Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor tulang merupakan tantangan bagi perawat ortopedik karena jarang terjadi,sulit
didiagnosis, mengancam jiwa, dan memerlukan kombinasi penanganan , yang meliputi
kemoterapi,pembedahan radikal dan radioterapi. Keaadaan ini mengharuskan perawat
untuk mengembangkan pengetahuan tentang onkologi dan konseling , mampu
mengkomunikasikan informasi yang sulit ,mengaitkan isu seputar penyakit terminal,
melakukan kolaborasi secara efektif dengan berbagai lembaga, tim, komunitas dan
pusat penanganan lainnya (Julia & Peter,2011)
Tumor tulang dapat bersifat jinak atau ganas, primer atau sekunder , tumbuh lambat
atau agresif . Biasanya tumor jinak tumbuh agak lambat, dapat dibedakan dengan
jelas ,hanya menginvasi secara lokal, dan biasanya tidak bermetastasis, namun bebrapa
jenis dapat berubah menjadi ganas selama periode waktu tertentu . Sebaliknya, tumor
tulang ganas primer jarang terjadi, tumor ini menginvasi secara lokal dan bermetastasis.
Sebagian besar tumor tulang primer diklasifikasikan sesuai dengan jenis asal walaupun
asal beberapa tumor tidak jelas, tapi tampilan kedua jenis tumor ini sama (Gray,1994)
Usia merupakan faktor penting karena beberapa tumor mencapai puncak pada tahap
pertumbuhan tertentu
 Tumor tulang ganas primer jarang terjadi sebelum usia 5 tahun
 Tumor sel raksasa jarang terjadi sebelum penutupan epifisial
 Insiden osteoarkoma memuncak pada usia remaja
 Kondrosarkoma merupakan penyakit skeletal matur

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari tumor tulang ?
2. Apa etiolgi dari tumor tulang ?
3. Bagaimana patofisiologi dari tumor tulang ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari tumor tulang ?
5. Apa saja klasifikasi dari tumor tulang ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor tulang ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien tumor tulang?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan tentang tumor tulang dan asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien yang menderita tumor tulang
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan definisi dari tumor tulang
b. Mampu menjelaskan etiologi dari tumor tulang
c. Mampu menjelaskan manifestasi klinis dari tumor tulang
d. Mampu menjelaskan klasifikasi dari tumor tulang
e. Mampu menjelaskan penatalaksanaan pada tumor tulang
f. Mampu menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien tumor
tulang

D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari tumor tulang
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari tumor tulang
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari tumor tulang
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari tumor tulang
5. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksaan dari tumor tulang
6. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
tumor tulang

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Tumor Tulang


Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru yang abnormal(neoplasma), progresif dimana
sel-sel nya tidak pernah menjadi dewasa. Neoplasma merupakan masa abnormal dari
jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal
dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan
perubahan tersebut.

Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang yang tidak
normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama,
seperti osteosarkoma ,chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.(Brunner &
Suddart,2002)

B. Etilogi Tumor Tulang


1. Tumor Tulang Jinak ( benigna)
Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya muncul pada area
yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi pada penelitian biomolekuler
lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme terjadinya neoplasma tulang, yaitu
melalui identifikasi mutasi genetik yang spesifik dan penyimpangan kromosom pada
tumor. Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus oncogen.
Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi cromosom P53 dan Rb
juga dapat menjadi penyebab terjadinya tumor (Robins 1999, 551,“Basic of Pathology
Disease”). Selain itu penyebabnya bisa karena adanya trauma dan infeksi yang
berulang misalnya Bone infarct, osteomyelitis chronic paget disease. Faktor
lingkungan berupa paparan radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon dan bahan
metal lain), serta gaya hidup (perokok, alkoholik, dan sering terpapar stress) juga
merupakan factor predisposisi terjadinya tumor tulang ini.
2. Tumor Tulang Ganas (Maligna)
Faktor penyebab tumor maligna yaitu:
a. Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari embrionik
mesoderm.
b. Virus, Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga
mengganggu generasi mendatang dari populasi sel.
c. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi
berulang atau ketika terapi radiasi digunakan untuk mengobati penyakit.
d. Agens hormonal, Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya
gangguan dalam keseimbangan hormon baik dalam pembentukan hormon tubuh
sendiri (endogenus) atau pemberian hormon eksogenus.
e. Kegagalan sistem imun, Kegagalan sisem imun untuk berespon dengan tepat
terhadap sel-sel maligna memungkinkan tumor tumbuh sampai pada ukuran yang
terlalu besar untuk diatasi oleh mekanisme imun normal.
f. Agens kimia, Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek
toksik dengan menggunakan struktur DNA pada bagian-bagian tubuh (zat warna
amino aromatik, anilin, nikel, seng, polifinil chlorida). (Brunner and Suddart,2001)

C. Patofisiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna


Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama sekali, bermula ketika
sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk
klon dan mulai berfoliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur
pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut kemudian dicapai suatu tahap dimana
sel mendapatkan ciri-ciri invasif. Dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya sel-sel
tersebut menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan
pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluih darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke
area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase.
Penyebaran limfogen terjadi karena sel kanker menyusup ke saluran limfe kemudian ikut
aliran limfe menyebar dan menimbulkan metastasis di kelenjar limfe regional. Pada
umumnya kanker mula-mula menyebar dengan cara ini baru kemudian menyebar
hematogen, pada permulaan penyebaran hanya terjadi pada satu kelenjar limfe saja tetapi
selanjutnya terjadi pada kelenjar limfe regional lainnya. Setelah menginfiltrasi kelenjar
limfe sel kanker dapat menembus dinding struktur sekitar menimbulkan perlekatan.
Kelenjar limfe satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar limfe.
Penyebaran hematogen terjadi akibat sel kanker menyusup ke kapiler darah kemudian
masuk ke pembuluh darah dan menyebar mengikuti aliran darah vena sampai organ lain.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel: osteoblas,
osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I
dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang
disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas,
mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfotase alkali
akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka keadaan fosfotase alkali di dalam
darah dapat menjadi indikator yang baik tentang pembentukan tulang setelah mengalami
patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang
dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi untuk tulang
yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral
dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas
adalah proses pengikisan tulang.

Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon kalsitonin, hormon
paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone kalsitonin mempunyai efek
terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam tulang sehingga mengakibatkan terjadinya
pengapuran tulang yang menjadikan tulang-tulang rawan menjadi keras. Jika terjadi
peningkatan hormon paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium
dan fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu peningkatan kadar
PTH secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas,
sehingga terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada
hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal. Vitamin D
mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang terlihat pada kadar PTH yang
tinggi. (Brunner and Suddart,2001)

PATHWAY TUMOR TULANG


D. Manifestasi Klinis Tumor Tulang
Secara umum manifestasi klinis tumor tulang adalah
1. Nyeri tulang
Nyeri   tulang   adalah   gejala   yang   paling   sering   didapati   pada   proses   metastasis   ke

tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul
akibat peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor. Nyeri

dapat hilang­timbul dan lebih terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.
2. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh

dan beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang­kadang fraktur timbul sebelum gejala­

gejala lainnya. Daerah yang sering mengalami fraktur yaitu tulang­tulang panjang di

ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.
3. Penekanan medula spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi terdesak.

Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau

mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen.
4. Peninggian kadar kalsium dalam darah
Hal   ini   disebabkan   karena   tingginya   pelepasan   cadangan   kalsium   dari   tulang.

Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi,

kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran.
5. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum­sum tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe

sel   darah   yang   terkena.   Anemia   dapat   terjadi   apabila   mengenai   sel   darah   merah.

Apabila   sel   darah   putih   yang   terkena,   maka   pasien   dapt   dengan   mudah   terjangkit

infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet, dapat menyebabkan perdarahan. (Brunner
and Suddart,2001)

a) Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna


Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada malam hari dan
biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan pembengkakan mungkin dapat
diketahui dengan palpasi, tetapi gejala pokok (kehilangan berat badan, demam,
berkeringat pada malam hari, lemas) biasanya tidak ditemukan, kecuali pada kasus
tumor metastase.
Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor tidak terkendali,
bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali dirasakan kurang nyeri bahkan
tidak nyeri. Nyeri ini disebabkan tertekannya saraf-saraf nyeri oleh massa. (Brunner
and Suddart,2001)
b) Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna
Beberapa gejala tumor tulang maligna adalah sebagai berikut
a. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar 75% pasien
dengan tumor tulang maligna merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan
tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa nyeri
yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri
berlangsung lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak
menghilang, nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.
b. Pembengkakan, Pembengkakan lokal biasa ditemukan.
c. Massa yang teraba yang diakibatkan penonjolan tulang.
d. Frekuensi miksi meningkat
Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna di pelvis, namun
manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor tulang maligna. Gejala
yang ditimbulkan tergantung dari gradenya. Pada grade tinggi, selain
pertumbuhan tumor cepat juga disertai nyeri yang hebat. Sedangkan pada grade
rendah, pertumbuhan tumor lambat dan biasanya disertai keluhan orang tua
seperti nyeri pinggul dan pembengkakan. (Brunner and Suddart, 2001)

E. Klasifikasi Tumor Tulang


1. Tumor Tulang Jinak (benigna)
Yang termasuk dalam tumor tulang (benigna) jinak adalah sebagai berikut
a) Osteoid Osteoma
Osteoid osgteoma adalah tumor kecil yang nyeri dan terdiri atas tulang yang baru
terbentuk . Tumor ini terjadi pada pasien yang berusia kurang dari 30 tahun, lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada wanita (rasio 3 : 1), dengan 50 % terjadi pada
femur dan tibia. Osteoid osteoma yang terjadi pada spina dapat mengakibatkan
skoliosis yang nyeri. Pasien dapat mengalami nyeri yang sangat dan bertambah
parah pada malam hari, obat yang berbasis aspirin biasanya mengurangi nyeri.
( Apley & Soloman, 1993)
Area radiolusen yang kecil, yang disebut nidus, dapat ditunjukkan pada radiograf.
CT Scan yang tipis dapat menunjukkan nidus secara lebih jelas,yang memperkuat
diagnosis dan memudahkan penentuan lokasi tumor pada tulang secara akurat.
Scan radioisotop tulang akan menunjukkan area yang banyak mengabsorbsi
radioisotop.
Osteoid osteoma pada akhirnya akan pulih tanpa intervensi, tetapi derajay nyeri
yang dialami membuat metode penatalaksanaan ini tidak dianjurkan.Penanganan
standar adalah seleksi eksisi bedah nidus, yang harus dilakukan dengan sempurna
untuk mencegah kekambuhan. Namun,walaupun lesi mungkin kecil, pembedahan
luas mungkin diperlukan untuk membuangnya.Lesi ini cenderung terjadi pada
tulang yang menopang berat sehingga kadang memerlukan tandur tulang serta
fiksasi internal untuk mencegahrisiko fraktur, khususnya sejumlah besar korteks
tulang dieksisi

.
Pada tahun terakhir iini, telah dikembangkan pendekatan konservatif untuk
penanganan tumor dan berhasil digunakan pada kasus tertentu.Pendekatan tersebut
meliputi teknik perkutan dengan panduan CT, dilakukan dengan anastesi
umum,untuk menghancurkan atau membuang nidus. Prosedur ini bersifat invasif
mionimal meliputi reseksi perkutan atau destruksi termal pada nidus yang
menggunakan fotokoagulasi laser atau ablasi radiofrekuensi.keuntungan prosedur
ini bagi pasien adalah reduksi tumor yang cepat dalam 48 jam,hanya semalam
dirawat dirumah sakit dan kembali ke aktivitas semula dengan segera. ( Linder et
al,2001)
b) Osteoblastoma
Tumor ini sama dengan osteoid osteoma,tetapi lebih besar. Penatalaksaan bedah
tumor ini berbeda karena lesi gharus dieksisi secara kesuluruhan, jika tidak dapat
terjadi kekambuhan.
Tumor tersebut dapat agresif, tetapi tidak bermetasasis. Sekitar 50 % terjadi pada
spina, menimbulkan resiko komplikasi yang lebih besar dari medulla spinalis yang
terkena perubahan motorik atau sensorik,yang kemungkinan mengarah pada
akibat yang fatal.
c) Osteokondroma
Tumor ini merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi,terkadang disebut
eksostosis,yang bioasanya mulai tumbuh pada usia remaja. Tumor ini terjadi dari
pertumbuhan kartilago normal yang berlebihan,yang dekat dengan kartilago
epifisialis,dan terosifikasi.
Pertumbuhan tumor berlanjut pada batang sampai maturitas tulang sehingga
memberi tampilan seperti bunga kol. Pembesaran tumor setelah periode
pertumbuhan berakhir mengindikasikan transformasi keganasan menjadi
kondrosarkoma. Dapat terjadi tumor tunggal atau multipel, yang biasanya terdapat
pada metafisis tulang panjang. Lesi multipel terbentuk sebagai bagian dari
gangguan herediter yang dikenal sebagai aklasis diafiseal,mengakibatkan
deformitas tulang.

Penanganan bedah ini dilakukan jika tumor mengganggu fungsi otot,tendon,saraf


dan sendi disekitarnya. Eksisi yang luas akan diperlukan karena terdapat angka
kekambuhan yang tinggi pada reseksi tumor yang tidak adekuat.
d) Kondroma
Kondroma merupakan tumor jinak yang muncul dari elemen tulang kartilago yang
sedang tumbuh. Jika kondroma muncul sebagai lesi tunggal pada tulang kecil
tangan dan kaki dinamakan kondroma kistik,kondroma yang muncul ditempat lain
dikenal sebagai endokondroma. Endokondroma multipel, yang biasanya dikenal
sebagai penyakit Ollier, mempengaruhi metafisis tulang panjang. Enkondromata
multipel muncul pada sel kartilagoyang tersisa dari osifikasi yang tidak sempurna.
e) Tumor Sel Raksasa ( Osteoklastoma)
Tumor jinak ini sering terjadi pada laki-laki muda setelah fusi epifisis, asalnya
tidak diketahui. Tempat khususnya adalah ujung distal femur dan proksimal tibia,
dengan tumor dimulai dari metafisis dan meluas ke epifisis yang mempertahankan
bagian luar selubung tipis korteks.Tumor sel raksasa terdiri atas sejumlah besar sel
raksasa, yang memberikan tampilan seperti “busa sabun” pada radiograf. Tumor
ini lembut,mudah hancur,muncul sebagai nyeri dekat sendi,disertai pembengkakan
atau fraktur patologis

f) Kista Tulang Aneurisma


Tumor ini sering diialami oleh remaja dan jarang terjadi pada pasien yang berusia
lebih dari 30 tahun, 50 % terjadi pada metafisis tulang panjang dan 30 % pada
spina . ( O’Sullivan & Saxton, 1997 )
Kosta yang terbentu berisi rongga yang berisi darah, yang biladilihat dengan sinar
x dapat menyerupai tumor sel raksasa. Namun,tidak ada lesi jinak yang menyebar
ke tulang sekitarnya dengan cara yang sama. Walaupun jinak, lesi ini bervariasi
antara aktif dan sangat agresif sehingga memerlukan pengkajian penuh untuk
mengetahui tingkat perkembangannya. (Gray,1994)
Pasien mengalami nyeri dan pembengkakan dengan derajat yang bervariasi.
Penanganan tumor ini dengan kuretase, kadang dengan tandur tulang. Terdapat
resiko kekambuhan setelah pembedahan jika eksisi luas diperlukan. Jika tumor
tumbuh pada spina, yang sulit dilakukan reseksi, radioterapi dapat efektif.
2. Tumor Tulang Ganas (maligna)
Yang termasuk dalam tumor tulang ganas adalahy sebagai berikut
a) Osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan kanker tulang primer yang paling sering terjadi pada
individumuda sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih sering terjadi pada anak laki-
laki daripada anak perempuan dan wanita dengan rasio 1 : 5 : 1. (Souhami &
Tobias,1986)
Insisden puncak terjadi sekitar usia 14 tahun dan cenderung terjadi pada individu
muda yang memiliki tinggi badan diatas rata-rata individu seusia mereka. Tumor
ini juga terjadi pada individu dewasa yang mengalami penyakit paget, yang
mengindikasikan adanya kaitan dengan peningkatan aktivitas tulang. (Schwartz et
al,1993)
Ada 5 jenis osteosarkoma yang utama yaitu osteoblastik , kondroblastik ,
fibroblastik, campuran dan telangiektatik. Tumor terjadi pada metefisis tulang,
tempat pertumbuhan lebih aktif. Mayoritas terlihat pada ekstremitas
bawah,khususnya pada femur distal dan tibia proksimal, dengan tempat lainnya
yang sering adalah humerus proksimal, femur proksimal dan pelvis. (O’Sullivan
& Saxton,1997)
b) Sarkoma Ewing
Sarkoma ewing merupakan tumor tulang ganas tersering keempat dan tersering
kedua pada individu muda, 75 % terjadi pada pasien dibawah usia 20
tahun,dengan rasio laki-laki terhadap perempuan 3 : 2. Mayoritas pasien berkulit
putih,dengan insiden terendah pada populasi kulit jitam Afro-Karibia. ( O’
Sullivan & Saxton,1997)
Walauupun dapat terjadi pada semua tulang, tumor ini lebih sering terjadi pada
femur,tibia,fibulla,humerus dan pelvis. Biasanya tumor tersebut menyebar lebih
cepat kejaringan lunak dan lebih ekstensif daripada osteosarkoma. ( Pringle,1987)
Pasien yang mengalamui sarkoma ewing dapat mengalami pireksia,sering terjadi
dimalam hari disertai keringat. Peningkatan LED dan sel darah putih
kemungkinan karena sifat nekrosis tumor,gambaran klinis sarkoma ewing dapat
menyerupai osteomielitis. (Ducworth,1995)
c) Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas primer tersering kedua. Tumor ini
terjadi pada tulang matur, dengan insiden pucak pada pasien yang berusia 40-60
tahun . Tumor tersebut berasal dari sel kartilago , dengan sebagian besar area
kartilago mengalami osifikasi .(Piasecki,1987)
Ada dua bentuk kondrosarkoma (O’Sullivan & Saxton,1997)
1. Bentuk sentral yang muncul dalam tulang dari enkondroma
2. Bentuk primer yang muncul pada permukaan tulang dari osteokondroma
Kondroma lebih seing terjadi pada pelvis dan ujung proksimal tulang panjang.
Tumor ini tumbuh lebih lambat daripada tumor ganas lain, kemudian
bermetastasis, dan secara bertahap ukurannya meningkat karena pembengkakan,
gambaran nyeri menetap. Tumor tersebut tampak tumbuh lebih cepat pada
dewasa muda. (Duckworth,1995)

Pemeriksaan sinar x menunjukkan lesi tulang destruktif yang berisi bintik


kalsifikasi, yang kemungkinan menginvasi jaringan lunak. (Duthie &
Bentley,1983)

F. Penatalaksanaan Tumor Tulang


Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor. Ini dapat
dilakukan dengan eksisi bedah ( berkisar dari eksisi lokal sampai amputasi dan
disartikulasi ), radiasi bila tumor bersifat radiosensitif dan kemoterapi
( preoperatif,pascaoperati dan ajufan untuk mencegah mikrometastasis ). Sasaran
utama dapat dilkukan dengan eksisi luas dengan teknikgrafting restoratif. Ketahanan
dan kualitas hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang
mengupayakan mempertahankan ekstremitas yang sakit.
Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi ekstremitas yang
sakit, dengan tinggi amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol lokal lesi primer.
Prosedur memperhankan ekstremitas hanya mengangkat tumor dan jaringan
sekitarnya. Bagian yang direseksi diganti dengan prostesa yang telah
diukur,artroplasti,sendi total atau jaringan tulang dari pasien sendiri (autograft) atau
dari donor kadaver (alograft). Jaringan lunak dan pembuluh darah mungkin
memerlukan grafting akibat luasnya eksisi. Komplikasi yang mungkin timbul
termasuk infeksi, pelonggaran atau dislokasi prostesis, non-union
alograft,fraktur,devitalisasi kulit dan jaringan lunak,fibrosis sendi, dan kambuhan
tumor. Fungsi dan rehabilitasi setelah pertahanan ekstremitas bergantung kemampuan
memperkecil komplikasi dan dorongan positif.
Karena adanya bahaya metastasis pada tumor tulang maligna, maka kombinasi
kemoterapi dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah pembedahan sebagai usaha
mengeradikasi lesi mikrometastasis. Harapannya adalah kombinasi kemoterapi
mempunyai efek yang lebih tinggi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil
menurunkan kemungkinan resistensi terhadap obat.
Sarkoma jaringan lunak diatasi dengan radiasi,eksisi dengan mempertahankan
ekstremitas, dan kemoterapi ajuvan.
Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran terapeutiknya adalah
mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan pasien sebanyak mungkin.terapi tambahan
disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk menangani kanker asal. Fiksasi
interna fraktur patologik dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul. Bila
perlu,tulang besar dengan lesi metastasis dapat diperkuat dengan fiksasi interna
profilaksis. Pembedahan dapat diindikasikan pada frakur tulang panjang.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan
salin normal intravena,diuretika,mobilisasi dan obat-obatan seperti
fosfat,mitramisin,kalsitonin dan kortikosteroid.

G. Asuhan Keperawatan Pada Tumor Tulang


1. Pengkajian
pasien didorong untuk mendiskusikan awitan dan perjalanan gejala, selama
wawancara, perawat mencatat pemahaman pasien mengenai proses
penyakit,bagaimana pasien dan keluarganya mengatasi masalah, dan bagaimana
pasien mengatasi nyeri yang dirasakannya. Pada pemeriksaan fisik, massa dipalpasi
dengan lembut,ukuran dan pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkannya dan
nyeri tekan dicatat. Pengkajian status neurovaskuler dan rentng ekstremitas
merupakan data dasar sebagai pembanding kelak. Mobilitas dan kemampuan
pasien melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dievaluasi (Brunner and
Suddart,2001)

2. Analisa Data

No Data Patofisiologi Masalah


1. DS: Zat karsinogen Nyeri akut
 Klien mengatakan
Pertumbuhan Sel kanker
nyeri pada bagian
yang sakit
 Klien mengatakan Bermetastase melalui PD
kesulitan untuk
Sumsum tulang belakang
beraktifitas karena
nyeri Aktivitas hematopatik
DO:
Plasma tidak matang
 teraba massa tulang
 adanya nyeri tekan
 Adanya peleberan Pembelahan sel yang
abnormal
vena.
 Keletihan
 Klien tampak Jumlah sel meningkat
meringis
 skala nyeri = 8 Menekan saraf nyeri

Nyeri akut

2. DS : Metastase sel kanker melalui Nutrisi Kurang dari


 klien mengatakan tidak Pembuluh Darah Kebutuhan Tubuh
nafsu makan
Sumsum tulang
DO : mengalami kerusakan yang
 keletihan luas
 berkeringat pada
malam hari Pembentukan substrat ↓
 anorexia
 klien sama sekali tidak
menyentuh makanan
Anemia
yang disediakan
 mual dan muntah
 frekuensi muntah 5 Oksigenasi sel ↓
kali dalam sehari
Gangguan metabolik

Transport nutrisi ke sel tubuh


Gangguan nutrisi
3. DS: Metastase sel kannker melalui Ketidakefektifan koping
 pasien mengatakan PD
sangat takut jika
penyakitnya Sumsum tulang
berpengaruh terhadap
masa depannya Perkembangan sel kanker di
tulang
DO:
Proses penyakit
 lemah
 kehilangan alat gerak
 mobilisasi terbatas Kurang pengetahuan

Persepsi tentang penyakit

Ansietas

Koping tidak efektif

4. DS : Metastase sel kannker Harga Diri Rendah


 klien mengatakan melalui PD

merasa tidak
sempurna karena Sumsum tulang
kehilangan anggota Mengalami kerusakan
tubuh yang luas

DO : Perkembangan sel kanker di


tulang
 lemah
 kehilangan alat
gerak Gangguan ortopedik
 moblisasi terbatas
 klien lebih pendiam
dan kurang Tindakan operasi
bersosialisasi

Hilangnya anggota tubuh

Gangguan harga diri

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan data diatas adalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Nutrisi   kurang   dari   kebutuhan   tubuh   berhubungan   dengan   status

hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
c. Ketidakefektifan   koping  berhubungan   dengan   rasa   takut   tentang   ketidak

tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
d. Harga   diri   rendah  berhubungan   dengan  hilangnya   bagian   tubuh   atau

perubahan kinerja peran (Brunner and Suddart,2001)


e. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan adanya pembesaran massa.

4. Nursing Care Plan

N DIAGNOS NOC NIC AKTIFITAS


O A
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Vital sign Vital sign monitoring
1. Monitor tekanan darah,nadi,suhu dan
berhubung asuhan keperawatan selama 1 monitoring
Pain management pernafasan
an dengan x 24 jam pada pasien dengan
 Analgesik 2. Catat adanya fluktasi tekanan darah
agen gangguan nyeri akut dapat 3. Monitor adanya tanda-tanda
administration
cedera teratasi hipotermi/hipertermi
4. Monitor kualitas nadi
biologis
Kriteria Hasil : 5. Monitor kuat/lemahnya tekanan nadi
1. Mampu mengontrol nyeri 6. Monitor irama dan frekuensi jantung
2. Melaporkan bahwa nyeri 7. Monitor bunyi jantung
8. Monitor frekuensi dan irama nafas
berkurang dengan
9. Monitor suara pari-paru
menggunakan manajemen 10. monitor adanya abnormalitas pola
nyeri nafas
3. Mampu mengenali skala 11. monitor suhu,warna dan kelembaban
nyeri kulit
4. Menyatakan rasa nyama 12. Identifikasi faktor penyebab
setelah nyeri berkurang perubahan tanda-tanda vital
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
5. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
7. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
8. Tingkatkan istirahat
9. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik

Analgesic administration
1. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat , dosis dan frekuensi
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pe,berian lebih dari satu
4. Tegantung analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
5. Tentukan analgesik pilihan ,rute
pemberian dan dosis optimal
6. Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
7. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
8. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda
dan gejala
2. Nutrisi  Setelah dilakukan tindakan  nausea Nausea management
1. tanyakan pada
keperawatan selama 1 x 24 management
kurang  jam diharapkan nafsu makan  nutrition pasien penyebab mual
2. observasi asupan
klien meningkat dan mual management
dari 
makanan dan cairan
muntahnya berkurang bahkan
kebutuhan  3. anjurkan pasien
hilang
untuk maka makanan yang kering dan
tubuh 
Kriteria hasil lunak
berhubung 1. Adanya 4. anjurkan pasien
an dengan  peningkatan berat badan memakan makanan yang tidak
2. Berat badan
status  menusuk hidung atau berbau tidak
ideal sesuai tinggi badan
sedap
hipermeta 3. Mampu
5. berikan obat anti
mengidentifikasi
bolik  mual sesuai yang diresepkan
kebutuhan nutrisi 6. ajarkan teknik
berkenaan  4. Tidak ada
relaksasi dan bantu pasien untuk
dengan  tanda-tanda malnutrisi
menggunakan teknik tersebut selama
5. Tidak terjadi
kanker. waktu makan
penurunan berat badan
7. anjurkan pasien
yang berarti
untuk menggunakan teknik tersebut
selama waktu makan
8. pada saat mual
mereda anjurkan untuk makan
makanan yang berlebih

Nutrition management
1. kaji adanya
alergi makanan
2. kolaborasi
dengan ahli giziuntuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3. yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
4. berikan
makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
6. berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
3. Koping  Setelah dilakukan tindakan  peningkatan Peningkatan koping
1. kenali penyesuaian pasien terhadap
keperawatan selama 1 x 24 koping
tidak 
 konseling perubahan citra tubuh,sesuai indikasi
jam diharapkan klien
efektif  2. kenali dampak situasi kehidupan
menunjukkan koping yang
pasien terhadap peran dan hubungan
berhubung
efektif. 3. evaluasi kemampuan pasien dalam
an dengan  mengambil keputusan
Kriteria hasil
4. gali bersama pasien metode yang
rasa takut  1. menerima status
digunakan pada masa sebelum
tentang  kesehatan
2. mampu beradaptasi menghadapi masalah hidup
ketidak  5. tentukan kemungkinan resiko
dengan kekurangan fisik
3. mampu membuat menyakiti diri
tahuan, 
keputusan untuk
persepsi  Konseling
kelangsungan hidup
tentang  1. Menggunakan proses bantuan

proses  interaktif yang berfokus pada


kebutuhan,masalah atau perasaaan
penyakit, 
pasien dan orang terdekat untuk
dan sistem
meningkatkan atau mendukung
pendukun koping,penyelesaian masalahdan
g tidak  hubungan interpersonal

adekuat

4. Harga   diri setelah dilakukan perawatan  self esteem Self esteem enhancement
1. tunjukkan rasa percaya diri terhadap
selama enhancement
rendah
1 x 24 jam diharapkan pasien kemampuan pasien untuk mengatasi
berhubung mampu menerima keadaan situasi
2. dorong pasien mengidentifikasi
an   dengan dirinya dan mampu
kekuatan dirinya
hilangnya beriteraksi dengan orang
3. ajarkan keterampilan perilaku yang
sekitarnya sama seperti
bagian positif melalui bermain peran,model
semula tanpa ada rasa malu
tubuh   atau peran dan diskusi
dan tidak berguna pada 4. dukung peningkatan tanggung jawab
perubahan dirinya jika diperlukan
5. buat ststement positif terhadap pasien
kinerja Kriteria hasil 6. monitor frekuensi komunikasi verbal
1. Adaptasi terhadap respon
pasien yang negative
peran
ketunadayaan fisik 7. dukung pasien menerima tantangan
2. Resolusi berduka ;
baru
penyesuaian dengan 8. kaji alasan-alasan untuk mengkritik
kehilangan aktual atau atau menyalahkan diri-sendiri
kehingan yang akan terjadi
3. Penyesuaian psikososial
4. Menunjukkan penilaian
pribadi tentang harga diri
5. Komunikasi terbuka
6. Mengatakan opti misme
akan masa depan
7. Menggunakan strategi
koping yang efektif

Case Study:
Ny. Y berusia 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dan bengkak pada sendi lutut
kanan yang berlangsung selama 18 bulan. Klien mengatakan setiap saat merasakan nyeri ia
mengkonsumsi obat analgesik dan nyerinya dapat berkurang. Saat dikaji klien mengatakan
nyerinya tidak berkurang meskipun sudah minum obat analgesik, tetapi nyeri semakin
bertambah terutama pada malam hari bahkan tidak dapat meluruskan kakinya. Dokter
menginstruksikan untuk melakukan biopsy terbuka untuk menegakkan diagnosis.
Berdasarkan hasil pengkajian fisik terdapat pembengkakan pada lutut dengan diameter 13
cm, temperaturnya meningkat pada daerah lutut yang bengkak. Gerakan sendi lutut klien
sangat terbatas.
Hasil pemeriksaan darah : Hemoglobin 5,0 gm%, Total Leucocyte Count: 11.000 Sel / cumm,
Leukosit Diferensial Count: N: 90%, L: 08%, E: 01%, M: 01%
ESR: 64 mm, Urea serum: 24mg / dl, Serum Kreatinin: 1.20mg / dl.
Hasil Uji fungsi hati : Serum Bilirubin (Total): 0,47 mg / dl, SGPT / ALT: 21.3 IU / L,
SGOT / AST: 16.9 IU / L, Serum Alkaline Fosfat: 72 IU / L, Sodium Serum: 141mmol / L,
Kalium Serum: 4.3mmol / L, HIV, HCV Dan HBs Ag: negatif, ELISA untuk TB: negatif.
Hasil pemeriksaan radiologi : Terdapat Lesi destruktif yang menunjukkan area litik dan
sklerotik campuran dengan tepi yang tidak jelas di ujung bawah femur kanan dengan reaksi
periosteal terkait dan peningkatan jaringan lunak, bayangan beserta fraktur ujung distal femur
kanan.
Hasil Pemeriksaan MRI Knee kanan : Terdapat bentangan besar massa tulang yang merusak
jaringan lunak.
Hasil Biopsi: Menunjukkan tulang & jaringan lunak dengan daerah nekrosis dan adanya sel
yang sangat pleomorfik yang memiliki hiperkromatik nucleoli & inti menonjol. Aktivitas
mitosis tinggi.

2.3 KASUS
2.3.1 Pengkajian
1) Pengumpulan data
a. Identitas pasien
Nama Klien : Ny. Y

Umur / Tanggal Lahir : 55Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Diagnosa Medis : Tumor Tulang

b. Keluhan utama : Nyeri


c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan Nyeri dan bengkak pada sendi lutut kanan yang
berlangsung selama 18 bulan.
d. Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan sebelumnya tidak
mengalami penyakit seperti ini
e. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan didalam keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit seperti ini.
f. Riwayat psikososial
Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya sekarang
g. Riwayat pemakaian obat :klien mengatakan seiap saat merasakan nyeri ia
mengkomsumsi obat analgesik dan nyerinya dapat berkurang.
h. Tanda tanda vital :
TD : -
N:-
S :-
RR : -

i.Pemeriksaan penunjang :
Hasil Pemeriksaan Lab:
Hemoglobin 5,0 gm%, Total Leucocyte Count: 11.000 Sel / cumm, Leukosit
Diferensial Count: N: 90%, L: 08%, E: 01%, M: 01%
ESR: 64 mm, Urea serum: 24mg / dl, Serum Kreatinin: 1.20mg / dl.
Hasil Uji fungsi hati : Serum Bilirubin (Total): 0,47 mg / dl, SGPT / ALT: 21.3 IU / L,
SGOT / AST: 16.9 IU / L, Serum Alkaline Fosfat: 72 IU / L, Sodium Serum:
141mmol / L, Kalium Serum: 4.3mmol / L, HIV, HCV Dan HBs Ag: negatif, ELISA
untuk TB: negative
Hasil pemeriksaan radiologi : Terdapat Lesi destruktif yang menunjukkan area litik
dan sklerotik campuran dengan tepi yang tidak jelas di ujung bawah femur kanan
dengan reaksi periosteal terkait dan peningkatan jaringan lunak, bayangan beserta
fraktur ujung distal femur kanan.
Hasil Pemeriksaan MRI Knee kanan : Terdapat bentangan besar massa tulang yang
merusak jaringan lunak.
Hasil Biopsi: Menunjukkan tulang & jaringan lunak dengan daerah nekrosis dan
adanya sel yang sangat pleomorfik yang memiliki hiperkromatik nucleoli & inti
menonjol. Aktivitas mitosis tinggi.
Pengkajian fisik :
terdapat pembengkakan pada lutut dengan diameter 13 cm, temperaturnya meningkat
pada daerah lutut yang bengkak. Gerakan sendi lutut klien sangat terbatas.

2.2.21 Anlisa Data


Ds : klien mengatakan nyeri dan bengkak pada lutut kanan
Do : adanya nyeri tekan
Teraba masa pada tulang
Diagnosa keperawatan :
1. Nyeri kronik berhubungan dengan infiltrasi tumor

N DIAGNOS NOC NIC AKTIFITAS


O A
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Vital sign Vital sign monitoring
1. Monitor tekanan darah,nadi,suhu dan
berhubung asuhan keperawatan selama 1 monitoring
Pain management pernafasan
an dengan x 24 jam pada pasien dengan
 Analgesik 2. Catat adanya fluktasi tekanan darah
agen gangguan nyeri akut dapat 3. Monitor adanya tanda-tanda
administration
cedera teratasi hipotermi/hipertermi
4. Monitor kualitas nadi
biologis
Kriteria Hasil : 5. Monitor kuat/lemahnya tekanan nadi
5. Mampu mengontrol nyeri 6. Monitor irama dan frekuensi jantung
6. Melaporkan bahwa nyeri 7. Monitor bunyi jantung
8. Monitor frekuensi dan irama nafas
berkurang dengan
9. Monitor suara pari-paru
menggunakan manajemen 10. monitor adanya abnormalitas pola
nyeri nafas
7. Mampu mengenali skala 11. monitor suhu,warna dan kelembaban
nyeri kulit
8. Menyatakan rasa nyama 12. Identifikasi faktor penyebab
setelah nyeri berkurang perubahan tanda-tanda vital

Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
5. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
7. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
8. Tingkatkan istirahat
9. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik
Analgesic administration
9. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat , dosis dan frekuensi
10.Cek riwayat alergi
11. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pe,berian lebih dari satu
12.Tegantung analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
13.Tentukan analgesik pilihan ,rute
pemberian dan dosis optimal
14.Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
15.Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
16.Evaluasi efektifitas analgesik, tanda
dan gejala
2. Gangguan NOC : NIC :
mobilitas  Joint Movement : Active Exercise therapy :
fisik b/d  Mobility Level ambulation
kerusakan  Self care : ADLs  Monitoring vital
 Transfer performance sign
neuromus
Kriteria Hasil : sebelm/sesudah
kuler  Klien meningkat dalam latihan dan lihat
aktivitas fisik respon pasien saat
 Mengerti tujuan dari latihan
peningkatan mobilitas  Konsultasikan
 Memverbalisasikan dengan terapi fisik
perasaan dalam tentang rencana
meningkatkan kekuatan dan ambulasi sesuai
kemampuan berpindah dengan kebutuhan
 Memperagakan  Bantu klien untuk
penggunaan alat Bantu untuk menggunakan
mobilisasi (walker) tongkat saat
berjalan dan cegah
terhadap cedera
 Ajarkan pasien
atau tenaga
kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
 Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
 Latih pasien
dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan
 Dampingi dan
Bantu pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan ADLs
ps.
 Berikan alat
Bantu jika klien
memerlukan.
 Ajarkan
pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Tumor tulang merupakan tantangan bagi perawat ortopedik karena jarang
terjadi,sulit didiagnosis, mengancam jiwa, dan memerlukan kombinasi penanganan ,
yang meliputi kemoterapi,pembedahan radikal dan radioterapi. Keaadaan ini
mengharuskan perawat untuk mengembangkan pengetahuan tentang onkologi dan
konseling , mampu mengkomunikasikan informasi yang sulit ,mengaitkan isu seputar
penyakit terminal, melakukan kolaborasi secara efektif dengan berbagai lembaga, tim,
komunitas dan pusat penanganan lainnya (Julia & Peter,2011)
Tumor tulang dapat bersifat jinak atau ganas, primer atau sekunder , tumbuh
lambat atau agresif . Biasanya tumor jinak tumbuh agak lambat, dapat dibedakan
dengan jelas ,hanya menginvasi secara lokal, dan biasanya tidak bermetastasis, namun
bebrapa jenis dapat berubah menjadi ganas selama periode waktu tertentu .
Sebaliknya, tumor tulang ganas primer jarang terjadi, tumor ini menginvasi secara
lokal dan bermetastasis. Sebagian besar tumor tulang primer diklasifikasikan sesuai
dengan jenis asal walaupun asal beberapa tumor tidak jelas, tapi tampilan kedua jenis
tumor ini sama (Gray,1994)
Hal ini di temukan pada kasus pad pasien dengan Tumor Tulang,Sehingga
tidak terjadi kesenjangan anatra teori dan kasus

B. Diagnose keperawatan
Secara teori diagnose yang muncul pada pasien Tumor Tulang ada 5 yaitu
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis,Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan
kanker,Ketidakefektifan koping berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak
tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat,Harga
diri rendah berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja
peran, Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan adanya pembesaran massa.
sedangkanpada kasus hanya 2 Diagnaosa,karena pada pasien proses penyakitnya
belum sampai ke jenjang yang serius atau stadium akhir.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat
dan pertumbuhannya tidak terkendali. Penyebab pasti terjadinya tumor masih
belum dipastikan. Namun ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya
tumor tulang, yaitu genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis,
infeksi. Tumor tulang dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tumor tulang
benigna (tumor tulang jinak), dan tumor tulang maligna (tumor tulang ganas).
Adanya tumor tulang dapat diketahui selain adanya massa dapat dilihat
melalui pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi, biopsi.
Perkembangan atau perkumbuhan tumor tulang dapat dihambat melalui terapi,
farmakologi, dan pembedahan. Tumor tulang dapat menyebabkan infeksi,
hemoragi, rekurens lokal, dan fraktur patologis.

B. Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada Tumor
Tulang ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan
dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan
untuk tindakan proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Apley,A ., Soloman, L.( 1993 ). Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 2 nd


edn. Buttterworth Heinemann, Oxford.
Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. EGC.
Jakarta
Duckworth.T.( 1995 ). Neoplastic Conditions – Primary Neoplasms. In : Lecture
notes on orthopaedics and fractures, 3rd edn. Blackwell Science, Oxford.
Duthie, R.,Bentley, G. (1983). Tumours of the Musculoskeletal System. In :
Mercer’s orthopaedic surgery, 8th edn. Edward Arnold,London.
Gray, D. (1994). Bone Tumours. In : Benson M., Fixen J., MacNicol M. (eds)
Children’s orthopaedics and fractures. Churchill Livingstone, Edinburgh.
Julia Kneale.,Peter Davis (2001). Keperawatan Ortopedik & Trauma. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta
O’Sullivan , M ., Saxton, V.(1997) . Bone and Soft tissue Tumours. In : Broughton,
N.(ed). A textbook of paeditric orthopaedics from Royal Children’s Hospital,
Merbourne. WB Saunders, London.
Piasecki,P.(1987) . Bone Malignancies. In : Groenwald, S. (ed). Cancer nursing :
principles and practice. Jones and Bartlett, Boston.
Priangle,J. (1987),Pathology of Bone Tumours, In : Souhami, R. (ed). Clinical
oncology. Bailliere Tindall,London.
Robin (1999), Basic of Pathology Disease. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Schwartz,C., Constine, L.,Putman, T . et al. (1993). Paediatric Solid Tumours. In :
Rubin, P.(ed). Clinical oncology : a multidiciplinary approach for physician
and students, 7th edn. WB Saunders, Philadelphia.
Souhami, R., Tobias, J. (1986). Bone and Soft Tissue Sarcoma. In : Cancer and its
management. Blackwell,Oxford.
Williams, P ., Cole,W. (1991). Bone Tumours. In : Orthopaedic management in
childhood, 2nd edn. Chapman and Hall Medical, London.

Anda mungkin juga menyukai