Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN

“TUMOR FEMUR (TULANG) DEKSTRA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu

Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah II

Di RSI Masyitoh, Ruang Mina

Disusun Oleh :

IKHFI SALMA NABILA

NIM : P17210211017

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN MALANG
AGUSTUS 2023
1. Konsep Dasar
a. Pengertian Tumor Femur (Tulang)
Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel abnormal yang terjadi pada
tulang manusia, dimana tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas.
Ketika sel-sel kanker tumbuh di tulang, sel sel tersebut dapat merusak
jaringan tulang normal. Jenis sel dan jaringan tempat kanker dimulai
menentukan jenis kanker tulang.Kanker yang terbentuk di tulang itu
sendiri disebut kanker tulang primer. Sedangkan kanker yang dimulai
pada organ atau bagian tubuh lainnya yang kemudian menyebar ke tulang,
disebut kanker tulang sekunder atau metastatik.
Tumor payudara, prostat, dan paru-paru paling sering bermetastasis
(menyebar) ke tulang (National Institutes of Health, 2012). Kanker tulang
termasuk jenis keganasan jarang terjadi. Prevalensi kanker tulang kurang
dari 1% dari kanker di Amerika Serikat. Meskipun kanker tulang dapat
berkembang pada usia berapa pun, kanker tulang lebih sering terjadi pada
anak-anak, remaja dan dewasa muda daripada pada orang dewasa yang
lebih tua (National Institutes of Health, 2012).

b. Etiologi
Penyebab tumor tulang tidak diketahui, namun berbagai agen dan
status penyakit dihubungkan dengan perkembangan tumor tulang.
Patofisiologi sangat bervariasi antara berbagai jenis tumor tulang dan
dalam beberapa kasus kurang dipahami. Adanya korelasi antara mutasi
gen dan faktor risiko diperkirakan menjadi dasar patofisiologi tumor
tulang. Tumor tulang jinak terbentuk di tulang dan dapat tumbuh secara
lokal tetapi tidak menyebar ke organ lain yang dapat menyebabkan
kerusakan. Tipe Malignant lebih sering disebut sebagai kanker adalah lesi
yang dapat terbentuk dan berkembang di tulang tetapi memiliki kapasitas
untuk menyebar ke area lain dari tubuh (Pullan Jack E, 2022).
Adanya mutasi pada tingkat gen merupakan salah penyebab dasar
terjadinya tumor tulang. Sebagai contoh pada osteosarcoma Studi
molekuler menunjukkan bahwa tumor ini biasanya mempunyai mutasi
pada tumor suppressor gen (Rb, TP53, INK4a, MDM2 dan CDK4) 14 dan
onkogen, Chondrosarcoma yang disebabkan oleh Mutasi gen pada
EXT1/2, TP53, Rb1, dan IDH1/2 serta kelainan kromosomal,
osteochondroma yang dikaitkan dengan hilangnya fungsi heterozigot pada
gen EXT-1 dan EXT-2, osteoid osteoma yang disebabkan oleh
peningkatan kadar prostaglandin sampai 100-1000 kali lipat yang
dicetuskan oleh trauma, ewing sarcoma yang disebabkan karena adanya
abnormalitas translokasi gen menyebabkan penggabungan protein FET ke
faktor transkripsi ETS, serta giant cell tumor yang disebabkan oleh
hiperaktivitas reseptor ligan faktor nuklir kappa B [NF-kB]. Selain adanya
pengaruh dari mutasi genetic tumor tulang juga dapat disebabkan oleh
karena adanya adanya tumor lain yang bermetastasis menuju tulang
(Pullan Jack E, 2022).

c. Klasifikasi
Tumor tulang dapat terjadi karena adanya pertumbuhan sel
mesenkimal tulang yang abnormal. Kebanyakan tumor tulang bersifat
jinak (benign). Namun ada beberapa tumor tulang yang bersifat ganas
(malignant). Tumor tulang ganas (malignant) dapat menyebarkan sel
kanker ke seluruh tubuh (bermetastasis) melalui darah atau sistem
limfatik. Tumor tulang juga dapat terjadi karena adanya metastasis dari
tumor di organ tubuh lain. Tumor jenis ini disebut dengan tumor tulang
sekunder. Sehingga secara garis besar tumor tulang dapat diklasifikasikan
menjadi tumor tulang primer tipe benign, tumor tulang primer tipe
malignant, dan tumor tulang sekunder (American Cancer Society, 2022).
- Tumor Tulang Primer Tipe Benign
Tumor tulang primer tipe jinak adalah jenis tumor tulang yang
terbentuk ditulang dan tidak dapat menyebar ke organ lain. Tumor
tulang primer tipe jinak umumnya tidak menimbulkan suatu gejala
sehingga sulit untuk didiagnosis. Walaupun sulit didiagnosis tumor
tulang primer tipe jinak umumnya tidak mengancam jiwa. Ada banyak
jenis tumor primer jinak (benign) contohnya endochondromas,
osteochondromas, nonossifying fibroma, chondroblastomas, osteoid
osteoma, osteoblastomas, chondromas periosteal, tumor sel raksasa
dan chondromyxoid fibroma. Akan tetapi hanya ada 3 jenis tumor
primer jinak yang sering ditemukan yaitu Osteochondroma, giant cell
tumor, dan osteoid osteoma (American Cancer Society, 2022).
- Osteochondroma
Osteochondroma, juga dikenal sebagai osteocartilaginous exostosis
atau cartilago-capped exostosis, adalah penonjolan pada permukaan
luar tulang yang berbentuk lebar (sessile) atau sempit (pedunculated)
dimana penonjolan tersebut dilapisi oleh tulang rawan.
Osteochondroma biasa terjadi pada struktur sumsum tulang atau pada
tulang tulang kortikal. Tempat predileksi khas dari ostochondroma
adalah tulang tulang panjang terutama pada bagian metafisis.
Osteochondroma merupakan tumor tulang jinak yang paling sering
ditemukan. Dari semua tumor tulang jinak, osteochondroma
menyumbang lebih dari sepertiga tumor tulang jinak di seluruh dunia.
Meski bersifat jinak osteochondroma dapat berubah menjadi ganas
(malignant). Diyakini bahwa transformasi ganas osteochondroma
menuju keganasan adalah 0,5-5% dari seluruh kasus di seluruh dunia.
Sekitar 85% osteochondromas berbentuk lesi soliter, sementara 15%
dalam bentuk multiple. Umumnya osteochondroma bersifat
asimptomatik akan tetapi gejala dapat muncul dari kompresi pembuluh
darah atau saraf yang berdekatan, patah tulang, deformitas tulang,
pembentukan bursa, atau transformasi ganas. Untuk mediagnosis
osteochondroma perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
radiologi hingga pemeriksaan histopatologi sebagai gold standar dalam
mendiagnosis osteochondroma (Goncalves Antonio Marcelo, 2014).
- Giant Cell Tumor Giant Cell Tumor (GCT)
Tulang adalah neoplasma jinak agresif lokal yang dikaitkan dengan
spektrum biologis yang besar mulai dari tumor jinak laten hingga
tumor tulang ganas yang sangat berulang dan kadang-kadang
metastatik. GCT menyumbang 4-10% dari semua tumor tulang dan
biasanya mempengaruhi daerah meta-epifisis tulang panjang dewasa
muda. Tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, diikuti
oleh radius distal, sakrum, dan humerus proksimal. Gejala klinis tidak
spesifik, gejala gejala seperti nyeri lokal, pembengkakan, dan
kekakuan ruang gerak sendi (Range of motion) dapat terjadi pada
kasus yang berat. Radiografi dan pencitraan resonansi magnetik yang
ditingkatkan kontras (MRI) adalah modalitas pencitraan pilihan untuk
mendiagnosis Giant cell tumor (Enneking et all, 1980). Menurut
Enneking dalam jurnalnya yang berjudul A system for the surgical
staging of musculoskeletal sarcoma, GCT dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tingkatan berdasarkan gambaran klinis-radiologis. Ketiga
tahap tersebut ialah tahap 1 (laten) mengacu pada terbatasnya tulang,
asimtomatik, tidak aktif pada pemindaian tulang, lesi jinak secara
histologis, stadium 2 (aktif) mengacu pada korteks yang meluas tanpa
terobosan, simtomatik (sering dengan fraktur patologis), aktif pada
pemindaian tulang, lesi jinak secara histologis, dan stadium 3 (agresif)
mengacu pada massa yang tumbuh cepat, perforasi kortikal dengan
massa jaringan lunak, dapat bermetastasis, bergejala, aktivitas
ekstensif pada pemindaian tulang, secara histologis jinak (Enneking et
all, 1980).
- Osteoid Osteoma
Osteoid osteoma adalah tumor tulang jinak ketiga yang paling umum
ditemukan, biasanya terjadi di daerah korteks tulang panjang. Osteoid
Osteoma biasanya muncul dengan nidus osteoid vaskular dengan
tulang sklerotik di sekitarnya. Diameter osteoid osteoma kurang lebih
2 cm dan diklasifikasikan menjadi subtipe kortikal, kanselus, dan
subperiosteal. Umumnya, osteoid osteoma mempengaruhi laki-laki
muda. Nyeri malam hari yang mereda dengan salisilat atau obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) adalah presentasi klinis yang khas.
Terkadang, osteoid osteoma tidak terdiagnosis dalam waktu yang lama
(RW Jordan, 2015). Radiografi polos dan computed tomography
biasanya cukup untuk mendiagnosis osteoid osteoma. Pengobatan
awal dengan pemberian obat obat anti nyeri seperti salisilat dan
NSAID biasanya cukup baik dalam mengatasi osteoid osteoma pada
fase fase awal yang ditandai dengan adanya regresi spontan selama 2-6
tahun. Perawatan bedah diindikasikan dalam kasus nyeri yang tidak
responsif terhadap terapi medis. Saat ini, teknik invasif minimal telah
menggantikan operasi terbuka dan dianggap sebagai gold standar
penatalaksanaan osteoid osteoma (RW Jordan, 2015).
- Tumor Tulang Primer Tipe Malignant
Tumor tulang primer tipe malignant adalah jenis tumor tulang yang
terbentuk ditulang dan dapat menyebar ke organ lain. Tumor tulang
primer tipe malignant lebih sering ditemukan di fasilitas pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan tumor tulang primer tipe benign. Hal
ini disebabkan karena gejala pada tumor tulang primer tipe malignant
lebih berat. Gejala utama pasien tumor tulang ganas adalah nyeri, yang
sering terjadi saat istirahat atau malam hari. Selain itu pada
pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan atau penurunan rentang
gerak sendi. Ada banyak jenis dari tumor tulang primer tipe malignant
diantaranya Osteosarcoma, chondrosarcoma, fibrosarcoma, ewing
sarcoma, chordoma, malignant giant cell tumor, dan adamantinoma.
Namun ada tiga jenis tumor tulang primer tipe malignant yang sering
ditemukan yaitu Osteosarcoma, ewing sarcoma, dan chondrosarcoma
(American Cancer Society, 2022).

d. Patofisiologi
Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama
sekali, bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA
seluler. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berfoliferasi secara
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan
sekitar sel tersebut kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan
ciri-ciri invasif. Dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya sel-sel
tersebut menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe
dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluih darah tersebut sel-sel
dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase.
Penyebaran limfogen terjadi karena sel kanker menyusup ke saluran
limfe kemudian ikut aliran limfe menyebar dan menimbulkan metastasis
di kelenjar limfe regional. Pada umumnya kanker mula-mula menyebar
dengan cara ini baru kemudian menyebar hematogen, pada permulaan
penyebaran hanya terjadi pada satu kelenjar limfe saja tetapi selanjutnya
terjadi pada kelenjar limfe regional lainnya. Setelah menginfiltrasi
kelenjar limfe sel kanker dapat menembus dinding struktur sekitar
menimbulkan perlekatan. Kelenjar limfe satu dengan yang lain sehingga
membentuk paket kelenjar limfe. Penyebaran hematogen terjadi akibat sel
kanker menyusup ke kapiler darah kemudian masuk ke pembuluh darah
dan menyebar mengikuti aliran darah vena sampai organ
lain.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel:
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau
jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika
sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas, mensekresikan
sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari
fosfotase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka
keadaan fosfotase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik
tentang pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada
kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa
yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi untuk
tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang
memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti
osteoblas dan osteosit, osteoklas adalah proses pengikisan tulang.
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon
kalsitonin, hormon paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone
kalsitonin mempunyai efek terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam
tulang sehingga mengakibatkan terjadinya pengapuran tulang yang
menjadikan tulang-tulang rawan menjadi keras. Jika terjadi peningkatan
hormon paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung menyebabkan
kalsium dan fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum. Di samping
itu peningkatan kadar PTH secara perlahan-lahan menyebabkan
peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas, sehingga terjadi
demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada
hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal.
Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang
terlihat pada kadar PTH yang tinggi.

e. Tanda dan Gejala


Ada tiga tanda dan gejala utama kanker tulang, yakni
- Nyeri
Penderita kanker tulang akan merasakan nyeri pada area tulang yang
terkena. Awalnya, nyeri hanya terasa sesekali, tetapi akan muncul
makin sering seiring pertumbuhan kanker. Nyeri akan makin terasa
saat bergerak dan biasanya memburuk di malam hari.
- Pembengkakan
Pembengkakan dan peradangan muncul di area sekitar tulang yang
terkena kanker. Apabila pembengkakan terjadi di tulang dekat
persendian, penderita akan kesulitan bergerak, mengangkat beban,
atau berjalan.
- Tulang rapuh
Kanker tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh. Bila makin parah,
cedera ringan saja dapat menyebabkan patah tulang.
Beberapa gejala lain yang dapat menyertai tiga tanda utama di atas
adalah:
 Berat badan turun tanpa sebab
 Berkeringat di malam hari
 Demam lebih dari 38°C
 Kurang darah (anemia)
 Tubuh mudah Lelah
 Sensasi kebas atau mati rasa, bila kanker muncul di tulang
belakang dan menekan saraf
 Sesak napas, bila kanker tulang menyebar ke paru-paru

f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
tumor tulang adalah:
- Pemeriksaan laboratorium.
Pasien dengan lesi tumor jinak pada umumnya hasil pemeriksaan
laboratorium memberikan hasil yang normal. Pemeriksaan
laboratorium pada tumor ganas tulang bervariasi sesuai dengan staging
dari tumor. Anemia merupakan hasil yang sering ditemukan pada
tumor ganas. Pada osteosarkoma akan didapatkan peningkatan alkali
fosfatase dan laktat dehidrogenase yang tinggi. Dalam mencari sumber
tumor primer pada metastasis bisa dilakukan pemeriksaan tumor
marker seperti CEA dan PSA.

- Foto sinar-X.
Merupakan pemeriksaan penunjang utama pada tumor tulang. Foto
sinar-X bisa membedakan apakah tumor berasal dari tulang ataupun
jaringan lunak, lokasi tumor, tingkat kerusakan tulang, batas tumor,
dan reaksi periosteum.
- CT-Scan.
Pencitraan ini memberikan gambaran yang lebih jelas dan detail pada
lesi tulang sehingga berguna untuk menentukan staging lokal tumor.
Bila pada foto sinar-X ditemukan lesi yang samar dan tidak jelas,
dibutuhkan CT scan untuk memberi gambaran yang lebih detail.
- MRI.
Merupakan standar yang digunakan untuk staging lokal tumor.
Evaluasi yang harus dilakukan pada MRI adalah keterlibatan jaringan
lunak di sekitarnya terutama struktur penting seperti neurovaskular,
infi ltrasi tumor pada medulla tulang, dan mendeteksi skip lesion. MRI
juga berguna untuk menilai respon kemoterapi
- Pemeriksaan sitologi dan histopatologi (Mahyudin Ferdiansyah, 2017).

g. Penatalaksanaan
- Operasi
Operasi bertujuan untuk mengangkat tumor tumor secara keseluruhan.
Operasi biasanya dilakukan dengan mengangkat sel tumor bersama
sebagian kecil jaringan sehat yang mengelilinginya. Jaringan tulang
yang hilang kemudian akan diganti dengan beberapa tulang dari area
lain dari tubuh, donor tulang, ataupun diganti dengan tulang buatan
dari logam atau plastik keras.
- Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan tumor menggunakan obat-obatan anti
tumor yang dimasukan melalui pembuluh vena. Namun, tidak semua
jenis tumor tulang efektif diobati dengan kemoterapi. Pada kasus
tersebut, biasanya kemoterapi dikombinasikan bersama perawatan
lain, seperti operasi atau terapi radiasi. Kemoterapi sering digunakan
sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk
menghapus sisa-sisa tumor yang belum terangkat. Kemoterapi
umumnya berjalan efektif untuk tumor tulang jenis osteosarkoma dan
Ewing sarcoma.
- Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan cara penyinaran menggunakan sinar-
X, di area tumor. Selama terapi radiasi, pengidap diharuskan berbaring
di atas meja sementara mesin khusus akan bergerak di sekitar tubuh
dan memancarkan sinar energi pada titik-titik yang terdapat tumor.
Sama seperti kemoterapi, terapi radiasi dapat dilakukan sebelum
operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk
menghapus sisa-sisa tumor yang belum terangkat.

2.. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut
(Dermawan, 2012).
Pasien dengan penyakit tumor pada tulang umumnya ditandai dengan rasa
nyeri di tulang yang lama-kelamaan berkembang menjadi rasa sakit yang
persisten atau datang dan pergi. Tumor dapat tumbuh di bagian tulang mana pun.
Pasien mengatakan awalnya tumbuh benjolan di lutut sebelah kanan dan terasa
nyeri saat di pegang atau di tekan.
- Data Subjektif :
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah
kesehatannya. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk
persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya
Data subjektif pasien tumor femur/tulang :
- Pasien mengatakan nyeri pada benjolan
- Pasien mengeluh nyerinya ketika di tekan atau di pegang
- Pasien mengeluh takut jika setelah oprasi tumbuh benjolan lagi
- Data Objektif :
Hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan pasien. Data yang di
peroleh dariu perawat.
Data Objektif pada pasien tumor femur/tulang :
- Pasien tampak mringis ketika luka di tekan
- TTV pasien (TD : 120/90, N: 74, S: 36,3, RR: 20, Spo2 : 99%)

b. Diagnosa Keperawatan
- Aktual : Nyeri akut (D.0077), Gangguan Integritas Kulit (D.0129),
Ansietas (D.0080)
- Resiko : Resiko Infeksi (D.0142)
c. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan


Keperawatan
(I.08238)
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan
Manajemen
(D.0077) keperawatan 1 x 24 jam
Nyeri
diharapkan :
Observasi
1. Keluhan nyeri menurun
1. Identifikasi
2. Meringis menurun
lokasi,
3. Sikap Protektif
karakteristik,
menurun
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala
nyeri
3. Idenfitikasi
respon nyeri non
verbal
4. Identifikasi
faktor yang
memperberat dan
memperingan
nyeri
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur,
terapi music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
(L.14125) 1. Perawatan
Gangguan
integritas kulit
Integritas kulit Setelah dilakukan (I.11353)
(D.0129) intervesi keperawatan Observasi
1. Identifikasi
selama 3x24 jam maka penyebab gangguan
diharapkan integritas integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi,
dan jaringan kulit perubahan status
meningkat, dengan nutrisi, peneurunan
kelembaban, suhu
kriteria hasil : lingkungan ekstrem,
1. Kerusakan penurunan
mobilitas)
jaringan menurun Terapeutik
2. Nyeri menurun 1. Ubah posisi setiap 2
jam jika tirah baring
3. Kemerahan 2. Lakukan pemijatan
menurun pada area
penonjolan tulang,
4. Perdarahan jika perlu
menurun 3. Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
periode diare
4. Gunakan produk
berbahan petrolium
atau minyak pada
kulit kering
5. Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitif
6. Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
Edukasi
1. Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis.
Lotin, serum)
2. Anjurkan minum air
yang cukup
3. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkat
asupan buah dan
saur
5. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ektrime
6. Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal
30 saat berada diluar
rumah
(L.09093) (I.09314)
Ansietas
(D.0080) Setelah dilakukan Reduksi
intervesi keperawatan Ansietas
selama 3x24 jam maka Observasi
diharapkan tingkat 1. Identifikasi saat
ansietas menurun tingkat ansietas
dengan kriteria hasil : berubah (mis:
1. perilaku tegang kondisi, waktu,
menurun stresor)
2. Perilaku gelisah 2. Identifikasi
menurun kemampuan
3. Verbalisasi mengambil keputusan
khawatir akibat 3. Monitor tanda-
kondisi yang tanda ansietas
dihadapi (verbal dan
menurun nonverbal)
Terapeutik
1. Ciptakan
suasana
terapeutik
untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien
untuk mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi
yang membuat
ansietas
4. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
5. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
6. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan Edukasi
7. Jelaskan
prosedur, termasuk
sensasi yang
mungkin dialami
Kolaborasi

1. Pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
Setelah dilakukan Observasi
Resiko Infeksi
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan
(D.0142)
selama 1x24 jam gejala infeksi lokal
diharapkan tingkat infeksi dan sistemik
menurun dengan kriteria
Terapeutik
hasil :
2. Cuci tangan sebelum
- Keluhan nyeri menurun
dan sesudah kontak
- Meringis menurun
dengan pasien dan
- Sikap protektif menurun lingkungan pasien
- Kesulitan tidur menurun 3. Pertahankan teknik
- Pola tidur membaik aseptik pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi
4. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
5. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
6. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi

D. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan.
Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada
klien. Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan
khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan
urutan yang telah dibuat pada perencanaan. Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas dimana
aplikasi yang akan dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan
dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan
oleh klien.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada
tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah
dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai
apakah masalah yang terjadi sudah teratasiseluruhnya, hanya
sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah
proses berkelanjutan yaitu proses yang digunakan untuk mengukur
dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui (1) kesesuaian
tindakan keperawatan, (2) perbaikan tindakan keperawatan, (3)
kebutuhan klien saat ini, (4) perlunya dirujuk pada tempat
kesehatan lain, dan (5) apakah perlu menyusun ulang prioritas
diagnosa supaya kebutuhan klien bisa terpenuhi. Selain digunakan
untuk mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan,
evaluasi juga digunakan untuk memeriksa sumua proses
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Yushan, M. Y. (2023). Gambaran Karakteristik Pasien Tumor Tulang Yang Dirawat Di


RSUP Wahidin Sudirohusodo Periode Tahun 2019-2021 (Doctoral dissertation,
Universitas Hasanuddin).
American Cancer Society. (2022). Breast Cancer What is breast cancer ? American
Cancer Society. Cancer Facts and Figures Atlanta, Ga: American Cancer
Society, 1–19. http://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/about/what-isbreast-
cancer.htm
DPP PPNI (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta : II
DPP PPNI (2016). Stabdar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta : III
DPP PPNI (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta : II

Anda mungkin juga menyukai