Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUMOR TULANG (OSTEOSARKOMA)

oleh:
Wirawan Ardi Riansyah
NIM 202311101136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
A. Definisi Osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan suatu neoplasma dimana jaringan osteoid disintesis oleh
sel ganas. Penyebabnya belum jelas diketahui, namun berbagai agen dan status penyakit
dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini (Lily.2014). Osteosarkoma merupakan
keganasan sistem skeletal nonhematopoetik yang tersering ditemukan yaitu sekitar 20%
dari tumor ganas primer tulang (Nielsen. 2010). Osteosarkoma didefinisikan sebagai suatu
neoplasma dimana jaringan osteoid disintesis oleh sel-sel ganas (Khurana.2010)
Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel mesenkimal primitif
yang memproduksi tulang dan matriks osteoid (Kemenkes).
B. Review Anatomi
Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak,
tempat melekatnya otot - otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat
sumsum tulang dan syaraf yang melindungi jaringan lunak, juga tulang merupakan organ
yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat dan membawa barang-barang yang berat.
Intinya tulang adalah organ yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas sehari-hari
(Wibowo, 2005).
Berdasarkan keterangan di atas, ada 4 fungsi utama jaringan tulang :
1) Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk
pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak
pasif. 2) Fungsi protektif, melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum
tulang belakang.
3) Fungsi metabolik, sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang
penting seperti kalsium dan phospat.
4) Fungsi hemopotik. Berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah.
Secara anatomi dilihat dari bentuknya tulang dibagi ada 2 jenis, yaitu :
1) Tulang pipih : tulang kepala, tulang rahang
2) Tulang panjang : tulang lengan, tulang paha, tulang punggung
Bagian luar tulang disebut tulang kortikal, dimana bagian ini sudah mengalami
klasifikasi sehingga terlihat sangat kokoh kompak dan kuat. Sedangkan bagian dalam
yang berpori dan berongga disebut tulang trabekular, bagian ini belum terklasifikasi
sempurna, sehingga bersifat porous atau berpori (Wibowo, 2005).
C. Epidemiologi
Osteosarkoma telah dikenal sejak 200 tahun lalu. Insiden di Amerika Serikat 4-5/1 juta
penduduk dengan jumlah kasus baru 1000-1500 per tahun,3 serta tidak berhubungan
secara bermakna dengan kelompok etnik atau ras.5 Distribusi usia tumor ini bimodal.
Kebanyakan terjadi pada usia muda, sering pada dekade ke dua dengan 60% pada usia <25
tahun, sedangkan puncak ke dua 13-30% pada usia >40 tahun. Kondisi predisposisi harus
dipertimbangkan pada kasus dengan usia lebih tua. Secara keseluruhan laki-laki lebih
banyak dari pada perempuan ( Lily, 2014). Osteosarkoma konvensional lebih sering
terjadi pada pria daripada wanita dengan perbandingan 3:2. Hal ini bisa disebabkan masa
pertumbuhan tulang pada pria lebih lama daripada wanita. Tumor ini paling sering diderita
oleh anak-anak usia dekade ke-2 kehidupan, lebih dari 60% pada pasien kurang dari 25
tahun. Insiden osteosarkoma dapat meningkat kembali pada usia di atas 60 tahun,
sehingga penyakit ini disebut juga memiliki distribusi yang bersifat bimodal
(KEMENKES)
D. Patofisiologi
Penyebab osteosarkoma tidak diketahui, namun berbagai agen dan status penyakit
dihubungkan dengan perkem-bangan penyakit ini.2 Osteosarkoma dipercaya berasal dari
sel stem mesenkim atau sel osteoprogenitor yang mengalami gangguan dalam jalur
diferensiasi osteoblas. Penyebab yang paling diketahui berhubungan dengan penyakit ini
ialah radiasi. Osteosarkoma setelah terapi radiasi merupakan komplikasi yang jarang dan
biasanya terjadi setelah 15 tahun kemudian (antara 3-55 tahun). Insiden puncak penyakit
ini terjadi pada dewasa dengan pertumbuhan yang cepat, sering pada regio growth plate
tulang (pertum-buhan tulang yang paling cepat). Proliferasi yang meningkat pada sisi ini
dapat merupakan predisposisi untuk mutasi yang mengatur perkembangan osteosarkoma
(Lily,2014)

E. Etiologi
Etiologi Osteosarcoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai macam faktor
predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma. Adapun faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan osteosarcoma antara lain :
a. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya injuri.
Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena
tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan
osteosarcoma.
b. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga
diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah
radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal,
fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarcoma.
c. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis mengakibatkan 14
dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
d. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan pada
hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada
osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan
adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan
kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran
tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa pubertas. Hal
ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas bagaimana
hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.

F. Klasifikasi

Menurut (Loho,2014) terdapat beberapa jenis osteosarkoma yang dikelompokkan yaitu :


1) Tempat asal (intrameduler, intra-kortikal, atau pada permukaan)
2) Gradasi histologik (rendah, tinggi)
3) Primer (pada tulang biasa) atau sekunder terhadap kelainan tulang (tumor jinak,
penyakit Paget, infark tulang, radiasi)
4) Gambaran histologik (osteoblas, kondroblas, fibroblas, teleangiektasi, sel kecil, sel
datia) Jenis yang tersering ialah osteo-sarkoma pada metafisis tulang panjang, primer,
intrameduler, osteoblas, dengan gradasi tinggi.
5) Makroskopik, osteosarkoma merupa-kan tumor besar, berpasir, berwarna abu-abu
keputihan dan sering mempunyai area perdarahan dan degenerasi kistik. Tumor ini
sering merusak korteks sekitar dan membentuk massa jaringan lunak, yang dapat
menyebar ke kanalis meduler, berpenetrasi ke lempeng epifisis, atau masuk ke dalam
rongga sendi.
(KEMENKES) menjelaskan mengenai klasifikasi tumor tulang ada 2 jenis yaitu :
Klasifikasi histologi dan klasifikasi berdasarkan stadium.
A. Terdapat tiga jenis sub tipe secara histologi :
1. Intramedullary
a. High- grade intramedullary osteosarcoma
b. Low-grade intramedullary osteosarcoma
2. Surface
a. Parosteal osteosarcomas
b. Periosteal osteosarcomas
c. High –grade surface osteosarcoma
3. Extraskeletal
B. Klasifikasi Berdasarkan Stadium
Terdapat 2 jenis klasifikasi stadium, yaitu berdasarkan Musculoskeletal Tumor Society
yaitu :
1. Sistem Klasifikasi Stadium MSTS (Enneking)
a. IA : derajat keganasan rendah, lokasi intrakompartemen, tanpa metastasis
b. IB : derajat keganasan rendah, lokasi ekstrakompartemen, tanpa metastasis
c. IIA : derajat keganasan tinggi, lokasi intrakompartemen, tanpa metastasis : derajat
keganasan tinggi, lokasi ekstrakompartemen,
d. IIB : tanpa metastasis
e. III : ditemukan adanya metastasis
2. Sistem Klasifikasi AJCC edisi ke 7
a. IA derajat keganasan rendah, ukuran ≤ 8
b. IB derajat keganasan rendah, ukuran > 8 atau adanya diskontinuitas
c. IIA derajat keganasan tinggi, ukuran ≤ 8
d. IIB derajat keganasan tinggi, ukuran > 8
e. III derajat keganasan tinggi, adanya diskontinuitas
f. IVA metastasis paru
g. IVB metastasis lain

G. Penatalaksanaan
Umumnya gejala klinik terjadi beberapa minggu sampai bulan setelah timbulnya
penyakit ini. Gejala awal relatif tidak spesifik seperti nyeri dengan atau tanpa teraba massa.
Pemeriksaan fisik mungkin terbatas pada massa nyeri, keras, pergerakan terganggu, fungsi
normal menurun, edema, panas setempat, teleangiektasi, kulit diatas tumor hipertermi, hangat,
edema, dan pelebaran vena. Pembesaran tumor secara tiba-tiba umumnya akibat sekunder dari
perdarahan dalam lesi (Loho, 2014). Penanganan Osteosarkoma dilakukan melalui
pendekatan dari banyak segi, termasuk kemoterapi dengan asumsi bahwa semua kasus
mempunyai metastasis pada waktu didiagnosis dan kemudian dikuti dengan operasi.

Pemeriksaan radiologik berperan penting dalam diagnosis awal suatu osteosarkoma.


Pemeriksaan CT scan dilakukan untuk melihat derajat ekspansi intrameduler dan
keterlibatan korteks serta jaringan lunak.

Menurut (Kemenkes ) penatalaksanaan tumor tulang yaitu dengan terapi


pembedahan, amputasi, kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi yang diberikan
konkuren atau sekuensial sesuai indikasi.

H. Manifestasi Klinis
Umumnya gejala klinik terjadi beberapa minggu sampai bulan setelah timbulnya penyakit
ini. Gejala awal relatif tidak spesifik seperti nyeri dengan atau tanpa teraba massa. Nyeri
biasanya dilukiskan sebagai nyeri yang dalam dan hebat, yang dapat dikelirukan sebagai
peradangan. Tumor ini dapat tumbuh pada tulang manapun, tetapi umumnya pada tulang
panjang terutama distal femur, diikuti proksimal tibia dan proksimal humerus dimana growth
plate paling proliferatif. (Loho,2014)
Osteosarkoma bertumbuh cepat dengan ekspansi lokal, doubling time sekitar 34 hari.
Penyebaran hematogen paling sering terjadi pada awal penyakit dan biasanya ke paru-paru
dan tulang sedangkan metastasis ke kelenjar limfe jarang. Penyebaran transartikuler juga
jarang dan dapat terjadi pada sendi dengan mobilitas rendah. Pada stadium lanjut, berat badan
umumnya menurun dan menjadi kaheksia ( Loho,2014).
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut KEMENKES pemeriksaan penunjang tumor tulang yaitu:
1. Bone Scan, Spot Foto, Roentgen Thorax
2. CT Scan/MRI
J. PATHWAY
Radiasi radium genetic mutasi gen

Gen penekan tumor TP53/MDM2

Metapisis tulang

Tumor menginvasi jarinagan lunak merangsang histamin

Respon osteolitik osteoblastik saraf simpatis

Destruksi tulang kecil pristaltik usus

Penimbunan periosteum tulang baru distensi lambung

Pertumbuhan tulang abortif (kanker) anorexia, energi turun

Menekan jaringan sekitar Distropi dan artropi otot


Gg NUTRISI <
KEBUTUHAN
Tumbuh 2x lebih cepat takut gerak

Perubahan bentuk tulang mobolisasi terganggu fatique, kelelahan

Benjolan gangguan activity daily living perubahan peran

Sel-sel ujung tidak dapat nutrisi Gg psikologi

Luka terbuka terpapar mikroorganisme

Nyeri infeksi infeksi

Gg RASA NYAMAN mengeluarkan cairan terus menerus

Perluasan infeksi
K. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan alamat
2. Anamnesa
Pengkajian berdasarkan karakterisitik nyeri:
P : palliative : tidak teridentifikasi
Q : quality/quanty : pada kasus nyeri yang dirasakan klien terus menerus.
R ::region ; nyeri terletal pada tungkai bawah kanan.
S : scale ; klien menyatakan bahwa nyerinya ada pada skala 9 (0-10)
T : nyeri terjadi sejak 3bulan yang lalu dan akan bertambah nyeri apabila area bengkaknya disentuh
atau bergesekan dengan kain. 

3. Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang


1) Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
2) Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
3) Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
b) Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat/penyakit
tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang, kaji adanya
trauma prosedur operatif dan penggunaan obat-obatan.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang
dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan
gangguan hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
4. Pengkajian Fisik

a). Inspeksi

1). Postur: terlihat massa sebesar bola tenis di tungkai kanan,kemerahan,dan


mengkilap
2). Gaya berjalan: nyeri dirasakan klien pada skala9 sehingga  dapat dipastikan
klien tidak bisa berjalan dengan baik.
3) ROM : klien tidak dapat bergerak bebasd.
4) Perubahan warna kulit : terlihat perubahan kulit berupa rubor dan mengkilat
pada area pembengkakan,ditemukan adanya pus berwarna hijau.
b). Palpasi
1) Nyeri tekan bertambah apabila disentuh dan bergesekan dengan kain,sehingga
perawat tidak bolehmenekannya.
2) Edema (tempat,ukuran,temperature) Edema pada tungkai bawah kanan klien
sebesar bola tennis dan timbul rubor dan mengkilat.

5. Hasil Laboratorium/Radiologi
a) Ada gambaran kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru
b) Ada gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek tulang baru.
c) Terdapat peningkatan kadar alkali posfate

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis atau inflamasi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kerusakan
muskuloskeletal
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan
C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut

a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respon nyerinon verbal
d) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
e) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
f) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
g) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik
a) Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
b) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
c) Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
d) Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
e) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
f) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
g) Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
h) Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
i) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
3. Resiko infeksi
a) Pertahankan teknik aseptif
b) Batasi pengunjung bila perlu
c) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
d) Tingkatkan intake nutrisi
e) Monitor adanya luka
f) Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase.

D. Kriteria Hasil
1. Nyeri akut
a) Tidak ada gangguan tidur
b) Tidak ada gangguan konsentrasi
c) Tidak ada ketegangan otot
d) Tidak ada ekspresi menahan nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik
a) Adanya peningkatan dalam aktivitas fisik
b) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c) Mengungkapkan perasaan dalam peningkatan kekuatan dan kemampuan berpindah
d) Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi
3. Resiko infeksi
a) Jumlah leukosit dalam batas normal
b) Bebas dari tanda dan gejala infeksi
c) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
d) Menunjukan perilaku hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. panduan pelaksanaan osteosarkoma


Loho, Lily. 2014. Osteosarkoma.jurnal Biomedik. Vol 6 Nomor 3

Anda mungkin juga menyukai