Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.

B DENGAN DIAGNOSA CA
TULANG DI KAMAR OPERASI RS UKI

DI SUSUN OLEH

GRACE CHARLITA

1420123158

DOSEN PEMBIMBING: SAURMIAN SINAGA,MKep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN IMANUEL

YPT-GKP BANDUNG

TAHUN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN CA TULANG

1. Definisi

Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru yang abnormal(neoplasma), progresif dimana sel-sel
nya tidak pernah menjadi dewasa. Neoplasma merupakan masa abnormal dari jaringan, yang
pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama
serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut. (Robin,
1999)
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang yang tidak normal,
tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama,
seperti osteosarkoma ,chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.(Brunner &
Suddart,2002)

A. Etilogi Tumor Tulang


1. Tumor Tulang Jinak ( benigna)
Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya muncul pada area
yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi pada penelitian biomolekuler
lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme terjadinya neoplasma tulang, yaitu melalui
identifikasi mutasi genetik yang spesifik dan penyimpangan kromosom pada tumor.
Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus oncogen.
Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi cromosom P53 dan Rb juga
dapat menjadi penyebab terjadinya tumor (Robins 1999, 551,“Basic of Pathology
Disease”). Selain itu penyebabnya bisa karena adanya trauma dan infeksi yang berulang
misalnya Bone infarct, osteomyelitis chronic paget disease. Faktor lingkungan berupa
paparan radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon dan bahan metal lain), serta gaya
hidup (perokok, alkoholik, dan sering terpapar stress) juga merupakan factor predisposisi
terjadinya tumor tulang ini.
2. Tumor Tulang Ganas (Maligna)
Faktor penyebab tumor maligna yaitu:
a. Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari embrionik mesoderm.
b. Virus, Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga mengganggu
generasi mendatang dari populasi sel.
c. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi
berulang atau ketika terapi radiasi digunakan untuk mengobati penyakit.
d. Agens hormonal, Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan
dalam keseimbangan hormon baik dalam pembentukan hormon tubuh sendiri
(endogenus) atau pemberian hormon eksogenus.
e. Kegagalan sistem imun, Kegagalan sisem imun untuk berespon dengan tepat terhadap
sel-sel maligna memungkinkan tumor tumbuh sampai pada ukuran yang terlalu besar
untuk diatasi oleh mekanisme imun normal.
f. Agens kimia, Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik
dengan menggunakan struktur DNA pada bagian-bagian tubuh (zat warna amino
aromatik, anilin, nikel, seng, polifinil chlorida). (Brunner and Suddart,2001)

B. Patofisiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna


Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama sekali, bermula ketika sel
abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klon
dan mulai berfoliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar sel tersebut kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-
ciri invasif. Dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya sel-sel tersebut menginfiltrasi
jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui
pembuluih darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk
metastase.
Penyebaran limfogen terjadi karena sel kanker menyusup ke saluran limfe kemudian ikut
aliran limfe menyebar dan menimbulkan metastasis di kelenjar limfe regional. Pada
umumnya kanker mula-mula menyebar dengan cara ini baru kemudian menyebar
hematogen, pada permulaan penyebaran hanya terjadi pada satu kelenjar limfe saja tetapi
selanjutnya terjadi pada kelenjar limfe regional lainnya. Setelah menginfiltrasi kelenjar limfe
sel kanker dapat menembus dinding struktur sekitar menimbulkan perlekatan. Kelenjar limfe
satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar limfe. Penyebaran hematogen
terjadi akibat sel kanker menyusup ke kapiler darah kemudian masuk ke pembuluh darah
dan menyebar mengikuti aliran darah vena sampai organ lain.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel: osteoblas, osteosit,
dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang
disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas,
mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfotase alkali
akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka keadaan fosfotase alkali di dalam darah
dapat menjadi indikator yang baik tentang pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa
yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi untuk tulang yang
padat. Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas adalah proses
pengikisan tulang.

Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon kalsitonin, hormon
paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone kalsitonin mempunyai efek
terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam tulang sehingga mengakibatkan terjadinya
pengapuran tulang yang menjadikan tulang-tulang rawan menjadi keras. Jika terjadi
peningkatan hormon paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium dan
fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu peningkatan kadar PTH
secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas, sehingga
terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada hiperparatiroidisme dapat pula
menimbulkan pembentukan batu ginjal. Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi
tulang seperti yang terlihat pada kadar PTH yang tinggi. (Brunner and Suddart,2001)

C. Manifestasi Klinis Tumor Tulang


Secara umum manifestasi klinis tumor tulang adalah
1. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses metastasis ke tulang
dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul akibat
peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor. Nyeri dapat
hilang-timbul dan lebih terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.
2. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh dan
beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang-kadang fraktur timbul sebelum gejala-gejala
lainnya. Daerah yang sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas
atas dan bawah serta vertebra.
3. Penekanan medula spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi terdesak.
Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau mati
rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen.
4. Peninggian kadar kalsium dalam darah
Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari tulang. Peninggian
kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan
bahkan gangguan kesadaran.

5. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe sel
darah yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah merah. Apabila sel
darah putih yang terkena, maka pasien dapt dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan
gangguan pada platelet, dapat menyebabkan perdarahan. (Brunner and Suddart,2001)

a) Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna


Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada malam hari dan
biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan pembengkakan mungkin dapat diketahui
dengan palpasi, tetapi gejala pokok (kehilangan berat badan, demam, berkeringat pada
malam hari, lemas) biasanya tidak ditemukan, kecuali pada kasus tumor metastase.
Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor tidak terkendali,
bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali dirasakan kurang nyeri bahkan tidak
nyeri. Nyeri ini disebabkan tertekannya saraf-saraf nyeri oleh massa. (Brunner and
Suddart,2001)
b) Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna
Beberapa gejala tumor tulang maligna adalah sebagai berikut
a. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar 75% pasien dengan
tumor tulang maligna merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan tergantung
pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa nyeri yang bersifat
tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung lama dan
memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak menghilang, nyeri diperberat
oleh adanya fraktur patologis.
b. Pembengkakan, Pembengkakan lokal biasa ditemukan.
c. Massa yang teraba yang diakibatkan penonjolan tulang.
d. Frekuensi miksi meningkat
Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna di pelvis, namun
manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor tulang maligna. Gejala yang
ditimbulkan tergantung dari gradenya. Pada grade tinggi, selain pertumbuhan tumor
cepat juga disertai nyeri yang hebat. Sedangkan pada grade rendah, pertumbuhan
tumor lambat dan biasanya disertai keluhan orang tua seperti nyeri pinggul dan
pembengkakan. (Brunner and Suddart, 2001)
D. Klasifikasi Tumor Tulang
1. Tumor Tulang Jinak (benigna)
Yang termasuk dalam tumor tulang (benigna) jinak adalah sebagai berikut
a) Osteoid Osteoma
Osteoid osgteoma adalah tumor kecil yang nyeri dan terdiri atas tulang yang baru
terbentuk . Tumor ini terjadi pada pasien yang berusia kurang dari 30 tahun, lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada wanita (rasio 3 : 1), dengan 50 % terjadi pada
femur dan tibia. Osteoid osteoma yang terjadi pada spina dapat mengakibatkan
skoliosis yang nyeri. Pasien dapat mengalami nyeri yang sangat dan bertambah parah
pada malam hari, obat yang berbasis aspirin biasanya mengurangi nyeri. ( Apley &
Soloman, 1993)
Area radiolusen yang kecil, yang disebut nidus, dapat ditunjukkan pada radiograf. CT
Scan yang tipis dapat menunjukkan nidus secara lebih jelas,yang memperkuat
diagnosis dan memudahkan penentuan lokasi tumor pada tulang secara akurat. Scan
radioisotop tulang akan menunjukkan area yang banyak mengabsorbsi radioisotop.
Osteoid osteoma pada akhirnya akan pulih tanpa intervensi, tetapi derajay nyeri yang
dialami membuat metode penatalaksanaan ini tidak dianjurkan.Penanganan standar
adalah seleksi eksisi bedah nidus, yang harus dilakukan dengan sempurna untuk
mencegah kekambuhan. Namun,walaupun lesi mungkin kecil, pembedahan luas
mungkin diperlukan untuk membuangnya.Lesi ini cenderung terjadi pada tulang yang
menopang berat sehingga kadang memerlukan tandur tulang serta fiksasi internal
untuk mencegahrisiko fraktur, khususnya sejumlah besar korteks tulang dieksisi.
( Rosenthal et al,1998)
Pada tahun terakhir iini, telah dikembangkan pendekatan konservatif untuk
penanganan tumor dan berhasil digunakan pada kasus tertentu.Pendekatan tersebut
meliputi teknik perkutan dengan panduan CT, dilakukan dengan anastesi umum,untuk
menghancurkan atau membuang nidus. Prosedur ini bersifat invasif mionimal
meliputi reseksi perkutan atau destruksi termal pada nidus yang menggunakan
fotokoagulasi laser atau ablasi radiofrekuensi.keuntungan prosedur ini bagi pasien
adalah reduksi tumor yang cepat dalam 48 jam,hanya semalam dirawat dirumah sakit
dan kembali ke aktivitas semula dengan segera. ( Linder et al,2001)
b) Osteoblastoma
Tumor ini sama dengan osteoid osteoma,tetapi lebih besar. Penatalaksaan bedah
tumor ini berbeda karena lesi gharus dieksisi secara kesuluruhan, jika tidak dapat
terjadi kekambuhan. (O’Sullivan & Saxton, 1997).
Tumor tersebut dapat agresif, tetapi tidak bermetasasis. Sekitar 50 % terjadi pada
spina, menimbulkan resiko komplikasi yang lebih besar dari medulla spinalis yang
terkena perubahan motorik atau sensorik,yang kemungkinan mengarah pada akibat
yang fatal. (Gray,1994)
c) Osteokondroma
Tumor ini merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi,terkadang disebut
eksostosis,yang bioasanya mulai tumbuh pada usia remaja. Tumor ini terjadi dari
pertumbuhan kartilago normal yang berlebihan,yang dekat dengan kartilago
epifisialis,dan terosifikasi. (O’Sullivan & Saxton,1997)
Pertumbuhan tumor berlanjut pada batang sampai maturitas tulang sehingga memberi
tampilan seperti bunga kol. Pembesaran tumor setelah periode pertumbuhan berakhir
mengindikasikan transformasi keganasan menjadi kondrosarkoma. Dapat terjadi
tumor tunggal atau multipel, yang biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang.
Lesi multipel terbentuk sebagai bagian dari gangguan herediter yang dikenal sebagai
aklasis diafiseal,mengakibatkan deformitas tulang. (Apley & Soloman, 1993)
Penanganan bedah ini dilakukan jika tumor mengganggu fungsi otot,tendon,saraf dan
sendi disekitarnya. Eksisi yang luas akan diperlukan karena terdapat angka
kekambuhan yang tinggi pada reseksi tumor yang tidak adekuat. (Williams &
Cole,1991)
d) Kondroma
Kondroma merupakan tumor jinak yang muncul dari elemen tulang kartilago yang
sedang tumbuh. Jika kondroma muncul sebagai lesi tunggal pada tulang kecil tangan
dan kaki dinamakan kondroma kistik,kondroma yang muncul ditempat lain dikenal
sebagai endokondroma. Endokondroma multipel, yang biasanya dikenal sebagai
penyakit Ollier, mempengaruhi metafisis tulang panjang. Enkondromata multipel
muncul pada sel kartilagoyang tersisa dari osifikasi yang tidak sempurna. ( Duthie &
Bentley,1983 )
Penanganan bedah diindikasikan jika tumor tersebut tumbuh secara cepat sehingga
mengakibatkan rasa tidak nyaman atau kehilangan fungsi. Eksisi bedah atau kuretase
dengan tandur tulang biasanya efektif. Kondroma dapat kambuh jika pengangkatan
tumor tidak sempurna,resiko ini lebih tinggi jika tumor ini terjadi pada tulang panjang
pasien yang berusia lebih dari 35 tahun. ( Duthie & Bentley,1983)
e) Tumor Sel Raksasa ( Osteoklastoma)
Tumor jinak ini sering terjadi pada laki-laki muda setelah fusi epifisis, asalnya tidak
diketahui. Tempat khususnya adalah ujung distal femur dan proksimal tibia, dengan
tumor dimulai dari metafisis dan meluas ke epifisis yang mempertahankan bagian luar
selubung tipis korteks.Tumor sel raksasa terdiri atas sejumlah besar sel raksasa, yang
memberikan tampilan seperti “busa sabun” pada radiograf. Tumor ini lembut,mudah
hancur,muncul sebagai nyeri dekat sendi,disertai pembengkakan atau fraktur
patologis. (Duckworth,1995).
Penanganan bedah dilakukan dengan eksisi beberapa tulang , seperti fibula dan
klavikula. Pada kasus lain, kuretase dan tanndur yang adekuat, tetapi untuk lesi yang
agresif atau kambuh, penggantian endoprostetik diperlukan untuk menjamin eksisi
yang sempurna.
f) Kista Tulang Aneurisma
Tumor ini sering diialami oleh remaja dan jarang terjadi pada pasien yang berusia
lebih dari 30 tahun, 50 % terjadi pada metafisis tulang panjang dan 30 % pada spina .
( O’Sullivan & Saxton, 1997 )
Kosta yang terbentu berisi rongga yang berisi darah, yang biladilihat dengan sinar x
dapat menyerupai tumor sel raksasa. Namun,tidak ada lesi jinak yang menyebar ke
tulang sekitarnya dengan cara yang sama. Walaupun jinak, lesi ini bervariasi antara
aktif dan sangat agresif sehingga memerlukan pengkajian penuh untuk mengetahui
tingkat perkembangannya. (Gray,1994)
Pasien mengalami nyeri dan pembengkakan dengan derajat yang bervariasi.
Penanganan tumor ini dengan kuretase, kadang dengan tandur tulang. Terdapat resiko
kekambuhan setelah pembedahan jika eksisi luas diperlukan. Jika tumor tumbuh pada
spina, yang sulit dilakukan reseksi, radioterapi dapat efektif.
2. Tumor Tulang Ganas (maligna)
Yang termasuk dalam tumor tulang ganas adalahy sebagai berikut
a) Osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan kanker tulang primer yang paling sering terjadi pada
individumuda sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih sering terjadi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan dan wanita dengan rasio 1 : 5 : 1. (Souhami & Tobias,1986)
Insisden puncak terjadi sekitar usia 14 tahun dan cenderung terjadi pada individu
muda yang memiliki tinggi badan diatas rata-rata individu seusia mereka. Tumor ini
juga terjadi pada individu dewasa yang mengalami penyakit paget, yang
mengindikasikan adanya kaitan dengan peningkatan aktivitas tulang. (Schwartz et
al,1993)
Ada 5 jenis osteosarkoma yang utama yaitu osteoblastik , kondroblastik , fibroblastik,
campuran dan telangiektatik. Tumor terjadi pada metefisis tulang, tempat
pertumbuhan lebih aktif. Mayoritas terlihat pada ekstremitas bawah,khususnya pada
femur distal dan tibia proksimal, dengan tempat lainnya yang sering adalah humerus
proksimal, femur proksimal dan pelvis. (O’Sullivan & Saxton,1997)
b) Sarkoma Ewing
Sarkoma ewing merupakan tumor tulang ganas tersering keempat dan tersering kedua
pada individu muda, 75 % terjadi pada pasien dibawah usia 20 tahun,dengan rasio
laki-laki terhadap perempuan 3 : 2. Mayoritas pasien berkulit putih,dengan insiden
terendah pada populasi kulit jitam Afro-Karibia. ( O’ Sullivan & Saxton,1997)
Walauupun dapat terjadi pada semua tulang, tumor ini lebih sering terjadi pada
femur,tibia,fibulla,humerus dan pelvis. Biasanya tumor tersebut menyebar lebih cepat
kejaringan lunak dan lebih ekstensif daripada osteosarkoma. ( Pringle,1987)
Pasien yang mengalamui sarkoma ewing dapat mengalami pireksia,sering terjadi
dimalam hari disertai keringat. Peningkatan LED dan sel darah putih kemungkinan
karena sifat nekrosis tumor,gambaran klinis sarkoma ewing dapat menyerupai
osteomielitis. (Ducworth,1995)
c) Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas primer tersering kedua. Tumor ini
terjadi pada tulang matur, dengan insiden pucak pada pasien yang berusia 40-60 tahun
. Tumor tersebut berasal dari sel kartilago , dengan sebagian besar area kartilago
mengalami osifikasi .(Piasecki,1987)
Ada dua bentuk kondrosarkoma (O’Sullivan & Saxton,1997)
1. Bentuk sentral yang muncul dalam tulang dari enkondroma
2. Bentuk primer yang muncul pada permukaan tulang dari osteokondroma

Kondroma lebih seing terjadi pada pelvis dan ujung proksimal tulang panjang.
Tumor ini tumbuh lebih lambat daripada tumor ganas lain, kemudian bermetastasis,
dan secara bertahap ukurannya meningkat karena pembengkakan, gambaran nyeri
menetap. Tumor tersebut tampak tumbuh lebih cepat pada dewasa muda.
(Duckworth,1995)
Pemeriksaan sinar x menunjukkan lesi tulang destruktif yang berisi bintik
kalsifikasi, yang kemungkinan menginvasi jaringan lunak. (Duthie & Bentley,1983)

F. Penatalaksanaan Tumor Tulang


Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor. Ini dapat
dilakukan dengan eksisi bedah ( berkisar dari eksisi lokal sampai amputasi dan
disartikulasi ), radiasi bila tumor bersifat radiosensitif dan kemoterapi
( preoperatif,pascaoperati dan ajufan untuk mencegah mikrometastasis ). Sasaran utama
dapat dilkukan dengan eksisi luas dengan teknikgrafting restoratif. Ketahanan dan
kualitas hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang mengupayakan
mempertahankan ekstremitas yang sakit.
Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi ekstremitas yang sakit,
dengan tinggi amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol lokal lesi primer.
Prosedur memperhankan ekstremitas hanya mengangkat tumor dan jaringan sekitarnya.
Bagian yang direseksi diganti dengan prostesa yang telah diukur,artroplasti,sendi total
atau jaringan tulang dari pasien sendiri (autograft) atau dari donor kadaver (alograft).
Jaringan lunak dan pembuluh darah mungkin memerlukan grafting akibat luasnya eksisi.
Komplikasi yang mungkin timbul termasuk infeksi, pelonggaran atau dislokasi prostesis,
non-union alograft,fraktur,devitalisasi kulit dan jaringan lunak,fibrosis sendi, dan
kambuhan tumor. Fungsi dan rehabilitasi setelah pertahanan ekstremitas bergantung
kemampuan memperkecil komplikasi dan dorongan positif.
Karena adanya bahaya metastasis pada tumor tulang maligna, maka kombinasi
kemoterapi dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah pembedahan sebagai usaha
mengeradikasi lesi mikrometastasis. Harapannya adalah kombinasi kemoterapi
mempunyai efek yang lebih tinggi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil
menurunkan kemungkinan resistensi terhadap obat.
Sarkoma jaringan lunak diatasi dengan radiasi,eksisi dengan mempertahankan
ekstremitas, dan kemoterapi ajuvan.
Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran terapeutiknya adalah
mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan pasien sebanyak mungkin.terapi tambahan
disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk menangani kanker asal. Fiksasi interna
fraktur patologik dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul. Bila perlu,tulang
besar dengan lesi metastasis dapat diperkuat dengan fiksasi interna profilaksis.
Pembedahan dapat diindikasikan pada frakur tulang panjang.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan salin
normal intravena,diuretika,mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,mitramisin,kalsitonin
dan kortikosteroid.

G. Asuhan Keperawatan Pada Tumor Tulang


1. Pengkajian
pasien didorong untuk mendiskusikan awitan dan perjalanan gejala, selama
wawancara, perawat mencatat pemahaman pasien mengenai proses
penyakit,bagaimana pasien dan keluarganya mengatasi masalah, dan bagaimana pasien
mengatasi nyeri yang dirasakannya. Pada pemeriksaan fisik, massa dipalpasi dengan
lembut,ukuran dan pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkannya dan nyeri tekan
dicatat. Pengkajian status neurovaskuler dan rentng ekstremitas merupakan data dasar
sebagai pembanding kelak. Mobilitas dan kemampuan pasien melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari dievaluasi (Brunner and Suddart,2001)

2. Analisa Data

No Data Patofisiologi Masalah


1. DS: Zat karsinogen Nyeri akut
 Klien mengatakan
Pertumbuhan Sel kanker
nyeri pada bagian
yang sakit
 Klien mengatakan Bermetastase melalui PD
kesulitan untuk
Sumsum tulang belakang
beraktifitas karena
nyeri Aktivitas hematopatik
DO:
Plasma tidak matang
 teraba massa tulang
 adanya nyeri tekan
Pembelahan sel yang
 Adanya peleberan abnormal
vena.
 Keletihan Jumlah sel meningkat

 Klien tampak Menekan saraf nyeri


meringis
 skala nyeri = 8
Nyeri akut
2. DS : Metastase sel kanker Nutrisi Kurang dari
 klien mengatakan melalui Pembuluh Darah Kebutuhan Tubuh
tidak nafsu makan
Sumsum tulang
mengalami kerusakan yang
DO :
luas
 keletihan
 berkeringat pada
malam hari
 anorexia
 klien sama sekali
tidak menyentuh Anemia
makanan yang
disediakan
Oksigenasi sel ↓
 mual dan muntah
 frekuensi muntah 5
Gangguan metabolik
kali dalam sehari

Transport nutrisi ke sel


tubuh ↓

Gangguan nutrisi
3. DS: Metastase sel kannker Ketidakefektifan koping
 pasien mengatakan melalui PD
sangat takut jika
penyakitnya Sumsum tulang
berpengaruh
terhadap masa
Perkembangan sel kanker di
depannya tulang

DO: Proses penyakit

 lemah
 kehilangan alat Kurang pengetahuan
gerak
Persepsi tentang penyakit
 mobilisasi terbatas

