PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor tulang merupakan tantangan bagi perawat ortopedik karena jarang terjadi,sulit
didiagnosis, mengancam jiwa, dan memerlukan kombinasi penanganan , yang meliputi
kemoterapi,pembedahan radikal dan radioterapi. Keaadaan ini mengharuskan perawat
untuk mengembangkan pengetahuan tentang onkologi dan konseling , mampu
mengkomunikasikan informasi yang sulit ,mengaitkan isu seputar penyakit terminal,
melakukan kolaborasi secara efektif dengan berbagai lembaga, tim, komunitas dan
pusat penanganan lainnya (Julia & Peter,2011)
Tumor tulang dapat bersifat jinak atau ganas, primer atau sekunder , tumbuh lambat
atau agresif . Biasanya tumor jinak tumbuh agak lambat, dapat dibedakan dengan
jelas ,hanya menginvasi secara lokal, dan biasanya tidak bermetastasis, namun bebrapa
jenis dapat berubah menjadi ganas selama periode waktu tertentu . Sebaliknya, tumor
tulang ganas primer jarang terjadi, tumor ini menginvasi secara lokal dan bermetastasis.
Sebagian besar tumor tulang primer diklasifikasikan sesuai dengan jenis asal walaupun
asal beberapa tumor tidak jelas, tapi tampilan kedua jenis tumor ini sama (Gray,1994)
Usia merupakan faktor penting karena beberapa tumor mencapai puncak pada tahap
pertumbuhan tertentu
Tumor tulang ganas primer jarang terjadi sebelum usia 5 tahun
Tumor sel raksasa jarang terjadi sebelum penutupan epifisial
Insiden osteoarkoma memuncak pada usia remaja
Kondrosarkoma merupakan penyakit skeletal matur
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari tumor tulang ?
2. Apa etiolgi dari tumor tulang ?
3. Bagaimana patofisiologi dari tumor tulang ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari tumor tulang ?
5. Apa saja klasifikasi dari tumor tulang ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor tulang ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien tumor tulang?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan tentang tumor tulang dan asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien yang menderita tumor tulang
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan definisi dari tumor tulang
b. Mampu menjelaskan etiologi dari tumor tulang
c. Mampu menjelaskan manifestasi klinis dari tumor tulang
d. Mampu menjelaskan klasifikasi dari tumor tulang
e. Mampu menjelaskan penatalaksanaan pada tumor tulang
f. Mampu menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien tumor
tulang
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari tumor tulang
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari tumor tulang
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari tumor tulang
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari tumor tulang
5. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksaan dari tumor tulang
6. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
tumor tulang
BAB II
PEMBAHASAN
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang yang tidak
normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama,
seperti osteosarkoma ,chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.(Brunner &
Suddart,2002)
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon kalsitonin, hormon
paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone kalsitonin mempunyai efek
terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam tulang sehingga mengakibatkan terjadinya
pengapuran tulang yang menjadikan tulang-tulang rawan menjadi keras. Jika terjadi
peningkatan hormon paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium
dan fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu peningkatan kadar
PTH secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas,
sehingga terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada
hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal. Vitamin D
mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang terlihat pada kadar PTH yang
tinggi. (Brunner and Suddart,2001)
tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul
akibat peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor. Nyeri
dapat hilangtimbul dan lebih terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.
2. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh
dan beresiko untuk mengalami fraktur. Kadangkadang fraktur timbul sebelum gejala
gejala lainnya. Daerah yang sering mengalami fraktur yaitu tulangtulang panjang di
ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.
3. Penekanan medula spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi terdesak.
Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau
mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen.
4. Peninggian kadar kalsium dalam darah
Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari tulang.
Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi,
kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran.
5. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sumsum tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe
sel darah yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah merah.
Apabila sel darah putih yang terkena, maka pasien dapt dengan mudah terjangkit
infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet, dapat menyebabkan perdarahan. (Brunner
and Suddart,2001)
.
Pada tahun terakhir iini, telah dikembangkan pendekatan konservatif untuk
penanganan tumor dan berhasil digunakan pada kasus tertentu.Pendekatan tersebut
meliputi teknik perkutan dengan panduan CT, dilakukan dengan anastesi
umum,untuk menghancurkan atau membuang nidus. Prosedur ini bersifat invasif
mionimal meliputi reseksi perkutan atau destruksi termal pada nidus yang
menggunakan fotokoagulasi laser atau ablasi radiofrekuensi.keuntungan prosedur
ini bagi pasien adalah reduksi tumor yang cepat dalam 48 jam,hanya semalam
dirawat dirumah sakit dan kembali ke aktivitas semula dengan segera. ( Linder et
al,2001)
b) Osteoblastoma
Tumor ini sama dengan osteoid osteoma,tetapi lebih besar. Penatalaksaan bedah
tumor ini berbeda karena lesi gharus dieksisi secara kesuluruhan, jika tidak dapat
terjadi kekambuhan.
