Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOSARCOMA

Oleh :
Meri Andariesta Yudi Astuti
SN211087

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ACUTE LYMPHOBLASYIC LEUKIMIA (ALL)

Oleh :
Meri Andariesta Yudi Astuti
SN211087

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2021
A. Definisi

Pengertian Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) menurut Saferi

Wijaya (2013), adalah tumor tulang ganas, yang biasanya berhubungan

dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Osteosarkoma

merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.

Menurut Price (2012), Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang

primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang.

Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang

panjang, terutama lutut.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Osteosarkoma

merupakan tumor tulang yang ganas yang tumbuh dibagian metafisis

tulang pada masa pertumbuhan anak-anak dan remaja.

B. Etiologi

Penyebab Oteosarkoma menurut Saferi Wijaya (2013), yaitu :

1. Radiasi sinar radio aktif

2. Faktor keturunan (genetik)

3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh

penyakit

4. Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat

5. Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat

pengawet, merokok dan lain-lain.


C. Klasifikasi

Terdapat 2 macam kanker tulang menurut Mariza Putri (2013), yaitu:

1. Kanker tulang metastasik atau kanker tulang sekunder

Merupakan kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi

kankernya bukan berasal dari tulang. Contohnya kanker paru-paru

yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel kankernya menyerupai sel

paru dan bukan merupakan sel tulang.

2. Kanker tulang primer

Merupakan kanker yang berasal dari tulang. Yang termasuk ke dalam

kanker tulang primer adalah myeloma multiple, osteosarcoma,

fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna, kondrosarkoma, tumor

ewing, limfoma tulang maligna.

D. Patofisiologi dan Pathway

Patofisiologi Osteosarkoma menurut Saferi Wijaya dan Mariza

Putri (2013), adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal

dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik

(pembentukan tulang).

Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi,

beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat

berbahaya dan mengancam jiwa.

Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa

ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas
tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat

yang berdiferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti

jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling

dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui

dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis

epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.Adanya tumor

pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul

reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi

atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses

pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses

osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan

periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif.


Pathway

Faktor pencetus

Infeksi virus genetik lingkungan lainnya

Abnormalitas osteoklast

Resopsi tulang meningkat

Mekanisme kompensasi
fisiologis oleh osteoblast

Peningkatan Kinerja Osteoblast

Proses Remodelling Tulang


Meningkat

Tulang Abnormal (Lunak,


membesar,rentan)

Gangguan citra tubuh Deformitas Risiko cedera

Nyeri

Defisit pengetahuan
Intoleran
aktivitas

Ansietas

Pathway Osteosarkoma (Corwin, 2007)


E. Manifestasi Klinis

Menurut Smeltzer (2008), manifestasi klinis dari Osteosarkoma adalah :

1. Nyeri/pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi

semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan

progresivitas penyakit).

2. Pembengkakan pada tulang atas atau persendian serta pergerakan

terbatas

3. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu tubuh kulit di atas massa

serta adanya pelebaran vena

4. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,

berat badan menurun dan malaise.

F. Penatalaksanaan

Menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri (2013), Pengobatan seringkali

merupakan kombinasi dari:

1. Kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, daktinomisin,

doksorubisin, ifosfamid, eposid).

Kemoterapi harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai efek

yang lebih tinngi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil

menurunkan kemungkinan resistensi terhadap obat.

2. Terapi penyinaran tumor

Radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi

(preoperative, pasca operative dan ajuran untuk mencegah

mikrometastasis). Sasaran utama dapat dilakukan dengan sksisi luas


dengan teknik grafting restorative. Ketahanan dan kualitas hidup

merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang mengupayakan

mempertahankan ekstermitas yang sakit.

3. Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor

Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan

tumor. Ini dapat dilakukan dengan bedah (berkisar dari eksisi local

sampai amputasi dan disartikulasi).

4. Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi

ekstremitas yang sakit, dengan tinggi amputasi diatas tumor agar dapat

mengontrol local lesi primer. Prognosis tergantung kepada lokasi dan

penyebaran tumor.

a. Penanganan kanker tulang metastasis adalah peliatif dan sasaran

teraupetiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan

pasien sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan

metode yang diganakan untuk menangani kanker asal fiksasi

interna fraktur patologik dapat mengurangi kecacatan dan nyeri

yang timbul

b. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan

pemberian cairan salin normal intravena, diuretika, mobilisasi dan

obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin, atau

kartikosteroid.
G. Komplikasi

Menurut Brunner and Suddart (2008), komplikasi dari Osteosarkoma

yaitu :

1. Akibat langsung : Patah tulang

2. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan

kekebalan tubuh dan metastase paru.

3. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah,

perubahan jenis kulit dan kebotakan pada kemoterapi.

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Saferi Wijaya (2013), pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah :

1. Pemeriksan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan

destruksi tulang.

2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.

3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi

tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum dan lesi-lesi yang dicurigai.

4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.

5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin

fosfatase.

6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan

penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.

7. Scntigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”.


I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,

suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan

identitas orang tua.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah

kaki atau tangan yang mengalami pembengkakan, terjadi

pembengkakan biasanya di daerah tulang panjang.

2) Riwayat tumbuh kembang

Dalam pengkajian ini, yang perlu ditanyakan adalah hal-hal

yang berhubungan dengan keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan anak sesuai dengan anak usia sekarang yang

meliputi motoric kasar, motoric halus, perkembangan kognitif

atau bahasa, personal social.

3) Riwayat psikososial

Dalam pengkajian ini yang perlu ditanyakan meliputi orang

terdekat klien, hubungan dengan klien, hubungan dengan

saudara kandung, serta pendidikan orang tua mengenai

penyakit yang diderita klien.


4) Riwayat hospitalisasi

Pengkajian ini meliputi pertanyaan tentang peraaan orang tua

terhadap anaknya yang sedang di rawat di rumah sakit serta

harapan orang tua terhadap kondisi kesehatan anaknya saat ini

dan untuk kedepannya.

5) Riwayat aktivitas sehari-hari

Pengkajian ini meliputi pertanyaan tentang pola mata dan

minum anak, jenis makanan dan minuman yang disukai anak,

porsi makan dan minum anak setiap hari serta pantangan

masalah makanan dan minuman terhadap anak, waktu istirahat

anak selama di rumah, kebersihan anak setiap hari, pola

eliminasi anak setiap harinya serta waktu bermain dan rekreasi

setiap hari libur, dan anak biasanya lemas serta tidak bisa

beraktivitas sehari-hari.

c. Menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri (2013), Pemeriksaan fisik

pada pasien anak dengan Osteosarkoma yaitu :

1) Rambut

Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,

rambutnya rontok, tidak ada lesi,warna rambut hitam, tidak bau

dan tidak ada edema.

2) Wajah

Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan

tidak ada lesi


3) Mata

Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal

yaitu pupil mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik.

4) Hidung

Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping

hidung, tidak ada polip, dan tidak ada lesi

5) Telinga

Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.

6) Mulut

Biasanya mukosa bibir kering, berwarna pucat, tidak terjadi

stomatitis, tidak terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.

7) Leher

Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada

gangguan fungsi menelan, tidak ada pembesaran JVP

8) Dada dan thorax

Inspeksi :Biasanya dada simetris kiri dan kanan, pergerakan

dada simetris.

PalpasI :Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama (vocal

premitus).

Perkusi :Biasanya bunyi suaranya sonor.

Auskultasi :Bunyi pernapasnya vesikuler.


9) Jantung

Inspeksi : ictus cordis terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari

Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya

peka

Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada

bunyi tambahan

10) Abdomen

Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding

perut sirkulasi kolateral.

Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus.

Palpasi :Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak

kram pada abdomen.

Perkusi : Biasanya tympani

11) Genitaurinaria

Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses

berwarna kehijauan karena bercampur dengan empedu dan

bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak

dapat diserat oleh usus.

12) Ekstremitas

Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang.

Rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena


adanya masa,nyeri, atau fraktur patologis, biasanya terabanya

benjolan atau masa pada daerah sekitar tulang.

d. Diagnosa

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (D.0077)

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (D.0019)

3) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

(D.0080)

4) Intoleran aktivitas berhubungan dengan imobilitas (D.0056)

e. Intervensi

Diagnosa SLKI SIKI

Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri (I. 08238)


Nyeri akut keperawatan
berhubungan selama….diharapkan 1. Observasi
dengan agen
masalah nyeri akut dapat
cedera fisik  lokasi, karakteristik,
(D.0077) memenuhi kriteria hasil:
durasi, frekuensi,
Tingkat Nyeri (L.08066)
kualitas, intensitas
 Keluhan nyeri
nyeri
menurun
 Meringis menurun  Identifikasi skala
 Sikap protektif nyeri
menurun  Identifikasi faktor
 Gelisah menurun yang memperberat
 Sulit tidur menurun dan memperingan
 Muntah menurun nyeri
 Mual menurun  pengaruh nyeri pada
 Frekuensi nadi kualitas hidup
membaik  Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
2. Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi

Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu
Setelah diberikan asuhan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Defisit nutrisi keperawatan
berhubungan selama….diharapkan 1. Observasi
dengan faktor  Identifikasi status
masalah defisit nutrisi
psikologis nutrisi
(D.0019) dapat memenuhi kriteria
hasil:  Identifikasi makanan
Status nutrisi (L.03030) yang disukai
 Identifikasi kebutuhan
 Berat badan membaik kalori dan jenis
 Indeks massa tubuh makananMonitor
membaik asupan makanan
 Frekuensi makan  Monitor mual dan
membaik muntah
 Nafsu makan membaik  Monitor berat badan
 Membrane mukosa 2. Terapeutik
membaik  Lakukan oral hygiene
sebelum makan
 Berikan makanan
yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan
yang tinggi protein
dan tinggi kalori
 Berikan suplemen
makanan
3. Edukasi
 Anjurkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
Setelah diberikan asuhan
Ansietas keperawatan Reduksi Ansietas (I.09314)
berhubungan selama….diharapkan
dengan 1.  Observasi
masalah ansietas dapat
ancaman  Identifikasi saat
terhadap memenuhi kriteria hasil:
tingkat anxietas
konsep diri Tingkat Ansietas berubah (mis.
(D.0080) (L.09093) Kondisi, waktu,
 Perilaku gelisah stressor)
menurun  Identifikasi
 Perilaku tegang kemampuan
menurun mengambil
 Keluhan pusing keputusan
menurun  Monitor tanda
 Pucat menurun anxietas (verbal dan
 Konsentrasi non verbal)
membaik 2. Terapeutik
 Pola tidur membaik  Ciptakan suasana 
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan , jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang
membuat anxietas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Gunakan pedekatan
yang tenang dan
meyakinkan
 Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
 Diskusikan
perencanaan 
realistis tentang
peristiwa yang akan
datang
3. Edukasi
 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
 Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
 Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi
ketegangan
 Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
 Latih teknik
relaksasi
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat anti
anxietas, jika perlu

Setelah diberikan asuhan


Intoleran keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
aktivitas selama….diharapkan
berhubungan
masalah intoleran aktivitas 1. Observasi
dengan  Identifkasi gangguan
imobilitas dapat memenuhi kriteria
fungsi tubuh yang
(D.0056) hasil: mengakibatkan
Toleran aktivitas kelelahan
(L.05047)  Monitor kelelahan
 Frekuensi nadi fisik dan emosional
meningkat  Monitor pola dan
 Saturasi oksigen jam tidur
meningkat  Monitor lokasi dan
 Kemudahan dalam ketidaknyamanan
melakukan aktivitas selama melakukan
sehari-hari aktivitas
meningkat 2. Terapeutik
 Keluhan lelah  Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah
stimulus (mis.
cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan rentang
gerak pasif dan/atau
aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
 Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat
berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan

dengan cara membandingkan tindakan keperawatan yang

dilakukan terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi juga dilakukan

untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak.


DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Brunner & suddarth. 2008. Keperawatan medikal-bedah edisi 8 vol 1. Jakarta:

EGC

PNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi

dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi

dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan

Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Price, S. (2012). Patofisiologi edisi 6. Jakarta : EGC

Saferi Wijaya, Andra & Mariza Putri, Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Smeltzer & Bare. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth/ editor, Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare; alih bahasa, Agung

Waluyo, dkk. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai