Anda di halaman 1dari 100

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

A. DEFINISI AMELOBLASTOMA
o Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial, gingival mucosa
atau gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price, Sylvia A, 2006).
o Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di
mandibula dan maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses
pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut
belum diketahui dengan pasti. Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-
pulau epitelium di dalam stroma jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga
mempunyai beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi tipe yang paling
sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar kasus,
ameloblastoma biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi
rahang (Arif, 2001).
o Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti
kuman) adalah tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar,
pada gigi selama pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang
atas. Ini diakui pada tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk
sebagai adamantinoma pada 1885.
o Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian
lain dari tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan
kelainan yang parah dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang
abnormal mudah infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas
diperlukan untuk mengobati gangguan ini
o Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak
menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh
Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya
bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.
o Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik.
Ameloblastoma biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian
besar tumor ini bersifat jinak
o Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel – sel embrional dan
terbentuk dari sel – sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya
tumbuh dengan lambat, secara histologis jinak tetapi secara klinis merupakan
neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada badan atau ramus mandibula dibanding
pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak berkapsul

B. KLASIFIKASI AMELOBLASTOMA
Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain, tipe
solid/multikistik, tipe unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

a. Konvensional solid/multikstik (86%)


Tumor ini akan menyerang pasien pada seluruh lapisan umur. Tumor ini jarang terjadi
pada anak yang usianya lebih kecil dari 10 tahun dan relatif jarang terjadi pada usia 10
sampai 19 tahun. Tumor ini menunjukkan angka prevalensi yang sama pada usia
dekade ketiga sampai dekade ketujuh. Tidak ada prediksi jenis kelamin yag signifikan.
Sekitar 85% tumor ini terjadi pada mandibula, paling sering terjadi pada daerah molar
di sekitar ramus asendens. Sekitar 15% tumor ini terjadi pada maksila biasanya pada
regio posterior.
Tumor ini biasanya asimptomatik dan lesi yang kecil ditemukan pada saat pemeriksaan
radiografis. Gambaran klinis yang sering muncul adalah pembengkakan atau ekspansi
rahang yang tidak terasa sakit. Jika tidak dirawat, lesi akan tumbuh lambat membentuk
massa yang masif. Rasa sakit dan parastesis jarang terjadi bahkan pada tumor besar.
Tumor ini muncul dengan berbagai macam gambaran histologis antara lain variasi
dalam bentuk folikular, pleksiform dan sel granular. Walaupun terdapat bermacam tipe
histologis tapi hal ini tidak mempengaruhi perawatan maupun prognosis.
Tipe silod atau multikistik tumbuh vasif secara lokal memiliki angka kajadian rekuransi
yang tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi lain tumor ini memiliki
kecenderungan yang rendah untuk bermetastasis.
Ameloblastoma tipe solid/multikistik ini ditandai dengan agka terjadi rekurensi sampai
50% selama 5 tahun pasca perawatan. Oleh karena itu, ameloblastoma tipe solid atau
multikistik harus dirawat secara radikal (reseksi dengan margin jaringan normal
disekeliling tumor). Pemeriksaan rutin jangka panjang bahkan seumur hidup
diindikasikan untuk tipe ini.
b. Unikistik (13%)
Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda, 50% dari tumor ini
ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua. Lebih dari 90%
ameloblastoma unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.
Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista dentigerous secara klinis
maupun secara radiografis walaupun beberapa diantaranya tidak berhubungan dengan
gigi yang erupsi.
Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma memiliki komponen kista.
Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula diikuti dengan regio
parasimfisis dan anterior maksila. Sebuah variasi yang disebut sebagai ameloblastoma
unikistik pertama kali disebut pada tahun 1977 oleh Robinson dan Martinez. Mereka
melaporkan bahwa tipe unikistik ini kurang agresif dan menyerang enukleasi simple
pada ameloblastoma tipe unikistik sebenarnya menunjukkan angka rekurensi yang
tinggi yaitu sekitar 60% dengan demikian enukleasi simple merupakan perawatan
yang tidak sesuai untuk lesi ini dan perawatan yang lebih radikal dengan osteotomi
periferal atau terapi kiro dengan cairan atau dengan cairan nitrogen atau keduanya lebih
sesuai untuk tumor ini.
c. Periferal/Ekstraosseous (1%)
Periferal ameloblastoma juga dikenal dengan nama ekstraosseus ameloblastoma atau
ameloblastoma jaringan lunak. Biasanya terjadi pada gingiva atau mukosa alveolar.
Tipe ini menginfiltrasi jaringan di sekelilingnya yaitu jaringan ikat gingiva dan tidak
ada keterlibatan tulang dibawahnya. Periferal ameloblastoma ini umumnya tidak sakit,
sessile, kaku, pertumbuhan eksofitik yang biasanya halus atau granular.
Tumor ini diyakini mewakili 2% sampai 10% dari seluruh kasus ameloblastoma yang
didiagnosa. Tumor ini pernah dilaporkan terjadi pada semua rentang umur dari 9
sampai 92 tahun. Kasus-kasus melaporkan bahwa tumor ini terjadi kebanyakan pada
pria daripada wanita dengan perbandingan 1,9 dengan 1.
70% dari emeloblastoma tipe periferal ini terjadi pada mandibula, dari bagian ramus.
Dari anterior mandibula sampai foramen mandibula paling sering terkena. Perawatan
yang direkomendasikan untuk tumor ini berbeda dengan perawatan tumor tipe lainnya
karena tumor ini biasanya kecil dan bersifat lokal pada jaringan lunak superfisial.
Kebanyakan lesi berhasil dirawat dengan eksisi lokal dengan mengikutsertakan
sebagian kecil dari margin jaringan yang normal. Margin inferior harus diikutkan
periosteoum untuk meyakinkan penetrasi sel tumor ke tulang tidak terjadi.

C. ETIOLOGI AMELOBLASTOMA
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa
ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi,
pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat
terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5.
Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi pada golongan penderita kulit
berwarna. Ameloblastoma dapat mengenai mandibula maupun maksila, paling sering
pada mandibula sekitar 81%-98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio
molar dan ramus, 15% regiopremolar dan 10% regio simpisis.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:
o Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari
beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk
kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami
degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.
o Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada
membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang
mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista
odontogenik
o Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada
kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai
ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal
ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi
perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma.
o Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber
(1926) pada beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan
epiteluim oral

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

D. PATOFISIOLOGI AMELOBLASTOMA
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.
Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi
akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel
normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi
menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat
Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon
melalui pembelahan(poliferasi).
3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan
satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.

E. PATHWAY AMELOBLASTOMA
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

Smeltzer & Bare. (2002).


Buku ajar keperawatan medikal bedah.

F. MANIFESTASI KLINIK AMELOBLASTOMA


Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu
tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan
6 tahun.
Gambaran Klinik
a. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.
b. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
c. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual
d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya
e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa
tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
f. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan
benjolan disertai rasa nyeri.
g. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang terdapat
ulserasi oleh karena penekanan gigi apabilah tumor sudah mencapai ukuran besar.
h. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan
i. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.

Ameloblastoma merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan lesi invasif secara
lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat dijumpai setelah beberapa tahun
sebelum gejala-gejalanya berkembang. Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana
paling umum terjadi pada orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan
hampir dua pertiga pasien berusia lebih muda dari 40 tahun. Hampir sebagian besar
kasus-kasus yang dilaporkan menunjukkan bahwa ameloblastoma jauh lebih sering
dijumpai pada mandibula dibanding pada maksila. Kira-kira 80% terjadi dimandibula
dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus, Ameloblastoma maksila juga
paling umum dijumpai pada regio molar.
Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala).
Ameloblastoma tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui
sampai dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang
keras dan mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis
dan ketika teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan
dapat memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka
tumor tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan
tulang serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan
yang progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami
perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista
odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan
mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa
sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang penting.
Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau
terjadi komplikasi infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma
bertahan selama beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut
ekspansi dapat menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma
yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan
gangguan penguyahan dan penelanan.
Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan dengan perkembangan
ameloblastoma. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali
oleh pencabutan gigi, kistektomi atau beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti
kasus-kasus tumor lainnya pencabutan gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang
menyebabkan hilangnya gigi) selain dari penyebabnya sendiri.
Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian menjadi kista pada
pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan tumor jinak tetapi karena
sifat invasinya dan sering kambuh maka tumor ini menjadi tumor yang lebih serius dan
ditakutkan akan potensial komplikasinya jika tidak disingkirkan secara lengkap. Tetapi
sudah dinyatakan bahwa sangat sedikit kasus metastasenya yang telah dilaporkan.

G. GAMBARAN HISTOPATOLOGIS AMELOBLASTOMA


Amloblastoma menunjukkan berbagai macam variasi pola histologi bergantung pada
arah dan derajat differensiasi sel tumor. Klasifikasi WHO membagi ameloblastoma
secara histologis terdiri dari folikular, pleksiform, acanthomatous, sel granular dan tipe
basal.
1. Tipe Folikular
Ameloblastoma tipe folikular menunjukkan gambaran histologi yang tipikal dengan
adanya sarang-sarang folikular dari sel-sel tumor yang terdiri dari sebuah lapisan
periferal dari sel-sel kolumnar dan kuboidal dan sebuah massa sentral dari sel yang
tersusun jarang yang menyerupai retikulum stellata. Degenerasi dari jaringan yang
berbentuk seperti retikulum stellata itu akan menghasilkan pembentukan kista.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

2. Tipe Pleksiform
Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai dengan kehadiran sel tumor yag berbentuk
seperti pita yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain. Stroma berbentuk dari
jaringan ikat yang longar dan edematours fibrous yang mengalami degenerasi kistik.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

3. Tipe Acanthomatous
Ameloblastoma tipe ini ditandai dengan karakteristik adanya aquamous metaplasia dari
retikulum stelata yang berada diantara pulau-pulau tumor. Kista kecil berbentuk
ditengan sarang sellular. Stroma terdiri dari jaringan ikat yang fibrous dan padat.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

4. Tipe Sel Granular


Pada ameloblastoma tipe sel granular ditandai dengan adanya transformasi dari
sitoplasma biasanya berbentuk seperti sel retikulum stelata, sehingga memberikan
gambaran yang sangat kasar, granular dan eosinofilik. Tipe ini sering melibatkan
periferal sel kolumnar dan kuboidal.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

5. Tipe Sel Basal


Ameloblastoma tipe sel basal ini mirip karsinoma sel basal pada kulit. Sel epithelial
tumor lebih primitif dan kurang kolumnar dan biasanya tersusun dalam lembaran-
lembaran, lebih banyak dari tumor jenis lainnya. Tumor ini merupakan tipe yang paling
jarang dijumpai.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

H. GAMBARAN RADIOLOGIS AMELOBLASTOMA


Secara radiologis, gambaran ameloblastoma muncul sebagai gambaran radiolusensi
yang multiokular atau uniokular.
1. Multiokular
Pada tipe ini tumor menunjukkan gambaran bagian-bagian yang terpisah oleh septa
tulang yang memperluas membentuk masa tumor. Gambaran multiokular ditandai
dengan lesi yang besar dan memberikan gambaran seperti soap bubble. Ukuran lesi
yang sebenarnya tidak dapat ditentukan karena lesi tidak menunjukkan garis batasan
yang jelas dengan tulang yang normal. Resopi akar jarang terjadi tapi kadand-kadand
dapat dilihat pada beberapa lesi yang tumbuh dengan cepat.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

2. Uniokular
Pada tipe lesi uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau gambaran
yang patologis. Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun keteraturan ini tidak
dijumpai pada waktu operasi. Pada lesi lanjut akan mengakibatkan pembesaran rahang
dan penebalan tulang kortikal dapat dilihat dari gambaran rontgen.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

Gambaran Radiologis
a. Berupa lesi unilokuler atau multilokuler dengan gambaran seperti sarang tawon
(honey comb appearance) pada lesi kecil.
b. Gambaran busa sabun (soap bubble appearance) pada lesi besar.
c. Secara radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat
resorpi akar dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG AMELOBLASTOMA


1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk
membantu mencari daerah yang tidak normal pada rahang.
2. CT scan (computed tomography scan)
CT scan, yang menghasilkan gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat
mengungkapkan apakah ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain.
3. MRI (magnetic resonance imaging)
MRI Scan, yang menggunakan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar
3 dimensi yang dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter
juga menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah ameloblastoma telah
menyebar ke rongga mata atau sinuses.
4. Tumor marker (penanda tumor)

J. PERAWATAN AMELOBLASTOMA
Perawatan tumor ini beragam mulai dari kuretase sampai reseksi tulang yang luas,
dengan atau tanpa rekonstruksi. Radioterapi tidak diindikasikan karena lesi ini
radioresisten. Pada beberapa literatur juga dikemukakan indikasi untuk
dielektrokauterisasi, bedah krio dan penggunaan agen sklorosan sebagai pilihan
perawatan. Pemeriksaan kembali (follow up pasca operasi) penting karena hampir 50%
kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca operasi.
Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai
jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan dengan
elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy.
Kemungkinan untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk
mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi. Iradiasi
paska operasi ditujukan untuk mengurangi insiden rekurensi dan harus dilakukan
secara rutin. Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit pada daerah tulang
yang terlibat tumor dan kemudian dilakukan bone graft. Tumor ini tidak bersifat
radiosensitif tapi dengan terapi X-ray dan radium mempunyai efek dalam menghambat
pertumbuhan lesi ini.
Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati ameloblastoma
antara lain:
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Pada suatu diskusi
menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan prosedur yang paling tidak efisien
untuk dilakukan. Enukleasi menyebabkan kasus rekurensi hampir tidak dapat
dielakkan, walaupun sebuah periode laten dari pengobatan yang berbeda mungkin
memberikan hasil yang salah. Kuretase tumor dapat meninggalkan tulang yang sudah
diivansi oleh sel tumor.
Teknik enukleasi diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadang-kadang
tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada periosteum, maka
harus dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi biasanya dapat diangkat dari
tulang. Gunakan sisi yang konveksi dari kuret dengan tarikan yang lembut. Saraf dan
pembuluh darah biasanya digeser ke samping dan tidak berada pada daerah operasi.
Ujung tulang yang tajam dihaluskan dan daerah ini harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-
gigi yang berada di daerah tumor jinak biasanya tidak diperlukan perawatan khusus.
Jika devitalisasi diperlukan, perawatan endodontik sebelum operasi dapat dilakukan.
2. Eksisi Blok
Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi. Eksisi sebuah bagian
tulang dengan adanya kontinuitas tulang mungkin direkomendasikan apabilah
ameloblastomanya kecil. Insisi dibuat pada mukosa dengan ukuran yang meliputi
semua bagian yang terlibat tumor. Insisi dibuat menjadi flap supaya tulang dapat
direkseksi dibawah tepi yang terlibat tumor. Lubang bur ditempatkan pada outline
osteotomi, denganbur leher panjang henahan. Oesteotomi digunakan untuk melengkapi
pemotongan. Sesudah itu, segen tulang yang terlibat tumor dibuang dengan tepi yang
aman dari tulang normal dan tanpa merusak border tulang.
Setelah melakukan flap untuk menutup tulang, dilakukan penjahitan untuk
mempertahankan posisinya. Dengan demikian eksisi tidak hanya mengikutkan tumor
saja tetapi juga sebagian tulang normal yang mengelilinginya. Gigi yang terlibat tumor
dibuang bersamaan dengan tumor. Gigi yang terlibat tidak diekstraksi secara terpisah.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

3. Hemimandibulektomi
Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin saja
melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa kasus dilakukan
pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula sampai regio simfisis
tanpa menyisakan border bawah mandibula akan mengakibatkan perubahan bentuk
wajah yang dinamakan “Andy Gump Deformity”
Reseksi mandibula dilakukan setelah trakeostomi dan diseksi leher radikal (bila
diperluka) telah dilakukan. Akses biasanya diperoleh dengan insisi splitting bibir
bawah. Bibir bawah dipisahkan dan sebuah insisi vertikel dibuat sampai ke dagu. Insisi
itu kemudain dibelokkan secara horizontal sekitar ½ inchi dibawah border bawah
mandibula. Kemudian insisi diperluas mengikuti angulus bahwa mandibula sampai
mastoid. Setelah akses diperoleh, di dekat foramen mentale mungkin saja dapat terjadi
perdarahan karena adanya neurovascular.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

4. Hemimaksilektomi
Akses ke maksila biasanya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson. Pemisahan bibir
melalui philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi paranasal dan infraorbital
menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek lateral dari maksila dan dari
ethmoid.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

Setelah diperoleh eksposure yang cukup, dilakukan pemotongan jaringan lunak dan
ekstraksi gigi yang diperlukan. Kemudian dilakukan pemotongan dengan ascillating
saw dari lateral dinding maksila ke infraorbital rim kemudian menuju kavitas nasal
melalui fossa lakrimalis. Dari kavitas nasal dipotong menuju alveolar ridge. Setelah
itu, dilakukan pemotongan pada palatum keras. Kemudian pemotongan lateral dinding
nasal yang menghubungkan lakrimal dipotong ke nasofaring dengan menggunakan
chisel dan gunting mayo dan kemudian dilakukan pemotongan posterior. Pembuangan
spesimen dan packing kavitas maksilektomi yang tepat diperlukan untuk mengontrol
perdarahan.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA


Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Doenges
(2000), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot aksesoris.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA


1. Nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan, luka insisi pembedahan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan menelan makanan,
nyeri area rahang.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri luka operasi.

M. RENCANA KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA


NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri akut b.d agen NOC: Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
injuri fisik (luka insisi asuhan keperawatan selama - Kaji secara komphrehensif tenta
operasi) 3x24 jam pasien mampu nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan ons
untuk durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratn
Mengontrol nyeri dengan nyeri, dan faktor-faktor presipitasi
indikator: - observasi isyarat-isyarat non verb
- Mengenal factor-faktor dari ketidaknyamanan, khususnya dala
penyebab nyeri ketidakmampuan untuk komunikasi seca
- Mengenal onset nyeri efektif
- Melakukan tindakan - Berikan analgetik sesuai deng
pertolongan non-analgetik anjuran
- Menggunakan analgetik - Gunakan komunikiasi terapeutik ag
- Melaporkan gejala-gejala pasien dapat mengekspresikan nyeri
kepada tim kesehatan - Kaji latar belakang budaya pasien
- Mengontrol nyeri - Tentukan dampak dari ekspresi nye
terhadap kualitas hidup: pola tidur, naf
Keterangan: makan, aktifitas kognisi, mood, relationsh
1 = tidak pernah dilakukan pekerjaan, tanggungjawab peran
2 = jarang dilakukan - Kaji pengalaman individu terhad
3 =kadang-kadang nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
dilakukan - Evaluasi tentang keefektifan da
4 =sering dilakukan tindakan mengontrol nyeri yang tel
5 = selalu dilakukan digunakan
pasien - Berikan dukungan terhadap pasien d
Menunjukan tingkat nyeri keluarga
Indikator:
- Melaporkan nyeri - Berikan informasi tentang nye
- Melaporkan frekuensi seperti: penyebab, berapa lama terjadi, d
nyeri tindakan pencegahan
- Melaporkan lamanya - kontrol faktor-faktor lingkungan ya
episode nyeri dapat mempengaruhi respon pasien terhad
- Mengekspresi nyeri: ketidaknyamanan (seperti: temperat
wajah ruangan, penyinaran, dll)
- Menunjukan posisi - Anjurkan pasien untuk memonit
melindungi tubuh sendiri nyeri
- kegelisahan - Ajarkan penggunaan teknik no
- perubahan respirasi rate farmakologi (seperti: relaksasi, guid
- perubahan Heart Rate imagery, terapi musik, distraksi, aplika
- Perubahan tekanan Darah panas-dingin, massase)
- Perubahan ukuran Pupil - Evaluasi keefektifan dari tindak
- Perspirasi mengontrol nyeri
- Kehilangan nafsu makan - Modifikasi tindakan mengontrol nye
berdasarkan respon pasien
Keterangan: - Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
1 : Berat - Anjurkan pasien untuk berdisku
2 : Agak berat tentang pengalaman nyeri secara tepat
3 : Sedang - Beritahu dokter jika tindakan tid
4 : Sedikit berhasil atau terjadi keluhan
5 : Tidak ada - Informasikan kepada tim kesehat
lainnya/anggota keluarga saat tindak
nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekat
preventif
- Monitor kenyamanan pasien terhad
manajemen nyeri
Pemberian Analgetik
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristi
kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan pasien dalam pemilh
analgetik yang akan digunakan
- Pilih analgetik secara tepat /kombina
lebih dari satu analgetik jika telah diresepka
- Tentukan pilihan analgetik (narkoti
non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe d
keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum d
sesuadah pemberian analgetik
- Monitor reaksi obat dan efeksampi
obat
- Dokumentasikan respon setel
pemberian analgetik dan efek sampingnya
- Lakukan tindakan-tindakan unt
menurunkan efek analgetik (konstipasi/irita
lambung)
2. Resiko infeksi Setelah dilakuakan asuhan Kontrol Infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 - Bersikan lingkungan setelah digunak
tindakan pembedahan, jam pasien dapat oleh pasien
tidak adekuatnya memperoleh - Ganti peralatan pasien setiap seles
pertahanan tubuh. 1.Pengetahuan:Kontrol tindakan
infeksi - Batasi jumlah pengunjung
Indikator:
- Menerangkan cara- - Ajarkan cuci tangan untuk menja
cara penyebaran infeksi kesehatan individu
- Menerangkan factor- - Anjurkan pasien untuk cuci tang
faktor yang berkontribusi dengan tepat
dengan penyebaran - Gunakan sabun antimikrobial unt
- Menjelaskan tanda- cuci tangan
tanda dan gejala - Anjurkan pengunjung untuk mencu
- Menjelaskan aktivitas tangan sebelum dan setelah meninggalk
yang dapat meningkatkan ruangan pasien
resistensi terhadap infeksi - Cuci tangan sebelum dan sesud
kontak dengan pasien
Keterangan: - Lakukan universal precautions
1 : tidak pernah - Gunakan sarung tangan steril
2 : terbatas - Lakukan perawatan aseptic pada sem
3 : sedang jalur IV
4 : sering - Lakukan teknik perawatan luka ya
5 : selalu tepat
- Ajarkan pasien untuk pengambilan ur
2.Status Nutrisi porsi tengah
- Asupan nutrisi - Tingkatkan asupan nutrisi
- Asupan makanan dan - Anjurkan asupan cairan yang cukup
cairan - Anjurkan istirahat
- Energi - Berikan terapi antibiotik
- Masa tubuh - Ajarkan pasien dan keluarga tenta
- Berat badan tanda-tanda dan gejala dari infeksi
- Ajarkan pasien dan anggota keluar
Keterangan: bagaimana mencegah infeksi
1 : sangat bermasalah
2 : bermasalah
3 : sedang
4 : sedikit bermasalah
5 : tidak bemasalah

3. Gangguan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan v Nutritional Status : food Nutrition Management
b.d ketidak mampuan and Fluid Intake § Kaji adanya alergi makanan
menelan makanan, nyeri Kriteria Hasil : § Kolaborasi dengan ahli gizi unt
area rahang. v Adanya peningkatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi ya
Definisi : Intake nutrisi berat badan sesuai dengan dibutuhkan pasien.
tidak cukup untuk tujuan § Anjurkan pasien untuk meningkatk
keperluan metabolisme v Berat badan ideal sesuai intake Fe
tubuh. dengan tinggi badan § Anjurkan pasien untuk meningkatk
v Mampu protein dan vitamin C
Batasan karakteristik : mengidentifikasi § Berikan substansi gula
- Berat badan 20 % kebutuhan nutrisi § Yakinkan diet yang dimakan mengandu
atau lebih di bawah ideal v Tidak ada tanda tanda tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Dilaporkan adanya malnutrisi § Berikan makanan yang terpilih ( sud
intake makanan yang v Tidak terjadi penurunan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
kurang dari RDA berat badan yang berarti § Ajarkan pasien bagaimana membuat catat
(Recomended Daily makanan harian.
Allowance) § Monitor jumlah nutrisi dan kandung
- Membran mukosa kalori
dan konjungtiva pucat § Berikan informasi tentang kebutuhan nutr
- Kelemahan otot § Kaji kemampuan pasien unt
yang digunakan untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada Nutrition Monitoring
rongga mulut § BB pasien dalam batas normal
- Mudah merasa § Monitor adanya penurunan berat badan
kenyang, sesaat setelah § Monitor tipe dan jumlah aktivitas ya
mengunyah makanan biasa dilakukan
- Dilaporkan atau § Monitor interaksi anak atau orangt
fakta adanya selama makan
kekurangan makanan § Monitor lingkungan selama makan
- Dilaporkan adanya § Jadwalkan pengobatan dan tindakan tid
perubahan sensasi rasa selama jam makan
- Perasaan § Monitor kulit kering dan perubah
ketidakmampuan untuk pigmentasi
mengunyah makanan § Monitor turgor kulit
- Miskonsepsi § Monitor kekeringan, rambut kusam, d
- Kehilangan BB mudah patah
dengan makanan cukup § Monitor mual dan muntah
- Keengganan untuk § Monitor kadar albumin, total protein, H
makan dan kadar Ht
- Kram pada abdomen § Monitor makanan kesukaan
- Tonus otot jelek § Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Nyeri abdominal § Monitor pucat, kemerahan, dan kekering
dengan atau tanpa jaringan konjungtiva
patologi § Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Kurang berminat § Catat adanya edema, hiperemik, hiperton
terhadap makanan papila lidah dan cavitas oral.
- Pembuluh darah § Catat jika lidah berwarna magenta, scarle
kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau
steatorrhea
- Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya
informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

4. Gangguan pola tidur v Anxiety Control Sleep Enhancement


berhubungan dengan v Comfort Level Ø Determinasi efek-efek medikasi terhad
rasa nyeri luka operasi. v Pain level tidur
v Sleep: extent ang patten Ø Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Setelah dilakukan tindakan Ø Fasilitasi untuk mempertahankan aktifit
keperawatan selama 2x24 sebelum tidur (membaca)
jam, gangguan pola tidur Ø Ciptakan lingkungan yang nyaman
Ø Kolaborasi pemberian obat tidur.
pasien teratasi dengan
kriteria hasil :
§ Jumlah jam tidur dalam
batas normal
§ Pola tidur,kualitas dalam
batas normal
§ Perasaan fres
sesudah/istirahat
§ Mampu
mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan tidur

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Share this article :
Dipakai Bersama69
Artikel Terkait : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap
Title: LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA; Written by Unknown;
Rating: 5 dari 5
Diposkan oleh Unknown Jam 6:14 PM
Label: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap

0 Comments

3 Comments
nt.fb admin wiwing setiono
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Popular Posts

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK/ CHRONIC KIDNEY


DISEASE (CKD)
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS
Blog Archive
► 2017 (1)
▼ 2014 (47)
► March (11)
► February (3)
▼ January (33)
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU/ KANKER PARU
LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA
INFEKSI NOSOKOMIAL
LAPORAN PENDAHULUAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK...
LAPORAN PENDAHULUAN MASTEKTOMI
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ ...
LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM
LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO
LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO/ LUKA BAKAR
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTIROID
LAPORAN PENDAHULUAN BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLAS...
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS (DM) DENGAN U...
PITTING EDEMA
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
PENGKAJIAN NEUROLOGI (SARAF KRANIAL, GLASGOW COMA ...
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK
LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS
LAPORAN PENDAHULUAN PPOK
LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA
LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA
SGB (SINDROMA GUILLAIN BARRE)
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 2
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 1
INDUKSI PERSALINAN
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS
CONTOH DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DISCHARGE PLANNING...
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 3
► 2013 (43)
Top of Form
Search here..

Bottom of Form
Author
Benksquarz
Unknown
Unknown

Hak Cipta Oleh LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


LENGKAP
Homepage RSS
Search:
Top of Form

Bottom of Form
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
HOME
ALL ARTICLE ( DAFTAR ISI )
PRIVACY AND POLICY
ABOUT ME
MOTTO
Friday, January 31, 2014
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

A. DEFINISI AMELOBLASTOMA
o Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial, gingival mucosa
atau gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price, Sylvia A, 2006).
o Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di
mandibula dan maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses
pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut
belum diketahui dengan pasti. Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-
pulau epitelium di dalam stroma jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga
mempunyai beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi tipe yang paling
sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar kasus,
ameloblastoma biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi
rahang (Arif, 2001).
o Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti
kuman) adalah tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar,
pada gigi selama pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang
atas. Ini diakui pada tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk
sebagai adamantinoma pada 1885.
o Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian
lain dari tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan
kelainan yang parah dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang
abnormal mudah infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas
diperlukan untuk mengobati gangguan ini
o Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak
menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh
Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya
bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.
o Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik.
Ameloblastoma biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian
besar tumor ini bersifat jinak
o Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel – sel embrional dan
terbentuk dari sel – sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya
tumbuh dengan lambat, secara histologis jinak tetapi secara klinis merupakan
neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada badan atau ramus mandibula dibanding
pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak berkapsul
B. KLASIFIKASI AMELOBLASTOMA
Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain, tipe
solid/multikistik, tipe unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

a. Konvensional solid/multikstik (86%)


Tumor ini akan menyerang pasien pada seluruh lapisan umur. Tumor ini jarang terjadi
pada anak yang usianya lebih kecil dari 10 tahun dan relatif jarang terjadi pada usia 10
sampai 19 tahun. Tumor ini menunjukkan angka prevalensi yang sama pada usia
dekade ketiga sampai dekade ketujuh. Tidak ada prediksi jenis kelamin yag signifikan.
Sekitar 85% tumor ini terjadi pada mandibula, paling sering terjadi pada daerah molar
di sekitar ramus asendens. Sekitar 15% tumor ini terjadi pada maksila biasanya pada
regio posterior.
Tumor ini biasanya asimptomatik dan lesi yang kecil ditemukan pada saat pemeriksaan
radiografis. Gambaran klinis yang sering muncul adalah pembengkakan atau ekspansi
rahang yang tidak terasa sakit. Jika tidak dirawat, lesi akan tumbuh lambat membentuk
massa yang masif. Rasa sakit dan parastesis jarang terjadi bahkan pada tumor besar.
Tumor ini muncul dengan berbagai macam gambaran histologis antara lain variasi
dalam bentuk folikular, pleksiform dan sel granular. Walaupun terdapat bermacam tipe
histologis tapi hal ini tidak mempengaruhi perawatan maupun prognosis.
Tipe silod atau multikistik tumbuh vasif secara lokal memiliki angka kajadian rekuransi
yang tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi lain tumor ini memiliki
kecenderungan yang rendah untuk bermetastasis.
Ameloblastoma tipe solid/multikistik ini ditandai dengan agka terjadi rekurensi sampai
50% selama 5 tahun pasca perawatan. Oleh karena itu, ameloblastoma tipe solid atau
multikistik harus dirawat secara radikal (reseksi dengan margin jaringan normal
disekeliling tumor). Pemeriksaan rutin jangka panjang bahkan seumur hidup
diindikasikan untuk tipe ini.
b. Unikistik (13%)
Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda, 50% dari tumor ini
ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua. Lebih dari 90%
ameloblastoma unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.
Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista dentigerous secara klinis
maupun secara radiografis walaupun beberapa diantaranya tidak berhubungan dengan
gigi yang erupsi.
Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma memiliki komponen kista.
Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula diikuti dengan regio
parasimfisis dan anterior maksila. Sebuah variasi yang disebut sebagai ameloblastoma
unikistik pertama kali disebut pada tahun 1977 oleh Robinson dan Martinez. Mereka
melaporkan bahwa tipe unikistik ini kurang agresif dan menyerang enukleasi simple
pada ameloblastoma tipe unikistik sebenarnya menunjukkan angka rekurensi yang
tinggi yaitu sekitar 60% dengan demikian enukleasi simple merupakan perawatan
yang tidak sesuai untuk lesi ini dan perawatan yang lebih radikal dengan osteotomi
periferal atau terapi kiro dengan cairan atau dengan cairan nitrogen atau keduanya lebih
sesuai untuk tumor ini.
c. Periferal/Ekstraosseous (1%)
Periferal ameloblastoma juga dikenal dengan nama ekstraosseus ameloblastoma atau
ameloblastoma jaringan lunak. Biasanya terjadi pada gingiva atau mukosa alveolar.
Tipe ini menginfiltrasi jaringan di sekelilingnya yaitu jaringan ikat gingiva dan tidak
ada keterlibatan tulang dibawahnya. Periferal ameloblastoma ini umumnya tidak sakit,
sessile, kaku, pertumbuhan eksofitik yang biasanya halus atau granular.
Tumor ini diyakini mewakili 2% sampai 10% dari seluruh kasus ameloblastoma yang
didiagnosa. Tumor ini pernah dilaporkan terjadi pada semua rentang umur dari 9
sampai 92 tahun. Kasus-kasus melaporkan bahwa tumor ini terjadi kebanyakan pada
pria daripada wanita dengan perbandingan 1,9 dengan 1.
70% dari emeloblastoma tipe periferal ini terjadi pada mandibula, dari bagian ramus.
Dari anterior mandibula sampai foramen mandibula paling sering terkena. Perawatan
yang direkomendasikan untuk tumor ini berbeda dengan perawatan tumor tipe lainnya
karena tumor ini biasanya kecil dan bersifat lokal pada jaringan lunak superfisial.
Kebanyakan lesi berhasil dirawat dengan eksisi lokal dengan mengikutsertakan
sebagian kecil dari margin jaringan yang normal. Margin inferior harus diikutkan
periosteoum untuk meyakinkan penetrasi sel tumor ke tulang tidak terjadi.

C. ETIOLOGI AMELOBLASTOMA
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa
ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi,
pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat
terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5.
Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi pada golongan penderita kulit
berwarna. Ameloblastoma dapat mengenai mandibula maupun maksila, paling sering
pada mandibula sekitar 81%-98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio
molar dan ramus, 15% regiopremolar dan 10% regio simpisis.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:
o Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari
beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk
kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami
degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.
o Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada
membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang
mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista
odontogenik
o Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada
kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai
ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal
ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi
perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma.
o Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber
(1926) pada beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan
epiteluim oral
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

D. PATOFISIOLOGI AMELOBLASTOMA
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.
Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi
akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel
normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi
menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat
Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon
melalui pembelahan(poliferasi).
3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan
satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.

E. PATHWAY AMELOBLASTOMA
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

Smeltzer & Bare. (2002).


Buku ajar keperawatan medikal bedah.

F. MANIFESTASI KLINIK AMELOBLASTOMA


Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu
tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan
6 tahun.
Gambaran Klinik
a. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.
b. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
c. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual
d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya
e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa
tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
f. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan
benjolan disertai rasa nyeri.
g. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang terdapat
ulserasi oleh karena penekanan gigi apabilah tumor sudah mencapai ukuran besar.
h. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan
i. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.

Ameloblastoma merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan lesi invasif secara
lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat dijumpai setelah beberapa tahun
sebelum gejala-gejalanya berkembang. Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana
paling umum terjadi pada orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan
hampir dua pertiga pasien berusia lebih muda dari 40 tahun. Hampir sebagian besar
kasus-kasus yang dilaporkan menunjukkan bahwa ameloblastoma jauh lebih sering
dijumpai pada mandibula dibanding pada maksila. Kira-kira 80% terjadi dimandibula
dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus, Ameloblastoma maksila juga
paling umum dijumpai pada regio molar.
Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala).
Ameloblastoma tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui
sampai dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang
keras dan mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis
dan ketika teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan
dapat memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka
tumor tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan
tulang serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan
yang progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami
perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista
odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan
mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa
sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang penting.
Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau
terjadi komplikasi infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma
bertahan selama beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut
ekspansi dapat menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma
yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan
gangguan penguyahan dan penelanan.
Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan dengan perkembangan
ameloblastoma. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali
oleh pencabutan gigi, kistektomi atau beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti
kasus-kasus tumor lainnya pencabutan gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang
menyebabkan hilangnya gigi) selain dari penyebabnya sendiri.
Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian menjadi kista pada
pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan tumor jinak tetapi karena
sifat invasinya dan sering kambuh maka tumor ini menjadi tumor yang lebih serius dan
ditakutkan akan potensial komplikasinya jika tidak disingkirkan secara lengkap. Tetapi
sudah dinyatakan bahwa sangat sedikit kasus metastasenya yang telah dilaporkan.

G. GAMBARAN HISTOPATOLOGIS AMELOBLASTOMA


Amloblastoma menunjukkan berbagai macam variasi pola histologi bergantung pada
arah dan derajat differensiasi sel tumor. Klasifikasi WHO membagi ameloblastoma
secara histologis terdiri dari folikular, pleksiform, acanthomatous, sel granular dan tipe
basal.
1. Tipe Folikular
Ameloblastoma tipe folikular menunjukkan gambaran histologi yang tipikal dengan
adanya sarang-sarang folikular dari sel-sel tumor yang terdiri dari sebuah lapisan
periferal dari sel-sel kolumnar dan kuboidal dan sebuah massa sentral dari sel yang
tersusun jarang yang menyerupai retikulum stellata. Degenerasi dari jaringan yang
berbentuk seperti retikulum stellata itu akan menghasilkan pembentukan kista.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

2. Tipe Pleksiform
Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai dengan kehadiran sel tumor yag berbentuk
seperti pita yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain. Stroma berbentuk dari
jaringan ikat yang longar dan edematours fibrous yang mengalami degenerasi kistik.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

3. Tipe Acanthomatous
Ameloblastoma tipe ini ditandai dengan karakteristik adanya aquamous metaplasia dari
retikulum stelata yang berada diantara pulau-pulau tumor. Kista kecil berbentuk
ditengan sarang sellular. Stroma terdiri dari jaringan ikat yang fibrous dan padat.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

4. Tipe Sel Granular


Pada ameloblastoma tipe sel granular ditandai dengan adanya transformasi dari
sitoplasma biasanya berbentuk seperti sel retikulum stelata, sehingga memberikan
gambaran yang sangat kasar, granular dan eosinofilik. Tipe ini sering melibatkan
periferal sel kolumnar dan kuboidal.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

5. Tipe Sel Basal


Ameloblastoma tipe sel basal ini mirip karsinoma sel basal pada kulit. Sel epithelial
tumor lebih primitif dan kurang kolumnar dan biasanya tersusun dalam lembaran-
lembaran, lebih banyak dari tumor jenis lainnya. Tumor ini merupakan tipe yang paling
jarang dijumpai.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

H. GAMBARAN RADIOLOGIS AMELOBLASTOMA


Secara radiologis, gambaran ameloblastoma muncul sebagai gambaran radiolusensi
yang multiokular atau uniokular.
1. Multiokular
Pada tipe ini tumor menunjukkan gambaran bagian-bagian yang terpisah oleh septa
tulang yang memperluas membentuk masa tumor. Gambaran multiokular ditandai
dengan lesi yang besar dan memberikan gambaran seperti soap bubble. Ukuran lesi
yang sebenarnya tidak dapat ditentukan karena lesi tidak menunjukkan garis batasan
yang jelas dengan tulang yang normal. Resopi akar jarang terjadi tapi kadand-kadand
dapat dilihat pada beberapa lesi yang tumbuh dengan cepat.

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

2. Uniokular
Pada tipe lesi uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau gambaran
yang patologis. Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun keteraturan ini tidak
dijumpai pada waktu operasi. Pada lesi lanjut akan mengakibatkan pembesaran rahang
dan penebalan tulang kortikal dapat dilihat dari gambaran rontgen.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

Gambaran Radiologis
a. Berupa lesi unilokuler atau multilokuler dengan gambaran seperti sarang tawon
(honey comb appearance) pada lesi kecil.
b. Gambaran busa sabun (soap bubble appearance) pada lesi besar.
c. Secara radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat
resorpi akar dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG AMELOBLASTOMA


1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk
membantu mencari daerah yang tidak normal pada rahang.
2. CT scan (computed tomography scan)
CT scan, yang menghasilkan gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat
mengungkapkan apakah ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain.
3. MRI (magnetic resonance imaging)
MRI Scan, yang menggunakan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar
3 dimensi yang dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter
juga menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah ameloblastoma telah
menyebar ke rongga mata atau sinuses.
4. Tumor marker (penanda tumor)

J. PERAWATAN AMELOBLASTOMA
Perawatan tumor ini beragam mulai dari kuretase sampai reseksi tulang yang luas,
dengan atau tanpa rekonstruksi. Radioterapi tidak diindikasikan karena lesi ini
radioresisten. Pada beberapa literatur juga dikemukakan indikasi untuk
dielektrokauterisasi, bedah krio dan penggunaan agen sklorosan sebagai pilihan
perawatan. Pemeriksaan kembali (follow up pasca operasi) penting karena hampir 50%
kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca operasi.
Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai
jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan dengan
elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy.
Kemungkinan untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk
mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi. Iradiasi
paska operasi ditujukan untuk mengurangi insiden rekurensi dan harus dilakukan
secara rutin. Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit pada daerah tulang
yang terlibat tumor dan kemudian dilakukan bone graft. Tumor ini tidak bersifat
radiosensitif tapi dengan terapi X-ray dan radium mempunyai efek dalam menghambat
pertumbuhan lesi ini.
Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati ameloblastoma
antara lain:
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Pada suatu diskusi
menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan prosedur yang paling tidak efisien
untuk dilakukan. Enukleasi menyebabkan kasus rekurensi hampir tidak dapat
dielakkan, walaupun sebuah periode laten dari pengobatan yang berbeda mungkin
memberikan hasil yang salah. Kuretase tumor dapat meninggalkan tulang yang sudah
diivansi oleh sel tumor.
Teknik enukleasi diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadang-kadang
tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada periosteum, maka
harus dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi biasanya dapat diangkat dari
tulang. Gunakan sisi yang konveksi dari kuret dengan tarikan yang lembut. Saraf dan
pembuluh darah biasanya digeser ke samping dan tidak berada pada daerah operasi.
Ujung tulang yang tajam dihaluskan dan daerah ini harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-
gigi yang berada di daerah tumor jinak biasanya tidak diperlukan perawatan khusus.
Jika devitalisasi diperlukan, perawatan endodontik sebelum operasi dapat dilakukan.
2. Eksisi Blok
Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi. Eksisi sebuah bagian
tulang dengan adanya kontinuitas tulang mungkin direkomendasikan apabilah
ameloblastomanya kecil. Insisi dibuat pada mukosa dengan ukuran yang meliputi
semua bagian yang terlibat tumor. Insisi dibuat menjadi flap supaya tulang dapat
direkseksi dibawah tepi yang terlibat tumor. Lubang bur ditempatkan pada outline
osteotomi, denganbur leher panjang henahan. Oesteotomi digunakan untuk melengkapi
pemotongan. Sesudah itu, segen tulang yang terlibat tumor dibuang dengan tepi yang
aman dari tulang normal dan tanpa merusak border tulang.
Setelah melakukan flap untuk menutup tulang, dilakukan penjahitan untuk
mempertahankan posisinya. Dengan demikian eksisi tidak hanya mengikutkan tumor
saja tetapi juga sebagian tulang normal yang mengelilinginya. Gigi yang terlibat tumor
dibuang bersamaan dengan tumor. Gigi yang terlibat tidak diekstraksi secara terpisah.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

3. Hemimandibulektomi
Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin saja
melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa kasus dilakukan
pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula sampai regio simfisis
tanpa menyisakan border bawah mandibula akan mengakibatkan perubahan bentuk
wajah yang dinamakan “Andy Gump Deformity”
Reseksi mandibula dilakukan setelah trakeostomi dan diseksi leher radikal (bila
diperluka) telah dilakukan. Akses biasanya diperoleh dengan insisi splitting bibir
bawah. Bibir bawah dipisahkan dan sebuah insisi vertikel dibuat sampai ke dagu. Insisi
itu kemudain dibelokkan secara horizontal sekitar ½ inchi dibawah border bawah
mandibula. Kemudian insisi diperluas mengikuti angulus bahwa mandibula sampai
mastoid. Setelah akses diperoleh, di dekat foramen mentale mungkin saja dapat terjadi
perdarahan karena adanya neurovascular.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

4. Hemimaksilektomi
Akses ke maksila biasanya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson. Pemisahan bibir
melalui philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi paranasal dan infraorbital
menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek lateral dari maksila dan dari
ethmoid.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

Setelah diperoleh eksposure yang cukup, dilakukan pemotongan jaringan lunak dan
ekstraksi gigi yang diperlukan. Kemudian dilakukan pemotongan dengan ascillating
saw dari lateral dinding maksila ke infraorbital rim kemudian menuju kavitas nasal
melalui fossa lakrimalis. Dari kavitas nasal dipotong menuju alveolar ridge. Setelah
itu, dilakukan pemotongan pada palatum keras. Kemudian pemotongan lateral dinding
nasal yang menghubungkan lakrimal dipotong ke nasofaring dengan menggunakan
chisel dan gunting mayo dan kemudian dilakukan pemotongan posterior. Pembuangan
spesimen dan packing kavitas maksilektomi yang tepat diperlukan untuk mengontrol
perdarahan.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA


Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Doenges
(2000), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot aksesoris.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA


1. Nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan, luka insisi pembedahan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan menelan makanan,
nyeri area rahang.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri luka operasi.

M. RENCANA KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA


NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri akut b.d agen NOC: Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
injuri fisik (luka insisi asuhan keperawatan selama - Kaji secara komphrehensif tenta
operasi) 3x24 jam pasien mampu nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan ons
untuk durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratn
Mengontrol nyeri dengan nyeri, dan faktor-faktor presipitasi
indikator: - observasi isyarat-isyarat non verb
- Mengenal factor-faktor dari ketidaknyamanan, khususnya dala
penyebab nyeri ketidakmampuan untuk komunikasi seca
- Mengenal onset nyeri efektif
- Melakukan tindakan - Berikan analgetik sesuai deng
pertolongan non-analgetik anjuran
- Menggunakan analgetik - Gunakan komunikiasi terapeutik ag
- Melaporkan gejala-gejala pasien dapat mengekspresikan nyeri
kepada tim kesehatan - Kaji latar belakang budaya pasien
- Mengontrol nyeri - Tentukan dampak dari ekspresi nye
terhadap kualitas hidup: pola tidur, naf
Keterangan: makan, aktifitas kognisi, mood, relationshi
1 = tidak pernah dilakukan pekerjaan, tanggungjawab peran
2 = jarang dilakukan - Kaji pengalaman individu terhad
3 =kadang-kadang nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
dilakukan - Evaluasi tentang keefektifan da
4 =sering dilakukan tindakan mengontrol nyeri yang tel
5 = selalu dilakukan digunakan
pasien - Berikan dukungan terhadap pasien d
Menunjukan tingkat nyeri keluarga
Indikator:
- Melaporkan nyeri - Berikan informasi tentang nye
- Melaporkan frekuensi seperti: penyebab, berapa lama terjadi, d
nyeri tindakan pencegahan
- Melaporkan lamanya - kontrol faktor-faktor lingkungan ya
episode nyeri dapat mempengaruhi respon pasien terhad
- Mengekspresi nyeri: ketidaknyamanan (seperti: temperat
wajah ruangan, penyinaran, dll)
- Menunjukan posisi - Anjurkan pasien untuk memonit
melindungi tubuh sendiri nyeri
- kegelisahan - Ajarkan penggunaan teknik no
- perubahan respirasi rate farmakologi (seperti: relaksasi, guid
- perubahan Heart Rate imagery, terapi musik, distraksi, aplika
- Perubahan tekanan Darah panas-dingin, massase)
- Perubahan ukuran Pupil - Evaluasi keefektifan dari tindak
- Perspirasi mengontrol nyeri
- Kehilangan nafsu makan - Modifikasi tindakan mengontrol nye
berdasarkan respon pasien
Keterangan: - Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
1 : Berat - Anjurkan pasien untuk berdisku
2 : Agak berat tentang pengalaman nyeri secara tepat
3 : Sedang - Beritahu dokter jika tindakan tid
4 : Sedikit berhasil atau terjadi keluhan
5 : Tidak ada - Informasikan kepada tim kesehat
lainnya/anggota keluarga saat tindak
nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekat
preventif
- Monitor kenyamanan pasien terhad
manajemen nyeri
Pemberian Analgetik
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristi
kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan pasien dalam pemilh
analgetik yang akan digunakan
- Pilih analgetik secara tepat /kombina
lebih dari satu analgetik jika telah diresepka
- Tentukan pilihan analgetik (narkoti
non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe d
keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum d
sesuadah pemberian analgetik
- Monitor reaksi obat dan efeksampi
obat
- Dokumentasikan respon setel
pemberian analgetik dan efek sampingnya
- Lakukan tindakan-tindakan unt
menurunkan efek analgetik (konstipasi/irita
lambung)
2. Resiko infeksi Setelah dilakuakan asuhan Kontrol Infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 - Bersikan lingkungan setelah digunak
tindakan pembedahan, jam pasien dapat oleh pasien
tidak adekuatnya memperoleh - Ganti peralatan pasien setiap seles
pertahanan tubuh. 1.Pengetahuan:Kontrol tindakan
infeksi - Batasi jumlah pengunjung
Indikator:
- Menerangkan cara- - Ajarkan cuci tangan untuk menja
cara penyebaran infeksi kesehatan individu
- Menerangkan factor- - Anjurkan pasien untuk cuci tang
faktor yang berkontribusi dengan tepat
dengan penyebaran - Gunakan sabun antimikrobial unt
- Menjelaskan tanda- cuci tangan
tanda dan gejala - Anjurkan pengunjung untuk mencu
- Menjelaskan aktivitas tangan sebelum dan setelah meninggalk
yang dapat meningkatkan ruangan pasien
resistensi terhadap infeksi - Cuci tangan sebelum dan sesud
kontak dengan pasien
Keterangan: - Lakukan universal precautions
1 : tidak pernah - Gunakan sarung tangan steril
2 : terbatas - Lakukan perawatan aseptic pada sem
3 : sedang jalur IV
4 : sering - Lakukan teknik perawatan luka ya
5 : selalu tepat
- Ajarkan pasien untuk pengambilan ur
2.Status Nutrisi porsi tengah
- Asupan nutrisi - Tingkatkan asupan nutrisi
- Asupan makanan dan - Anjurkan asupan cairan yang cukup
cairan - Anjurkan istirahat
- Energi - Berikan terapi antibiotik
- Masa tubuh - Ajarkan pasien dan keluarga tenta
- Berat badan tanda-tanda dan gejala dari infeksi
- Ajarkan pasien dan anggota keluar
Keterangan: bagaimana mencegah infeksi
1 : sangat bermasalah
2 : bermasalah
3 : sedang
4 : sedikit bermasalah
5 : tidak bemasalah

3. Gangguan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan v Nutritional Status : food Nutrition Management
b.d ketidak mampuan and Fluid Intake § Kaji adanya alergi makanan
menelan makanan, nyeri Kriteria Hasil : § Kolaborasi dengan ahli gizi unt
area rahang. v Adanya peningkatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi ya
Definisi : Intake nutrisi berat badan sesuai dengan dibutuhkan pasien.
tidak cukup untuk tujuan § Anjurkan pasien untuk meningkatk
keperluan metabolisme v Berat badan ideal sesuai intake Fe
tubuh. dengan tinggi badan § Anjurkan pasien untuk meningkatk
v Mampu protein dan vitamin C
Batasan karakteristik : mengidentifikasi § Berikan substansi gula
- Berat badan 20 % kebutuhan nutrisi § Yakinkan diet yang dimakan mengandu
atau lebih di bawah ideal v Tidak ada tanda tanda tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Dilaporkan adanya malnutrisi § Berikan makanan yang terpilih ( sud
intake makanan yang v Tidak terjadi penurunan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
kurang dari RDA berat badan yang berarti § Ajarkan pasien bagaimana membuat catat
(Recomended Daily makanan harian.
Allowance) § Monitor jumlah nutrisi dan kandung
- Membran mukosa kalori
dan konjungtiva pucat § Berikan informasi tentang kebutuhan nutr
- Kelemahan otot § Kaji kemampuan pasien unt
yang digunakan untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada Nutrition Monitoring
rongga mulut § BB pasien dalam batas normal
- Mudah merasa § Monitor adanya penurunan berat badan
kenyang, sesaat setelah § Monitor tipe dan jumlah aktivitas ya
mengunyah makanan biasa dilakukan
- Dilaporkan atau § Monitor interaksi anak atau orangt
fakta adanya selama makan
kekurangan makanan § Monitor lingkungan selama makan
- Dilaporkan adanya § Jadwalkan pengobatan dan tindakan tid
perubahan sensasi rasa selama jam makan
- Perasaan § Monitor kulit kering dan perubah
ketidakmampuan untuk pigmentasi
mengunyah makanan § Monitor turgor kulit
- Miskonsepsi § Monitor kekeringan, rambut kusam, d
- Kehilangan BB mudah patah
dengan makanan cukup § Monitor mual dan muntah
- Keengganan untuk § Monitor kadar albumin, total protein, H
makan dan kadar Ht
- Kram pada abdomen § Monitor makanan kesukaan
- Tonus otot jelek § Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Nyeri abdominal § Monitor pucat, kemerahan, dan kekering
dengan atau tanpa jaringan konjungtiva
patologi § Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Kurang berminat § Catat adanya edema, hiperemik, hiperton
terhadap makanan papila lidah dan cavitas oral.
- Pembuluh darah § Catat jika lidah berwarna magenta, scarle
kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau
steatorrhea
- Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya
informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

4. Gangguan pola tidur v Anxiety Control Sleep Enhancement


berhubungan dengan v Comfort Level Ø Determinasi efek-efek medikasi terhad
rasa nyeri luka operasi. v Pain level tidur
v Sleep: extent ang patten Ø Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Setelah dilakukan tindakan Ø Fasilitasi untuk mempertahankan aktifit
keperawatan selama 2x24 sebelum tidur (membaca)
jam, gangguan pola tidur Ø Ciptakan lingkungan yang nyaman
Ø Kolaborasi pemberian obat tidur.
pasien teratasi dengan
kriteria hasil :
§ Jumlah jam tidur dalam
batas normal
§ Pola tidur,kualitas dalam
batas normal
§ Perasaan fres
sesudah/istirahat
§ Mampu
mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan tidur

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Share this article :
Dipakai Bersama69
Artikel Terkait : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap
Title: LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA; Written by Unknown;
Rating: 5 dari 5
Diposkan oleh Unknown Jam 6:14 PM
Label: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap

0 Comments

3 Comments
nt.fb admin wiwing setiono
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Popular Posts

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK/ CHRONIC KIDNEY


DISEASE (CKD)
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS
Blog Archive
► 2017 (1)
▼ 2014 (47)
► March (11)
► February (3)
▼ January (33)
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU/ KANKER PARU
LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA
INFEKSI NOSOKOMIAL
LAPORAN PENDAHULUAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK...
LAPORAN PENDAHULUAN MASTEKTOMI
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ ...
LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM
LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO
LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO/ LUKA BAKAR
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTIROID
LAPORAN PENDAHULUAN BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLAS...
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS (DM) DENGAN U...
PITTING EDEMA
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
PENGKAJIAN NEUROLOGI (SARAF KRANIAL, GLASGOW COMA ...
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK
LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS
LAPORAN PENDAHULUAN PPOK
LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA
LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA
SGB (SINDROMA GUILLAIN BARRE)
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 2
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 1
INDUKSI PERSALINAN
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS
CONTOH DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DISCHARGE PLANNING...
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 3
► 2013 (43)
Top of Form
Search here..

Bottom of Form
Author
Benksquarz
Unknown
Unknown

Hak Cipta Oleh LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


LENGKAP
ShareThis Copy and Paste
Share to Google BookmarkShare to Facebook
, Number of shares
Share to TwitterShare to FavoritShare to Lagi...
, Number of shares69
Homepage RSSSearch: LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
HOMEALL ARTICLE ( DAFTAR ISI )PRIVACY AND POLICYABOUT
MEMOTTO Friday, January 31, 2014 LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Lengkap » LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA A. DEFINISI AMELOBLASTOMA
o Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial, gingival mucosa
atau gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price, Sylvia A, 2006).
o Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di
mandibula dan maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses
pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut
belum diketahui dengan pasti. Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-
pulau epitelium di dalam stroma jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga
mempunyai beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi tipe yang paling
sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar kasus,
ameloblastoma biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi
rahang (Arif, 2001). o Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan
blastos, yang berarti kuman) adalah tumor, jarang jinak epitel odontogenik
(ameloblasts, atau bagian luar, pada gigi selama pengembangan) jauh lebih sering
muncul di rahang bawah dari rahang atas. Ini diakui pada tahun 1827 oleh Cusack.
Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk sebagai adamantinoma pada 1885. o Tumor
ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian lain dari
tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan kelainan yang
parah dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang abnormal mudah
infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas diperlukan untuk
mengobati gangguan ini o Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan
organ enamel yang tidak menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah
dijelaskan sangat tepat oleh Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik,
nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara
klinis bersifat persisten. o Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial
odontogenik. Ameloblastoma biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif
dan sebagian besar tumor ini bersifat jinak o Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor
berasal dari sel – sel embrional dan terbentuk dari sel – sel berpontesial bagi
pembentukan enamel. Tumor ini biasanya tumbuh dengan lambat, secara histologis
jinak tetapi secara klinis merupakan neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada
badan atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak
berkapsul B. KLASIFIKASI AMELOBLASTOMA Ada tiga tipe subtipe secara
klinis untuk tujuan perawatan antara lain, tipe solid/multikistik, tipe unikistik, dan tipe
ekstraosseus/periferal. LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
a. Konvensional solid/multikstik (86%) Tumor ini akan menyerang pasien pada
seluruh lapisan umur. Tumor ini jarang terjadi pada anak yang usianya lebih kecil dari
10 tahun dan relatif jarang terjadi pada usia 10 sampai 19 tahun. Tumor ini
menunjukkan angka prevalensi yang sama pada usia dekade ketiga sampai dekade
ketujuh. Tidak ada prediksi jenis kelamin yag signifikan. Sekitar 85% tumor ini terjadi
pada mandibula, paling sering terjadi pada daerah molar di sekitar ramus asendens.
Sekitar 15% tumor ini terjadi pada maksila biasanya pada regio posterior. Tumor ini
biasanya asimptomatik dan lesi yang kecil ditemukan pada saat pemeriksaan
radiografis. Gambaran klinis yang sering muncul adalah pembengkakan atau ekspansi
rahang yang tidak terasa sakit. Jika tidak dirawat, lesi akan tumbuh lambat membentuk
massa yang masif. Rasa sakit dan parastesis jarang terjadi bahkan pada tumor besar.
Tumor ini muncul dengan berbagai macam gambaran histologis antara lain variasi
dalam bentuk folikular, pleksiform dan sel granular. Walaupun terdapat bermacam tipe
histologis tapi hal ini tidak mempengaruhi perawatan maupun prognosis. Tipe silod
atau multikistik tumbuh vasif secara lokal memiliki angka kajadian rekuransi yang
tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi lain tumor ini memiliki
kecenderungan yang rendah untuk bermetastasis. Ameloblastoma tipe solid/multikistik
ini ditandai dengan agka terjadi rekurensi sampai 50% selama 5 tahun pasca perawatan.
Oleh karena itu, ameloblastoma tipe solid atau multikistik harus dirawat secara radikal
(reseksi dengan margin jaringan normal disekeliling tumor). Pemeriksaan rutin jangka
panjang bahkan seumur hidup diindikasikan untuk tipe ini. b. Unikistik (13%)
Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda, 50% dari tumor ini
ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua. Lebih dari 90%
ameloblastoma unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.
Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista dentigerous secara klinis
maupun secara radiografis walaupun beberapa diantaranya tidak berhubungan dengan
gigi yang erupsi. Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma memiliki
komponen kista. Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula diikuti
dengan regio parasimfisis dan anterior maksila. Sebuah variasi yang disebut sebagai
ameloblastoma unikistik pertama kali disebut pada tahun 1977 oleh Robinson dan
Martinez. Mereka melaporkan bahwa tipe unikistik ini kurang agresif dan menyerang
enukleasi simple pada ameloblastoma tipe unikistik sebenarnya menunjukkan angka
rekurensi yang tinggi yaitu sekitar 60% dengan demikian enukleasi simple
merupakan perawatan yang tidak sesuai untuk lesi ini dan perawatan yang lebih radikal
dengan osteotomi periferal atau terapi kiro dengan cairan atau dengan cairan nitrogen
atau keduanya lebih sesuai untuk tumor ini. c. Periferal/Ekstraosseous (1%)
Periferal ameloblastoma juga dikenal dengan nama ekstraosseus ameloblastoma atau
ameloblastoma jaringan lunak. Biasanya terjadi pada gingiva atau mukosa alveolar.
Tipe ini menginfiltrasi jaringan di sekelilingnya yaitu jaringan ikat gingiva dan tidak
ada keterlibatan tulang dibawahnya. Periferal ameloblastoma ini umumnya tidak sakit,
sessile, kaku, pertumbuhan eksofitik yang biasanya halus atau granular. Tumor ini
diyakini mewakili 2% sampai 10% dari seluruh kasus ameloblastoma yang didiagnosa.
Tumor ini pernah dilaporkan terjadi pada semua rentang umur dari 9 sampai 92 tahun.
Kasus-kasus melaporkan bahwa tumor ini terjadi kebanyakan pada pria daripada
wanita dengan perbandingan 1,9 dengan 1. 70% dari emeloblastoma tipe periferal ini
terjadi pada mandibula, dari bagian ramus. Dari anterior mandibula sampai foramen
mandibula paling sering terkena. Perawatan yang direkomendasikan untuk tumor ini
berbeda dengan perawatan tumor tipe lainnya karena tumor ini biasanya kecil dan
bersifat lokal pada jaringan lunak superfisial. Kebanyakan lesi berhasil dirawat dengan
eksisi lokal dengan mengikutsertakan sebagian kecil dari margin jaringan yang normal.
Margin inferior harus diikutkan periosteoum untuk meyakinkan penetrasi sel tumor ke
tulang tidak terjadi. C. ETIOLOGI AMELOBLASTOMA Etiologi ameloblastoma
sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa
ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista dan atau
iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia, namun
paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin,
tetapi prediksi pada golongan penderita kulit berwarna. Ameloblastoma dapat
mengenai mandibula maupun maksila, paling sering pada mandibula sekitar 81%-98%,
predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio molar dan ramus, 15%
regiopremolar dan 10% regio simpisis. Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun
rangsangan awal dari proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat
berasal dari: o Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur
mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada
perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian
tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata. o Sisa-sisa dari
epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada membran
periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin
menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista odontogenik
o Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada
kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai
ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal
ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi
perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma. o Basal sel dari epitelium
permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber (1926) pada beberapa kasus
ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan epiteluim oral LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA D. PATOFISIOLOGI
AMELOBLASTOMA Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul,
berdiferensiasi baik. Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar
dan sisanya terjadi akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi
mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi.
Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap : 1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi
yatu kontak pertama sel normal dengan zat Karsinogen yang memancing sel normal
tersebut menjadi ganas. 2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut
membentuk klon melalui pembelahan(poliferasi). 3. tahap terakhir yaitu Progresi,
sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik
neoplasma ganas. E. PATHWAY AMELOBLASTOMA LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar
keperawatan medikal bedah. F. MANIFESTASI KLINIK AMELOBLASTOMA
Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu
tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan
6 tahun. Gambaran Klinik a. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang
bervariasi sehingga dapat meyebabkan deformitas wajah. b. Konsestensi bervariasi
ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak c. Terjadi ekspansi tulang ke arah
bukal dan lingual d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak
sekitarnya e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila
massa tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis f. Tidak
terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan benjolan disertai
rasa nyeri. g. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang
terdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabilah tumor sudah mencapai ukuran
besar. h. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan i. Gigi geligi pada
daerah tumor berubah letak dan goyang. Ameloblastoma merupakan tumor yang jinak
tetapi merupakan lesi invasif secara lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat
dijumpai setelah beberapa tahun sebelum gejala-gejalanya berkembang.
Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana paling umum terjadi pada orang-orang
yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan hampir dua pertiga pasien berusia lebih
muda dari 40 tahun. Hampir sebagian besar kasus-kasus yang dilaporkan menunjukkan
bahwa ameloblastoma jauh lebih sering dijumpai pada mandibula dibanding pada
maksila. Kira-kira 80% terjadi dimandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar
dan ramus, Ameloblastoma maksila juga paling umum dijumpai pada regio molar. Pada
tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala). Ameloblastoma
tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai dilakukan
pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang keras dan mukosa
diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi
seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat memiliki
gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor tersebut
dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta
menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang
progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan
kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik.
Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan mengalami
ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa sakit
didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang penting.
Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau
terjadi komplikasi infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma
bertahan selama beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut
ekspansi dapat menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma
yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan
gangguan penguyahan dan penelanan. Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma
seringkali dihubungkan dengan perkembangan ameloblastoma. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali oleh pencabutan gigi, kistektomi atau
beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti kasus-kasus tumor lainnya pencabutan
gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang menyebabkan hilangnya gigi) selain dari
penyebabnya sendiri. Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian
menjadi kista pada pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan tumor
jinak tetapi karena sifat invasinya dan sering kambuh maka tumor ini menjadi tumor
yang lebih serius dan ditakutkan akan potensial komplikasinya jika tidak disingkirkan
secara lengkap. Tetapi sudah dinyatakan bahwa sangat sedikit kasus metastasenya yang
telah dilaporkan. G. GAMBARAN HISTOPATOLOGIS AMELOBLASTOMA
Amloblastoma menunjukkan berbagai macam variasi pola histologi bergantung pada
arah dan derajat differensiasi sel tumor. Klasifikasi WHO membagi ameloblastoma
secara histologis terdiri dari folikular, pleksiform, acanthomatous, sel granular dan tipe
basal. 1. Tipe Folikular Ameloblastoma tipe folikular menunjukkan gambaran
histologi yang tipikal dengan adanya sarang-sarang folikular dari sel-sel tumor yang
terdiri dari sebuah lapisan periferal dari sel-sel kolumnar dan kuboidal dan sebuah
massa sentral dari sel yang tersusun jarang yang menyerupai retikulum stellata.
Degenerasi dari jaringan yang berbentuk seperti retikulum stellata itu akan
menghasilkan pembentukan kista. LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA 2. Tipe Pleksiform Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai
dengan kehadiran sel tumor yag berbentuk seperti pita yang tidak teratur dan
berhubungan satu sama lain. Stroma berbentuk dari jaringan ikat yang longar dan
edematours fibrous yang mengalami degenerasi kistik. LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA 3. Tipe Acanthomatous Ameloblastoma tipe ini ditandai
dengan karakteristik adanya aquamous metaplasia dari retikulum stelata yang berada
diantara pulau-pulau tumor. Kista kecil berbentuk ditengan sarang sellular. Stroma
terdiri dari jaringan ikat yang fibrous dan padat. LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA 4. Tipe Sel Granular Pada ameloblastoma tipe sel granular
ditandai dengan adanya transformasi dari sitoplasma biasanya berbentuk seperti sel
retikulum stelata, sehingga memberikan gambaran yang sangat kasar, granular dan
eosinofilik. Tipe ini sering melibatkan periferal sel kolumnar dan kuboidal. LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA 5. Tipe Sel Basal Ameloblastoma tipe sel
basal ini mirip karsinoma sel basal pada kulit. Sel epithelial tumor lebih primitif dan
kurang kolumnar dan biasanya tersusun dalam lembaran-lembaran, lebih banyak dari
tumor jenis lainnya. Tumor ini merupakan tipe yang paling jarang dijumpai.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA H. GAMBARAN
RADIOLOGIS AMELOBLASTOMA Secara radiologis, gambaran ameloblastoma
muncul sebagai gambaran radiolusensi yang multiokular atau uniokular.
1. Multiokular Pada tipe ini tumor menunjukkan gambaran bagian-bagian yang
terpisah oleh septa tulang yang memperluas membentuk masa tumor. Gambaran
multiokular ditandai dengan lesi yang besar dan memberikan gambaran seperti soap
bubble. Ukuran lesi yang sebenarnya tidak dapat ditentukan karena lesi tidak
menunjukkan garis batasan yang jelas dengan tulang yang normal. Resopi akar jarang
terjadi tapi kadand-kadand dapat dilihat pada beberapa lesi yang tumbuh dengan cepat.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA 2. Uniokular Pada tipe lesi
uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau gambaran yang patologis.
Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun keteraturan ini tidak dijumpai pada
waktu operasi. Pada lesi lanjut akan mengakibatkan pembesaran rahang dan penebalan
tulang kortikal dapat dilihat dari gambaran rontgen. LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA Gambaran Radiologis a. Berupa lesi unilokuler atau
multilokuler dengan gambaran seperti sarang tawon (honey comb appearance) pada
lesi kecil. b. Gambaran busa sabun (soap bubble appearance) pada lesi besar.
c. Secara radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat
resorpi akar dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal. I. PEMERIKSAAN
PENUNJANG AMELOBLASTOMA 1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-
dimensi gambar dan leher untuk membantu mencari daerah yang tidak normal pada
rahang. 2. CT scan (computed tomography scan) CT scan, yang menghasilkan
gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat mengungkapkan apakah
ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain. 3. MRI (magnetic resonance
imaging) MRI Scan, yang menggunakan magnet dan gelombang radio untuk membuat
gambar 3 dimensi yang dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher.
Dokter juga menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah ameloblastoma telah
menyebar ke rongga mata atau sinuses. 4. Tumor marker (penanda tumor)
J. PERAWATAN AMELOBLASTOMA Perawatan tumor ini beragam mulai dari
kuretase sampai reseksi tulang yang luas, dengan atau tanpa rekonstruksi. Radioterapi
tidak diindikasikan karena lesi ini radioresisten. Pada beberapa literatur juga
dikemukakan indikasi untuk dielektrokauterisasi, bedah krio dan penggunaan agen
sklorosan sebagai pilihan perawatan. Pemeriksaan kembali (follow up pasca operasi)
penting karena hampir 50% kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca
operasi. Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai
jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan dengan
elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy. Kemungkinan
untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk mengikuti
pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi. Iradiasi paska
operasi ditujukan untuk mengurangi insiden rekurensi dan harus dilakukan secara rutin.
Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit pada daerah tulang yang terlibat
tumor dan kemudian dilakukan bone graft. Tumor ini tidak bersifat radiosensitif tapi
dengan terapi X-ray dan radium mempunyai efek dalam menghambat pertumbuhan lesi
ini. Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati
ameloblastoma antara lain: 1. Enukleasi Enukleasi merupakan prosedur yang
kurang aman untuk dilakukan. Pada suatu diskusi menyatakan walaupun popular,
kuretase merupakan prosedur yang paling tidak efisien untuk dilakukan. Enukleasi
menyebabkan kasus rekurensi hampir tidak dapat dielakkan, walaupun sebuah periode
laten dari pengobatan yang berbeda mungkin memberikan hasil yang salah. Kuretase
tumor dapat meninggalkan tulang yang sudah diivansi oleh sel tumor. Teknik enukleasi
diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadang-kadang tulang yang
mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada periosteum, maka harus
dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi biasanya dapat diangkat dari tulang.
Gunakan sisi yang konveksi dari kuret dengan tarikan yang lembut. Saraf dan
pembuluh darah biasanya digeser ke samping dan tidak berada pada daerah operasi.
Ujung tulang yang tajam dihaluskan dan daerah ini harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-
gigi yang berada di daerah tumor jinak biasanya tidak diperlukan perawatan khusus.
Jika devitalisasi diperlukan, perawatan endodontik sebelum operasi dapat dilakukan.
2. Eksisi Blok Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi.
Eksisi sebuah bagian tulang dengan adanya kontinuitas tulang mungkin
direkomendasikan apabilah ameloblastomanya kecil. Insisi dibuat pada mukosa dengan
ukuran yang meliputi semua bagian yang terlibat tumor. Insisi dibuat menjadi flap
supaya tulang dapat direkseksi dibawah tepi yang terlibat tumor. Lubang bur
ditempatkan pada outline osteotomi, denganbur leher panjang henahan. Oesteotomi
digunakan untuk melengkapi pemotongan. Sesudah itu, segen tulang yang terlibat
tumor dibuang dengan tepi yang aman dari tulang normal dan tanpa merusak border
tulang. Setelah melakukan flap untuk menutup tulang, dilakukan penjahitan untuk
mempertahankan posisinya. Dengan demikian eksisi tidak hanya mengikutkan tumor
saja tetapi juga sebagian tulang normal yang mengelilinginya. Gigi yang terlibat tumor
dibuang bersamaan dengan tumor. Gigi yang terlibat tidak diekstraksi secara terpisah.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA 3. Hemimandibulektomi
Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin saja
melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa kasus dilakukan
pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula sampai regio simfisis
tanpa menyisakan border bawah mandibula akan mengakibatkan perubahan bentuk
wajah yang dinamakan “Andy Gump Deformity” Reseksi mandibula dilakukan setelah
trakeostomi dan diseksi leher radikal (bila diperluka) telah dilakukan. Akses biasanya
diperoleh dengan insisi splitting bibir bawah. Bibir bawah dipisahkan dan sebuah insisi
vertikel dibuat sampai ke dagu. Insisi itu kemudain dibelokkan secara horizontal sekitar
½ inchi dibawah border bawah mandibula. Kemudian insisi diperluas mengikuti
angulus bahwa mandibula sampai mastoid. Setelah akses diperoleh, di dekat foramen
mentale mungkin saja dapat terjadi perdarahan karena adanya neurovascular.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA 4. Hemimaksilektomi Akses
ke maksila biasanya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson. Pemisahan bibir melalui
philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi paranasal dan infraorbital
menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek lateral dari maksila dan dari
ethmoid. LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA Setelah diperoleh
eksposure yang cukup, dilakukan pemotongan jaringan lunak dan ekstraksi gigi yang
diperlukan. Kemudian dilakukan pemotongan dengan ascillating saw dari lateral
dinding maksila ke infraorbital rim kemudian menuju kavitas nasal melalui fossa
lakrimalis. Dari kavitas nasal dipotong menuju alveolar ridge. Setelah itu, dilakukan
pemotongan pada palatum keras. Kemudian pemotongan lateral dinding nasal yang
menghubungkan lakrimal dipotong ke nasofaring dengan menggunakan chisel dan
gunting mayo dan kemudian dilakukan pemotongan posterior. Pembuangan spesimen
dan packing kavitas maksilektomi yang tepat diperlukan untuk mengontrol perdarahan.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA K. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus
dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah: 1. Aktifitas/istirahat Data
Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas. Data Obyektif : Perubahan kesadaran,
masalah dalam keseimbangan cedera (trauma). 2. Sirkulasi Data Obyektif: kecepatan
(bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll). 3. Integritas
ego Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis) Data
Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi. 4. Eliminasi Data Subyektif : Inkontinensia
kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi. 5. Makanan dan cairan Data
Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan. Data Obyektif :
Mengalami distensi abdomen. 6. Neurosensori. Data Subyektif : Kehilangan
kesadaran sementara, vertigo. Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,
perubahan status mental, Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh. 7. Nyeri dan
kenyamanan Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang
berbeda, biasanya lama. Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan Data Subyektif : Perubahan pola nafas. Data Objektif: Pernapasan
menggunakan otot bantu pernapasan/ otot aksesoris. 9. Keamanan Data Subyektif :
Trauma baru akibat gelisah. Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan
rentang gerak. L. DIAGNOSA KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA 1. Nyeri
berhubungan dengan adanya proses peradangan, luka insisi pembedahan. 2. Resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan
tubuh. 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan menelan
makanan, nyeri area rahang. 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
luka operasi. M. RENCANA KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN TUJUAN INTERVENSI 1.
Nyeri akut b.d agen injuri fisik (luka insisi operasi) NOC: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu untuk Mengontrol nyeri dengan
indikator: - Mengenal factor-faktor penyebab nyeri - Mengenal onset nyeri
- Melakukan tindakan pertolongan non-analgetik - Menggunakan analgetik
- Melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan - Mengontrol nyeri Keterangan: 1 =
tidak pernah dilakukan 2 = jarang dilakukan 3 =kadang-kadang dilakukan 4 =sering
dilakukan 5 = selalu dilakukan pasien Menunjukan tingkat nyeri Indikator:
- Melaporkan nyeri - Melaporkan frekuensi nyeri - Melaporkan lamanya episode
nyeri - Mengekspresi nyeri: wajah - Menunjukan posisi melindungi tubuh
- kegelisahan - perubahan respirasi rate - perubahan Heart Rate - Perubahan tekanan
Darah - Perubahan ukuran Pupil - Perspirasi - Kehilangan nafsu makan Keterangan:
1 : Berat 2 : Agak berat 3 : Sedang 4 : Sedikit 5 : Tidak ada Manajemen Nyeri
- Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi
- observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif - Berikan analgetik sesuai
dengan anjuran - Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat
mengekspresikan nyeri - Kaji latar belakang budaya pasien - Tentukan
dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas
kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran - Kaji pengalaman
individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis - Evaluasi tentang
keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan - Berikan
dukungan terhadap pasien dan keluarga - Berikan informasi tentang nyeri,
seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan - kontrol faktor-
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (seperti: temperatur ruangan, penyinaran, dll) - Anjurkan
pasien untuk memonitor sendiri nyeri - Ajarkan penggunaan teknik non-
farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-
dingin, massase) - Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup - Anjurkan pasien untuk berdiskusi
tentang pengalaman nyeri secara tepat - Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau terjadi keluhan - Informasikan kepada tim kesehatan
lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan
preventif - Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri Pemberian
Analgetik - Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum
pengobatan - Berikan obat dengan prinsip 5 benar - Cek riwayat alergi obat
- Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik yang akan digunakan - Pilih
analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe
dan keparahan nyeri - Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesuadah
pemberian analgetik - Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
- Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik dan efek sampingnya
- Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik (konstipasi/iritasi
lambung) 2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh. Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 2x24
jam pasien dapat memperoleh 1.Pengetahuan:Kontrol infeksi Indikator:
- Menerangkan cara-cara penyebaran infeksi - Menerangkan factor-faktor yang
berkontribusi dengan penyebaran - Menjelaskan tanda-tanda dan gejala
- Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi
Keterangan: 1 : tidak pernah 2 : terbatas 3 : sedang 4 : sering 5 : selalu 2.Status Nutrisi
- Asupan nutrisi - Asupan makanan dan cairan - Energi - Masa tubuh
- Berat badan Keterangan: 1 : sangat bermasalah 2 : bermasalah 3 : sedang 4 :
sedikit bermasalah 5 : tidak bemasalah Kontrol Infeksi - Bersikan lingkungan
setelah digunakan oleh pasien - Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
- Batasi jumlah pengunjung - Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan
individu - Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat - Gunakan sabun
antimikrobial untuk cuci tangan - Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
sebelum dan setelah meninggalkan ruangan pasien - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien - Lakukan universal precautions - Gunakan
sarung tangan steril - Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
- Lakukan teknik perawatan luka yang tepat - Ajarkan pasien untuk
pengambilan urin porsi tengah - Tingkatkan asupan nutrisi - Anjurkan
asupan cairan yang cukup - Anjurkan istirahat - Berikan terapi antibiotik
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi
- Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi 3. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan menelan makanan, nyeri area
rahang. Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik : - Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal - Dilaporkan
adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat - Kelemahan otot yang digunakan untuk
menelan/mengunyah - Luka, inflamasi pada rongga mulut - Mudah merasa
kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan - Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan - Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa - Perasaan
ketidakmampuan untuk mengunyah makanan - Miskonsepsi - Kehilangan BB
dengan makanan cukup - Keengganan untuk makan - Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek - Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi - Kurang
berminat terhadap makanan - Pembuluh darah kapiler mulai rapuh - Diare dan atau
steatorrhea - Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) - Suara usus
hiperaktif - Kurangnya informasi, misinformasi Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi. NOC : v Nutritional
Status : food and Fluid Intake Kriteria Hasil : v Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan v Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan v Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi v Tidak ada tanda tanda malnutrisi v Tidak terjadi
penurunan berat badan yang berarti NIC : Nutrition Management § Kaji adanya alergi
makanan § Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien. § Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe § Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C § Berikan substansi gula
§ Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
§ Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) § Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. § Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori § Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi § Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring § BB pasien
dalam batas normal § Monitor adanya penurunan berat badan § Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang biasa dilakukan § Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan § Monitor lingkungan selama makan § Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan § Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi § Monitor
turgor kulit § Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah § Monitor mual
dan muntah § Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht § Monitor
makanan kesukaan § Monitor pertumbuhan dan perkembangan § Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva § Monitor kalori dan intake nuntrisi
§ Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. § Catat jika
lidah berwarna magenta, scarlet 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
luka operasi. v Anxiety Control v Comfort Level v Pain level v Sleep: extent ang patten
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, gangguan pola tidur pasien
teratasi dengan kriteria hasil : § Jumlah jam tidur dalam batas normal § Pola
tidur,kualitas dalam batas normal § Perasaan fres sesudah/istirahat § Mampu
mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur Sleep Enhancement Ø Determinasi
efek-efek medikasi terhadap tidur Ø Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Ø Fasilitasi untuk mempertahankan aktifitas sebelum tidur (membaca) Ø Ciptakan
lingkungan yang nyaman Ø Kolaborasi pemberian obat tidur. DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. Mansjoer, Arif. (2001).
Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media. Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi.
Jakarta: EGC. Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi
8. Jakarta: EGC. Share this article : Dipakai Bersama69 Artikel Terkait : Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap Title: LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA; Written by Unknown; Rating: 5 dari 5 Diposkan oleh
Unknown Jam 6:14 PM Label: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap 0
Comments 3 Comments nt.fb admin wiwing setiono Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom) Popular Posts LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL GINJAL KRONIK/ CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) LAPORAN
PENDAHULUAN APENDISITIS Blog Archive ► 2017 (1) ▼ 2014 (47) ► March
(11) ► February (3) ▼ January (33) LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU/ KANKER PARU
LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA INFEKSI NOSOKOMIAL
LAPORAN PENDAHULUAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD) LAPORAN
PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK... LAPORAN
PENDAHULUAN MASTEKTOMI LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE
(CARSINOMA MAMMAE)/ ... LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO
LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO/ LUKA BAKAR LAPORAN
PENDAHULUAN ASMA LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTIROID LAPORAN PENDAHULUAN BPH
(BENIGNA PROSTAT HIPERPLAS... LAPORAN PENDAHULUAN
APENDISITIS LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS (DM)
DENGAN U... PITTING EDEMA LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
PENGKAJIAN NEUROLOGI (SARAF KRANIAL, GLASGOW COMA ...
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK LAPORAN
PENDAHULUAN DERMATITIS LAPORAN PENDAHULUAN PPOK LAPORAN
PENDAHULUAN EFUSI PLEURA LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA
SGB (SINDROMA GUILLAIN BARRE) DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA
versi 2 DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 1 INDUKSI PERSALINAN
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS CONTOH DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN DISCHARGE PLANNING... DIAGNOSA
KEPERAWATAN NANDA versi 3 ► 2013 (43) Author Benksquarz Unknown
Unknown Hak Cipta Oleh LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN LENGKAP Homepage RSSSearch: LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA HOMEALL ARTICLE ( DAFTAR ISI
)PRIVACY AND POLICYABOUT MEMOTTO Friday, January 31, 2014 LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA Browse » Home » Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
A. DEFINISI AMELOBLASTOMA o Ameloblastoma merupakan tumor yang
berasal dari epithelial, gingival mucosa atau gengivomaxillary yang muncul pada gigi
(Price, Sylvia A, 2006). o Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang
paling sering terjadi di mandibula dan maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang
terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi neoplastik
pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti. Secara mikroskopis, ameloblastoma
tersusun atas pulau-pulau epitelium di dalam stroma jaringan ikat kolagen.
Ameloblastoma juga mempunyai beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan
tetapi tipe yang paling sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian
besar kasus, ameloblastoma biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat
mengekspansi rahang (Arif, 2001). o Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti
enamel dan blastos, yang berarti kuman) adalah tumor, jarang jinak epitel odontogenik
(ameloblasts, atau bagian luar, pada gigi selama pengembangan) jauh lebih sering
muncul di rahang bawah dari rahang atas. Ini diakui pada tahun 1827 oleh Cusack.
Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk sebagai adamantinoma pada 1885. o Tumor
ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian lain dari
tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan kelainan yang
parah dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang abnormal mudah
infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas diperlukan untuk
mengobati gangguan ini o Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan
organ enamel yang tidak menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah
dijelaskan sangat tepat oleh Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik,
nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara
klinis bersifat persisten. o Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial
odontogenik. Ameloblastoma biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif
dan sebagian besar tumor ini bersifat jinak o Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor
berasal dari sel – sel embrional dan terbentuk dari sel – sel berpontesial bagi
pembentukan enamel. Tumor ini biasanya tumbuh dengan lambat, secara histologis
jinak tetapi secara klinis merupakan neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada
badan atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak
berkapsul B. KLASIFIKASI AMELOBLASTOMA Ada tiga tipe subtipe secara
klinis untuk tujuan perawatan antara lain, tipe solid/multikistik, tipe unikistik, dan tipe
ekstraosseus/periferal. LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
a. Konvensional solid/multikstik (86%) Tumor ini akan menyerang pasien pada
seluruh lapisan umur. Tumor ini jarang terjadi pada anak yang usianya lebih kecil dari
10 tahun dan relatif jarang terjadi pada usia 10 sampai 19 tahun. Tumor ini
menunjukkan angka prevalensi yang sama pada usia dekade ketiga sampai dekade
ketujuh. Tidak ada prediksi jenis kelamin yag signifikan. Sekitar 85% tumor ini terjadi
pada mandibula, paling sering terjadi pada daerah molar di sekitar ramus asendens.
Sekitar 15% tumor ini terjadi pada maksila biasanya pada regio posterior. Tumor ini
biasanya asimptomatik dan lesi yang kecil ditemukan pada saat pemeriksaan
radiografis. Gambaran klinis yang sering muncul adalah pembengkakan atau ekspansi
rahang yang tidak terasa sakit. Jika tidak dirawat, lesi akan tumbuh lambat membentuk
massa yang masif. Rasa sakit dan parastesis jarang terjadi bahkan pada tumor besar.
Tumor ini muncul dengan berbagai macam gambaran histologis antara lain variasi
dalam bentuk folikular, pleksiform dan sel granular. Walaupun terdapat bermacam tipe
histologis tapi hal ini tidak mempengaruhi perawatan maupun prognosis. Tipe silod
atau multikistik tumbuh vasif secara lokal memiliki angka kajadian rekuransi yang
tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi lain tumor ini memiliki
kecenderungan yang rendah untuk bermetastasis. Ameloblastoma tipe solid/multikistik
ini ditandai dengan agka terjadi rekurensi sampai 50% selama 5 tahun pasca perawatan.
Oleh karena itu, ameloblastoma tipe solid atau multikistik harus dirawat secara radikal
(reseksi dengan margin jaringan normal disekeliling tumor). Pemeriksaan rutin jangka
panjang bahkan seumur hidup diindikasikan untuk tipe ini. b. Unikistik (13%)
Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda, 50% dari tumor ini
ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua. Lebih dari 90%
ameloblastoma unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.
Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista dentigerous secara klinis
maupun secara radiografis walaupun beberapa diantaranya tidak berhubungan dengan
gigi yang erupsi. Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma memiliki
komponen kista. Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula diikuti
dengan regio parasimfisis dan anterior maksila. Sebuah variasi yang disebut sebagai
ameloblastoma unikistik pertama kali disebut pada tahun 1977 oleh Robinson dan
Martinez. Mereka melaporkan bahwa tipe unikistik ini kurang agresif dan menyerang
enukleasi simple pada ameloblastoma tipe unikistik sebenarnya menunjukkan angka
rekurensi yang tinggi yaitu sekitar 60% dengan demikian enukleasi simple
merupakan perawatan yang tidak sesuai untuk lesi ini dan perawatan yang lebih radikal
dengan osteotomi periferal atau terapi kiro dengan cairan atau dengan cairan nitrogen
atau keduanya lebih sesuai untuk tumor ini. c. Periferal/Ekstraosseous (1%)
Periferal ameloblastoma juga dikenal dengan nama ekstraosseus ameloblastoma atau
ameloblastoma jaringan lunak. Biasanya terjadi pada gingiva atau mukosa alveolar.
Tipe ini menginfiltrasi jaringan di sekelilingnya yaitu jaringan ikat gingiva dan tidak
ada keterlibatan tulang dibawahnya. Periferal ameloblastoma ini umumnya tidak sakit,
sessile, kaku, pertumbuhan eksofitik yang biasanya halus atau granular. Tumor ini
diyakini mewakili 2% sampai 10% dari seluruh kasus ameloblastoma yang didiagnosa.
Tumor ini pernah dilaporkan terjadi pada semua rentang umur dari 9 sampai 92 tahun.
Kasus-kasus melaporkan bahwa tumor ini terjadi kebanyakan pada pria daripada
wanita dengan perbandingan 1,9 dengan 1. 70% dari emeloblastoma tipe periferal ini
terjadi pada mandibula, dari bagian ramus. Dari anterior mandibula sampai foramen
mandibula paling sering terkena. Perawatan yang direkomendasikan untuk tumor ini
berbeda dengan perawatan tumor tipe lainnya karena tumor ini biasanya kecil dan
bersifat lokal pada jaringan lunak superfisial. Kebanyakan lesi berhasil dirawat dengan
eksisi lokal dengan mengikutsertakan sebagian kecil dari margin jaringan yang normal.
Margin inferior harus diikutkan periosteoum untuk meyakinkan penetrasi sel tumor ke
tulang tidak terjadi. C. ETIOLOGI AMELOBLASTOMA Etiologi ameloblastoma
sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa
ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista dan atau
iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia, namun
paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin,
tetapi prediksi pada golongan penderita kulit berwarna. Ameloblastoma dapat
mengenai mandibula maupun maksila, paling sering pada mandibula sekitar 81%-98%,
predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio molar dan ramus, 15%
regiopremolar dan 10% regio simpisis. Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun
rangsangan awal dari proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat
berasal dari: o Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur
mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada
perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian
tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata. o Sisa-sisa dari
epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada membran
periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin
menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista odontogenik
o Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada
kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai
ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal
ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi
perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma. o Basal sel dari epitelium
permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber (1926) pada beberapa kasus
ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan epiteluim oral LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA D. PATOFISIOLOGI
AMELOBLASTOMA Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul,
berdiferensiasi baik. Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar
dan sisanya terjadi akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi
mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi.
Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap : 1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi
yatu kontak pertama sel normal dengan zat Karsinogen yang memancing sel normal
tersebut menjadi ganas. 2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut
membentuk klon melalui pembelahan(poliferasi). 3. tahap terakhir yaitu Progresi,
sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik
neoplasma ganas. E. PATHWAY AMELOBLASTOMA LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar
keperawatan medikal bedah. F. MANIFESTASI KLINIK AMELOBLASTOMA
Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu
tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan
6 tahun. Gambaran Klinik a. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang
bervariasi sehingga dapat meyebabkan deformitas wajah. b. Konsestensi bervariasi
ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak c. Terjadi ekspansi tulang ke arah
bukal dan lingual d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak
sekitarnya e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila
massa tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis f. Tidak
terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan benjolan disertai
rasa nyeri. g. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang
terdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabilah tumor sudah mencapai ukuran
besar. h. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan i. Gigi geligi pada
daerah tumor berubah letak dan goyang. Ameloblastoma merupakan tumor yang jinak
tetapi merupakan lesi invasif secara lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat
dijumpai setelah beberapa tahun sebelum gejala-gejalanya berkembang.
Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana paling umum terjadi pada orang-orang
yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan hampir dua pertiga pasien berusia lebih
muda dari 40 tahun. Hampir sebagian besar kasus-kasus yang dilaporkan menunjukkan
bahwa ameloblastoma jauh lebih sering dijumpai pada mandibula dibanding pada
maksila. Kira-kira 80% terjadi dimandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar
dan ramus, Ameloblastoma maksila juga paling umum dijumpai pada regio molar. Pada
tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala). Ameloblastoma
tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai dilakukan
pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang keras dan mukosa
diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi
seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat memiliki
gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor tersebut
dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta
menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang
progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan
kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik.
Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan mengalami
ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa sakit
didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang penting.
Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau
terjadi komplikasi infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma
bertahan selama beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut
ekspansi dapat menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma
yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan
gangguan penguyahan dan penelanan. Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma
seringkali dihubungkan dengan perkembangan ameloblastoma. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali oleh pencabutan gigi, kistektomi atau
beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti kasus-kasus tumor lainnya pencabutan
gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang menyebabkan hilangnya gigi) selain dari
penyebabnya sendiri. Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian
menjadi kista pada pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan tumor
jinak tetapi karena sifat invasinya dan sering kambuh maka tumor ini menjadi tumor
yang lebih serius dan ditakutkan akan potensial komplikasinya jika tidak disingkirkan
secara lengkap. Tetapi sudah dinyatakan bahwa sangat sedikit kasus metastasenya yang
telah dilaporkan. G. GAMBARAN HISTOPATOLOGIS AMELOBLASTOMA
Amloblastoma menunjukkan berbagai macam variasi pola histologi bergantung pada
arah dan derajat differensiasi sel tumor. Klasifikasi WHO membagi ameloblastoma
secara histologis terdiri dari folikular, pleksiform, acanthomatous, sel granular dan tipe
basal. 1. Tipe Folikular Ameloblastoma tipe folikular menunjukkan gambaran
histologi yang tipikal dengan adanya sarang-sarang folikular dari sel-sel tumor yang
terdiri dari sebuah lapisan periferal dari sel-sel kolumnar dan kuboidal dan sebuah
massa sentral dari sel yang tersusun jarang yang menyerupai retikulum stellata.
Degenerasi dari jaringan yang berbentuk seperti retikulum stellata itu akan
menghasilkan pembentukan kista. LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA 2. Tipe Pleksiform Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai
dengan kehadiran sel tumor yag berbentuk seperti pita yang tidak teratur dan
berhubungan satu sama lain. Stroma berbentuk dari jaringan ikat yang longar dan
edematours fibrous yang mengalami degenerasi kistik. LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA 3. Tipe Acanthomatous Ameloblastoma tipe ini ditandai
dengan karakteristik adanya aquamous metaplasia dari retikulum stelata yang berada
diantara pulau-pulau tumor. Kista kecil berbentuk ditengan sarang sellular. Stroma
terdiri dari jaringan ikat yang fibrous dan padat. LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA 4. Tipe Sel Granular Pada ameloblastoma tipe sel granular
ditandai dengan adanya transformasi dari sitoplasma biasanya berbentuk seperti sel
retikulum stelata, sehingga memberikan gambaran yang sangat kasar, granular dan
eosinofilik. Tipe ini sering melibatkan periferal sel kolumnar dan kuboidal. LAPORAN
PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA 5. Tipe Sel Basal Ameloblastoma tipe sel
basal ini mirip karsinoma sel basal pada kulit. Sel epithelial tumor lebih primitif dan
kurang kolumnar dan biasanya tersusun dalam lembaran-lembaran, lebih banyak dari
tumor jenis lainnya. Tumor ini merupakan tipe yang paling jarang dijumpai.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA H. GAMBARAN
RADIOLOGIS AMELOBLASTOMA Secara radiologis, gambaran ameloblastoma
muncul sebagai gambaran radiolusensi yang multiokular atau uniokular.
1. Multiokular Pada tipe ini tumor menunjukkan gambaran bagian-bagian yang
terpisah oleh septa tulang yang memperluas membentuk masa tumor. Gambaran
multiokular ditandai dengan lesi yang besar dan memberikan gambaran seperti soap
bubble. Ukuran lesi yang sebenarnya tidak dapat ditentukan karena lesi tidak
menunjukkan garis batasan yang jelas dengan tulang yang normal. Resopi akar jarang
terjadi tapi kadand-kadand dapat dilihat pada beberapa lesi yang tumbuh dengan cepat.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA 2. Uniokular Pada tipe lesi
uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau gambaran yang patologis.
Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun keteraturan ini tidak dijumpai pada
waktu operasi. Pada lesi lanjut akan mengakibatkan pembesaran rahang dan penebalan
tulang kortikal dapat dilihat dari gambaran rontgen. LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA Gambaran Radiologis a. Berupa lesi unilokuler atau
multilokuler dengan gambaran seperti sarang tawon (honey comb appearance) pada
lesi kecil. b. Gambaran busa sabun (soap bubble appearance) pada lesi besar.
c. Secara radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat
resorpi akar dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal. I. PEMERIKSAAN
PENUNJANG AMELOBLASTOMA 1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-
dimensi gambar dan leher untuk membantu mencari daerah yang tidak normal pada
rahang. 2. CT scan (computed tomography scan) CT scan, yang menghasilkan
gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat mengungkapkan apakah
ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain. 3. MRI (magnetic resonance
imaging) MRI Scan, yang menggunakan magnet dan gelombang radio untuk membuat
gambar 3 dimensi yang dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher.
Dokter juga menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah ameloblastoma telah
menyebar ke rongga mata atau sinuses. 4. Tumor marker (penanda tumor)
J. PERAWATAN AMELOBLASTOMA Perawatan tumor ini beragam mulai dari
kuretase sampai reseksi tulang yang luas, dengan atau tanpa rekonstruksi. Radioterapi
tidak diindikasikan karena lesi ini radioresisten. Pada beberapa literatur juga
dikemukakan indikasi untuk dielektrokauterisasi, bedah krio dan penggunaan agen
sklorosan sebagai pilihan perawatan. Pemeriksaan kembali (follow up pasca operasi)
penting karena hampir 50% kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca
operasi. Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai
jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan dengan
elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy. Kemungkinan
untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk mengikuti
pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi. Iradiasi paska
operasi ditujukan untuk mengurangi insiden rekurensi dan harus dilakukan secara rutin.
Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit pada daerah tulang yang terlibat
tumor dan kemudian dilakukan bone graft. Tumor ini tidak bersifat radiosensitif tapi
dengan terapi X-ray dan radium mempunyai efek dalam menghambat pertumbuhan lesi
ini. Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati
ameloblastoma antara lain: 1. Enukleasi Enukleasi merupakan prosedur yang
kurang aman untuk dilakukan. Pada suatu diskusi menyatakan walaupun popular,
kuretase merupakan prosedur yang paling tidak efisien untuk dilakukan. Enukleasi
menyebabkan kasus rekurensi hampir tidak dapat dielakkan, walaupun sebuah periode
laten dari pengobatan yang berbeda mungkin memberikan hasil yang salah. Kuretase
tumor dapat meninggalkan tulang yang sudah diivansi oleh sel tumor. Teknik enukleasi
diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadang-kadang tulang yang
mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada periosteum, maka harus
dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi biasanya dapat diangkat dari tulang.
Gunakan sisi yang konveksi dari kuret dengan tarikan yang lembut. Saraf dan
pembuluh darah biasanya digeser ke samping dan tidak berada pada daerah operasi.
Ujung tulang yang tajam dihaluskan dan daerah ini harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-
gigi yang berada di daerah tumor jinak biasanya tidak diperlukan perawatan khusus.
Jika devitalisasi diperlukan, perawatan endodontik sebelum operasi dapat dilakukan.
2. Eksisi Blok Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi.
Eksisi sebuah bagian tulang dengan adanya kontinuitas tulang mungkin
direkomendasikan apabilah ameloblastomanya kecil. Insisi dibuat pada mukosa dengan
ukuran yang meliputi semua bagian yang terlibat tumor. Insisi dibuat menjadi flap
supaya tulang dapat direkseksi dibawah tepi yang terlibat tumor. Lubang bur
ditempatkan pada outline osteotomi, denganbur leher panjang henahan. Oesteotomi
digunakan untuk melengkapi pemotongan. Sesudah itu, segen tulang yang terlibat
tumor dibuang dengan tepi yang aman dari tulang normal dan tanpa merusak border
tulang. Setelah melakukan flap untuk menutup tulang, dilakukan penjahitan untuk
mempertahankan posisinya. Dengan demikian eksisi tidak hanya mengikutkan tumor
saja tetapi juga sebagian tulang normal yang mengelilinginya. Gigi yang terlibat tumor
dibuang bersamaan dengan tumor. Gigi yang terlibat tidak diekstraksi secara terpisah.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA 3. Hemimandibulektomi
Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin saja
melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa kasus dilakukan
pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula sampai regio simfisis
tanpa menyisakan border bawah mandibula akan mengakibatkan perubahan bentuk
wajah yang dinamakan “Andy Gump Deformity” Reseksi mandibula dilakukan setelah
trakeostomi dan diseksi leher radikal (bila diperluka) telah dilakukan. Akses biasanya
diperoleh dengan insisi splitting bibir bawah. Bibir bawah dipisahkan dan sebuah insisi
vertikel dibuat sampai ke dagu. Insisi itu kemudain dibelokkan secara horizontal sekitar
½ inchi dibawah border bawah mandibula. Kemudian insisi diperluas mengikuti
angulus bahwa mandibula sampai mastoid. Setelah akses diperoleh, di dekat foramen
mentale mungkin saja dapat terjadi perdarahan karena adanya neurovascular.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA 4. Hemimaksilektomi Akses
ke maksila biasanya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson. Pemisahan bibir melalui
philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi paranasal dan infraorbital
menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek lateral dari maksila dan dari
ethmoid. LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA Setelah diperoleh
eksposure yang cukup, dilakukan pemotongan jaringan lunak dan ekstraksi gigi yang
diperlukan. Kemudian dilakukan pemotongan dengan ascillating saw dari lateral
dinding maksila ke infraorbital rim kemudian menuju kavitas nasal melalui fossa
lakrimalis. Dari kavitas nasal dipotong menuju alveolar ridge. Setelah itu, dilakukan
pemotongan pada palatum keras. Kemudian pemotongan lateral dinding nasal yang
menghubungkan lakrimal dipotong ke nasofaring dengan menggunakan chisel dan
gunting mayo dan kemudian dilakukan pemotongan posterior. Pembuangan spesimen
dan packing kavitas maksilektomi yang tepat diperlukan untuk mengontrol perdarahan.
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA K. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus
dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah: 1. Aktifitas/istirahat Data
Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas. Data Obyektif : Perubahan kesadaran,
masalah dalam keseimbangan cedera (trauma). 2. Sirkulasi Data Obyektif: kecepatan
(bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll). 3. Integritas
ego Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis) Data
Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi. 4. Eliminasi Data Subyektif : Inkontinensia
kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi. 5. Makanan dan cairan Data
Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan. Data Obyektif :
Mengalami distensi abdomen. 6. Neurosensori. Data Subyektif : Kehilangan
kesadaran sementara, vertigo. Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,
perubahan status mental, Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh. 7. Nyeri dan
kenyamanan Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang
berbeda, biasanya lama. Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan Data Subyektif : Perubahan pola nafas. Data Objektif: Pernapasan
menggunakan otot bantu pernapasan/ otot aksesoris. 9. Keamanan Data Subyektif :
Trauma baru akibat gelisah. Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan
rentang gerak. L. DIAGNOSA KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA 1. Nyeri
berhubungan dengan adanya proses peradangan, luka insisi pembedahan. 2. Resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan
tubuh. 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan menelan
makanan, nyeri area rahang. 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
luka operasi. M. RENCANA KEPERAWATAN AMELOBLASTOMA NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN TUJUAN INTERVENSI 1.
Nyeri akut b.d agen injuri fisik (luka insisi operasi) NOC: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu untuk Mengontrol nyeri dengan
indikator: - Mengenal factor-faktor penyebab nyeri - Mengenal onset nyeri
- Melakukan tindakan pertolongan non-analgetik - Menggunakan analgetik
- Melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan - Mengontrol nyeri Keterangan: 1 =
tidak pernah dilakukan 2 = jarang dilakukan 3 =kadang-kadang dilakukan 4 =sering
dilakukan 5 = selalu dilakukan pasien Menunjukan tingkat nyeri Indikator:
- Melaporkan nyeri - Melaporkan frekuensi nyeri - Melaporkan lamanya episode
nyeri - Mengekspresi nyeri: wajah - Menunjukan posisi melindungi tubuh
- kegelisahan - perubahan respirasi rate - perubahan Heart Rate - Perubahan tekanan
Darah - Perubahan ukuran Pupil - Perspirasi - Kehilangan nafsu makan Keterangan:
1 : Berat 2 : Agak berat 3 : Sedang 4 : Sedikit 5 : Tidak ada Manajemen Nyeri
- Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi
- observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif - Berikan analgetik sesuai
dengan anjuran - Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat
mengekspresikan nyeri - Kaji latar belakang budaya pasien - Tentukan
dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas
kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran - Kaji pengalaman
individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis - Evaluasi tentang
keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan - Berikan
dukungan terhadap pasien dan keluarga - Berikan informasi tentang nyeri,
seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan - kontrol faktor-
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (seperti: temperatur ruangan, penyinaran, dll) - Anjurkan
pasien untuk memonitor sendiri nyeri - Ajarkan penggunaan teknik non-
farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-
dingin, massase) - Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup - Anjurkan pasien untuk berdiskusi
tentang pengalaman nyeri secara tepat - Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau terjadi keluhan - Informasikan kepada tim kesehatan
lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan
preventif - Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri Pemberian
Analgetik - Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum
pengobatan - Berikan obat dengan prinsip 5 benar - Cek riwayat alergi obat
- Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik yang akan digunakan - Pilih
analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe
dan keparahan nyeri - Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesuadah
pemberian analgetik - Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
- Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik dan efek sampingnya
- Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik (konstipasi/iritasi
lambung) 2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh. Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 2x24
jam pasien dapat memperoleh 1.Pengetahuan:Kontrol infeksi Indikator:
- Menerangkan cara-cara penyebaran infeksi - Menerangkan factor-faktor yang
berkontribusi dengan penyebaran - Menjelaskan tanda-tanda dan gejala
- Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi
Keterangan: 1 : tidak pernah 2 : terbatas 3 : sedang 4 : sering 5 : selalu 2.Status Nutrisi
- Asupan nutrisi - Asupan makanan dan cairan - Energi - Masa tubuh
- Berat badan Keterangan: 1 : sangat bermasalah 2 : bermasalah 3 : sedang 4 :
sedikit bermasalah 5 : tidak bemasalah Kontrol Infeksi - Bersikan lingkungan
setelah digunakan oleh pasien - Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
- Batasi jumlah pengunjung - Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan
individu - Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat - Gunakan sabun
antimikrobial untuk cuci tangan - Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
sebelum dan setelah meninggalkan ruangan pasien - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien - Lakukan universal precautions - Gunakan
sarung tangan steril - Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
- Lakukan teknik perawatan luka yang tepat - Ajarkan pasien untuk
pengambilan urin porsi tengah - Tingkatkan asupan nutrisi - Anjurkan
asupan cairan yang cukup - Anjurkan istirahat - Berikan terapi antibiotik
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi
- Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi 3. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan menelan makanan, nyeri area
rahang. Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik : - Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal - Dilaporkan
adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat - Kelemahan otot yang digunakan untuk
menelan/mengunyah - Luka, inflamasi pada rongga mulut - Mudah merasa
kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan - Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan - Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa - Perasaan
ketidakmampuan untuk mengunyah makanan - Miskonsepsi - Kehilangan BB
dengan makanan cukup - Keengganan untuk makan - Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek - Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi - Kurang
berminat terhadap makanan - Pembuluh darah kapiler mulai rapuh - Diare dan atau
steatorrhea - Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) - Suara usus
hiperaktif - Kurangnya informasi, misinformasi Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi. NOC : v Nutritional
Status : food and Fluid Intake Kriteria Hasil : v Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan v Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan v Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi v Tidak ada tanda tanda malnutrisi v Tidak terjadi
penurunan berat badan yang berarti NIC : Nutrition Management § Kaji adanya alergi
makanan § Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien. § Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe § Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C § Berikan substansi gula
§ Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
§ Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) § Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. § Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori § Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi § Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring § BB pasien
dalam batas normal § Monitor adanya penurunan berat badan § Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang biasa dilakukan § Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan § Monitor lingkungan selama makan § Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan § Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi § Monitor
turgor kulit § Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah § Monitor mual
dan muntah § Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht § Monitor
makanan kesukaan § Monitor pertumbuhan dan perkembangan § Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva § Monitor kalori dan intake nuntrisi
§ Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. § Catat jika
lidah berwarna magenta, scarlet 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
luka operasi. v Anxiety Control v Comfort Level v Pain level v Sleep: extent ang patten
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, gangguan pola tidur pasien
teratasi dengan kriteria hasil : § Jumlah jam tidur dalam batas normal § Pola
tidur,kualitas dalam batas normal § Perasaan fres sesudah/istirahat § Mampu
mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur Sleep Enhancement Ø Determinasi
efek-efek medikasi terhadap tidur Ø Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Ø Fasilitasi untuk mempertahankan aktifitas sebelum tidur (membaca) Ø Ciptakan
lingkungan yang nyaman Ø Kolaborasi pemberian obat tidur. DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. Mansjoer, Arif. (2001).
Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media. Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi.
Jakarta: EGC. Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi
8. Jakarta: EGC. Share this article : Dipakai Bersama69 Artikel Terkait : Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap Title: LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA; Written by Unknown; Rating: 5 dari 5 Diposkan oleh
Unknown Jam 6:14 PM Label: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap 0
Comments 3 Comments nt.fb admin wiwing setiono Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom) Popular Posts LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL GINJAL KRONIK/ CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) LAPORAN
PENDAHULUAN APENDISITIS Blog Archive ► 2017 (1) ▼ 2014 (47) ► March
(11) ► February (3) ▼ January (33) LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU/ KANKER PARU
LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA INFEKSI NOSOKOMIAL
LAPORAN PENDAHULUAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD) LAPORAN
PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK... LAPORAN
PENDAHULUAN MASTEKTOMI LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE
(CARSINOMA MAMMAE)/ ... LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO
LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO/ LUKA BAKAR LAPORAN
PENDAHULUAN ASMA LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTIROID LAPORAN PENDAHULUAN BPH
(BENIGNA PROSTAT HIPERPLAS... LAPORAN PENDAHULUAN
APENDISITIS LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS (DM)
DENGAN U... PITTING EDEMA LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
PENGKAJIAN NEUROLOGI (SARAF KRANIAL, GLASGOW COMA ...
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK LAPORAN
PENDAHULUAN DERMATITIS LAPORAN PENDAHULUAN PPOK LAPORAN
PENDAHULUAN EFUSI PLEURA LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA
SGB (SINDROMA GUILLAIN BARRE) DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA
versi 2 DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA versi 1 INDUKSI PERSALINAN
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS CONTOH DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN DISCHARGE PLANNING... DIAGNOSA
KEPERAWATAN NANDA versi 3 ► 2013 (43) Author Benksquarz Unknown
Unknown Hak Cipta Oleh LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN LENGKAP ShareThis Copy and Paste Share to Google Bookmark
Share to Facebook , Number of shares Share to Twitter Share to Favorit Share to Lagi...
, Number of shares69 Share to Google Bookmark Share to Facebook , Number of
shares Share to Twitter Share to Favorit Share to Lagi... , Number of shares69
Share to Google BookmarkShare to Facebook
, Number of shares
Share to TwitterShare to FavoritShare to Lagi...
, Number of shares69

Anda mungkin juga menyukai