Anda di halaman 1dari 9

KONSEP SEHAT DAN SAKIT PADA SUKU JAWA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi

Dengan Dosen Ibu Dra. Swito Prastiwi, M.Kes.

Disusun Oleh :

Ikhfi Salma Nabila

NIM : P17210211017

Kelas 2A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN MALANG
2023
LATAR BELAKANG

Sehat merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap manusia dalam
berbagai tatanan kehidupan dan tingkatan kehidupan tanpa mengenal jenis kelamin, usia,
suku maupun golongan. Untuk mencapai kondisi kesehatan yang optimal telah disediakan
fasilitas pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah baik mulai tingkat Daerah misalnya
Puskesmas sampai tingkat Pelayanan Purna yaitu Rumah Sakit yang didukung perlengkapan
dan peralatan yang serba moderen. Namun masyarakat masih banyak yang menggunakan
fasilitas pelayanan Tradisional untuk penanganan masalah kesehatan sesuai dengan
pandangan dan gagasan yang diperoleh secara turun-temurun dari para leluhurnya.
Pandangan masyarakat tersebut masih bervariasi dalam memaknai Kesehatan.
Keseimbangan rohani dan jasmani menjadi penting bagi orang Jawa dalam melihat
masalah sehat dan sakit. Jika keduanya selaras, seseorang akan merasa bahagia dan senang,
sehingga jauh dari penyakit. Berbicara masalah kebudayaan Jawa, seperti diketahui, bahwa
kebudayaan Jawa telah tua umurnya sepanjang orang Jawa ada sejak itu pula orang Jawa
memiliki citra progresif dengan mengekspresikan karyanya lewat budaya. Budaya Jawa
bersifat sinkretis yang menyatukan unsur-unsur pra-Hindu, HinduJawa, dan
Islam serta animisme
Dasar hakiki kebudayaan Jawa mengandung banyak unsur, termasuk adab pada
umumnya, adat-istiadat, sopan santun, kaidah pergaulan (etik), kesusastraan, kesenian,
keindahan (estetika), mistik, ketuhanan, falsafah dan apapun yang termasuk unsur
kebudayaan pada umumnya. Masyarakat Jawa atau orang Jawa terkenal sebagai suku bangsa
yang sopan dan halus. Tetapi mereka juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan
tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga
harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk
diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat.
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP SEHAT DAN SAKIT MASYARAKAT SUKU JAWA

Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional
yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat
dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan
juga dapat menimbulkan penyakit (Sunarno, 2012).
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit
akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidakseimbangan
dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit
bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang
dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan
atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti
suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan,
bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.
Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness)
disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia
(hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
Dalam kerangka pemikiran mitis Jawa, manusia menjalin hubungan dengan daya-daya alam
dan alam tersebut belum dikacaukan oleh teknologi, lalu lintas, dan turisme, dan bersifat
serba rahasia. Pemikiran mistis ini, hingga sekarang masih dikembangkan dan menjadi
pedoman bagi sebagian masyarakat Jawa didalam kehidupan mereka. Alam semesta, baik
manusia, hewan, tumbuhan, gunung, laut, makhluk supranatural, dan sebagainya, merupakan
satu kesatuan yang serasi, tidak terlepas satu dengan yang lainnya dan selalu berhubungan.
Pengamatan manusia terhadap pengetahuan ruang dan waktu menghasilkan tatanan
tentang ruang dan waktu itu sendiri, seperti yang tertuang dalam primbon, pawukon, ramalan,
dan lain-lain. Maka pemikiran Jawa memandang alam sebagai satu kesatuan yang utuh.
Manusia sebagai mikrokosmos (subjek) dalam realitas kehidupannya tidak selalu selaras
dengan lingkungan yang melingkupinya yaitu makrokosmos (objek), tetapi juga mengalami
inkonsistensi. Untuk mengembalikan keharmonisan alam, manusia biasanya mengadakan
upacara atau ritual. Misalnya, pandangan tentang manusia; manusia karena suatu peristiwa, ia
terkena "noda magis" dan akan menjadi korban Batara Kala. Peristiwa ini dapat
menyebabkan ketidakseimbangan dalam kosmos. Menurut kepercayaan, peristiwa yang
menimpa manusia antara lain ontang-anting, kedhana-kedhini, gondhang kasih, dhampit,
pendhawa, pendhawi, kembang pasap, menjatuhkan kuali, memecahkan batu, memasukkan
nasi ke dalam lesung, membakar rambut dan tulang, dan pembuatan pagar sebelum rumah
dibangun. Sebagai upaya mencegah terjadinya gejolak alam, masyarakat Jawa mengadakan
upacara ruwatan. Ruwatan dimaksudkan agar manusia terhindar dari ancaman bahaya.
TINJAUAN KASUS
& PEMBAHASAN

Keperawatan Transkultular Pada Ibu Hamil Suku Jawa


Jumlah ibu hamil di Indonesia mencapai 5 juta setiap tahunnya. Menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2011 jumlah ibu
hamil di Indonesia yaitu 5.192.427 jiwa, sedangkan di Jawa Tengah jumlah ibu hamil yaitu
632.198 jiwa, dan menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2014
jumlah ibu hamil mencapai 5057 jiwa. Namun angka kematian ibu melahirkan di Indonesia
masih tinggi. Bahkan, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia pada tahun ini mencapai
359 per 100 ribu kelahiran. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada
tahun 2015. Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah
kurangnya pengetahuan tentang perawatan prenatal dan pengaruh budaya yang telah
diturunkan dari generasi ke generasi nenek moyang.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan yaitu diantaranya
kebutuhan selama hamil yang berbeda-beda untuk setiap individu dan juga dipengaruhi oleh
riwayat kesehatan dan status gizi sebelumnya, kekurangan asupan pada salah satu zat akan
mengakibatkan kebutuhan terhadap sesuatu nutrisi terganggu dan kebutuhan nutrisi tidak
konstan selama kehamilan. Terdapat enam kelompok gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air. Sumber zat tenaga atau energi ibu hamil paling banyak diperoleh
dari karbohidrat kemudian protein dan lemak yang berguna menghasilkan energi
untuk beraktifitas.
Budaya berperan dalam status gizi ibu hamil karena ada beberapa kepercayaan,
seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi
dan dibutuhkan tubuh. Salah satu suku di Indonesia yang memiliki kepercayaan tertentu
mengenai makanan pada ibu hamil yaitu suku Jawa. Hasil penelitian didapatkan bahwa
terdapat pantangan dan anjuran-anjuran makan makanan tertentu pada saat hamil. Makanan
yang dilarang berupa pantang makan daging kambing, makanan asin, nanas, durian, makanan
pedas, jamu-jamuan, semangka, makanan manis, dan pantang minum es. Makanan tersebut
dipercaya akan membahayakan ibu hamil dan janin. Sedangkan makanan yang dianjurkan
yaitu makanan yang bergizi, makan ikan yang tidak bersisik serta anjuran banyak minum air
(Novitasari, 2016). Memahami budaya yang dianut oleh klien merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam memberikan pelayanan keperawatan yaitu dengan pendekatan
transkultural. Hal ini didasarkan pada ilmu dan kiat yang mencakup pemberian pelayanan
secara bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual secara komprehensif baik sehat maupun sakit
dalam seluruh kehidupannya. Pendekatan transkultural yang dimaksud adalah pendekatan
asuhan keperawatan yang berorientasi pada latar belakang budaya berupa nilai, kepercayaan,
aturan perilaku, dan praktik gaya hidup yang menjadi acuan untuk berfikir dan bertindak.
Strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status gizi yang terkait dengan budaya
jawa (Novieastari, Gunawijaya, & Indracahyani, 2018), diantaranya :

1. Sumber makanan ibu hamil yaitu, nasi, tiwul, roti, singkong, ubi, maupun ketan. Nasi
merupakan komoditas utama bagi masyarakat jawa.
2. Pola makanan ibu hamil yaitu, makan sehari 3 kali dengan menu makanan yang
berbeda beda, menurut jadwal yang baik, ibu hamil disarankan untuk 3 kali makan
besar dan 2 kali makan makanan ringan
3. Makanan selingan ibu hamil yaitu berupa susu, atau buah buah an yang dimakan pada
saat makan makanan utama dan juga harus meningkatkan asupan energi
4. Mengolah makanan, sebagai ibu hamil harus memilah milah makanan yang sehat atau
tidak
5. Anjuran makan makanan yang bergizi
6. Ibu hamil di pantangkan makan makanan yang membuat hipertensi.

Dipulau jawa sendiri terdapat berbagai macam mitos dan kepercayan- kepercayaan yang
menunjukkan wanita hamil melakukan ritual yaitu ngupati dan mitoni, tabu makanan dan
percaya pada mitos kehamilan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan dengan cara
melakukan wawancara terhadap bidan desa di Desa Kaliori yaitu masih ada ibu hamil yang
melakukan pantangan makanan pada saat hamil dan melakukan mitos mitos kehamilan.
Masih ada ibu hamil yang tidak mau melakukan perawatan kehamilan ke bidan karena
merasa kehamilan adalah hal yang biasa biasa saja terutama pada ibu hamil yang memiliki
usia diatas 35 tahun dan sudah memiliki banyak anak (Ni Putu Murniasih, Siti Masfiah,
2016). Hal ini sejalan dengan Pengaruh budaya masih tampak pada praktik selama
kehamilan. Praktik tersebut terutama dilakukan oleh ibu hamil yang masih tinggal dengan
orang tua atau kerabat yang memiliki kepercayaan dan tradisi Jawa yang masih kental
mengenai pantangan yang harus dipatuhi oleh bapak maupun ibu hamil, yaitu :
1. Karakteristik Informan Usia informan pendukung (tokoh masyarakat) berusia 29 dan
42 tahun. Usia informan pendukung (bidan) 27 tahun. Pendidikan terakhir informan
utama mayoritas tamat Sekolah Menengah Pertama, sisanya Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah Atas.
2. Perilaku Ibu Hamil Prilaku perawatan kehamilan informan yaitu seluruh informan
melakukan ritual pada saat hamil berupa ngupati dan mitoni namun dalam
melaksanakan ritual dengan cara yang berbeda-beda. Ngupati adalah ritual 4 bulan
masa kehamilan oleh masyarakat Jawa, ditandai dengan upacara pemberian
makananan yang salah satu menunya adalah ketupat. Selain melakukan ritual ngupati
dan mitoni 3 orang informan utama melakukan pantangan makanan yaitu tidak boleh
makan udang, ikan yang bersisik, daun melinjo dan nanas.
3. Niat Ibu Hamil Ibu hamil yang berusia lebih dari 20 tahun dan memiliki anak lebih
dari 2 orang cenderung memiliki keinginan untuk melakukan perilaku tersebut karena
sudah memiliki pengalaman berulang ulang mengenai perawatan kehamilan, dalam
perspektif budaya jawa. Namun ibu hamil yang berusia dibawah 20 tahun cenderung
memiliki keinginan untuk melakukan perilaku tersebut karena anjuran dari orang tua
atau mertua mereka karena untuk menghormati tradisi yang dipercayai oleh orang tua
mereka.
4. Sikap Ibu Hamil Sikap informan yaitu melakukan ritual ngupati dan mitoni,
pantangan makanan, mitos kehamilan sangat penting dilakukan pada saat hamil. hal
ini dilakukan dengan harapan agar ibu dan anak yang dikandungnya selamat dan bisa
lahir sempurna tanpa ada cacat apapun karena ibu hamil merasa nyaman dan aman
jika melakukan perilaku tersebut.
5. Norma Subjektif Ibu Hamil Norma subjektif dalam teori planned of behaviour
memuat dua aspek pokok. Aspek pertama adalah seberapa besar keyakinan seseorang
akan harapan normatif dari orang lain, Aspek kedua adalah seberapa besar motivasi
seseorang untuk mematuhi harapan harapan orang atau kelompok lain yang dianggap
penting baginya. Seluruh informan utama menyatakan bahwa orang yang memotivasi
ibu dalam masa kehamilannya adalah suami, mertua dan keluarga.
6. Kontrol Perilaku Ibu Hamil Informan kunci juga mempercayai beberapa mitos
kehamilan, antara lain: tidak boleh membunuh hewan, tidak boleh tidur siang, ibu
hamil memakai sambetan yaitu bumbu yang dibungkus kain kemudian disematkan ke
baju, menggunakan gunting dan gunting kuku, tidak boleh membenci orang, tidak
boleh keluar saat senja dan saat keluar rambut tidak bisa diikat. Adanya pengaruh
budaya (mitos) yang kuat seputar kehamilan mengakibatkan informan lebih
mempercayai budaya tersebut dibandingkan anjuran tenaga kesehatan
(dokter dan bidan).

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan
Masyarakat Jawa atau orang Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan
dan halus. Tetapi mereka juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak
mau terus terang. Budi luhur, dalam kebudayaan Jawa merupakan ajaran yang
terkandung dalam budaya kejawen. Budi luhur merupakan ideologi kejawen yang
tertuang sebagai falsafah hidup orang Jawa dalam berperilaku. Berkaitan dengan itu
pengaruh budaya yang telah diturunkan dari generasi ke generasi nenek moyang
sangan di percayai dalam kebudayaan suku jawa. Termasuk berbagai macam mitos
dan kepercayan-kepercayaan yang menunjukkan pada wanita hamil melakukan ritual
yaitu ngupati dan mitoni, tabu makanan dan percaya pada mitos kehamilan. Tradisi
Jawa yang masih kental mengenai pantangan yang harus dipatuhi.
B. Saran
Dengan disusunnya artikel ini diharapkan mahasiswa dapat lebih mengetahui
mengenai kebudayaan serta konsep sehat dan sakit menurut kebudayaan masyarakat
suku Jawa. Serta diharapkan bagi pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa
yang tertulis di artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA

Darmoko. (2014). BUDAYA JAWA DALAM DIASPORA: TINJAUAN PADA


MASYARAKAT JAWA DI SURINAME. Jurnal Universitas Indonesia, (1), 1-19.
Ni Putu Murniasih, Siti Masfiah, B. H. (2016). BUDAYA JAWA DI DESA KALIORI
KECAMATAN KALIBAGOR PRENATAL CARE BEHAVIOR IN JAVANESE
CULTURE PERSPECTIVE IN KALIORI VILLAGE, DISTRICT OF KALIBAGOR
Ni Putu Murniasih, Siti Masfiah, Bambang Hariyadi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jurnal Kesmas Indonesia, 8(1), 56–66. Novieastari, E.,
Gunawijaya, J., & Indracahyani, A. (2018).
PELATIHAN ASUHAN KEPERAWATAN PEKA BUDAYA EFEKTIF. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 21(1), 27-33.
https://doi.org/10.7454/jki.v21i1.484
Novitasari, Y. (2016). KEPERAWATAN TRANSKULTURAL PADA IBU HAMIL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA. Jurnal FIK Universitas
Myhammadiyah Surakarta, I(1), 1-16.
Rahayu, N. T., & Efendi, A. (2014). Model Pewarisan Nilai-Nilai Budaya Jawa Melalui
Pemanfaatan Upacara Ritual. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 55-69.
Sunarno, I. (2012). KONSEP SEHAT MENURUT PERSPEKTIF BUDAYA JAWA (I.
Sunarno, ed.). surabaya: 21 maret 2012.

Anda mungkin juga menyukai