Tumor tersebut dapat agresif, tetapi tidak bermetasasis. Sekitar 50 % terjadi pada
spina, menimbulkan resiko komplikasi yang lebih besar dari medulla spinalis yang
terkena perubahan motorik atau sensorik,yang kemungkinan mengarah pada
akibat yang fatal.
c) Osteokondroma
Tumor ini merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi,terkadang disebut
eksostosis,yang bioasanya mulai tumbuh pada usia remaja. Tumor ini terjadi dari
pertumbuhan kartilago normal yang berlebihan,yang dekat dengan kartilago
epifisialis,dan terosifikasi.
Pertumbuhan tumor berlanjut pada batang sampai maturitas tulang sehingga
memberi tampilan seperti bunga kol. Pembesaran tumor setelah periode
pertumbuhan berakhir mengindikasikan transformasi keganasan menjadi
kondrosarkoma. Dapat terjadi tumor tunggal atau multipel, yang biasanya terdapat
pada metafisis tulang panjang. Lesi multipel terbentuk sebagai bagian dari
gangguan herediter yang dikenal sebagai aklasis diafiseal,mengakibatkan
deformitas tulang.
2. Analisa Data
Nyeri akut
Gangguan nutrisi
3. DS: Metastase sel kannker melalui Ketidakefektifan koping
pasien mengatakan PD
sangat takut jika
penyakitnya Sumsum tulang
berpengaruh terhadap
masa depannya Perkembangan sel kanker di
tulang
DO:
Proses penyakit
lemah
kehilangan alat gerak
mobilisasi terbatas Kurang pengetahuan
Ansietas
merasa tidak
sempurna karena Sumsum tulang
kehilangan anggota Mengalami kerusakan
tubuh yang luas
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan data diatas adalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
c. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak
tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
d. Harga diri rendah berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau
Analgesic administration
1. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat , dosis dan frekuensi
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pe,berian lebih dari satu
4. Tegantung analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
5. Tentukan analgesik pilihan ,rute
pemberian dan dosis optimal
6. Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
7. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
8. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda
dan gejala
2. Nutrisi Setelah dilakukan tindakan nausea Nausea management
1. tanyakan pada
keperawatan selama 1 x 24 management
kurang jam diharapkan nafsu makan nutrition pasien penyebab mual
2. observasi asupan
klien meningkat dan mual management
dari
makanan dan cairan
muntahnya berkurang bahkan
kebutuhan 3. anjurkan pasien
hilang
untuk maka makanan yang kering dan
tubuh
Kriteria hasil lunak
berhubung 1. Adanya 4. anjurkan pasien
an dengan peningkatan berat badan memakan makanan yang tidak
2. Berat badan
status menusuk hidung atau berbau tidak
ideal sesuai tinggi badan
sedap
hipermeta 3. Mampu
5. berikan obat anti
mengidentifikasi
bolik mual sesuai yang diresepkan
kebutuhan nutrisi 6. ajarkan teknik
berkenaan 4. Tidak ada
relaksasi dan bantu pasien untuk
dengan tanda-tanda malnutrisi
menggunakan teknik tersebut selama
5. Tidak terjadi
kanker. waktu makan
penurunan berat badan
7. anjurkan pasien
yang berarti
untuk menggunakan teknik tersebut
selama waktu makan
8. pada saat mual
mereda anjurkan untuk makan
makanan yang berlebih
Nutrition management
1. kaji adanya
alergi makanan
2. kolaborasi
dengan ahli giziuntuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3. yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
4. berikan
makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
6. berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
3. Koping Setelah dilakukan tindakan peningkatan Peningkatan koping
1. kenali penyesuaian pasien terhadap
keperawatan selama 1 x 24 koping
tidak
konseling perubahan citra tubuh,sesuai indikasi
jam diharapkan klien
efektif 2. kenali dampak situasi kehidupan
menunjukkan koping yang
pasien terhadap peran dan hubungan
berhubung
efektif. 3. evaluasi kemampuan pasien dalam
an dengan mengambil keputusan
Kriteria hasil
4. gali bersama pasien metode yang
rasa takut 1. menerima status
digunakan pada masa sebelum
tentang kesehatan
2. mampu beradaptasi menghadapi masalah hidup
ketidak 5. tentukan kemungkinan resiko
dengan kekurangan fisik
3. mampu membuat menyakiti diri
tahuan,
keputusan untuk
persepsi Konseling
kelangsungan hidup
tentang 1. Menggunakan proses bantuan
adekuat
4. Harga diri setelah dilakukan perawatan self esteem Self esteem enhancement
1. tunjukkan rasa percaya diri terhadap
selama enhancement
rendah
1 x 24 jam diharapkan pasien kemampuan pasien untuk mengatasi
berhubung mampu menerima keadaan situasi
2. dorong pasien mengidentifikasi
an dengan dirinya dan mampu
kekuatan dirinya
hilangnya beriteraksi dengan orang
3. ajarkan keterampilan perilaku yang
sekitarnya sama seperti
bagian positif melalui bermain peran,model
semula tanpa ada rasa malu
tubuh atau peran dan diskusi
dan tidak berguna pada 4. dukung peningkatan tanggung jawab
perubahan dirinya jika diperlukan
5. buat ststement positif terhadap pasien
kinerja Kriteria hasil 6. monitor frekuensi komunikasi verbal
1. Adaptasi terhadap respon
pasien yang negative
peran
ketunadayaan fisik 7. dukung pasien menerima tantangan
2. Resolusi berduka ;
baru
penyesuaian dengan 8. kaji alasan-alasan untuk mengkritik
kehilangan aktual atau atau menyalahkan diri-sendiri
kehingan yang akan terjadi
3. Penyesuaian psikososial
4. Menunjukkan penilaian
pribadi tentang harga diri
5. Komunikasi terbuka
6. Mengatakan opti misme
akan masa depan
7. Menggunakan strategi
koping yang efektif
Case Study:
Ny. Y berusia 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dan bengkak pada sendi lutut
kanan yang berlangsung selama 18 bulan. Klien mengatakan setiap saat merasakan nyeri ia
mengkonsumsi obat analgesik dan nyerinya dapat berkurang. Saat dikaji klien mengatakan
nyerinya tidak berkurang meskipun sudah minum obat analgesik, tetapi nyeri semakin
bertambah terutama pada malam hari bahkan tidak dapat meluruskan kakinya. Dokter
menginstruksikan untuk melakukan biopsy terbuka untuk menegakkan diagnosis.
Berdasarkan hasil pengkajian fisik terdapat pembengkakan pada lutut dengan diameter 13
cm, temperaturnya meningkat pada daerah lutut yang bengkak. Gerakan sendi lutut klien
sangat terbatas.
Hasil pemeriksaan darah : Hemoglobin 5,0 gm%, Total Leucocyte Count: 11.000 Sel / cumm,
Leukosit Diferensial Count: N: 90%, L: 08%, E: 01%, M: 01%
ESR: 64 mm, Urea serum: 24mg / dl, Serum Kreatinin: 1.20mg / dl.
Hasil Uji fungsi hati : Serum Bilirubin (Total): 0,47 mg / dl, SGPT / ALT: 21.3 IU / L,
SGOT / AST: 16.9 IU / L, Serum Alkaline Fosfat: 72 IU / L, Sodium Serum: 141mmol / L,
Kalium Serum: 4.3mmol / L, HIV, HCV Dan HBs Ag: negatif, ELISA untuk TB: negatif.
Hasil pemeriksaan radiologi : Terdapat Lesi destruktif yang menunjukkan area litik dan
sklerotik campuran dengan tepi yang tidak jelas di ujung bawah femur kanan dengan reaksi
periosteal terkait dan peningkatan jaringan lunak, bayangan beserta fraktur ujung distal femur
kanan.
Hasil Pemeriksaan MRI Knee kanan : Terdapat bentangan besar massa tulang yang merusak
jaringan lunak.
Hasil Biopsi: Menunjukkan tulang & jaringan lunak dengan daerah nekrosis dan adanya sel
yang sangat pleomorfik yang memiliki hiperkromatik nucleoli & inti menonjol. Aktivitas
mitosis tinggi.
2.3 KASUS
2.3.1 Pengkajian
1) Pengumpulan data
a. Identitas pasien
Nama Klien : Ny. Y
i.Pemeriksaan penunjang :
Hasil Pemeriksaan Lab:
Hemoglobin 5,0 gm%, Total Leucocyte Count: 11.000 Sel / cumm, Leukosit
Diferensial Count: N: 90%, L: 08%, E: 01%, M: 01%
ESR: 64 mm, Urea serum: 24mg / dl, Serum Kreatinin: 1.20mg / dl.
Hasil Uji fungsi hati : Serum Bilirubin (Total): 0,47 mg / dl, SGPT / ALT: 21.3 IU / L,
SGOT / AST: 16.9 IU / L, Serum Alkaline Fosfat: 72 IU / L, Sodium Serum:
141mmol / L, Kalium Serum: 4.3mmol / L, HIV, HCV Dan HBs Ag: negatif, ELISA
untuk TB: negative
Hasil pemeriksaan radiologi : Terdapat Lesi destruktif yang menunjukkan area litik
dan sklerotik campuran dengan tepi yang tidak jelas di ujung bawah femur kanan
dengan reaksi periosteal terkait dan peningkatan jaringan lunak, bayangan beserta
fraktur ujung distal femur kanan.
Hasil Pemeriksaan MRI Knee kanan : Terdapat bentangan besar massa tulang yang
merusak jaringan lunak.
Hasil Biopsi: Menunjukkan tulang & jaringan lunak dengan daerah nekrosis dan
adanya sel yang sangat pleomorfik yang memiliki hiperkromatik nucleoli & inti
menonjol. Aktivitas mitosis tinggi.
Pengkajian fisik :
terdapat pembengkakan pada lutut dengan diameter 13 cm, temperaturnya meningkat
pada daerah lutut yang bengkak. Gerakan sendi lutut klien sangat terbatas.
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
5. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
7. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
8. Tingkatkan istirahat
9. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik
Analgesic administration
9. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat , dosis dan frekuensi
10.Cek riwayat alergi
11. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pe,berian lebih dari satu
12.Tegantung analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
13.Tentukan analgesik pilihan ,rute
pemberian dan dosis optimal
14.Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
15.Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
16.Evaluasi efektifitas analgesik, tanda
dan gejala
2. Gangguan NOC : NIC :
mobilitas Joint Movement : Active Exercise therapy :
fisik b/d Mobility Level ambulation
kerusakan Self care : ADLs Monitoring vital
Transfer performance sign
neuromus
Kriteria Hasil : sebelm/sesudah
kuler Klien meningkat dalam latihan dan lihat
aktivitas fisik respon pasien saat
Mengerti tujuan dari latihan
peningkatan mobilitas Konsultasikan
Memverbalisasikan dengan terapi fisik
perasaan dalam tentang rencana
meningkatkan kekuatan dan ambulasi sesuai
kemampuan berpindah dengan kebutuhan
Memperagakan Bantu klien untuk
penggunaan alat Bantu untuk menggunakan
mobilisasi (walker) tongkat saat
berjalan dan cegah
terhadap cedera
Ajarkan pasien
atau tenaga
kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
Latih pasien
dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan
Dampingi dan
Bantu pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan ADLs
ps.
Berikan alat
Bantu jika klien
memerlukan.
Ajarkan
pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Tumor tulang merupakan tantangan bagi perawat ortopedik karena jarang
terjadi,sulit didiagnosis, mengancam jiwa, dan memerlukan kombinasi penanganan ,
yang meliputi kemoterapi,pembedahan radikal dan radioterapi. Keaadaan ini
mengharuskan perawat untuk mengembangkan pengetahuan tentang onkologi dan
konseling , mampu mengkomunikasikan informasi yang sulit ,mengaitkan isu seputar
penyakit terminal, melakukan kolaborasi secara efektif dengan berbagai lembaga, tim,
komunitas dan pusat penanganan lainnya (Julia & Peter,2011)
Tumor tulang dapat bersifat jinak atau ganas, primer atau sekunder , tumbuh
lambat atau agresif . Biasanya tumor jinak tumbuh agak lambat, dapat dibedakan
dengan jelas ,hanya menginvasi secara lokal, dan biasanya tidak bermetastasis, namun
bebrapa jenis dapat berubah menjadi ganas selama periode waktu tertentu .
Sebaliknya, tumor tulang ganas primer jarang terjadi, tumor ini menginvasi secara
lokal dan bermetastasis. Sebagian besar tumor tulang primer diklasifikasikan sesuai
dengan jenis asal walaupun asal beberapa tumor tidak jelas, tapi tampilan kedua jenis
tumor ini sama (Gray,1994)
Hal ini di temukan pada kasus pad pasien dengan Tumor Tulang,Sehingga
tidak terjadi kesenjangan anatra teori dan kasus
B. Diagnose keperawatan
Secara teori diagnose yang muncul pada pasien Tumor Tulang ada 5 yaitu
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis,Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan
kanker,Ketidakefektifan koping berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak
tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat,Harga
diri rendah berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja
peran, Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan adanya pembesaran massa.
sedangkanpada kasus hanya 2 Diagnaosa,karena pada pasien proses penyakitnya
belum sampai ke jenjang yang serius atau stadium akhir.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat
dan pertumbuhannya tidak terkendali. Penyebab pasti terjadinya tumor masih
belum dipastikan. Namun ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya
tumor tulang, yaitu genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis,
infeksi. Tumor tulang dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tumor tulang
benigna (tumor tulang jinak), dan tumor tulang maligna (tumor tulang ganas).
Adanya tumor tulang dapat diketahui selain adanya massa dapat dilihat
melalui pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi, biopsi.
Perkembangan atau perkumbuhan tumor tulang dapat dihambat melalui terapi,
farmakologi, dan pembedahan. Tumor tulang dapat menyebabkan infeksi,
hemoragi, rekurens lokal, dan fraktur patologis.
B. Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada Tumor
Tulang ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan
dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan
untuk tindakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA