Oleh KEL. 2 :
PRESEPTOR INSTITUSI
2. Klasifikasi Tumor
Berdasarkan sifat tumor di dalam klasifikasi ini dibagi menjadi
dua, yaitu jinak dan ganas. Berikut akan dijelaskan perbedaan karakteristik
tumor jinak dan ganas pada tabel 2.1. (Underwood, 1999)
3. Berdasarkan asal sel
Klasifikasi tumor dibuat secara histogenetik, adapun pembagian
luasnya sebagai berikut :
a. Berasal dari sel epitel
b. Berasal dari jaringan ikat
c. Berasal dari organ yang limfoid dan homopoietik. (Underwood, 1999)
4. Diferensiasi
Diferensiasi memiliki arti tingkat kemiripan tumor secara histologi
terhadap sel atau jaringan asal, sehingga diferensiasi menentukan grade
suatu tumor. Tumor jinak tidak digolongkan ke dalam klasifikasi ini,
karena bentuk tumor jinak hampir selalu sangat mirip dengan jaringan
asalnya. Pada tumor ganas, klasifikasi diferensiasi sangat penting secara
klinis, selain karena memiliki korelasi kuat dengan prognosis pasien, juga
dapat memberikan arahan tepat untuk penentuan pengobatan yang tepat.
Tumor ganas biasanya digolongkan sebagai tumor berdiferensiasi baik,
moderat atau buruk, atau secara numerik sering disebut sebagai grade 1,
grade 2, atau grade 3 (Underwood, 1999).
D. Patofisiologi
Secara umum, tumor jaringan lunak tumbuh secara sentripetal,
meskipun beberapa tumor jinak (misalnya, lesi fibrosa) dapat tumbuh
memanjang di sepanjang bidang jaringan. Sebagian besar tumor jaringan
lunak tetap pada batas fasia, yang tersisa terbatas pada kompartemen asal
sampai tahap perkembangan selanjutnya (Shidham, 2018).
Setelah tumor mencapai batas anatomi kompartemen, tumor lebih
mungkin untuk melanggar batas-batas kompartemen. Struktur neurovaskular
utama biasanya tergeser karena tidak diselimuti atau diserang oleh tumor.
Tumor yang timbul di lokasi ekstrakompartemen, seperti fossa poplitea, dapat
berkembang lebih cepat karena kurangnya batas fasia; mereka juga lebih
cenderung melibatkan struktur neurovaskular (Shidham, 2018). Bagian
perifer dari tumor menekan jaringan lunak di sekitarnya yang normal karena
pertumbuhan ekspansil sentripetal. Ini menghasilkan pembentukan zona yang
relatif terdefinisi dengan baik dari jaringan fibrosa terkompresi yang mungkin
mengandung sel-sel tumor yang tersebar.
Zona ini juga dapat terdiri dari sel-sel inflamasi dan menunjukkan
neovaskularitas (Shidham, 2018). Lapisan tipis jaringan yang disebut zona
reaktif mengelilingi zona kompresi, terutama pada tumor tingkat tinggi.
Bersama-sama, zona kompresi dan reaktif membentuk pseudocapsule yang
membungkus tumor dan berguna dalam menentukan tingkat reseksi bedah
(Shidham, 2018).
Beberapa lesi yang sangat agresif dengan pola pertumbuhan infiltratif,
mungkin tidak terhalang batas. Batas kompartemen anatomi dan sering akan
menyerang bagian badan fasia.
Sarkoma jaringan lunak pada dasarnya muncul karena perkembangan
acak dari sel-sel di daerah sendi dan bagian-bagian jaringan yang
mempengaruhi organ tetangga dari daerah yang terkena. Sarkoma jaringan
lunak terjadi di berbagai bagian tubuh dan nama-nama yang berbeda
ditetapkan sesuai dengan bagian yang terpengaruh. (Shidham, 2018).
Berbagai jenis sarkoma jaringan lunak ditemukan, yang berkembang di
berbagai bagian tubuh adalah (Abilash et al., 2013):
1. Fibrosarkoma
Pertumbuhan sel kanker pada jaringan ikat, misalnya di lengan dan
bagian bawah kaki, juga terjadi di sekitar bekas luka, otot, saraf, tendon,
dan lapisan tulang. Dapat juga menyerang jaringan lokal dan menyebar
di antara aliran darah dan paru-paru.
2. Leiomyosarkoma
Tumor kanker ini memulai pertumbuhannya pada otot jaringan
halus di mana otak tidak memiliki kontrol seperti, otot di dinding
pembuluh darah, rahim, atau saluran pencernaan. Sarkoma jenis ini
pada dasarnya terjadi di antara orang yang berusia 60 tahun. Anak-anak
banyak terpengaruh di saluran pencernaan, yang mungkin termasuk
lambung, usus kecil, usus besar, usus buntu, dan anus tetapi pada masa
kanakkanak tidak terdeteksi karena gejala ditemukan pada masa remaja.
3. Rhabdomyosarkoma
Jenis sarkoma ini adalah jenis yang paling umum ditemukan pada
sarkoma jaringan lunak otot rangka. Situs umum asalnya adalah lengan
atau kaki, tetapi juga dapat berkembang di daerah kepala, leher, saluran
kencing, atau organ reproduksi. 85% dari jenis sarkoma ini terjadi pada
bayi, anak-anak, dan remaja. Risiko utama rhabdomyosarcoma adalah
anak-anak yang dilahirkan dengan cacat lahir. Gejala umum sarkoma
ini adalah massa tetapi tanpa rasa sakit. Jika tumor ditemukan di hidung
atau tenggorokan, itu dapat menyebabkan perdarahan atau cacat
neurologis. Jika di mata, itu menyebabkan mata menonjol dan masalah
penglihatan. Universitas Sumatera Utara 17 Sarkoma ini terdeteksi
sangat terlambat karena gejalanya sangat jarang. Rhabdomysarkoma
sangat agresif karena menyebar secara acak.
4. Liposarkoma
Liposarkoma berasal dari jaringan lemak. Sarkoma jenis ini dapat
dikembangkan di mana saja di tubuh, tetapi sebagian besar situs adalah
lapisan di belakang rongga perut. Ini juga terjadi di paha, daerah gluteal
atau di belakang lutut. Pada dasarnya ini adalah tumor ganas, umumnya
ditemukan pada kelompok orang berusia 30 hingga 60 tahun. Sarkoma
ini memiliki 3 bentuk biologis; pertama, liposarkoma berdiferensiasi
baik, kedua, myxoid atau sel bundar, dan ketiga, pleomorfik. Kelainan
kromosom menciptakan protein fusi yang merupakan komponen utama
pembentukan kanker. Kelainan yang disebabkan menyebabkan
liposarkoma. Tingkat kematian sekitar 50%. Liposarkoma lebih banyak
terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Gejala utama
liposarkoma adalah muntah, penurunan berat badan, kelelahan,
pembengkakan yang menyakitkan, dan pembesaran pembuluh darah.
5. Sarkoma Sinovial
Ini adalah jenis sarkoma yang ditemukan terutama pada pria
dibandingkan dengan wanita. Sarkoma ini terjadi di jaringan sinovial.
Tumor ini adalah tumor tingkat tinggi di antara semua sarkoma yang
disebutkan. Sarkoma ini terjadi karena translokasi t (X; 18) (p11; q11)
yaitu pada kromosom 18 dan kromosom X, translokasi berlangsung
karena translokasi sarkoma mengandung gen mutan. Sarkoma ini
memiliki gejala yang mirip dengan sarkoma yang disebutkan lainnya.
Sarkoma sinovial ditemukan 8% dari semua sarkoma lainnya, tetapi
sekitar 15-20% kasus pada orang dewasa muda dan remaja.
6. Angiosarkoma
Munculnya sel kanker dimulai di dinding lapisan dalam darah atau
pembuluh limfatik. Tumor adalah neoplasma ganas yang terjadi sangat
acak dan berkembang biak dengan sangat cepat. Sarkoma ini dikatakan
sebagai angiosarkoma karena merupakan berbagai neoplasma vaskular
Universitas Sumatera Utara 18 endotel. Tumor ini memengaruhi
berbagai bagian tubuh seperti hati, limpa, payudara, atau jantung. Hal
ini terjadi karena lympheda, dan juga karena banyak paparan radiasi
atau komponen karsinogenik. Sarkoma ini dapat disajikan dalam bentuk
infeksi kulit atau pembentukan benjolan. Sarkoma ini dapat terjadi pada
orang berusia 5 hingga 97 tahun. Tingkat kematian dalam sarkoma ini
sangat rendah. Angiosarkoma terutama memengaruhi bagian leher dan
kepala tubuh.
7. MPNST (Malignant Peripheral Nerve Sheath Tumor)
Yang bila diterjemahkan disebut tumor selubung saraf tepi perifer.
Tumor ganas jenis ini terjadi pada orang lanjut usia. Ia juga dikenal
sebagai neurofibrosarcoma; neurosarkoma. Sarkoma jenis ini terjadi
dua kali lebih umum di antara pria daripada wanita. Situs utama untuk
pengembangan sarkoma jaringan lunak ini adalah ekstremitas dan ruang
anatomi di belakang rongga perut. Perkembangan tumor dimulai dari
saraf perifer atau dari sel-sel yang berhubungan dengan selubung saraf,
juga muncul dari neurofibroma. Sarkoma ini biasanya berbentuk
benjolan besar bersama dengan rasa sakit, tumbuh sangat cepat dan
sangat agresif.
8. GIST (Gastrointestinal Stromal Tumor)
Kanker yang memengaruhi saluran pencernaan dan struktur
terdekat di dalam perut. Jenis sarkoma ini umumnya terjadi pada usia
50 hingga 70 tahun dan jarang terjadi pada anak-anak. Sarkoma ini
umumnya terjadi kanker, jika tidak diobati pada tahap awal atau tidak
terdeteksi.
9. Dermatofibrosarkoma (DFSP)
Merupakan tumor jinak, tetapi 2-5% kasus menjadi metastasis.
E. Faktor Risiko
Kanker merupakan penyakit dengan penyebab multifaktor yang terbentuk
dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui stadium
yang berbeda-beda. Faktor nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat
penting, yang kompleks dan sangat dikaitkan dengan proses patologis kanker.
Secara umum, total asupan berbagai lemak bisa dihubungkan dengan
peningkatan insiden beberapa kanker utama misalnya kanker payudara, colon,
prostat, ovarium, endometrium, dan pankreas.
Disamping itu, obesitas juga meningkatkan risiko untuk kanker dan
aktivitas fisik merupakan determinan utama dari pengeluaran energi akan
mengurangi risiko. Faktor gaya hidup antara lain merokok, diet, konsumsi
alkohol, dan reproduksi (hamil, menyusui, umur pertama menstruasi,
menopause) (Oemiati et al., 2011)
Dari kajian literatur terlihat beberapa faktor risiko penyakit kanker antara
lain; merokok dan faktor gaya hidup (khususnya konsumsi sayur dan buah
serta aktivitas fisik) merupakan faktor risiko kanker. Hal ini diperjelas dengan
pernyataan Ray (2005) yang mengatakan bahwa asupan buah dan sayur yang
tinggi akan menurunkan risiko kanker.
Alkohol adalah faktor risiko untuk tumor dan saluran pencemaan atas,
kanker hati, dan kanker colon rectal, jumlah sedikit (small amount) akan
meningkatkan risiko kanker payudara.
Faktor lain yang berpengaruh adalah kesehatan mental. Orang dengan
mental disorder (khususnya yang berkaitan dengan masalah mood seperti
depresi klinis dan bipolar) akan meningkatkan risiko kejadian kanker pada
usia muda. Pada wanita 43 % dengan mental disorder akan menjadi sakit
kanker kurang 2 tahun setelah didiagnosis menderita masalah dengan mood.
(Oemiati et al., 2011)
Peningkatan kasus kanker korelasi dengan perubahan demografi, sosial
ekonomi, psikososial yang akan meningkatan morbiditas dan mortalitas
kanker. Universitas Sumatera Utara 20 Sedangkan insidens kanker meningkat
di negara berkembang dan akan meningkat di daerah perkotaan dibandingkan
daerah pedesaan. (Oemiati et al., 2011)
F. Prognosis
Hasil akhir dan prognosis tumor jaringan lunak bergantung pada
beberapa, seringnya faktor-faktor yang saling terkait, adapun diantaranya :
ukuran tumor, kedalaman letak tumor, tipe histologist, tingkatan klinis, ploidi
(genom) DNA, proliferasi sel, mutasi gen kanker (Shidham & Hackbarth,
2017)
Letak tumor sangat berpengaruh dalam menentukan strategi pengobatan
dan prognosis. Ketika letaknya berada di ekstremitas yang lebih proksimal,
prognosisnya akan makin buruk. Biasanya, lesi tumor pada ekstremitas
bagian distal bisa lebih mudah diobati dari lesi pada bagian proksimal.
Pengobatan tersebut dapat dilakukan pada stage awal karena lesi distal
cenderung berukuran lebih kecil dari tumor yang berada di ekstremitas
proksimal (Lawrence et al., 1983)
G. Pemeriksaan Penunjang
Tumor yang terlihat jinak biasanya langsung dieksisi, namun pada tumor
yang terlihat memiliki potensial menjadi ganas biasanya diperiksa lebih lanjut
sebelum dioperasi.
Pemeriksaan penunjang yang utamanya digunakan adalah core needle
biopsy dan fine needle aspiration (FNA) (Lindberg, 2019). Apabila hasil
pemeriksaan penunjang tidak dapat di tentukan, maka pemeriksaan
dilanjutkan pada biopsi open surgical dengan frozen section evaluation atau
bahkan resection menyeluruh. Sebaliknya, bila hasil diagnosis dapat
ditentukan, tindakan akan dilanjutkan dengan eksisi lokal, resection luas, atau
kemoterapi adjuvant dengan/tanpa radiasi yang diberikan sebelum operasi
(Lindberg, 2019)
Adapun untuk mendiagnosis tumor jaringan lunak, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut (Shidham, 2017):
1. Pemeriksaan laboratorium
Spesifik untuk tumor jaringan ikat, ada analisis sitogenetik dan histologi.
2. Pemeriksaan imaging
Selama lebih dari dua decade terakhir, pemeriksaan imaging (contoh,
plain radiography, computed tomography [CT], magnetic resonance
imaging [MRI], bone scintigraphy, and positron emission tomography
[PET]) telah banyak berkontribusi dalam manajemen tumor jaringan
lunak. Meski tidak bisa memberi diagnosis spesifik (kecuali lipoma atau
liposarkoma), pemeriksaan-pemeriksaan ini sangat berguna untuk
menentukan letak anatomis, luas penyebaran tumor, dan keterlibatan
struktur-struktur penting.
3. Diagnosis jaringan
Mendiagnosis jaringan sedari awal adalah komponen paling penting
dalam pengobatan tumor jaringan lunak. Semua tumor jaringan yang
lebih besar dari 5 cm, termasuk pembesaran atau lesi gejala tumor, harus
Universitas Sumatera Utara 22 dibiopsi. Beberapa teknik biopsi yang
ada, antara lain: fine needle aspiration biopsy (FNAB), core needle
biopsy, incisional biopsy, dan excisional biopsy.
4. Gambaran histologi
Penentuan tingkatan klinis tumor berdasarkan gambaran histologinya
menjadi salah satu langkah penting dalam menyusun strategi pengobatan.
Ada macam-macam sistem tingkatan; mereka umumnya berdasarikan
evaluasi karakteristik histomorfologi, termasuk cellularity, cellular
pleomorphism, aktivitas mitosis, dan nekrosis, serta kategori
histologinya. Adapun tingkatan yang lebih sederhana, yaitu sistem tiga
tingkatan (grade 1, 2, 3) yang ditentukan berdasarkan diferensiasi sel
tumor.
a. Core Needle Biopsy
Pada core needle biopsy, sampel tumor yang dibutuhkan dalam
pemeriksaan cukup sedikit saja, sama seperti FNAB, namun lebih
populer karena memiliki risiko morbiditas rendah terhadap pasien.
Sangat baik dilakukan pada kasus lesi superficial atau lesi visceral
yang dalam dengan bantuan CT. (Lindberg, 2019)
b. Fine-Needle Aspiration Biopsy
Pemeriksaan fine needle aspiration biopsy (FNAB) memiliki
keunggulan yang sama dengan core needle biopsy, hanya saja hasil
aspirasi sampel, terlepas dari keberhasilannya menentukan diagnosis,
dapat digunakan selanjutnya menjadi bahan untuk evaluasi
histologist dan immunohistochemical tumor jaringan lunak.
(Lindberg, 2019)
c. Open Surgical Biopsy
Sampel kecil dari tumor atau lesi cukup untuk melakukan open
surgical biopsy, tapi umumnya dapat menghasilkan jaringan yang
lebih utuh dari core needle biopsy ataupun FNAB. Jaringan dapat
dipakai untuk konsultasi frozen section lebih lanjut. Open surgical
biopsy memiliki risiko lebih kecil mengalami kesalahan diagnosis
disbanding dengan core needle biopsy dan FNAB. (Lindberg, 2019)
d. Local Excision
Local excision berfokus pada pengangkatan tumor dan tidak
menyentuh jaringan lunak yang sehat disekelilingnya. Metode ini
menghasilkan keseluruh tumor dapat digunakan untuk evaluasi
histologist. Local excision adalah a b Universitas Sumatera Utara 24
penanganan standar untuk tumor jinak superficial yang tidak
memiliki potensial menjadi agresif. (Lindberg, 2019)
e. Resection with Margins Resection with margins
Diperlukan sebagai standar pemeriksaan untuk tumor jinak yang
agresif secara lokal, seperti fibromatosis, tumor-tumor subfasial, dan
sarkoma. Terdapat dua cara dalam metode ini, yaitu wide resection
dan radical resection. (Lindberg, 2019)
Resections of margins sendiri adalah pemeriksaan yang dapat
dilakukan setelah kemoterapi dan/atau terapi radiasi.
(Breastcancer.org, 2018)
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. BIODATA PASIEN
a. Nama Pasien : An. A
b. Umur : 11 Tahun
c. Agama : Islam
d. No RM : -
e. Diagnosa Medis : Soft Tissue Tumor Regio Penis
f Diagnosa pre op : Subcoronal penis post sirkumsisi
A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama: Klien merasa cemas
6. TTV: Suhu :37 0C, Nadi :101 x/mnt, Respirasi : 20 x/mnt, TD :114/65 mmHg
RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
□ 0 = Tidak Cemas
1 = Mengungkapkan kerisauan
□ 4 = Respon simpate-adrenal
□ 5 = Panik
Tidak nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat Nyeri Nyeri Tak
Tertahankan
0-1
□ 2-3 □ 4-5 □ 6-7 □ 8-9
□ 10
13. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal
Jika Tidak Normal, Jelaskan
Ya Tidak
B. INTRA OPERASI
2. Anastesi dimulai jam : 10.55 WITA
3. Pembedahan dimulai jam : 11.00 WITA
4. Jenis anastesi : □ General ETT □Umum √ Lokal (penis) □ Nervus blok
□……………
5. Posisi operasi : √ Terlentang/Supine □ litotomi □ tengkurap/knee chees
□ lateral: □ kanan □ kiri □ lainnya......
6. Catatan Anestesi: Anastesi lokal
7. Pemasangan alat-alat : Airway: □ Terpasang ETT no :…….. □ Terpasang
LMA no:......... □ OPA □ O2 Nasal
8. TTV : Suhu: 35,5 oC , Nadi: 80 x/mnt, □ Teraba √ Kuat, □ Lemah, √
Teratur, □ Tidak Teratur, RR : 18 x/mnt, TD: 100/89 mmHg, Saturasi
O2: 99%
Alat Steril
Kom (Round Bowl) : 2 buah
Nierbekken (kidney Disk) : 1 buah
Duk klem (Towel Clampt) : 5 buah
Hemostatic kocher forcep : 1 buah
Pinset siruggis (Tissue forceps) : 2 buah
Pinset anatomis (Disecting forceps) : 1 buah
Pinset bakar (cauter) : 1 buah
Scalpel handle no.3 : 1 buah
Sponge holding : 3 buah
Gunting benang : 1 buah
Gunting jaringan : 1 buah
Needle Holder (Neakpuder) : 1 buah
SOP tindakan :
1) Pasien posisi supine dilakukan lokal anesthesi lidocain 10 cc pada area
tumor (penis)
2) antiseptic dengan povidone iodine di area sekitar genitalia, kemudian
dilakukan drapping oleh perawat scrub dibantu perawat sirkuler.
Perawat sirkuler membuka alat steril. Perawat scrub mengambil alat
steril yang digunakan
3) Dilakukan insisi pada massa tumor penis dengan memisahkan batas
area tumor dan kulit sekitar penis
4) Massa tumor ditarik perlahan menggunakan bantuan pinset dan
dipisahkan dengan jaringan kulit sekitar menggunakan gunting
jaringan sedikit demi sedikit sambil kontrol perdarahan dengan
mengusap area perdarahan menggunakan kasa
5) Setelah massa tumor terpisah dengan jaringan, massa dipindahkan ke
tempat spesimen
6) Jahit kembali area yang diinsisi menggunakan benang, kemudian tutup
area luka menggunakan Daryant-tulle yang digunting sesuai dengan
luas area luka
7) Balut luka dengan kasa steril melingkari area penis
8) Bersihkan area genital dengan kasa yang dibasahi dengan NaCl.
9) Operasi selesai
Tidak nyeri Nyeri Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat Nyeri Tak
Ringan Nyeri
□ 0-1
Tertahankan
□ 4-5 □ 6-7
2-3
□ 8-9 □ 10
Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale)
7. Pengkajian skala nyeri menurut VAS (Visual analog scale)
Klien mengatakan merasakan sedikit sakit pada bagian operasinya (penis),
wajah klien tampak meringis
P : Post op eksisi tumor
Q : Tertusuk-tusuk
R : penis
S : 2 VAS
T : ± 15 menit setelah post op
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi:
1. Ansietas b.d ancaman pada status terkini
Intra Operasi :
1. Hipotermia b.d terpapar suhu rendah
2. Risiko injuri dengan faktor risiko prosedur bedah
3. Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur
invasif
Post Operasi :
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (prosedur bedah)
RENCANA KEPERAWATAN (Meliputi pre, intra dan post operasi)
PRE OP
INTRA OP
1. Domain 2 Respon hipotermia O. 290: Menilai risiko hipotermia yang tidak disengaja
fisiologis 000056 Suhu tubuh inti pasien berada (A.200.1)
dalam kisaran yang diharapkan Mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi
Suhu pasien berada dalam mengalami hipotermia : Dengan suhu dasar
batas normal atau sekitar 36 sebelum operasi kurang dari atau sama dengan
°C (96,8 °F) pada saat keluar 36 ° C (96,8 ° F) Di lingkungan bedah yang
dari ruang operasi atau selama dingin
prosedur Lemak subkutan kurang dan pasien mengeluh
Pasien tidak terlihat menggigil dingin/menggigil
dan TTV dalam rentan normal Menerapkan langkah - langkah termoregulasi
( Im . 280)
Pilih perangkat pemantauan dan pengaturan
suhu berdasarkan kebutuhan pasien yang
teridentifikasi seperti pemberian selimut atau
kain hangat, penghangat (warmer)
Mengoperasikan pemantauan suhu dan
perangkat regulasi sesuai dengan instruksi
tertulis (SOP ruang operasi)
Monitor parameter fisiologis ( Im . 370)
Pantau tanda vital ( mis. tekanan darah,
monitor jantung, atau detak dan ritme Ekg, laju
pernapasan, suhu)
Pantau pasien untuk perubahan integritas kulit
( misalnya, denyut nadi perifer, warna kulit,
suhu, turgor, isi ulang kapiler)
Gunakan selimut untuk menghangatkan pasien
Mengevaluasi respons terhadap nilai
termoregulasi (E.260)
Menilai dan mendokumentasikan suhu tubuh
pasien
Mengidentifikasi kebutuhan dan
mengkomunikasikan data suhu pasien kepada
anggota tim perawatan kesehatan yang sesuai
untuk evaluasi lebih lanjut dan tindakan yang
sesuai
Laporkan suhu pasien ke perawat PACU untuk
menentukan metode perawatan pasca operasi
yang sesuai.
2. Domai 1 Risiko injuri/cedera O. 10: Laporkan penyimpangan dalam hasil studi
Keselamatan 00035 Pasien terbebas dari tanda dan diagnostik (A.340)
gejala cedera yang Mengkomunikasikan status kesehatan
berhubungan dengan cidera fisiologis (misalnya, laporan verbal, catatan
termal pasien) kepada anggota tim yang sesuai
Kondisi kulit pasien, selain Bekerja sama dengan penyedia layanan
sayatan bedah, tidak berubah kesehatan lain tentang temuan penilaian
antara masuk dan keluar dari diagnostik
ruang operasi Menilai kondisi kulit dasar (A.240)
Status neuromuskuler pasien Mengevaluasi keberadaan denyut nadi perifer,
tidak berubah antara masuk persepsi pasien tentang nyeri, dan
dan keluar dari ruang operasi mengidentifikasi gangguan mobilitas saat
O. 70 : pasien terjaga
Pasien terbebas dari tanda dan Monitor kondisi kulit pasien
gejala cedera yang Menilai kulit untuk risiko cedera dari
berhubungan dengan perangkat invasif
pemakaian alat elektrik Menerapkan perangkat keamanan (Im.80)
Tidak ada nyeri atau Memilih perangkat keselamatan berdasarkan
ketidaknyamanan, perubahan kebutuhan pasien dan prosedur operasi atau
warna pada area yg invasif yang direncanakan
menggunakan elektroda Menerapkan perangkat keselamatan pada
O. 80: pasien sesuai dengan rencana perawatan,
Pasien terbebas dari tanda dan pedoman praktik yang berlaku , kebijakan
gejala cedera yang fasilitas, dan petunjuk yang didokumentasikan
berhubungan dengan posisi Memastikan bahwa perangkat keselamatan
operasi
Tidak terjadi hiperemi pada tersedia, bersih, bebas dari ujung yang tajam,
area penekanan/tonjolan kulit dengan bantalan yang sesuai, dan berfungsi
Perfusi jaringan perifer dengan baik sebelum digunakan
konsisten selama perioperatif Memonitor parameter psikologis ( Im . 370)
Pasien terbebas dari nyeri dan Pantau tanda vital (mis. tekanan darah, monitor
latergi selama pemberian jantung atau detak dan ritme ekg, laju
posisi operasi pernapasan, suhu)
Pantau pasien untuk perubahan integritas kulit
( misalnya , denyut nadi perifer, warna kulit,
suhu, turgor, isi ulang kapiler, jika sesuai)
Identifikasi perfusi jaringan perifer ( A . 220)
Monitor dan kaji riwayat penyakit vaskular,
pembedahan dan prosedur invasif
Kaji risiko tromboembolisme vena
Kaji kualitas perfusi pada ekstremitas seperti
perubahan warna, CRT, nadi dan ukuran.
Mengevaluasi tanda dan gejala cedera fisik
pada kulit dan jaringan (E.10)
Menginspeksi dan mengevaluasi kulit pasien,
tonjolan tulang, situs tekanan, area yang
disiapkan, dan jaringan di sekitarnya untuk
tandatanda irigasi atau cedera ( mis. perubahan
warna, ruam, lecet, lecet, area yang menonjol)
Melaporkan jika terjadi perubahan yang tidak
terduga kepada anggota tim perawatan
3. Domai 1 Risiko infeksi O.280: Menerapkan teknik aseptik (Im.300)
Keselamatan 00004 Pasien terbebas dari tanda dan Menetapkan dan memelihara area operasi agar
gejala infeksi tetap dalam kondisi steril
Luka pasien bebas dari tanda Menerapkan prinsip teknik aseptik
dan gejala infeksi dan nyeri, Menjamin sanitasi lingkungan perioperative
kemerahan, bengkak dan Mematuhi kewaspadaan standar dan berbasis
drainase transmisi
Pasien memiliki luka bedah Tutup luka saat prosedur selesai
yang bersih dan tertutup Merawat tempat sayatan, tempat alat invasif
terutama dengan balutan Melindungi dari kontaminasi silang (Im.300.1)
kering dan steril Minimalkan kontaminasi silang dengan
Pasien tidak demam dan bebas memahami dan menerapkan praktik
dari tanda dan gejala infeksi pengendalian infeksi saat menyiapkan
Memastikan Antibiotik pra instrumen dan perlengkapan untuk digunakan
operasi dan pasca operasi Mengikuti protokol yang ditetapkan untuk
diberikan sesuai pedoman desinfeksi tingkat tinggi
yang direkomendasikan Menerapkan teknik aseptik Pantau bidang steril
Pastikan pintu ke OR mengingatkan tertutup
mengharapkan lalu lintas pasien dan personel
yang diperlukan
Melakukan kebersihan tangan
Memakai pakaian bedah bersih, kering, baru
dicuci yang dimaksudkan untuk digunakan di
ruang bedah
Menutupi rambut kepala dan wajah, termasuk
cambang, untuk meminimalkan penyebaran
mikroba di lingkungan
Menjaga kuku tetap pendek, bersih, sehat, dan
bebas dari kuku palsu atau akrilik
Memulai kontrol lalu lintas (Im.300.2)
Membatasi akses ke ruang bedah hanya untuk
personel yang berwenang
Catat nama semua individu yang berpartisipasi
dalam prosedur operasi atau invasif dan
mereka yang hadir di ruang OR atau prosedur,
baik secara langsung atau tidak langsung,
berpartisipasi dalam prosedur operasi atau
invasif
Mempertahankan pola lalu lintas searah untuk
barang yang akan diproses ulang untuk ruang
operasi atau ruang prosedur; memindahkan
item dari area dekontaminasi ke area
pemrosesan, dan setelah pemrosesan, ke area
penyimpanan.
Mencegah material kotor memasuki area
terlarang
Pindahkan persediaan dari area terlarang, jika
ada, melalui OR atau ruang prosedur ke
koridor semi terbatas.
Memberikan terapi antibiotik yang diresepkan
(Im.220.2)
Tentukan apakah resep dokter untuk terapi
antibiotik telah ditulis dan sesuai dengan
praktik terbaik saat ini atau praktik berbasis
bukti
Konfirmasikan kepatuhan pasien dengan terapi
profilaksis yang diresepkan dan diperintahkan
untuk diberikan sendiri
Menilai pasien sebelum memberikan dan
menunda atau menahan pengobatan jika perlu
Memastikan bahwa obat yang benar diberikan
kepada pasien yang tepat, dalam dosis yang
tepat, melalui rute yang benar, pada waktu
yang tepat
Catat tanggal kedaluwarsa, mengidentifikasi
efek samping, reaksi toksik, dan alergi obat
Mengevaluasi respons pasien terhadap
pengobatan yang diberikan
Minta resep dari dokter untuk dosis berulang
antibiotik profilaksis jika prosedur
pembedahan berlangsung lebih dari empat jam
atau terjadi kehilangan banyak darah.
POST OP
Pre operasi
Alektiar, K. M., Brennan, M. F., Singer, S. 2011, Local control comparison of adjuvant
brachytherapy to intensity-modulated radiotherapy in primary high-grade sarcoma of
the extremity, Cancer.
American Cancer Society, 2016, Soft Tissue Sarcoma Causes, Risk Factors, and
Prevention, available from: www.cancer.org
Arfiana, W., Burhanuddin, L., Fidiawati, W.A. 2016, The distribution of soft tissue
sarcoma based on histopathology check in Pekanbaru’s hospital between 2009-2013,
Jom FK Volume 3.
Ashfar N., English D., Thursfield V. J., Mitchell P., te Marvelde L., Farrugia H., Giles G.
G., Milne R. L., 2018, Differences in Cancer Survival by Sex: a Population-Based
Study Using Cancer Registry Data, Springer, available
from:https://www.researchgate.net/publication/327518370_Differences_i
n_cancer_survival_by_sex_a_populationbased_study_using_cancer_registry_data
Chou , Y. S., Liu, C. Y., Chen, W. M., Chen, T. H., Chen, P. C., Wu, H. T., et al. 2012,
Follow up after primary treatment of soft tissue sarcoma of extremities: impact of
frequency of follow up imaging on disease-specific survival, J Surg Oncol.
Ghaneh, P., et al. 2019, The Impact of Positive Resection Margins on Survival and
Recurrence Following Resection and Adjuvant Chemotherapy for Pancreatic Ductal
Adenocarcinoma, Annals of Surgery, available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/29068800/
Hornick, JL. 2017, Practical Soft Tissue Pathology: A Diagnostic Approach EBook: A
Volume in the Pattern Recognition Series, 2 nd ed., p. 3, Elsevier Health Sciences,
Boston
Kumar V., Abbas A., Aster J., 2012, Robbins Basic Pathology, 9th ed., Saunders
Elsevier, Philadelphia
Jernigan E. W., Esther R. J., 2015, Orthopedic Clinics of North America E-Book: Soft
Tissue Masses for The General Orthopedic Surgeon, Vol. 46, Issue 3, pp. 417-428,
Elsevier Health Sciences
Lawrence Jr., W., Neifeld, J. P., Terz J. J. 1983, Manual of Soft Tissue Tumor Surgery,
Springer Verlag Inc., New York.
Shidham, V. B. & Hackbarth, D. A., 2017, Benign and Malignant Soft Tissue Tumours,
https://emedicine.medscape.com/article/1253816-overview
Underwood, J. C. E. 1999, Patologi Umum dan Sistematik, edisi kedua, Penerbit EGC,
Jakarta.