Ansietas

Koping tidak efektif

4. DS : Metastase sel kannker Harga Diri Rendah


 klien mengatakan melalui PD

merasa tidak
sempurna karena Sumsum tulang
kehilangan anggota Mengalami kerusakan
tubuh yang luas

DO : Perkembangan sel kanker di


tulang
 lemah
 kehilangan alat
Gangguan ortopedik
gerak
 moblisasi terbatas
Tindakan operasi
 klien lebih pendiam
dan kurang
bersosialisasi Hilangnya anggota tubuh

Gangguan harga diri

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan data diatas adalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berkenaan dengan kanker.
c. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan,
persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
d. Harga diri rendah berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan
kinerja peran (Brunner and Suddart,2001)

4. Nursing Care Plan

N DIAGNOSA NOC NIC AKTIFITAS


O
1. Nyeri akut Setelah dilakukan  Vital sign Vital sign monitoring
berhubungan tindakan asuhan monitoring 1. Monitor tekanan
dengan agen cedera keperawatan selama  Pain darah,nadi,suhu dan
biologis 1 x 24 jam pada management pernafasan
pasien dengan  Analgesik 2. Catat adanya fluktasi
gangguan nyeri akut administration tekanan darah
dapat teratasi 3. Monitor adanya
tanda-tanda
Kriteria Hasil : hipotermi/hipertermi
1. Mampu 4. Monitor kualitas
mengontrol nyeri nadi
2. Melaporkan 5. Monitor
bahwa nyeri kuat/lemahnya
berkurang tekanan nadi
dengan 6. Monitor irama dan
menggunakan frekuensi jantung
manajemen nyeri 7. Monitor bunyi
3. Mampu jantung
mengenali skala 8. Monitor frekuensi
nyeri dan irama nafas
4. Menyatakan rasa 9. Monitor suara pari-
nyama setelah paru
nyeri berkurang 10. monitor adanya
abnormalitas pola
nafas
11. monitor suhu,warna
dan kelembaban
kulit
12. Identifikasi faktor
penyebab perubahan
tanda-tanda vital

Pain Management
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
4. Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
5. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
6. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
7. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
8. Tingkatkan istirahat
9. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgesik
Analgesic administration
1. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat ,
dosis dan frekuensi
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pe,berian lebih dari
satu
4. Tegantung analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
5. Tentukan analgesik
pilihan ,rute
pemberian dan dosis
optimal
6. Pilih rute pemberian
secara IV,IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
7. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
8. Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala
2. Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan  nausea Nausea management
kebutuhan tubuh tindakan management 1. tanyakan pada pasien
berhubungan keperawatan selama  nutrition penyebab mual
dengan status 1 x 24 jam management 2. observasi asupan
hipermetabolik diharapkan nafsu makanan dan cairan
berkenaan dengan makan klien 3. anjurkan pasien untuk
kanker. meningkat dan mual maka makanan yang
muntahnya kering dan lunak
berkurang bahkan 4. anjurkan pasien
hilang memakan makanan yang
tidak menusuk hidung
Kriteria hasil atau berbau tidak sedap
1. Adanya 5. berikan obat anti mual
peningkatan sesuai yang diresepkan
berat badan 6. ajarkan teknik relaksasi
2. Berat badan dan bantu pasien untuk
ideal sesuai menggunakan teknik
tinggi badan tersebut selama waktu
3. Mampu makan
mengidentifikas 7. anjurkan pasien untuk
i kebutuhan menggunakan teknik
nutrisi tersebut selama waktu
4. Tidak ada makan
tanda-tanda 8. pada saat mual mereda
malnutrisi anjurkan untuk makan
5. Tidak terjadi makanan yang berlebih
penurunan berat
badan yang Nutrition management
berarti 1. kaji adanya alergi
makanan
2. kolaborasi dengan ahli
giziuntuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
3. yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
5. monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
6. berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
3. Koping tidak Setelah dilakukan  peningkatan Peningkatan koping
efektif tindakan koping 1. kenali penyesuaian
berhubungan keperawatan selama  konseling pasien terhadap
dengan rasa takut 1 x 24 jam perubahan citra
tentang ketidak diharapkan klien tubuh,sesuai indikasi
tahuan, persepsi menunjukkan koping 2. kenali dampak situasi
tentang proses yang efektif. kehidupan pasien
penyakit, dan terhadap peran dan
sistem pendukung Kriteria hasil hubungan
tidak adekuat 1. menerima status 3. evaluasi kemampuan
kesehatan pasien dalam mengambil
2. mampu keputusan
beradaptasi 4. gali bersama pasien
dengan metode yang digunakan
kekurangan fisik pada masa sebelum
3. mampu membuat menghadapi masalah
keputusan untuk hidup
kelangsungan 5. tentukan kemungkinan
hidup resiko menyakiti diri
Konseling
1. Menggunakan proses
bantuan interaktif yang
berfokus pada
kebutuhan,masalah atau
perasaaan pasien dan
orang terdekat untuk
meningkatkan atau
mendukung
koping,penyelesaian
masalahdan hubungan
interpersonal
4. Harga diri rendah setelah dilakukan  self esteem Self esteem enhancement
berhubungan perawatan selama enhancement 1. tunjukkan rasa percaya
dengan hilangnya 1 x 24 jam diri terhadap
bagian tubuh atau diharapkan pasien kemampuan pasien
perubahan kinerja mampu menerima untuk mengatasi situasi
peran keadaan dirinya dan 2. dorong pasien
mampu beriteraksi mengidentifikasi
dengan orang kekuatan dirinya
sekitarnya sama 3. ajarkan keterampilan
seperti semula tanpa perilaku yang positif
ada rasa malu dan melalui bermain
tidak berguna pada peran,model peran dan
dirinya diskusi
4. dukung peningkatan
Kriteria hasil tanggung jawab jika
1. Adaptasi terhadap diperlukan
respon 5. buat ststement positif
ketunadayaan terhadap pasien
fisik 6. monitor frekuensi
2. Resolusi komunikasi verbal
berduka ; pasien yang negative
penyesuaian 7. dukung pasien menerima
dengan tantangan baru
kehilangan aktual 8. kaji alasan-alasan untuk
atau kehingan mengkritik atau
yang akan terjadi menyalahkan diri-sendiri
3. Penyesuaian
psikososial
4. Menunjukkan
penilaian pribadi
tentang harga diri
5. Komunikasi
terbuka
6. Mengatakan opti
misme akan masa
depan
7. Menggunakan
strategi koping
yang efektif
LAPORAN KASUS

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN KASUS

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

A. BIODATA
1. Identitas Klien:
- Nama: TN.B
- Tempat Tanggal Lahir/Umur: Jakarta,30 Juni 1975
- Jenis Kelamin: Laki-laki
- Agama: Kristen
- Suku Bangsa: Jawa
- Pendidikan: SMA
- Pekerjaan: Pegawai swasta
- Status Perkawinan: Kawin
- Alamat: Jln.Tengki No.41 Rt 008/03 Cipayung,Jakarta Timur
- Tanggal Masuk Rs: 5 Januari 2024
- No Medrec: 00 11 31 61
- Diagnosa Medis: Ca Tulang
2. Identitas Penanggung Jawab:
- Nama Penanggung Jawab: Ny.B
- Hubungan Dengan Klien: Istri
- Alamat: Jln.Tengki No.41, RT 008/03, Cipayung Jakarta Timur
3. Riwayat Kesehatan Klien

1. Keluhan Utama
• Pasien Datang Ke RS UKI,Jam 06:00 Wib karena mengeluh
nyeri pada sendi lutut dan bahu lengan, nyeri dirasakan
apabila saat melakukan aktivitas yang berat.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Pasien Datang ke RS UKI untuk mendapatkan perawatan
karena mengeluh nyeri pada sendi lutut dan bahu lengan,
nyeri yang di rasakan saat melakukan aktivitas yang berat
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu
• Pasien tidak ada Riwayat penyakit masa lalu
4. Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat Penyakit Keluarga Disangkal.

6. Genogram:

6. Pola Aktifitas Sehari-Hari


(Dapat Menggunakan Pola Fungsi Kesehatan Dari Sumber
Lain/Gordon)

N Jenis aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit


o

1 Pola makan dan minum Teratur Teratur


Nasi,sayur,lau Nasi,sayur,lau
Jenis makanan k k
Frekuensi Buah Buah
Jumlah makanan 3x/hari 3x/hari
Bentuk makanan Padat Padat
Makanan pntangan Tidak ada Tidak ada
Gangguan keluhan Tidak ada Tidak ada
Minuman
Jenis minuman Air putih Air putih
Frekuensi 6-9x/hari 6-9x/hari
Jumlah 2000cc/hari 2000cc/hari
Gangguan keluhan Tidak ada Tidak ada

2 Pola eliminasi BAB


Frekuensi Teratur Teratur
Jumlah 1x 1x
Konsistensi dan warna Lembek Lembek
Bau Khas feces Khas feces
Gangguan/ keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK Teratur Teratur
Frekuensi 6-7x/hr ^_&x/hr
Jumlah 1500 cc 1500 cc
Warna bau Kuning jernih Kuning jernih
Gangguan keluhan Tidak ada Tidak ada

3 Pola istirahat/tidur
Siang: (waktu,lama, Jam 12:00- Jam 12:00-!
kualitas,gangguan istirahat 13:00 3:00
dan tidur) Cukup Cukup
Malam: Jam 21:00- Jam 21:00-
( waktu,lama,kualitas,gangg
uan istirahat dan tidur) 05:00 05:00
Cukup Cukup

4 Personal hygiene
Mandi 2x/hr 2x/hr
Cuci rambut 2-3x/minggu 2-3x/minggu
Gosok gigi 2x/hari 2x/hari
Ganti pakaian 2x/hari 2x/hari
Gunting kuku 1x/minggu 1x/minggu
Gangguan/masalah Tidak ada Tidak ada

5 Pola aktivitas/Latihan fisik Mengerjakan Mengerjakan


Mobilisasi/jenis aktivitas pekerjaan pekerjaan
Waktu/lama frekuensi rumah rumah
Gangguan masalah

6 Kebiasaan lain Tidak ada Tidak ada


merokok,alcohol

7. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

1. Tingkat Kesadaran:

• Kualitatif : Compos Mentis

• Kuantitatif: Gcs: 15 ( Verbal 5,Motorik 6,Eye:4)

2. Tanda-Tanda Vital :

• Tekanan Darah: 130/88 MmHg

• Nadi: 88 x/i

• Respirasi: 20 x/i

• Suhu: 36 c
Data fisik (head to toe) atau persistem, metode : inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi

Pemeriksaan fisik head to toe (tetapi dalam dokumentasi persistem)

1. Kepala dan rambut

• Bentuk Kepala: Normochepalo

• Warna Rambut: Hitam

• Texture: Halus

• Distribusi Rambut: Bersih

• Hygiene: Bersih

• Lesi: Tidak Ada

• Massa: Tidak Ada

2. Mata

• Pupil: Isokor

• Sclera: Tidak Ikterik

• Kongjungtiva: Tidak Anemis

• Bentuk: Bulat

• Secret:Tidak Ada

• Fungsi Penglihatan: Baik

• Pergerakkan Bola Mata: Normal

3. Hidung

• Bentuk:Normal

• Secret: Tidak Ada

• Massa Abnormal: Tidak Ada

• Fungsi Penciuman: Normal


• Pernafasan: Normal

• Cuping Hidung: Tidak Ada

4. Telinga

• Bentuk: Normal

• Ukuran Warna: Normal

• Lesi: Tidak Ada

• Curemen: Tidak Ada

• Fungsi Pendengaran: Normal

5. Mulut

• Bentuk: Normal

• Mukosa Oral: Lembab

• Gigi: Utuh Tidak Ada Bolong,Goyang

• Lidah: Noraml

• Pharyng: Normal

• Uvula Tonsil: Tidak Membesar,Normal

• Refleks: Baik

• Hygien: Bersih.

6. Leher

• Peningkatan Jvp: Tidak Ada

• Kgb: Normal

• Tyroid: Normal

• Rom: Normal

7. Dada Dan Punggung

• Bentuk: Simetris

• Pergerakkan Rongga Dada: Simetris


8. Paru-Paru

• Inspeksi : Bentuk: Normal,Pergerakkan:Normal, Lesi; Tidak Ada

• Palpasi : Taktil Premitus: Normal(Getaran Kedua Sisi Punggung Sama)

• Perkusi : Batas – Batas Paru:-Atas:Suprakapularis,Bawah:Setinggi Vertebra

Thoracal Xdigaris Scapula,Kiri:Ics 7-8,Kaanan:Ics 4-5 Resonan

• Auskultasi : Suara Paru (Vesikuler:Pada Semua Lapang Paru,

Bronchial:Dileher, Bronkhovesikuler:Dipercabangan Bronkhus):

Normal Tidak Ada Ronchi

9. Jantung

• Bunyi: Normal

• Iktus Kordis: Normal

• Batas-Batas Jantung/Pembesaran Jantung: Tidak Ada

10. Abdomen

• Bentuk: Asimetris Karena Kehamilan

• Turgor: Baik

• Distensi: Tidak Ada

• Peristaltic: Normal

• Ascites: Tidak Ada

• Kelainan Organ Dalam Abdomen: Tidak Ada

11. Genitalia

• Bentuk: Normal

• Secret: Normal

• Hygiene: Bersih

Anus
• Lesi: Tidak Ada

• Haemoroid: Tidak Ada

• Hygiene: Bersih

12. Kulit

• Turgor: Elastis

• Suhu:Hangat

• Warna: Sawo Matang

• Teksture: Lunak

• Lesi: Tidak Ada

• Hygiene: Bersih

Pemeriksaan Fisik Persistem

13. Data Psiko- Sosial – Spiritual

Data Psikologis

• Pengaruh Penyakit Terhadap Psikologis: Tidak Ada,Karena Pasien Senang Akan

Melahirkan Bayinya

• Persepsi Klien Terhadap Penyakit: Baik

• Harapan Klien Terhadap Pelayanan Keperawatan: Baik

Data Social

• Hubungan Klien Dengan Orang Lain (Perawat/Petugas Kesehatan

Lain, Klien Lain, Keluarga, Masyarakat): Baik

• Peran Dan Fungsi Klien Dalam Keluarga/Masyarakat: Ibu Ruamah Tangga,Baik

Data Spiritual

• Kegiatan Keagamaan Dan Persepsi Klien Terhadap Agama Serta

Hubungannya Dengan Kesehatan/Keyakinan Akan Kesembuhan:

Pasien Ke Gereja Setiap Hari Minggu


14. Data Penunjang

• Laboratorium:

- Antigen : Negative

- Hemoglobin: 15,1 G/Dl

- Leukosit : 5,4 Ribu/Ul

- Hematokrit 38%

- Trombosit : 217 Ribu/Ul

- Masa Pembekuan :13 Menit

- Masa Pendarahan: 1 Menit

- Gds : 85mg/dl

• Radiology: Thorak ( Dalam Batas Normal)

Femur sinistra: Fraktur femur sinistra

• Pemeriksaan EKG: Tidak Dilakukan

15. Terapi

• Diet: Lunak

• Terapi:

• Ceftriaxone 2x1 Gram Inj (IV)

• Fetik Supp 3x1

• Ondancentron 3x1 Ampul Inj (IV).

Analisa Data

No/Tanggal Data Etiologi Masalah

I DS: Pembengkakan Nyeri Akut


jaringan di sekitar berhubungan dengan
06-01-2024 -Pasien mengeluh sendi lutut dan bahu agen cedera biologis
pada lutut kaki dan
bahu lengan kanan

-Nyeri di rasakan saat


melakukan aktivitas
berat

-Skala nyeri 7-8

-Pasien sulit begerak


saat aktivitas berat

DO:

-Pasien tampak
meringis kesakitan

-Ekspresi wajah
tampak tidak nyaman

-TD:130/90 mmHg

-Nadi:89x/mnt

-Suhu:36,6

-RR: 20x/mnt

DS;
2
-Pasien mengatakan
06-01-2024 sangat takut jika
penyakitnya
Proses penyakit
berpengaruh terhadap
masa depannya Kurang pengetahuan Ketidakefektifan
koping
DO:

-Pasien tampak lelah


saat melakukan
aktivitas berat

-Pasien tampak
bergerak terbatas

I. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Rumusan Diagnosa Keperawatan Actual


Diagnosis Keperawatan Actual

• Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

Definisi

• Nyeri akut adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan

dalam hal kerusakan tersebut.

Etiologi

• Pembengkakan di sekitar jaringan sendi lutut dan bahu

Data Subjektif

• Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah lutut kaki kanan dan bahu kanan

• Nyeri dirasakan saat melakukan aktivitas berat

• Skala nyeri 7-8

• Nyeri dirasakan semakin bertambah sakit melakukan aktivitas berat dan di gerakkan

• Pasien sulit tidur karena nyeri

Data Objektif

• Pasien tampak meringis kesakitan

• Ekspresi wajah tampak tidak nyaman

• Tekanan darah 130/90mmHg

• Nadi 80 kali/menit

• Pernapasan 20 kali/menit

• Suhu tubuh 36,5 derajat Celcius

Masalah yang timbul

• Nyeri akut

• ketidakefektifan koping
Tujuan Keperawatan

• Pasien melaporkan nyeri berkurang

Intervensi Keperawatan

• Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

• Berikan analgesik sesuai indikasi

• Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri

• Lakukan latihan ROM pasif untuk meningkatkan fleksibilitas sendi

• Edukasi pasien tentang cara mencegah nyeri bila nyeri tiba-tiba muncul

Evaluasi Keperawatan

• Pasien melaporkan nyeri berkurang (skala nyeri < 5)

• Pasien dapat tidur nyenyak

• Pasien dapat menggerakkan kaki kiri secara mandiri

• Frekuensi pernapasan 22 kali/menit

Masalah yang timbul

• Nyeri akut

• Ketidakefektifan koping

Tujuan Keperawatan

• Luka operasi bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi

Intervensi Keperawatan

• Lakukan pengkajian luka secara komprehensif

• Berikan perawatan luka secara aseptik

• Berikan antibiotik sesuai indikasi

• Edukasi pasien tentang cara mencegah infeksi luka

Evaluasi Keperawatan

• Pasien mampu mengontrol nyeri


• Pasien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

• Pasien tidak mengalami penyebaran infeksi

-Mampu beradaptasi dengan kekurangan fisik

-Mamou membuat Keputusan untuk kelangsungan hidup

III. Prioritas Masalah

• Tingkat keparahan masalah

• Potensial dampak masalah terhadap kesehatan pasien

• Kemungkinan masalah dapat diatasi

Nyeri akut adalah masalah keperawatan yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi. Nyeri

dapat mengganggu kenyamanan pasien, mengganggu aktivitas sehari-hari, dan menyebabkan

gangguan pola tidur. Selain itu, nyeri yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan

komplikasi, seperti gangguan penyembuhan luka dan infeksi.

IV. Rencana Keperawatan

Nama Klien : Ny A

No MR : 00 11 31 61

Mahasiswa : Grace Charlita

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi


o Keperawat
an

1 Nyeri akut Setelah di -Lakukan pengkajian nyeri -Pengkajian -Intervensi


berhubung lakukan secara komprehensif nyeri yang keperawatan
an dengan Tindakan komprehensi dapat
agen keperawat -Kaji skala nyeri, fdi perlukan disesuaikanden
cedera an selama intensitas,kualitas,lokasi,durasi,f untuk gan kondisi
aktor-faktor pencetus dan
biologis 1x24 jam pemicu,pengaruh nyeri menentukan pasien dan hasil
masalah terghadap aktifitas pasien intervensi pengkajian
nyeri yang tepat
berkurang -Kaji vital sign -Evaluasi
-Analgesik keperawatan di
-Berikan analgesic sesuai digunakan lakukan secara
indikasi untuk berkala untuk
-Ajarkan tehnik non mengurangi memantau
farmakologik untuk mengurangi nyeri respon pasien
nyeri terhadap
-Tehnik non intervensi
farmakologi keperawatan
k dapat
membantu
dapat
membantu
mengurangi
nyeri tanpa
obat
-Mampu beradaptasi dengan -Kenali
2 Koping Setelah di kekurangan fisik penyesuaian
tidak lakukan -Peningkatan pasien terhadap
efektif b.d Tindakan -Menerima status Kesehatan koping perubahancitra
rasa takut keperawat
-Mampu membuat Keputusan -Konseling tubuh
tentang an selama
1x24 jam untuk kelangsungan hidup
ketidaktau -Evaluasi
an, masalah kemnampuan
persepsi koping pasien dalam
tentang tidak menganmbil
penyakit efektif Keputusan
dapat
berkurang
V. Catatan Perkembangan

NO DX Tgl dan Jam Implementasi dan


respon

1 06-01-2024 -Mengukur TD:138/76


mmHg, Nadi:86 x/mnt,
Jam 11.30
Saturasi:100% ,skala
nyeri:7,

-Kesadaran:compos
mentis

-Ajarkan tehnik non


farmakologik, tehnik
relaksasi pernafasan

-Beri analgesic sesuai


instruksi dokter

-Edukasi cara
06-01-2024 mencegah nyeri,
Jam 12;00 -Menganjurkan untuk
tehnik relaksasi

-Pantau TTV dan skala


nyeri: 5

-Berikan terapi
analgetic untuk
mengurangi nyeri
-Ekspresi wajah
tampak tenang

IV. EVALUASI

Pada pukul 13:00Wib

TD:120/70 mmHg,Nadi:76x/mnt,RR:20x/mnt, saturasi:100%, skala nyeri:4,


kesadaran: compos mentis

Pasien melaporkan nyeri, skala nyeri:4

Masalah nyeri berkurang, implementasi di lanjutkan di ruangan

- Pukul 13:30 wibpasien pindah ke ruang perawatan


- Evaluasi:tujuan keperawatan tercapai.
- Perawat melanjutkan intervensi keperawatan yang telah di lakukan

Anda mungkin juga menyukai