A. DEFINISI AMELOBLASTOMA
o Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial, gingival mucosa
atau gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price, Sylvia A, 2006).
o Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di
mandibula dan maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses
pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut
belum diketahui dengan pasti. Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-
pulau epitelium di dalam stroma jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga
mempunyai beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi tipe yang paling
sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar kasus,
ameloblastoma biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi
rahang (Arif, 2001).
o Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti
kuman) adalah tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar,
pada gigi selama pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang
atas. Ini diakui pada tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk
sebagai adamantinoma pada 1885.
o Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian
lain dari tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan
kelainan yang parah dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang
abnormal mudah infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas
diperlukan untuk mengobati gangguan ini
o Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak
menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh
Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya
bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.
o Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik.
Ameloblastoma biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian
besar tumor ini bersifat jinak
o Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel – sel embrional dan
terbentuk dari sel – sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya
tumbuh dengan lambat, secara histologis jinak tetapi secara klinis merupakan
neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada badan atau ramus mandibula dibanding
pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak berkapsul
B. KLASIFIKASI AMELOBLASTOMA
Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain, tipe
solid/multikistik, tipe unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
C. ETIOLOGI AMELOBLASTOMA
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa
ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi,
pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat
terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5.
Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi pada golongan penderita kulit
berwarna. Ameloblastoma dapat mengenai mandibula maupun maksila, paling sering
pada mandibula sekitar 81%-98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio
molar dan ramus, 15% regiopremolar dan 10% regio simpisis.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:
o Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari
beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk
kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami
degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.
o Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada
membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang
mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista
odontogenik
o Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada
kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai
ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal
ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi
perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma.
o Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber
(1926) pada beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan
epiteluim oral
D. PATOFISIOLOGI AMELOBLASTOMA
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.
Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi
akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel
normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi
menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat
Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon
melalui pembelahan(poliferasi).
3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan
satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
E. PATHWAY AMELOBLASTOMA
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Ameloblastoma merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan lesi invasif secara
lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat dijumpai setelah beberapa tahun
sebelum gejala-gejalanya berkembang. Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana
paling umum terjadi pada orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan
hampir dua pertiga pasien berusia lebih muda dari 40 tahun. Hampir sebagian besar
kasus-kasus yang dilaporkan menunjukkan bahwa ameloblastoma jauh lebih sering
dijumpai pada mandibula dibanding pada maksila. Kira-kira 80% terjadi dimandibula
dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus, Ameloblastoma maksila juga
paling umum dijumpai pada regio molar.
Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala).
Ameloblastoma tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui
sampai dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang
keras dan mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis
dan ketika teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan
dapat memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka
tumor tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan
tulang serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan
yang progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami
perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista
odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan
mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa
sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang penting.
Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau
terjadi komplikasi infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma
bertahan selama beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut
ekspansi dapat menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma
yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan
gangguan penguyahan dan penelanan.
Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan dengan perkembangan
ameloblastoma. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali
oleh pencabutan gigi, kistektomi atau beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti
kasus-kasus tumor lainnya pencabutan gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang
menyebabkan hilangnya gigi) selain dari penyebabnya sendiri.
Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian menjadi kista pada
pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan tumor jinak tetapi karena
sifat invasinya dan sering kambuh maka tumor ini menjadi tumor yang lebih serius dan
ditakutkan akan potensial komplikasinya jika tidak disingkirkan secara lengkap. Tetapi
sudah dinyatakan bahwa sangat sedikit kasus metastasenya yang telah dilaporkan.
2. Tipe Pleksiform
Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai dengan kehadiran sel tumor yag berbentuk
seperti pita yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain. Stroma berbentuk dari
jaringan ikat yang longar dan edematours fibrous yang mengalami degenerasi kistik.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
3. Tipe Acanthomatous
Ameloblastoma tipe ini ditandai dengan karakteristik adanya aquamous metaplasia dari
retikulum stelata yang berada diantara pulau-pulau tumor. Kista kecil berbentuk
ditengan sarang sellular. Stroma terdiri dari jaringan ikat yang fibrous dan padat.
2. Uniokular
Pada tipe lesi uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau gambaran
yang patologis. Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun keteraturan ini tidak
dijumpai pada waktu operasi. Pada lesi lanjut akan mengakibatkan pembesaran rahang
dan penebalan tulang kortikal dapat dilihat dari gambaran rontgen.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Gambaran Radiologis
a. Berupa lesi unilokuler atau multilokuler dengan gambaran seperti sarang tawon
(honey comb appearance) pada lesi kecil.
b. Gambaran busa sabun (soap bubble appearance) pada lesi besar.
c. Secara radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat
resorpi akar dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal.
J. PERAWATAN AMELOBLASTOMA
Perawatan tumor ini beragam mulai dari kuretase sampai reseksi tulang yang luas,
dengan atau tanpa rekonstruksi. Radioterapi tidak diindikasikan karena lesi ini
radioresisten. Pada beberapa literatur juga dikemukakan indikasi untuk
dielektrokauterisasi, bedah krio dan penggunaan agen sklorosan sebagai pilihan
perawatan. Pemeriksaan kembali (follow up pasca operasi) penting karena hampir 50%
kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca operasi.
Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai
jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan dengan
elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy.
Kemungkinan untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk
mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi. Iradiasi
paska operasi ditujukan untuk mengurangi insiden rekurensi dan harus dilakukan
secara rutin. Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit pada daerah tulang
yang terlibat tumor dan kemudian dilakukan bone graft. Tumor ini tidak bersifat
radiosensitif tapi dengan terapi X-ray dan radium mempunyai efek dalam menghambat
pertumbuhan lesi ini.
Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati ameloblastoma
antara lain:
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Pada suatu diskusi
menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan prosedur yang paling tidak efisien
untuk dilakukan. Enukleasi menyebabkan kasus rekurensi hampir tidak dapat
dielakkan, walaupun sebuah periode laten dari pengobatan yang berbeda mungkin
memberikan hasil yang salah. Kuretase tumor dapat meninggalkan tulang yang sudah
diivansi oleh sel tumor.
Teknik enukleasi diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadang-kadang
tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada periosteum, maka
harus dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi biasanya dapat diangkat dari
tulang. Gunakan sisi yang konveksi dari kuret dengan tarikan yang lembut. Saraf dan
pembuluh darah biasanya digeser ke samping dan tidak berada pada daerah operasi.
Ujung tulang yang tajam dihaluskan dan daerah ini harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-
gigi yang berada di daerah tumor jinak biasanya tidak diperlukan perawatan khusus.
Jika devitalisasi diperlukan, perawatan endodontik sebelum operasi dapat dilakukan.
2. Eksisi Blok
Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi. Eksisi sebuah bagian
tulang dengan adanya kontinuitas tulang mungkin direkomendasikan apabilah
ameloblastomanya kecil. Insisi dibuat pada mukosa dengan ukuran yang meliputi
semua bagian yang terlibat tumor. Insisi dibuat menjadi flap supaya tulang dapat
direkseksi dibawah tepi yang terlibat tumor. Lubang bur ditempatkan pada outline
osteotomi, denganbur leher panjang henahan. Oesteotomi digunakan untuk melengkapi
pemotongan. Sesudah itu, segen tulang yang terlibat tumor dibuang dengan tepi yang
aman dari tulang normal dan tanpa merusak border tulang.
Setelah melakukan flap untuk menutup tulang, dilakukan penjahitan untuk
mempertahankan posisinya. Dengan demikian eksisi tidak hanya mengikutkan tumor
saja tetapi juga sebagian tulang normal yang mengelilinginya. Gigi yang terlibat tumor
dibuang bersamaan dengan tumor. Gigi yang terlibat tidak diekstraksi secara terpisah.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
3. Hemimandibulektomi
Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin saja
melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa kasus dilakukan
pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula sampai regio simfisis
tanpa menyisakan border bawah mandibula akan mengakibatkan perubahan bentuk
wajah yang dinamakan “Andy Gump Deformity”
Reseksi mandibula dilakukan setelah trakeostomi dan diseksi leher radikal (bila
diperluka) telah dilakukan. Akses biasanya diperoleh dengan insisi splitting bibir
bawah. Bibir bawah dipisahkan dan sebuah insisi vertikel dibuat sampai ke dagu. Insisi
itu kemudain dibelokkan secara horizontal sekitar ½ inchi dibawah border bawah
mandibula. Kemudian insisi diperluas mengikuti angulus bahwa mandibula sampai
mastoid. Setelah akses diperoleh, di dekat foramen mentale mungkin saja dapat terjadi
perdarahan karena adanya neurovascular.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
4. Hemimaksilektomi
Akses ke maksila biasanya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson. Pemisahan bibir
melalui philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi paranasal dan infraorbital
menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek lateral dari maksila dan dari
ethmoid.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Setelah diperoleh eksposure yang cukup, dilakukan pemotongan jaringan lunak dan
ekstraksi gigi yang diperlukan. Kemudian dilakukan pemotongan dengan ascillating
saw dari lateral dinding maksila ke infraorbital rim kemudian menuju kavitas nasal
melalui fossa lakrimalis. Dari kavitas nasal dipotong menuju alveolar ridge. Setelah
itu, dilakukan pemotongan pada palatum keras. Kemudian pemotongan lateral dinding
nasal yang menghubungkan lakrimal dipotong ke nasofaring dengan menggunakan
chisel dan gunting mayo dan kemudian dilakukan pemotongan posterior. Pembuangan
spesimen dan packing kavitas maksilektomi yang tepat diperlukan untuk mengontrol
perdarahan.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Share this article :
Dipakai Bersama69
Artikel Terkait : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap
Title: LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA; Written by Unknown;
Rating: 5 dari 5
Diposkan oleh Unknown Jam 6:14 PM
Label: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap
0 Comments
3 Comments
nt.fb admin wiwing setiono
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Popular Posts
Bottom of Form
Author
Benksquarz
Unknown
Unknown
Bottom of Form
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
HOME
ALL ARTICLE ( DAFTAR ISI )
PRIVACY AND POLICY
ABOUT ME
MOTTO
Friday, January 31, 2014
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
A. DEFINISI AMELOBLASTOMA
o Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial, gingival mucosa
atau gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price, Sylvia A, 2006).
o Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di
mandibula dan maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses
pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut
belum diketahui dengan pasti. Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-
pulau epitelium di dalam stroma jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga
mempunyai beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi tipe yang paling
sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar kasus,
ameloblastoma biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi
rahang (Arif, 2001).
o Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti
kuman) adalah tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar,
pada gigi selama pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang
atas. Ini diakui pada tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk
sebagai adamantinoma pada 1885.
o Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian
lain dari tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan
kelainan yang parah dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang
abnormal mudah infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas
diperlukan untuk mengobati gangguan ini
o Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak
menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh
Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya
bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.
o Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik.
Ameloblastoma biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian
besar tumor ini bersifat jinak
o Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel – sel embrional dan
terbentuk dari sel – sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya
tumbuh dengan lambat, secara histologis jinak tetapi secara klinis merupakan
neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada badan atau ramus mandibula dibanding
pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak berkapsul
B. KLASIFIKASI AMELOBLASTOMA
Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain, tipe
solid/multikistik, tipe unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.
C. ETIOLOGI AMELOBLASTOMA
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa
ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi,
pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat
terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5.
Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi pada golongan penderita kulit
berwarna. Ameloblastoma dapat mengenai mandibula maupun maksila, paling sering
pada mandibula sekitar 81%-98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio
molar dan ramus, 15% regiopremolar dan 10% regio simpisis.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:
o Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari
beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk
kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami
degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.
o Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada
membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang
mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista
odontogenik
o Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada
kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai
ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal
ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi
perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma.
o Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber
(1926) pada beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan
epiteluim oral
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
D. PATOFISIOLOGI AMELOBLASTOMA
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.
Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi
akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel
normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi
menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat
Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon
melalui pembelahan(poliferasi).
3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan
satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
E. PATHWAY AMELOBLASTOMA
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Ameloblastoma merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan lesi invasif secara
lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat dijumpai setelah beberapa tahun
sebelum gejala-gejalanya berkembang. Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana
paling umum terjadi pada orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan
hampir dua pertiga pasien berusia lebih muda dari 40 tahun. Hampir sebagian besar
kasus-kasus yang dilaporkan menunjukkan bahwa ameloblastoma jauh lebih sering
dijumpai pada mandibula dibanding pada maksila. Kira-kira 80% terjadi dimandibula
dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus, Ameloblastoma maksila juga
paling umum dijumpai pada regio molar.
Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala).
Ameloblastoma tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui
sampai dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang
keras dan mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis
dan ketika teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan
dapat memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka
tumor tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan
tulang serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan
yang progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami
perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista
odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan
mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa
sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang penting.
Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau
terjadi komplikasi infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma
bertahan selama beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut
ekspansi dapat menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma
yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan
gangguan penguyahan dan penelanan.
Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan dengan perkembangan
ameloblastoma. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali
oleh pencabutan gigi, kistektomi atau beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti
kasus-kasus tumor lainnya pencabutan gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang
menyebabkan hilangnya gigi) selain dari penyebabnya sendiri.
Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian menjadi kista pada
pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan tumor jinak tetapi karena
sifat invasinya dan sering kambuh maka tumor ini menjadi tumor yang lebih serius dan
ditakutkan akan potensial komplikasinya jika tidak disingkirkan secara lengkap. Tetapi
sudah dinyatakan bahwa sangat sedikit kasus metastasenya yang telah dilaporkan.
2. Tipe Pleksiform
Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai dengan kehadiran sel tumor yag berbentuk
seperti pita yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain. Stroma berbentuk dari
jaringan ikat yang longar dan edematours fibrous yang mengalami degenerasi kistik.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
3. Tipe Acanthomatous
Ameloblastoma tipe ini ditandai dengan karakteristik adanya aquamous metaplasia dari
retikulum stelata yang berada diantara pulau-pulau tumor. Kista kecil berbentuk
ditengan sarang sellular. Stroma terdiri dari jaringan ikat yang fibrous dan padat.
2. Uniokular
Pada tipe lesi uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau gambaran
yang patologis. Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun keteraturan ini tidak
dijumpai pada waktu operasi. Pada lesi lanjut akan mengakibatkan pembesaran rahang
dan penebalan tulang kortikal dapat dilihat dari gambaran rontgen.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Gambaran Radiologis
a. Berupa lesi unilokuler atau multilokuler dengan gambaran seperti sarang tawon
(honey comb appearance) pada lesi kecil.
b. Gambaran busa sabun (soap bubble appearance) pada lesi besar.
c. Secara radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat
resorpi akar dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal.
J. PERAWATAN AMELOBLASTOMA
Perawatan tumor ini beragam mulai dari kuretase sampai reseksi tulang yang luas,
dengan atau tanpa rekonstruksi. Radioterapi tidak diindikasikan karena lesi ini
radioresisten. Pada beberapa literatur juga dikemukakan indikasi untuk
dielektrokauterisasi, bedah krio dan penggunaan agen sklorosan sebagai pilihan
perawatan. Pemeriksaan kembali (follow up pasca operasi) penting karena hampir 50%
kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca operasi.
Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai
jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan dengan
elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy.
Kemungkinan untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk
mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi. Iradiasi
paska operasi ditujukan untuk mengurangi insiden rekurensi dan harus dilakukan
secara rutin. Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit pada daerah tulang
yang terlibat tumor dan kemudian dilakukan bone graft. Tumor ini tidak bersifat
radiosensitif tapi dengan terapi X-ray dan radium mempunyai efek dalam menghambat
pertumbuhan lesi ini.
Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati ameloblastoma
antara lain:
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Pada suatu diskusi
menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan prosedur yang paling tidak efisien
untuk dilakukan. Enukleasi menyebabkan kasus rekurensi hampir tidak dapat
dielakkan, walaupun sebuah periode laten dari pengobatan yang berbeda mungkin
memberikan hasil yang salah. Kuretase tumor dapat meninggalkan tulang yang sudah
diivansi oleh sel tumor.
Teknik enukleasi diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadang-kadang
tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada periosteum, maka
harus dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi biasanya dapat diangkat dari
tulang. Gunakan sisi yang konveksi dari kuret dengan tarikan yang lembut. Saraf dan
pembuluh darah biasanya digeser ke samping dan tidak berada pada daerah operasi.
Ujung tulang yang tajam dihaluskan dan daerah ini harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-
gigi yang berada di daerah tumor jinak biasanya tidak diperlukan perawatan khusus.
Jika devitalisasi diperlukan, perawatan endodontik sebelum operasi dapat dilakukan.
2. Eksisi Blok
Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi. Eksisi sebuah bagian
tulang dengan adanya kontinuitas tulang mungkin direkomendasikan apabilah
ameloblastomanya kecil. Insisi dibuat pada mukosa dengan ukuran yang meliputi
semua bagian yang terlibat tumor. Insisi dibuat menjadi flap supaya tulang dapat
direkseksi dibawah tepi yang terlibat tumor. Lubang bur ditempatkan pada outline
osteotomi, denganbur leher panjang henahan. Oesteotomi digunakan untuk melengkapi
pemotongan. Sesudah itu, segen tulang yang terlibat tumor dibuang dengan tepi yang
aman dari tulang normal dan tanpa merusak border tulang.
Setelah melakukan flap untuk menutup tulang, dilakukan penjahitan untuk
mempertahankan posisinya. Dengan demikian eksisi tidak hanya mengikutkan tumor
saja tetapi juga sebagian tulang normal yang mengelilinginya. Gigi yang terlibat tumor
dibuang bersamaan dengan tumor. Gigi yang terlibat tidak diekstraksi secara terpisah.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
3. Hemimandibulektomi
Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin saja
melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa kasus dilakukan
pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula sampai regio simfisis
tanpa menyisakan border bawah mandibula akan mengakibatkan perubahan bentuk
wajah yang dinamakan “Andy Gump Deformity”
Reseksi mandibula dilakukan setelah trakeostomi dan diseksi leher radikal (bila
diperluka) telah dilakukan. Akses biasanya diperoleh dengan insisi splitting bibir
bawah. Bibir bawah dipisahkan dan sebuah insisi vertikel dibuat sampai ke dagu. Insisi
itu kemudain dibelokkan secara horizontal sekitar ½ inchi dibawah border bawah
mandibula. Kemudian insisi diperluas mengikuti angulus bahwa mandibula sampai
mastoid. Setelah akses diperoleh, di dekat foramen mentale mungkin saja dapat terjadi
perdarahan karena adanya neurovascular.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
4. Hemimaksilektomi
Akses ke maksila biasanya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson. Pemisahan bibir
melalui philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi paranasal dan infraorbital
menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek lateral dari maksila dan dari
ethmoid.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Setelah diperoleh eksposure yang cukup, dilakukan pemotongan jaringan lunak dan
ekstraksi gigi yang diperlukan. Kemudian dilakukan pemotongan dengan ascillating
saw dari lateral dinding maksila ke infraorbital rim kemudian menuju kavitas nasal
melalui fossa lakrimalis. Dari kavitas nasal dipotong menuju alveolar ridge. Setelah
itu, dilakukan pemotongan pada palatum keras. Kemudian pemotongan lateral dinding
nasal yang menghubungkan lakrimal dipotong ke nasofaring dengan menggunakan
chisel dan gunting mayo dan kemudian dilakukan pemotongan posterior. Pembuangan
spesimen dan packing kavitas maksilektomi yang tepat diperlukan untuk mengontrol
perdarahan.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Share this article :
Dipakai Bersama69
Artikel Terkait : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap
Title: LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA; Written by Unknown;
Rating: 5 dari 5
Diposkan oleh Unknown Jam 6:14 PM
Label: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap
0 Comments
3 Comments
nt.fb admin wiwing setiono
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Popular Posts
Bottom of Form
Author
Benksquarz
Unknown
Unknown