Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN OSTEOSARKOMA

PROGRAM PROFESI S1 KEPERAWATAN

Oleh :
VANDEL ORDO VALENTINE

PROGRAM STUDI PROFESI S1 KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Tuhan YME atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan

terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap

semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca

praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa

bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Malang, 12 Maret 2023

Vandel Ordo Valentine


I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut (Price, 1998).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. (Wong, 2003).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-
laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi padaakhir masa remaja penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada anak laki-laki (Smeltzer, 2001).

Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai
kemampuan untuk membentuk osteoid atau tulang yang imatur.

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat
meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, Keturunan,
Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan
radiasi ), (Smeltzer. 2001).
Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab
utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang
menyebabkan osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis
juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contoh
adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang
aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan
osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan
pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada
osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan
adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan
kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya
ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa
pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas
bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik )

C. PATHOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada
ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor
terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring
dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau
kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor
ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;
garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak diketahui. Ada
beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan osteosarkoma.Sel berdiferensiasi dengan
pertumbuhan yang abnormal dan cepat padatulang panjang akan menyebabkan munculnya
neoplasma (osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi. Bisa
berupa:
1. Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi
oleh tumor.
2. Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru. Periosteum
tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada
hasil pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga.
Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang yang
lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma; tumor itusendiri dapat menghasilkan suatu
pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Gambaran seperti ini pada radiogram akan
terlihat sebagai suatu “sunburst”(pancaran sinar matahari).

Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru- paru dan
keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belumterjadi penyebaran ke
paru-paru, maka angka harapan hidup mencapai 60%. Tetapi jika sudah terjadi penyebaran
ke paru-paru merupakan angka mortalitastinggi.Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi
lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan seringkali
terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi pembengkakan, dimana pada tumor
mungkin teraba hangat dan agak memerah (Smeltzer, Suzanne C,2001).

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut Smeltzer Suzanne C
(2001) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada
malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
2. Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
3. keterbatasan gerak
4. kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang mengerikan).
5. Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan
peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
6. Kelelahan, anoreksi dan anemia.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering
adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus
8. Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan
relatif daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei
seluruh tulang ( bone survey ) apabila ada gambaran klinis yang mendukung
adanya tumor ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran
tentang:
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis,
ataupada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
c. Jenis tulang yang terkena.
d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
e. Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.
f. Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikanreaksi
pada periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
g. Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.

a. Pemindaian radionuklida.
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti osteoma.
b. CT-scan.
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaantumor,
apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada dalam
tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam
membantumenegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
a. Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase
asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.
b. Urine . Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-
Jones.
3. Biopsi
Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk
pemeriksaanhistologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta grading
tumor. Waktu pelaksanaanbiopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan radiologi yangdipergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-
scan dilakukan setelah biopsi, akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang
memberikan kesan gambaran suatu keganasanpada jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
a. Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle aspiration,
FNA) dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk
melakukandiagnosis pada tumor.
b. Biopsi terbuka.
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan
biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil
jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan
pemeriksaanultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan,
dan mengurangikecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor
ganas (seperti antara enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan
osteosarkoma). Biopsi terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan
kesulitan pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block .

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti- bodi,infeksi
yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga
efek dari kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya
leucopenia dan fraktur patologis,gangguan ginjal dan system hematologis,serta
hilangnya anggota ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda – tanda
apatis dan kelemahan.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna
dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.

Penatalaksanaan yang bisa diberikan:

1. Tindakan Medis
a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui
tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor.
b. Kemoterapi.
Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker yang
sudah metastase. Dapat merusak sel normal.
Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan osteosarkamo
adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy) yang disebut juga
dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi
postoperative (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant
chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya,
sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini
terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah
melakukan operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus masih dapat
mempertahankan ekstrimnya. Pemberian kemoterapi posperatif paling baik
dilakukan secepat mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma
adalah : doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna
(Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin
dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi
(neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan
ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang
intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
c. Radiasi.
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosisini
timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang
dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia. Kadang-kadang akibat
fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal dari prosesfibrosis tersebut.
Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai
perubahan motorik dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser.
Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.

2. Tindakan Keperawatan
a) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli
psikologi atau rohaniawan.
c) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Data pasien yang harus dikaji mencakup beberapa hal yaitu:
1. Identitas Pasien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.

2. Riwayat Penyakit Terdahulu


Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat/penyakit
tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang, kaji adanya
trauma prosedur operatif dan penggunaan obat-obatan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien mengatakan susah
untuk beraktifitas/keterbatasan gerak, Mengungkapkan akan kecemasan akan
keadaannya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti
yang dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan
gangguan hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
5. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu
a) Bernapas
Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan atau
tanpa sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif.
b) Makan dan Minum
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan
bahan pengawet), Anoreksia, mual/muntah, Intoleransi makanan.
Tanda: Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia,
berkurangnya massa otot, Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema.
c) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat
defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar
pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
d) Aktifitas
Gejala: Kelemahan, malaise.
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak, Pekerjaan
atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi
e) Istirahat Tidur
Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari
Tanda : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
f) Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.
g) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.
h) Nyaman
Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau
dangkal.
Tanda : Perilaku hati – hati (distraksi), gelisah, jalan pincang
i) Keamanan
Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen,
pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak sendi, Ruam
kulit, ulserasi.
j) Komunikasi dan Sosialisasi
Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.
k) Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta apa
pemicu munculnya stroke tersebut.
l) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah karena
mengalami kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan
m) Prestasi
n) Spiritual

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kerusakan
muskuloskeletal
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan
7. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan hipermetabolik
8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi
9. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

C. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri akut NOC: NIC:
berhubungan dengan 1. Pain level Pain Manajement
obstruksi jaringan 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
saraf atau inflamasi. 3. Comfort level secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab presipitasi.
nyeri,mampu 2. Observasi reaksi non verbal dan
menggunakan teknik ketidaknyamanan, seperti pasien
non farmakologi untuk tampak meringis, dan
mengurangi nyeri) memegangi bagian tubuh yang
2. Melaporkan bahwa sakit.
nyeri berkurang dengan 3. Gunakan tehnik komunikasi
menggunakan terapeutik untuk mengetahui
manajemen nyeri pengalaman nyeri pasien.
3. Mampu mengenali 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri menpengaruhi nyeri seperti suhu
(skala,intensitas,frekue ruangan, pencahayaan dan
nsi, dan tanda nyeri) kebisingan.
4. Menyatakan rasa 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
nyaman setelah nyeri 6. Pilih dan lakukan penanganan
berkurang nyeri (farmakologi (analgetik),
dan non – farmakologi
(relaksasi nafas dalam)
7. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi.
8. Ajarkan tentang tehnik non –
farmakologi.
9. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
2 Gangguan citra NOC: NIC:
tubuh berhubungan 1. Body Image Body Image Enhancement
dengan adanya 2. Self esteem 1. Diskusikan dengan klien
tumor Kriteria Hasil: tentang perubahan dirinya
1. Body image positif 2. Bantu klien dalam
2. Mampu memutuskan tingkat actual
mengidentifikasi perubahan dalam tubuh atau
kekuatan personal level fungsi tubuh
3. Mendiskripsikan 3. Monitor frekuensi pernyataan
secara faktual klien
perubahan fungsi 4. Berikan dukungan dan suport
tubuh mental serta spiritual.
4. Mempertahankan 5. Libatkan keluarga untuk
interaksi sosial memberikan dukungan sacara
mental dan spiritual

3 Hambatan NOC : NIC :


1. Joint Movement :
mobilitas fisik Exercise therapy : ambulation
Active
berhubungan 1. Monitoring vital sign
2. Mobility Level
dengan sebelm/sesudah latihan dan lihat
3. Self care : ADLs
penurunan respon pasien saat latihan
4. Transfer performance
kekuatan dan 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
Kriteria hasil:
kerusakan tentang rencana ambulasi sesuai
1. Klien meningkat
muskuloskeletal dengan kebutuhan
dalam aktivitas fisik
3. Bantu klien untuk menggunakan
2. Mengerti tujuan dari
tongkat saat berjalan dan cegah
peningkatan mobilitas
terhadap cedera
3. Memverbalisasikan 4. Ajarkan pasien atau tenaga
perasaan dalam kesehatan lain tentang teknik
meningkatkan kekuatan ambulasi
dan kemampuan 5. Kaji kemampuan pasien dalam
berpindah mobilisasi
4. Memperagakan 6. Latih pasien dalam pemenuhan
penggunaan alat Bantu kebutuhan ADLs secara mandiri
untuk mobilisasi sesuai kemampuan
(walker) 7. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
2. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

4 Ansietas NOC: NIC:

berhubungan dengan  Anxiety self control Penurunan Kecemasan


ancamankematian 1. Gunakan pendekan yang
dan perubahan status  Anxiety level menyenangkan
kesehatan  Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan
Kriteria hasil : terhadap pelaku pasien
1. Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur dan
mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selama
mengungkapkan gejala prosedur
cemas. 4. Temani pasien untuk
2. Mengidentifikasi, memberikan keamanan dan
mengungkapkan dan mengurangi takut
menunjukkan teknik 5. Dengarkan dengan penuh
untuk mengontrol cemas. perhatian
3. Vital sign dalam batas 6. Identifikasi tingkat kecemasan
normal 7. Bantu pasien mengenal situasi
4. Postur tubuh, ekspresi yang menimbulkan kecemasan
wajah, bahasa tubuh, dan 8. Dorong pasien untuk
tingkat aktivitas mengungkapkan perasaan,
menunjukkan ketakutan, persepsi
berkurangnya 9. Intruksikan pasien
kecemasan. menggunakan teknik relaksasi

5 Resiko cedera NOC: NIC :


berhubungan dengan 1. Risk Kontrol Enviroment Management
tumor Kriteria Hasil: (Manajemen Lingkungan)
1. Klien terbebas dari 1. Indentifikasi kebutuhan
cidera keamanan pasien berdasarkan
2. Klien mampu level fisik dan fungsi koognitif
menjelaskan serta riwayat kebiasaan
cara/metode untuk sebelumnya.
mencegah 2. Indentifikasi benda-benda
injury/cidera beresiko di lingkungan.
3. Klien mampu 3. Pindahkan benda-benda
menjelaskan faktor berbahaya dari lingkungan
resiko dari pasien.
lingkungan/perilaku 4. Modifikasi lingkungan
personal meminimalisir bahaya dan
4. Mampu resiko.
menggunakan 5. Siapkan pasien dengan telfon
fasilitaskesehatan emergency.
yang ada 6. Beritahu pasien terhadap resiko
individual dan kelompok
mengenai bahaya dan resiko.
7. Kolaborasikan dengan petugas
lain untuk meningkatakan
keamanan lingkungan.
6 Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan dengan 1. Immune Status Infection Control
penyakit kronis dan 2. Knowledge : Infection 1. Pertahankan teknik aseptif
kerusakan jaringan control 2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Risk control 3. Cuci tangan setiap sebelum
Kriteria Hasil : dan sesudah tindakan
1. Klien bebas dari tanda keperawatan
dan gejala infeksi 4. Gunakan baju, sarung tangan
2. Menunjukkan sebagai alat pelindung
kemampuan untuk 5. Ganti letak IV perifer dan
mencegah timbulnya dressing sesuai dengan
infeksi petunjuk umum
3. Jumlah leukosit dalam 6. Gunakan kateter intermiten
batas normal untuk menurunkan infeksi
4. Menunjukkan perilaku kandung kencing
hidup sehat 7. Tingkatkan intake nutrisi
Infection Protection
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Pertahankan teknik isolasi k/p
3. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
4. Monitor adanya luka
5. Dorong masukan cairan
6. Dorong istirahat
7. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
8. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

7 Resiko NOC : NIC :


ketidakseimbangan 1. Nutritional Status Nutrision Management
nutrisi kurang dari 2. Nutritional Status : food 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan yang and fluid intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan dengan 3. Nutritional Status : menentukan jumlah kalori dan
hipermetabolik nutrient intake nutrisi yang dibutuhkan pasien
4. Weight control 3. Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe
1. Adanya peningkatan 4. Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai meningkatkan protein dan vitamin
dengan tujuan C
2. Berat badan ideal sesuai 5. Monitor jumlah nutrisi dan
dengan tinggi badan kandungan kalori
3. Mampu mengidentifikasi 6. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda 7. Kaji kemempuan pasien untuk
malnutrisi mendapatkan nutrisi yang
5. Menunjukkkan dibutuhkan
peningkatan fungsi Nutrition Monitoring
pengecapan dari menelan 1. BB pasien dalam batas normal
Tidak terjadi penurunan 2. Monitor adanya penurunan berat
berat badan yang berarti badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang bisa dilakukan
4. Monitor lingkungan selama
makan
5. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
6. Monitor mual muntah
7. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor kalori dan intake nutrisi
8 Resiko kerusakan NOC: NIC :
integritas kulit
1. Tissue Integrity : Pressure Management
berhubungan dengan
Skin and Mucous
efek radiasi
1. Anjurkan pasien untuk
Membranes
menggunakan pakaian yang
2. Hemodyalis Akses longgar
2. Hindari kerutan padaa tempat
Kriteria Hasil :
tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
1. Integritas kulit yang
bersih dan kering
baik bisa
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
dipertahankan
pasien) setiap dua jam sekali
2. Melaporkan adanya
5. Monitor kulit akan adanya
gangguan sensasi
kemerahan
atau nyeri pada
6. Oleskan lotion atau
daerah kulit yang
minyak/baby oil pada derah
mengalami
yang tertekan
gangguan
7. Monitor aktivitas dan
3. Menunjukkan
mobilisasi pasien
pemahaman dalam
8. Monitor status nutrisi pasien
proses perbaikan
9. Memandikan pasien dengan
kulit dan mencegah
sabun dan air hangat
terjadinya sedera
10. Inspeksi kulit terutama pada
berulang
tulang-tulang yang menonjol
4. Mampu melindungi
dan titik-titik tekanan ketika
kulit dan
merubah posisi pasien.
mempertahankan
11. Jaga kebersihan alat tenun.
kelembaban kulit
dan perawatan alami

9 Defisit pengetahuan NOC: NIC:


berhubungan dengan 1. Kowlwdge : disease Teaching : Disease Process
kurangnya informasi process 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
2. Kowledge : health dan keluarga
Behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal ini
Kriteria hasil: berhubungan dengan anatomi
1. Pasien dan keluarga dan fisiologi, dengan cara yang
menyatakan tepat.
pemahaman tentang 3. Gambarkan tanda dan gejala
penyakit, kondisi, yang biasa muncul pada
prognosis dan penyakit, dengan cara yang tepat
program pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit,
2. Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu 5. Identifikasi kemungkinan
melaksanakan penyebab, dengan cara yang
prosedur yang tepat
dijelaskan secara 6. Sediakan informasi pada pasien
benar tentang kondisi, dengan cara
3. Pasien dan keluarga yang tepat
mampu menjelaskan 7. Sediakan bagi keluarga informasi
kembali apa yang tentang kemajuan pasien dengan
dijelaskan cara yang tepat
perawat/tim 8. Diskusikan pilihan terapi atau
kesehatan lainnya penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat

D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencanca keperawatan yang telah disusun.
Selama implementasi perhatikan respon klien dan dokumentasikan.

E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita rencanakan
telah tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta: EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
keperawatan pasien. Edisi 3 .Jakarta : EGC
Hadaming, Elvi. 2014. Askep Osteosarkoma.
http://evyhadaming.blogspot.com/2014/04/askep-osteosarkoma.html. diakses
tanggal 19 Desember 2014. Pukul 20.00 wita
Kurniasih, Amanda. 2013. Laporan Pendahuluan Askep Osteosarkoma.
https://id.scribd.com/doc/168720911/Laporan-Pendahuluan-Osteosarcoma. Diakses
tanggal 19 Desember 2014. Pukul 21.05 wita.
Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG
Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid 2. Jakarta : ECG
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai