersebar.
Zona ini juga dapat terdiri dari sel-sel inflamasi dan menunjukkan
neovaskularitas (Shidham, 2018). Lapisan tipis jaringan yang disebut zona
reaktif mengelilingi zona kompresi, terutama pada tumor tingkat tinggi.
Bersama-sama, zona kompresi dan reaktif membentuk pseudocapsule yang
membungkus tumor dan berguna dalam menentukan tingkat reseksi bedah
(Shidham, 2018).
Beberapa lesi yang sangat agresif dengan pola pertumbuhan infiltratif,
mungkin tidak terhalang batas. Batas kompartemen anatomi dan sering akan
menyerang bagian badan fasia.
Sarkoma jaringan lunak pada dasarnya muncul karena perkembangan
acak dari sel-sel di daerah sendi dan bagian-bagian jaringan yang
mempengaruhi organ tetangga dari daerah yang terkena. Sarkoma jaringan
lunak terjadi di berbagai bagian tubuh dan nama-nama yang berbeda
ditetapkan sesuai dengan bagian yang terpengaruh. (Shidham, 2018).
Berbagai jenis sarkoma jaringan lunak ditemukan, yang berkembang di
berbagai bagian tubuh adalah (Abilash et al., 2013):
1. Fibrosarkoma
Pertumbuhan sel kanker pada jaringan ikat, misalnya di lengan dan
bagian bawah kaki, juga terjadi di sekitar bekas luka, otot, saraf, tendon,
dan lapisan tulang. Dapat juga menyerang jaringan lokal dan menyebar
di antara aliran darah dan paru-paru.
2. Leiomyosarkoma
Tumor kanker ini memulai pertumbuhannya pada otot jaringan
halus di mana otak tidak memiliki kontrol seperti, otot di dinding
pembuluh darah, rahim, atau saluran pencernaan. Sarkoma jenis ini
pada dasarnya terjadi di antara orang yang berusia 60 tahun. Anak-anak
banyak terpengaruh di saluran pencernaan, yang mungkin termasuk
lambung, usus kecil, usus besar, usus buntu, dan anus tetapi pada masa
kanakkanak tidak terdeteksi karena gejala ditemukan pada masa remaja.
3. Rhabdomyosarkoma
Jenis sarkoma ini adalah jenis yang paling umum ditemukan pada
sarkoma jaringan lunak otot rangka. Situs umum asalnya adalah lengan
atau kaki, tetapi juga dapat berkembang di daerah kepala, leher, saluran
kencing, atau organ reproduksi. 85% dari jenis sarkoma ini terjadi pada
bayi, anak-anak, dan remaja. Risiko utama rhabdomyosarcoma adalah
anak-anak yang dilahirkan dengan cacat lahir. Gejala umum sarkoma
ini adalah massa tetapi tanpa rasa sakit. Jika tumor ditemukan di hidung
atau tenggorokan, itu dapat menyebabkan perdarahan atau cacat
neurologis. Jika di mata, itu menyebabkan mata menonjol dan masalah
penglihatan. Universitas Sumatera Utara 17 Sarkoma ini terdeteksi
sangat terlambat karena gejalanya sangat jarang. Rhabdomysarkoma
sangat agresif karena menyebar secara acak.
4. Liposarkoma
Liposarkoma berasal dari jaringan lemak. Sarkoma jenis ini dapat
dikembangkan di mana saja di tubuh, tetapi sebagian besar situs adalah
lapisan di belakang rongga perut. Ini juga terjadi di paha, daerah gluteal
atau di belakang lutut. Pada dasarnya ini adalah tumor ganas, umumnya
ditemukan pada kelompok orang berusia 30 hingga 60 tahun. Sarkoma
ini memiliki 3 bentuk biologis; pertama, liposarkoma berdiferensiasi
baik, kedua, myxoid atau sel bundar, dan ketiga, pleomorfik. Kelainan
kromosom menciptakan protein fusi yang merupakan komponen utama
pembentukan kanker. Kelainan yang disebabkan menyebabkan
liposarkoma. Tingkat kematian sekitar 50%. Liposarkoma lebih banyak
terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Gejala utama
liposarkoma adalah muntah, penurunan berat badan, kelelahan,
pembengkakan yang menyakitkan, dan pembesaran pembuluh darah.
5. Sarkoma Sinovial
Ini adalah jenis sarkoma yang ditemukan terutama pada pria
dibandingkan dengan wanita. Sarkoma ini terjadi di jaringan sinovial.
Tumor ini adalah tumor tingkat tinggi di antara semua sarkoma yang
disebutkan. Sarkoma ini terjadi karena translokasi t (X; 18) (p11; q11)
yaitu pada kromosom 18 dan kromosom X, translokasi berlangsung
karena translokasi sarkoma mengandung gen mutan. Sarkoma ini
memiliki gejala yang mirip dengan sarkoma yang disebutkan lainnya.
Sarkoma sinovial ditemukan 8% dari semua sarkoma lainnya, tetapi
sekitar 15-20% kasus pada orang dewasa muda dan remaja.
6. Angiosarkoma
Munculnya sel kanker dimulai di dinding lapisan dalam darah atau
pembuluh limfatik. Tumor adalah neoplasma ganas yang terjadi sangat
acak dan berkembang biak dengan sangat cepat. Sarkoma ini dikatakan
sebagai angiosarkoma karena merupakan berbagai neoplasma vaskular
Universitas Sumatera Utara 18 endotel. Tumor ini memengaruhi
berbagai bagian tubuh seperti hati, limpa, payudara, atau jantung. Hal
ini terjadi karena lympheda, dan juga karena banyak paparan radiasi
atau komponen karsinogenik. Sarkoma ini dapat disajikan dalam bentuk
infeksi kulit atau pembentukan benjolan. Sarkoma ini dapat terjadi pada
orang berusia 5 hingga 97 tahun. Tingkat kematian dalam sarkoma ini
sangat rendah. Angiosarkoma terutama memengaruhi bagian leher dan
kepala tubuh.
7. MPNST (Malignant Peripheral Nerve Sheath Tumor)
Yang bila diterjemahkan disebut tumor selubung saraf tepi perifer.
Tumor ganas jenis ini terjadi pada orang lanjut usia. Ia juga dikenal
sebagai neurofibrosarcoma; neurosarkoma. Sarkoma jenis ini terjadi
dua kali lebih umum di antara pria daripada wanita. Situs utama untuk
pengembangan sarkoma jaringan lunak ini adalah ekstremitas dan ruang
anatomi di belakang rongga perut. Perkembangan tumor dimulai dari
saraf perifer atau dari sel-sel yang berhubungan dengan selubung saraf,
juga muncul dari neurofibroma. Sarkoma ini biasanya berbentuk
benjolan besar bersama dengan rasa sakit, tumbuh sangat cepat dan
sangat agresif.
8. GIST (Gastrointestinal Stromal Tumor)
Kanker yang memengaruhi saluran pencernaan dan struktur
terdekat di dalam perut. Jenis sarkoma ini umumnya terjadi pada usia
50 hingga 70 tahun dan jarang terjadi pada anak-anak. Sarkoma ini
umumnya terjadi kanker, jika tidak diobati pada tahap awal atau tidak
terdeteksi.
9. Dermatofibrosarkoma (DFSP)
Merupakan tumor jinak, tetapi 2-5% kasus menjadi metastasis.
E. Faktor Risiko
Kanker merupakan penyakit dengan penyebab multifaktor yang terbentuk
dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui stadium
yang berbeda-beda. Faktor nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat
penting, yang kompleks dan sangat dikaitkan dengan proses patologis kanker.
Secara umum, total asupan berbagai lemak bisa dihubungkan dengan
peningkatan insiden beberapa kanker utama misalnya kanker payudara, colon,
prostat, ovarium, endometrium, dan pankreas.
Disamping itu, obesitas juga meningkatkan risiko untuk kanker dan
aktivitas fisik merupakan determinan utama dari pengeluaran energi akan
mengurangi risiko. Faktor gaya hidup antara lain merokok, diet, konsumsi
alkohol, dan reproduksi (hamil, menyusui, umur pertama menstruasi,
menopause) (Oemiati et al., 2011)
Dari kajian literatur terlihat beberapa faktor risiko penyakit kanker antara
lain; merokok dan faktor gaya hidup (khususnya konsumsi sayur dan buah
serta aktivitas fisik) merupakan faktor risiko kanker. Hal ini diperjelas dengan
pernyataan Ray (2005) yang mengatakan bahwa asupan buah dan sayur yang
tinggi akan menurunkan risiko kanker.
Alkohol adalah faktor risiko untuk tumor dan saluran pencemaan atas,
kanker hati, dan kanker colon rectal, jumlah sedikit (small amount) akan
meningkatkan risiko kanker payudara.
Faktor lain yang berpengaruh adalah kesehatan mental. Orang dengan
mental disorder (khususnya yang berkaitan dengan masalah mood seperti
depresi klinis dan bipolar) akan meningkatkan risiko kejadian kanker pada
usia muda. Pada wanita 43 % dengan mental disorder akan menjadi sakit
kanker kurang 2 tahun setelah didiagnosis menderita masalah dengan mood.
(Oemiati et al., 2011)
Peningkatan kasus kanker korelasi dengan perubahan demografi, sosial
ekonomi, psikososial yang akan meningkatan morbiditas dan mortalitas
kanker. Universitas Sumatera Utara 20 Sedangkan insidens kanker meningkat
di negara berkembang dan akan meningkat di daerah perkotaan dibandingkan
daerah pedesaan. (Oemiati et al., 2011)
F. Prognosis
Hasil akhir dan prognosis tumor jaringan lunak bergantung pada
beberapa, seringnya faktor-faktor yang saling terkait, adapun diantaranya :
ukuran tumor, kedalaman letak tumor, tipe histologist, tingkatan klinis, ploidi
(genom) DNA, proliferasi sel, mutasi gen kanker (Shidham & Hackbarth,
2017)
Letak tumor sangat berpengaruh dalam menentukan strategi pengobatan
dan prognosis. Ketika letaknya berada di ekstremitas yang lebih proksimal,
prognosisnya akan makin buruk. Biasanya, lesi tumor pada ekstremitas
bagian distal bisa lebih mudah diobati dari lesi pada bagian proksimal.
Pengobatan tersebut dapat dilakukan pada stage awal karena lesi distal
cenderung berukuran lebih kecil dari tumor yang berada di ekstremitas
proksimal (Lawrence et al., 1983)

G. Pemeriksaan Penunjang
Tumor yang terlihat jinak biasanya langsung dieksisi, namun pada tumor
yang terlihat memiliki potensial menjadi ganas biasanya diperiksa lebih lanjut
sebelum dioperasi.
Pemeriksaan penunjang yang utamanya digunakan adalah core needle
biopsy dan fine needle aspiration (FNA) (Lindberg, 2019). Apabila hasil
pemeriksaan penunjang tidak dapat di tentukan, maka pemeriksaan
dilanjutkan pada biopsi open surgical dengan frozen section evaluation atau
bahkan resection menyeluruh. Sebaliknya, bila hasil diagnosis dapat
ditentukan, tindakan akan dilanjutkan dengan eksisi lokal, resection luas, atau
kemoterapi adjuvant dengan/tanpa radiasi yang diberikan sebelum operasi
(Lindberg, 2019)
Adapun untuk mendiagnosis tumor jaringan lunak, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut (Shidham, 2017):
1. Pemeriksaan laboratorium
Spesifik untuk tumor jaringan ikat, ada analisis sitogenetik dan histologi.
2. Pemeriksaan imaging
Selama lebih dari dua decade terakhir, pemeriksaan imaging (contoh,
plain radiography, computed tomography [CT], magnetic resonance
imaging [MRI], bone scintigraphy, and positron emission tomography
[PET]) telah banyak berkontribusi dalam manajemen tumor jaringan
lunak. Meski tidak bisa memberi diagnosis spesifik (kecuali lipoma atau
liposarkoma), pemeriksaan-pemeriksaan ini sangat berguna untuk
menentukan letak anatomis, luas penyebaran tumor, dan keterlibatan
struktur-struktur penting.
3. Diagnosis jaringan
Mendiagnosis jaringan sedari awal adalah komponen paling penting
dalam pengobatan tumor jaringan lunak. Semua tumor jaringan yang
lebih besar dari 5 cm, termasuk pembesaran atau lesi gejala tumor, harus
Universitas Sumatera Utara 22 dibiopsi. Beberapa teknik biopsi yang
ada, antara lain: fine needle aspiration biopsy (FNAB), core needle
biopsy, incisional biopsy, dan excisional biopsy.
4. Gambaran histologi
Penentuan tingkatan klinis tumor berdasarkan gambaran histologinya
menjadi salah satu langkah penting dalam menyusun strategi pengobatan.
Ada macam-macam sistem tingkatan; mereka umumnya berdasarikan
evaluasi karakteristik histomorfologi, termasuk cellularity, cellular
pleomorphism, aktivitas mitosis, dan nekrosis, serta kategori
histologinya. Adapun tingkatan yang lebih sederhana, yaitu sistem tiga
tingkatan (grade 1, 2, 3) yang ditentukan berdasarkan diferensiasi sel
tumor.
a. Core Needle Biopsy
Pada core needle biopsy, sampel tumor yang dibutuhkan dalam
pemeriksaan cukup sedikit saja, sama seperti FNAB, namun lebih
populer karena memiliki risiko morbiditas rendah terhadap pasien.
Sangat baik dilakukan pada kasus lesi superficial atau lesi visceral
yang dalam dengan bantuan CT. (Lindberg, 2019)
b. Fine-Needle Aspiration Biopsy
Pemeriksaan fine needle aspiration biopsy (FNAB) memiliki
keunggulan yang sama dengan core needle biopsy, hanya saja hasil
aspirasi sampel, terlepas dari keberhasilannya menentukan diagnosis,
dapat digunakan selanjutnya menjadi bahan untuk evaluasi
histologist dan immunohistochemical tumor jaringan lunak.
(Lindberg, 2019)
c. Open Surgical Biopsy
Sampel kecil dari tumor atau lesi cukup untuk melakukan open
surgical biopsy, tapi umumnya dapat menghasilkan jaringan yang
lebih utuh dari core needle biopsy ataupun FNAB. Jaringan dapat
dipakai untuk konsultasi frozen section lebih lanjut. Open surgical
biopsy memiliki risiko lebih kecil mengalami kesalahan diagnosis
disbanding dengan core needle biopsy dan FNAB. (Lindberg, 2019)
d. Local Excision
Local excision berfokus pada pengangkatan tumor dan tidak
menyentuh jaringan lunak yang sehat disekelilingnya. Metode ini
menghasilkan keseluruh tumor dapat digunakan untuk evaluasi
histologist. Local excision adalah a b Universitas Sumatera Utara 24
penanganan standar untuk tumor jinak superficial yang tidak
memiliki potensial menjadi agresif. (Lindberg, 2019)
e. Resection with Margins Resection with margins
Diperlukan sebagai standar pemeriksaan untuk tumor jinak yang
agresif secara lokal, seperti fibromatosis, tumor-tumor subfasial, dan
sarkoma. Terdapat dua cara dalam metode ini, yaitu wide resection
dan radical resection. (Lindberg, 2019)
Resections of margins sendiri adalah pemeriksaan yang dapat
dilakukan setelah kemoterapi dan/atau terapi radiasi.
(Breastcancer.org, 2018)
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. BIODATA PASIEN
a. Nama Pasien : An. A
b. Umur : 11 Tahun
c. Agama : Islam
d. No RM : -
e. Diagnosa Medis : Soft Tissue Tumor Regio Penis
f Diagnosa pre op : Subcoronal penis post sirkumsisi

B. RINGKASAN RIWAYAT PENYAKIT DAN TUJUAN PEMBEDAHAN


An. A masuk ruang operasi dengan diagnosa medis Soft Tissue Tumor
Regio Penis dirawat di ruang perawatan selama 1 hari. Pasien riwayat operasi
sirkumsisi di RSP Unhas tahun 2020. Pada saat dilakukan pengkajian anak
mengatakan bahwa ada benjolan di sekitar penis yang mulai muncul sejak 1
tahun yang lalu setelah melakukan sirkumsisi. Benjolan kecil terletak di
subcoronal penis dengan ukuran tinggi ± 1 cm di bawah kulit. Pasien tidak
mengeluh nyeri, namun klien mengeluh cemas terhadap tindakan operasi yang
akan dilakukan. Pasien rencana akan dilakukan operasi eksisi massa tumor.
Tindakan eksisi massa tumor adalah suatu tindakan medis invasif yang
bertujuan untuk mengangkat tumor jinak di jaringan kulit.

A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama: Klien merasa cemas

Riwayat Penyakit : □ DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV


2
 Tidak ada
3. Riwayat Operasi/anestesi : √ Ada Tidak ada

4. Riwayat Alergi : □ Ada, sebutkan.................. √ Tidak ada

5. Jenis Operasi: Elektif

6. TTV: Suhu :37 0C, Nadi :101 x/mnt, Respirasi : 20 x/mnt, TD :114/65 mmHg

7. TB/BB: 138 cm/29 Kg

8. Golongan Darah: - Rhesus: -

RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL

Status Emosional: □ Tenang □ Bingung √ Kooperatif □ Tidak Kooperatif


9.
□ Menangis □ Menarik diri
10. Tingkat Kecemasan: □ Tidak Cemas √ Cemas

11. Skala Cemas:

□ 0 = Tidak Cemas

 1 = Mengungkapkan kerisauan

□ 2 = Tingkat perhatian tinggi

□ 3 = Kerisauan tidak berfokus

□ 4 = Respon simpate-adrenal

□ 5 = Panik

12. Skala Nyeri menurut VAS (Visual Analog Scale)

Tidak nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat Nyeri Nyeri Tak
Tertahankan
0-1
□ 2-3 □ 4-5 □ 6-7 □ 8-9
□ 10
13. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal
Jika Tidak Normal, Jelaskan
Ya Tidak

Kepala √ - Kepala simetris, tidak teraba


benjolan, tidak ada nyeri tekan
- Wajah klien tampak tegang
- Konjungtiva tidak tampak
anemis
- Hidung tidak ada sekret
- Mulut tampak bersih
- Daun telinga tampak bersih
dan tidak ada nyeri tekan
Leher √ - Tidak ada pembesaran thyroid
Dada √ - Tidak ada kelainan

Abdomen √ - Tidak ada pembesaran


abdomen
Genitalia √ - Ada benjolan/massa pada
penis
Integumen √ - Tidak ada kelainan

Ekstremitas √ - Tidak ada kelainan


- Terpasang infus RL di tangan
kanan

B. INTRA OPERASI
2. Anastesi dimulai jam : 10.55 WITA
3. Pembedahan dimulai jam : 11.00 WITA
4. Jenis anastesi : □ General ETT □Umum √ Lokal (penis) □ Nervus blok
□……………
5. Posisi operasi : √ Terlentang/Supine □ litotomi □ tengkurap/knee chees
□ lateral: □ kanan □ kiri □ lainnya......
6. Catatan Anestesi: Anastesi lokal
7. Pemasangan alat-alat : Airway: □ Terpasang ETT no :…….. □ Terpasang
LMA no:......... □ OPA □ O2 Nasal
8. TTV : Suhu: 35,5 oC , Nadi: 80 x/mnt, □ Teraba √ Kuat, □ Lemah, √
Teratur, □ Tidak Teratur, RR : 18 x/mnt, TD: 100/89 mmHg, Saturasi
O2: 99%

9. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas


Normal
Keterangan
Ya Tidak
Kepala √ - Tidak dapat dikaji
Leher √ - Tidak dapat dikaji
Dada √ - Tidak dapat dikaji
Abdomen √ - Tidak dapat dikaji
Genitalia √ - Terdapat benjolan/massa
pada penis
Integumen √ - Dilakukan eksisi massa
tumor
- Kulit teraba dingin
Ekstremitas √ - Terpasang infus RL pada
tangan sebelah kanan
Total cairan masuk
√ Infus : RL 500 cc
□Tranfusi : - cc
Total cairan keluar
□ Urine : - cc
□ Perdarahan : - cc
□ Balance cairan : - cc

10. Instrument yang digunakan (alat dan bahan)


Alat On Steril
 Surgical light/lampu operasi
 Meja mayo, meja trolli, meja operasi
 Eletro Surgical Unit ( ESU)
 Mesin suction
 Oksigen sentral dan vacum sentral
 Tiang infus
 Tempat sampah infeksi dan non infeksi
 Safety box untuk benda tajam (jarum benang jahit, jarum disposible,
potongan ampul, pisau bedah (blade)
 Kursi
 Mesin anastesi dan obat-obatan

Linen Steril Set


 4 jas operasi/gaun
 4 duk kecil
 2 duk besar tanpa lubang (layar kaki, dan tangan)
 1 duk besar berlubang

Alat Steril
 Kom (Round Bowl) : 2 buah
 Nierbekken (kidney Disk) : 1 buah
 Duk klem (Towel Clampt) : 5 buah
 Hemostatic kocher forcep : 1 buah
 Pinset siruggis (Tissue forceps) : 2 buah
 Pinset anatomis (Disecting forceps) : 1 buah
 Pinset bakar (cauter) : 1 buah
 Scalpel handle no.3 : 1 buah
 Sponge holding : 3 buah
 Gunting benang : 1 buah
 Gunting jaringan : 1 buah
 Needle Holder (Neakpuder) : 1 buah

Bahan Habis Pakai (BHP)


 Aquades 25 ml : 2 buah
 Kasa steril : 4 bungkus
 Ephinefrin 1 mg/ml : 1 buah
 Lidocain HCl 2% : 5 buah
 NaCl 0.9 % (500 ml) : 1 botol
 Iodin povidon : 250 ml
 Dispo 10 cc : 1 buah
 Daryant-tulle 10 x 10 : 1 buah
 Bisturi no. 10 : 1 buah
 Botol spesimen 100g : 1 buah
 Gloves steril 7 : 5 buah
 Underpad non steril : 1 buah
 T-LENE 3/0 L19 76 cm : 3 buah
 Dafilone 4/0 : 1 buah

11. Pelaksanaan Pembedahan


Perawat Tugas
Perawat sirkuler  Melaksanakan managemen sirkuler (non
(sirculating nurse) steril) yakni menyiapkan ruang operasi dan
alat-alat selama operasi berlangsung
 Menyiapkan bed operasi
 Membatu pelaksanaan gowning/mengikat jas
tim bedah
 Melakukan drapping dan
meyiapkan/membuka alat steril yang
dibutuhkan tanpa menyentuh area steril
 Mengatur alat-alat yang akan dan telah
digunakan
 Menghitung dan mendokumentasikan
penggunaan alat dan bahan selama dan
setelah operasi
Perawat scrub  Melaksanakan teknik steril selama
instrumen (scrub pembedahan
nurse)  perawat scrub bertanggung jawab dalam
pengambilan alat-alat steril di meja operasi
yang telah di siapkan bersama perawat
sirkuler
 Bertugas mengambil serta memberikan alat
steril kepada dokter bedah
 Bersama perawat sirkuler menghitung dan
menjaga kelengkapan alat dan bahan selama
dan setelah operasi

SOP tindakan :
1) Pasien posisi supine dilakukan lokal anesthesi lidocain 10 cc pada area
tumor (penis)
2) antiseptic dengan povidone iodine di area sekitar genitalia, kemudian
dilakukan drapping oleh perawat scrub dibantu perawat sirkuler.
Perawat sirkuler membuka alat steril. Perawat scrub mengambil alat
steril yang digunakan
3) Dilakukan insisi pada massa tumor penis dengan memisahkan batas
area tumor dan kulit sekitar penis
4) Massa tumor ditarik perlahan menggunakan bantuan pinset dan
dipisahkan dengan jaringan kulit sekitar menggunakan gunting
jaringan sedikit demi sedikit sambil kontrol perdarahan dengan
mengusap area perdarahan menggunakan kasa
5) Setelah massa tumor terpisah dengan jaringan, massa dipindahkan ke
tempat spesimen
6) Jahit kembali area yang diinsisi menggunakan benang, kemudian tutup
area luka menggunakan Daryant-tulle yang digunting sesuai dengan
luas area luka
7) Balut luka dengan kasa steril melingkari area penis
8) Bersihkan area genital dengan kasa yang dibasahi dengan NaCl.
9) Operasi selesai

12. Peran Mahasiswa


Pada operasi ini, mahasiswa melakukan observasi tindakan operasi
yang dilakukan mulai dari pre, intra, dan post operasi.
C. POST OPERASI
2. Pasien pindah ke : PACU , Jam 12.20 WITA
3. Keluhan saat di RR : □ Mual □ Muntah □ Pusing □ Nyeri luka operasi □
Kaki terasa baal □ Menggigil □ lainnya....
4. Keadaan umum : □ Baik √ Sedang □ Sakit berat
o
5. TTV : Suhu: 35,7 C , Nadi: -x/mnt, RR: 19 x/mnt, TD: 90/76 mmHg,
Saturasi O2: 100%
6. Kesadaran : √ CM □ Apatis □ Somnolen □ Soporo □ Coma

6. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:


Normal Jika Tidak Normal,
Ya Tidak Jelaskan
Kepala √ - Tidak terdapat
benjolan pada kepala
Leher √ - Tidak ada kelainan
Dada √ - Tidak ada kelainan
Abdomen √ - Tidak ada kelainan
Genitalia √ - Luka post op eksisi
tumor
Integumen √ - Kerusakan integritas
kulit dan jaringan
akibat pembedahan
- Kulit teraba dingin
Ekstremitas √ Terpasang infus pada
tangan sebelah kanan

Tidak nyeri Nyeri Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat Nyeri Tak
Ringan Nyeri
□ 0-1
Tertahankan
□ 4-5 □ 6-7
2-3
□ 8-9 □ 10
Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale)
7. Pengkajian skala nyeri menurut VAS (Visual analog scale)
Klien mengatakan merasakan sedikit sakit pada bagian operasinya (penis),
wajah klien tampak meringis
 P : Post op eksisi tumor
 Q : Tertusuk-tusuk
 R : penis
 S : 2 VAS
 T : ± 15 menit setelah post op
ANALISA DATA

SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI


PRE OPERASI
DS : Ansietas Ancaman status terkini
Klien mengatakan merasa cemas karena
akan menjalani operasi
DO :
Raut wajah tampak gugup dan tegang
Skala cemas 1 (mengungkapkan kerisauan)
TTV :
TTV: Suhu :37 0C, Nadi :101 x/mnt, Respirasi : 20
x/mnt, TD :114/65 mmHg
INTRA OPERASI
DS : Terpajan Suhu
Klien mengatakan ruangannya dingin hipotermia lingkungan rendah
DO:
Suhu ruangan dingin (18°C)
Permukaan kulit teraba dingin
Suhu 35,5 C

Faktor risiko : Risiko injury Prosedur bedah


Prosedur pembedahan, terdapat luka insisi
pada penis

Faktor risiko : Risiko infeksi Prosedur invasif


Prosedur pembedahan, terdapat luka insisi
pada penis
POST OPERASI Nyeri akut Agens cedera fisik
DS : (prosedur bedah)
Klien mengatakan merasakan sakit pada
penis /area operasi
DO :
Wajah klien tampak meringis
P : Post op eksisi tumor
Q : Tertusuk-tusuk
R : penis
S : 2 VAS
T : ± 15 menit setelah post op

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi:
1. Ansietas b.d ancaman pada status terkini

Intra Operasi :
1. Hipotermia b.d terpapar suhu rendah
2. Risiko injuri dengan faktor risiko prosedur bedah
3. Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur
invasif

Post Operasi :
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (prosedur bedah)
RENCANA KEPERAWATAN (Meliputi pre, intra dan post operasi)
PRE OP

No. Domain Nursing Diagnosis Outcome Interventions

1. Domain 3A Respon Ansietas O.500 : Menilai mekanisme koping (A.510.6)


perilaku pasien dan 00146 Pasien atau keluarga  Tinjau pola koping pasien dan keefektifannya
keluarga: menunjukkan pengetahuan  Mendorong pasien untuk mengungkapkan
Pengetahuan tentang status psikososial yang perasaan
diharapkan terhadap prosedur  Menentukan metode komunikasi dan dukungan
 Pasien mengungkapkan urutan yang paling efektif
kejadian yang diharapkan  Mengevaluasi ketersediaan dan efektivitas
sebelum dan segera setelah sistem pendukung
operasi
 Pasien menyatakan harapan Menerapkan langkah-langkah untuk
yang realistis mengenai memberikan dukungan psikologis (Im.510)
pemulihan dari prosedur  Menilai tanda dan gejala kecemasan atau
 Pasien dan anggota keluarga ketakutan (misalnya , insomnia pra operasi,
mengidentifikasi tanda dan ketegangan otot, tremor, mudah tersinggung,
gejala untuk dilaporkan ke ahli gelisah, diaphoresis, takipnea, takikardia,
bedah atau penyedia layanan tekanan darah tinggi, wajah pucat atau
kesehatan kemerahan, perilaku menarik diri)
 Berikan informasi dan jawab pertanyaan
dengan jujur
 Memberikan suasana kepedulian dan perhatian
(misalnya, pendekatan privasi yang tidak
menghakimi, empati, rasa hormat)
 Menawarkan metode alternatif untuk
meminimalkan kecemasan (misalnya, musik,
humor)
 Jelaskan tujuan persiapan pra operasi sebelum
implementasi

Mengevaluasi respon fisik dari rencana


tindakan (E.520)
 Mengevaluasi efektivitas sistem pendukung
 Memverifikasi kemampuan pasien untuk
memahami informasi
 Memberikan waktu yang diperlukan untuk
memproses informasi
 Tinjau rencana asuhan keperawatan dengan
pasien dan anggota keluarga

INTRA OP

No. Domain Nursing Diagnosis Outcome Interventions

1. Domain 2 Respon hipotermia O. 290: Menilai risiko hipotermia yang tidak disengaja
fisiologis 000056 Suhu tubuh inti pasien berada (A.200.1)
dalam kisaran yang diharapkan  Mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi
 Suhu pasien berada dalam mengalami hipotermia : Dengan suhu dasar
batas normal atau sekitar 36 sebelum operasi kurang dari atau sama dengan
°C (96,8 °F) pada saat keluar 36 ° C (96,8 ° F) Di lingkungan bedah yang
dari ruang operasi atau selama dingin
prosedur  Lemak subkutan kurang dan pasien mengeluh
 Pasien tidak terlihat menggigil dingin/menggigil
dan TTV dalam rentan normal Menerapkan langkah - langkah termoregulasi
( Im . 280)
 Pilih perangkat pemantauan dan pengaturan
suhu berdasarkan kebutuhan pasien yang
teridentifikasi seperti pemberian selimut atau
kain hangat, penghangat (warmer)
 Mengoperasikan pemantauan suhu dan
perangkat regulasi sesuai dengan instruksi
tertulis (SOP ruang operasi)
Monitor parameter fisiologis ( Im . 370)
 Pantau tanda vital ( mis. tekanan darah,
monitor jantung, atau detak dan ritme Ekg, laju
pernapasan, suhu)
 Pantau pasien untuk perubahan integritas kulit
( misalnya, denyut nadi perifer, warna kulit,
suhu, turgor, isi ulang kapiler)
 Gunakan selimut untuk menghangatkan pasien
Mengevaluasi respons terhadap nilai
termoregulasi (E.260)
 Menilai dan mendokumentasikan suhu tubuh
pasien
 Mengidentifikasi kebutuhan dan
mengkomunikasikan data suhu pasien kepada
anggota tim perawatan kesehatan yang sesuai
untuk evaluasi lebih lanjut dan tindakan yang
sesuai
 Laporkan suhu pasien ke perawat PACU untuk
menentukan metode perawatan pasca operasi
yang sesuai.
2. Domai 1 Risiko injuri/cedera O. 10: Laporkan penyimpangan dalam hasil studi
Keselamatan 00035 Pasien terbebas dari tanda dan diagnostik (A.340)
gejala cedera yang  Mengkomunikasikan status kesehatan
berhubungan dengan cidera fisiologis (misalnya, laporan verbal, catatan
termal pasien) kepada anggota tim yang sesuai
 Kondisi kulit pasien, selain  Bekerja sama dengan penyedia layanan
sayatan bedah, tidak berubah kesehatan lain tentang temuan penilaian
antara masuk dan keluar dari diagnostik
ruang operasi Menilai kondisi kulit dasar (A.240)
 Status neuromuskuler pasien  Mengevaluasi keberadaan denyut nadi perifer,
tidak berubah antara masuk persepsi pasien tentang nyeri, dan
dan keluar dari ruang operasi mengidentifikasi gangguan mobilitas saat
O. 70 : pasien terjaga
Pasien terbebas dari tanda dan  Monitor kondisi kulit pasien
gejala cedera yang  Menilai kulit untuk risiko cedera dari
berhubungan dengan perangkat invasif
pemakaian alat elektrik Menerapkan perangkat keamanan (Im.80)
 Tidak ada nyeri atau  Memilih perangkat keselamatan berdasarkan
ketidaknyamanan, perubahan kebutuhan pasien dan prosedur operasi atau
warna pada area yg invasif yang direncanakan
menggunakan elektroda  Menerapkan perangkat keselamatan pada
O. 80: pasien sesuai dengan rencana perawatan,
Pasien terbebas dari tanda dan pedoman praktik yang berlaku , kebijakan
gejala cedera yang fasilitas, dan petunjuk yang didokumentasikan
berhubungan dengan posisi  Memastikan bahwa perangkat keselamatan
operasi
 Tidak terjadi hiperemi pada tersedia, bersih, bebas dari ujung yang tajam,
area penekanan/tonjolan kulit dengan bantalan yang sesuai, dan berfungsi
 Perfusi jaringan perifer dengan baik sebelum digunakan
konsisten selama perioperatif Memonitor parameter psikologis ( Im . 370)
 Pasien terbebas dari nyeri dan  Pantau tanda vital (mis. tekanan darah, monitor
latergi selama pemberian jantung atau detak dan ritme ekg, laju
posisi operasi pernapasan, suhu)
 Pantau pasien untuk perubahan integritas kulit
( misalnya , denyut nadi perifer, warna kulit,
suhu, turgor, isi ulang kapiler, jika sesuai)
Identifikasi perfusi jaringan perifer ( A . 220)
 Monitor dan kaji riwayat penyakit vaskular,
pembedahan dan prosedur invasif
 Kaji risiko tromboembolisme vena
 Kaji kualitas perfusi pada ekstremitas seperti
perubahan warna, CRT, nadi dan ukuran.
Mengevaluasi tanda dan gejala cedera fisik
pada kulit dan jaringan (E.10)
 Menginspeksi dan mengevaluasi kulit pasien,
tonjolan tulang, situs tekanan, area yang
disiapkan, dan jaringan di sekitarnya untuk
tandatanda irigasi atau cedera ( mis. perubahan
warna, ruam, lecet, lecet, area yang menonjol)
 Melaporkan jika terjadi perubahan yang tidak
terduga kepada anggota tim perawatan
3. Domai 1 Risiko infeksi O.280: Menerapkan teknik aseptik (Im.300)
Keselamatan 00004 Pasien terbebas dari tanda dan  Menetapkan dan memelihara area operasi agar
gejala infeksi tetap dalam kondisi steril
 Luka pasien bebas dari tanda  Menerapkan prinsip teknik aseptik
dan gejala infeksi dan nyeri,  Menjamin sanitasi lingkungan perioperative
kemerahan, bengkak dan  Mematuhi kewaspadaan standar dan berbasis
drainase transmisi
 Pasien memiliki luka bedah  Tutup luka saat prosedur selesai
yang bersih dan tertutup  Merawat tempat sayatan, tempat alat invasif
terutama dengan balutan Melindungi dari kontaminasi silang (Im.300.1)
kering dan steril  Minimalkan kontaminasi silang dengan
 Pasien tidak demam dan bebas memahami dan menerapkan praktik
dari tanda dan gejala infeksi pengendalian infeksi saat menyiapkan
 Memastikan Antibiotik pra instrumen dan perlengkapan untuk digunakan
operasi dan pasca operasi  Mengikuti protokol yang ditetapkan untuk
diberikan sesuai pedoman desinfeksi tingkat tinggi
yang direkomendasikan  Menerapkan teknik aseptik Pantau bidang steril
 Pastikan pintu ke OR mengingatkan tertutup
mengharapkan lalu lintas pasien dan personel
yang diperlukan
 Melakukan kebersihan tangan
 Memakai pakaian bedah bersih, kering, baru
dicuci yang dimaksudkan untuk digunakan di
ruang bedah
 Menutupi rambut kepala dan wajah, termasuk
cambang, untuk meminimalkan penyebaran
mikroba di lingkungan
 Menjaga kuku tetap pendek, bersih, sehat, dan
bebas dari kuku palsu atau akrilik
Memulai kontrol lalu lintas (Im.300.2)
 Membatasi akses ke ruang bedah hanya untuk
personel yang berwenang
 Catat nama semua individu yang berpartisipasi
dalam prosedur operasi atau invasif dan
mereka yang hadir di ruang OR atau prosedur,
baik secara langsung atau tidak langsung,
berpartisipasi dalam prosedur operasi atau
invasif
 Mempertahankan pola lalu lintas searah untuk
barang yang akan diproses ulang untuk ruang
operasi atau ruang prosedur; memindahkan
item dari area dekontaminasi ke area
pemrosesan, dan setelah pemrosesan, ke area
penyimpanan.
 Mencegah material kotor memasuki area
terlarang
 Pindahkan persediaan dari area terlarang, jika
ada, melalui OR atau ruang prosedur ke
koridor semi terbatas.
Memberikan terapi antibiotik yang diresepkan
(Im.220.2)
 Tentukan apakah resep dokter untuk terapi
antibiotik telah ditulis dan sesuai dengan
praktik terbaik saat ini atau praktik berbasis
bukti
 Konfirmasikan kepatuhan pasien dengan terapi
profilaksis yang diresepkan dan diperintahkan
untuk diberikan sendiri
 Menilai pasien sebelum memberikan dan
menunda atau menahan pengobatan jika perlu
 Memastikan bahwa obat yang benar diberikan
kepada pasien yang tepat, dalam dosis yang
tepat, melalui rute yang benar, pada waktu
yang tepat
 Catat tanggal kedaluwarsa, mengidentifikasi
efek samping, reaksi toksik, dan alergi obat
 Mengevaluasi respons pasien terhadap
pengobatan yang diberikan
 Minta resep dari dokter untuk dosis berulang
antibiotik profilaksis jika prosedur
pembedahan berlangsung lebih dari empat jam
atau terjadi kehilangan banyak darah.
POST OP

No. Domain Nursing Diagnosis Outcome Interventions

1. Domain 2 Respon Nyeri akut O330: Menilai pengendalian nyeri (A.360)


fisiologis 00132 Pasien menunjukkan dan atau  Kaji adanya nyeri yang dialami
melaporkan kontrol nyeri yang  Tinjau protokol pengobatan saat ini /efek
memadai anastesi
 Pasien bekerja sama dengan  Mendorong pasien mengungkapkan jika
berbaring diam selama adanya nyeri (misalnya, skala numerik,
prosedur post operatif skala wajah)
 Tanda vital pasien saat keluar  Menawarkan informasi kepada pasien dan
dari OR dalam rentan normal anggota keluarga tentang nyeri, tindakan
dan tidak terjadi peningkatan pereda nyeri, skala penilaian, dan data
yang menunjukkan terjadi penilaian lainnya untuk dilaporkan
nyeri seperti RR, Nadi, dan  Pantau pasien untuk adanya isyarat verbal
TD dan nonverbal terhadap nyeri
 Pasien secara verbal Menerapkan pedoman nyeri (Im.310)
menguungkapkan nyeri  Tinjau penilaian pasien untuk jenis nyeri
terkontrol. yang dirawat, kondisi medis, dan status
kesehatan
 Tinjau pedoman penanganan nyeri sesuai
SOP ruang operasi
 Mendokumentasikan tingkat nyeri yang
dinyatakan pasien saat ini
 Berikan Posisi nyaman jika tidak ada
kontraindikasi
 Menentukan apakah rejimen obat efektif
menangani nyeri
 Memantau kemajuan pasien dalam
pengendalian nyeri
 Kolaborasi pemberian obat analgetik
sesuai kondisi pasien yang diresepkan
menurut SOP
Menerapkan metode alternatif
pengendalian nyeri ( Im . 310.1)
 Berikan terapi nonfarmakologi (mis.
Kompres hangat, mendengarkan musik,
terapi relaksasi napas dalam, distaksi
seperti mengajak bercerita)
 Mengidentifikasi keefektifan koping
pasien dan pengaruh budaya terkait
manajemen nyeri
 Libatkan anggota keluarga dan orang
penting lainnya dalam Pantau kemajuan
dalam penatalaksanaan nyeri pasien
 Mengevaluasi tanggapan pasien.
Mengevaluasi tanggapan terhadap
intervensi manajemen nyeri (E.250)
 Mengidentifikasi dan mendokumentasikan
bagaimana pasien mengekspresikan rasa
sakit (mis. ekspresi wajah, mudah
tersinggung, gelisah, verbalisasi)
 Mengevaluasi nyeri dan perubahan tingkat
nyeri setelah intervensi nyeri
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Pre operasi

Diagnosa Keperawatan : Ansietas b.d ancaman pada status terkini


Hari/ Implementasi Evaluasi
Tanggal
Kamis, 22 Pukul 07.30 WITA Pukul 09.15 WITA
juli 2021 Mengkaji tingkat kecemasan klien S:
Hasil : klien mengatakan merasa cemas karena akan Klien dan mengatakan masih sedikit cemas namun klien
menjalani operasi sudah lebih berani dan siap

Pukul 08.30 WITA O:


Memberi dukungan kepada klien dan keluarga  Kegelisahan klien tampak berkurang
Hasil : perawat memberi semangat kepada klien dan  Wajah klien tampak lebih tenang
mendampingi klien, perawat menerapkan teknik
distraksi/bercerita untuk menenangkan pasien A : Ansietas teratasi
P : Intervensi selesai
Intra operasi

Diagnosa Keperawatan : hipotermia


Hari/ Implementasi Evaluasi
Tanggal
Kamis, 22 juli Pukul 10.55 WITA Pukul 12.20 WITA
2021 Monitor reaksi nonverbal yang menandakan adanya S:-
tanda hipotermi O:
Hasil : klien tidak mengeluh menggigil, suhu dan TTV  Klien tidak menggigil
dalam rentang normal,  Kien tampak merasa nyaman
A : hipotermi belum teratasi
P : Pantau suhu dan respon klien selama operasi berlangsung
: laporkan ke bagian PACU untuk pemantauan dan perbaikan
suhu post operasi
Diagnosa Keperawatan : Risiko injury dengan faktor risiko prosedur bedah
Hari/ Implementasi Evaluasi
Tanggal
Kamis, 22 juli Pukul 10. 55 WITA Pukul 12.20 WITA
2021 Kaji ulang identitas pasien sebelum insisi S:-
Hasil : Nama an. A, dengan diagnose massa O:
subcoronal penis post sirkumsisi tindakan eksisi  Ruam tidak ada, lecet tidak ada
tumor.  Cedera akibat gesekan tidak ada
 Vital Sign dalam rentang normal
Atur posisi pasien saat diatas bed operasi A : Cedera akibat posisi perioperatif dan prosedur bedah tidak
Hasil : pasien diposisikan supinasi dan klien tidak terjadi
jatuh P : Tetap pantau risiko cedera sampai operasi selesai

Alasi bed operasi dengan linen bersih


Hasil : bed operasi diberikan alas untuk mencegah
kulit lecet

Memonitor vital sign:


Hasil :
TD : 100/89 mmHg RR : 18 x/menit
N : 80 x/menit SpO2 : 99%
Diagnosa Keperawatan : Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur invasive
Hari/ Implementasi Evaluasi
Tanggal

Kamis, 22 juli Pukul 10.55 WITA Pukul 12.20 WITA


2021 Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan S:-
keperawatan O : Tidak ada tanda-tanda infeksi selama operasi
Hasil : seluruh petugas operasi dokter operator, A : Infeksi tidak terjadi
asisten dokter, scrube nurse, sirculating nurse telah P : tetap pertahankan teknik aseptik selama prosedur operasi
mencuci tangan berlangsung

Observasi dalam menggunakan baju, sarung tangan


sebagai alat pelindung
Hasil : dokter operator, asisten dokter dan scrube
nurse selesai menggunakan handscoon steril dan baju
sebagai alat pelindung diri

Mempertahankan teknik steril dimeja operasi


Hasil : digunakan kain steril dan duk steril selama
operasi berlangsung, area operasi bebas dari
kontaminasi silang area nonsteril
Post operasi

Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut b.d agens cedera fisik


Hari/ Implementasi Evaluasi
Tanggal
kamis, 22 juli Pukul 12.20 WITA Pukul 12.40 WITA
2021 Mengkaji tingkat nyeri melalui isyarat verbal dan non S:
verbal pada respon nyeri . Klien sedikit nyeri pada bagian bekas operasinya
Hasil : Klien mengeluh nyeri pada area operasi
P : Post op eksisi tumor O:
Q : Tertusuk-tusuk  Klien nampak meringis
R : Penis  P : Post op eksisi tumor
S : 2 VAS  Q : Tertusuk-tusuk
T : ± 15 menit setelah post op  R : Penis
Memonitor TTV :  S : 2 VAS
Suhu : 35,7 oC Nadi: -x/mnt  T : ± 15 menit setelah post op
RR : 19 x/mnt TD: 95/76 mmHg TTV:
Saturasi O2: 100%  Saturasi O2: 100%
 Suhu : 35,7 oC Nadi: -x/mnt
 RR : 19 x/mnt TD: 90/76 mmHg
Menganjurkan klien dalam melakukan relaksasi napas
A : Nyeri akut (Belum teratasi)
dalam
Hasil :klien melakukan relaksasi nafas dalam sebanyak
P : Lanjutkan intervensi
3 kali
 Anjurkan klien dalam penggunaan relaksasi nafas dalam.
 Catat dan laporkan untuk kolaborasi pemberian terapi
analgetik.
DAFTAR PUSTAKA

Abilash, V. G., Banerjee, R., Bandopadhyay, D. 2013, ‘Epidemiology, Pathology, Types,


and Diagnosis of Soft Tissue Sarcoma Research Review’, Asian Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research, Vol. 6, Suppl. 3, pp. 18-25

Alektiar, K. M., Brennan, M. F., Singer, S. 2011, Local control comparison of adjuvant
brachytherapy to intensity-modulated radiotherapy in primary high-grade sarcoma of
the extremity, Cancer.

American Cancer Society, 2016, Soft Tissue Sarcoma Causes, Risk Factors, and
Prevention, available from: www.cancer.org

Arfiana, W., Burhanuddin, L., Fidiawati, W.A. 2016, The distribution of soft tissue
sarcoma based on histopathology check in Pekanbaru’s hospital between 2009-2013,
Jom FK Volume 3.

Ashfar N., English D., Thursfield V. J., Mitchell P., te Marvelde L., Farrugia H., Giles G.
G., Milne R. L., 2018, Differences in Cancer Survival by Sex: a Population-Based
Study Using Cancer Registry Data, Springer, available
from:https://www.researchgate.net/publication/327518370_Differences_i
n_cancer_survival_by_sex_a_populationbased_study_using_cancer_registry_data

Breastcancer.org: Surgical Margins, 2018, available from:


https://www.breastcancer.org/symptoms/diagnosis/margins

Chou , Y. S., Liu, C. Y., Chen, W. M., Chen, T. H., Chen, P. C., Wu, H. T., et al. 2012,
Follow up after primary treatment of soft tissue sarcoma of extremities: impact of
frequency of follow up imaging on disease-specific survival, J Surg Oncol.

Clay, M. 2018, Soft Tissue Skeletal Muscle Embryonal Rhabdomyosarcoma,


http://www.pathologyoutlines.com/topic/softtissueembryonalrhabdo.html

Cleveland Clinic: Benign Soft Tissue Tumours, 2018, available from:


https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16778-benign-soft-tissuetumors
Universitas Sumatera Utara 50 Dahlan, M. S. 2014, Statistik untuk Kedokteran dan
Kesehatan, 6 th edn, Epidemiologi Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. Available from:


http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin
/infodatin-kanker.pdf

Fitrikalinda, 2019, Karakteristik Gambaran Histopatologi Liposarkoma di Laboratorium


Patologi Anatomik FK USU/Unit Patologi Anatomik RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2016-2018, Available From:
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16979

Ghaneh, P., et al. 2019, The Impact of Positive Resection Margins on Survival and
Recurrence Following Resection and Adjuvant Chemotherapy for Pancreatic Ductal
Adenocarcinoma, Annals of Surgery, available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/29068800/

Hornick, JL. 2017, Practical Soft Tissue Pathology: A Diagnostic Approach EBook: A
Volume in the Pattern Recognition Series, 2 nd ed., p. 3, Elsevier Health Sciences,
Boston

Kumar V., Abbas A., Aster J., 2012, Robbins Basic Pathology, 9th ed., Saunders
Elsevier, Philadelphia

Jernigan E. W., Esther R. J., 2015, Orthopedic Clinics of North America E-Book: Soft
Tissue Masses for The General Orthopedic Surgeon, Vol. 46, Issue 3, pp. 417-428,
Elsevier Health Sciences

Lawrence Jr., W., Neifeld, J. P., Terz J. J. 1983, Manual of Soft Tissue Tumor Surgery,
Springer Verlag Inc., New York.

Shidham, V. B. & Hackbarth, D. A., 2017, Benign and Malignant Soft Tissue Tumours,
https://emedicine.medscape.com/article/1253816-overview

Underwood, J. C. E. 1999, Patologi Umum dan Sistematik, edisi kedua, Penerbit EGC,
Jakarta.

WHO Classifications of Soft Tissue Tumours, 2017, WHO Press, Geneva.

Winarta G. K., Suryawisesa I. B. M., 2019, Pitfall Management of Dermatofibrosarcoma


Protuberans on right leg, International Journal of Research in Medical Sciences, Vol.
7, Issue.9: pp. 3580-90.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai