Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI WANITA


“CA VULVA”

Dosen Pengampu: Noor Cholifah ., M.Kes

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 4

1. Rekha Dwi Fi’lia (1520182012)


2. Selvia Lina Hidayah (1520182013)
3. Risa Putrinanda Awalia (1520182014)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan kebidanan ibu nifas dengan CA
VULVA.Kami menyadari terselesainya penyusunan makalah ini berkat adanya bantuan dan kerjasama yang
baik dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh
rekan yang selalu sabar dan ikhlas membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami juga menyadari akan kekurang sempurnaan penulisan makalah ini oleh karena itu kritik dan
saran selalu kami harapkan untuk bahan perbaikan di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Amin

Kudus,    16 Juli 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................................  
Daftar Isi....................................................................................................................................................  
BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................  
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................  
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................  
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ...............................................................................................................................................  
2.2 Epidemiologi...............................................................................................................................................
2.3 Etiologi........................................................................................................................................................
2.4 Patologi........................................................................................................................................................  
2.5 Tanda dan Gejala………………...............................................................................................................
2.5    Gejala klinik..............................................................................................................................................  
2.6    Klasifikasi............................................................................ ....................................................................
2.7    Penyulit..............................................................................................................................................   8
2.8    Penatalaksanaan.................................................................................................................................   8
 SOAP.......................................................................................................................................................   10
BAB IIIPENUTUP
A.     Kesimpulan......................................................................................................................................   15
B.     Saran.................................................................................................................................................   15
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................   16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Vulva merupakan bagian luar dari sistem reproduksi wanita, yang meliputi labia,
lubang vagina, lubang uretra dan klitoris. Labia, lubang vagina, lubang uretra, dan klitoris
termasuk pada bagian vulva, bagian terluar dari vagina. Kanker vulva, menyerang pada
bagian tersebut. Kanker ini biasanya menyerang wanita yang telah menopause, tidak haid
lagi. Oleh karena itu, kanker ini banyak diidap perempuan berusia lebih dari 50 tahun.
Kanker vulva adalah suatu keganasan pada pertumbuhan sel pada area vulva yang
menyerang wanita berusia berkisar antara 50 – 70 tahun, umum ditemukan pada penderita
golongan sosial ekonomi rendah.
Kanker vulva merupakan kanker ginekologi keempat yang paling umum (setelah
kanker korpus uterus, ovarium, dan serviks) dan terdiri dari 4 persen keganasan pada saluran
alat kelamin perempuan.
Setiap tahun, diperkirakan ada 3580 kasus baru dan 900 kematian di Amerika Serikat
dari penyakit ini. Meskipun tingkat kanker vulva invasif tetap stabil selama dua dekade
terakhir, kejadian penyakit NIV (Neoplasia Intraepithelial Vulva) memiliki lebih dari dua
kali lipat.
Kejadian yang disesuaikan menurut umur kanker vulva di Amerika Serikat adalah 2,5
per 100.000 perempuan, berdasarkan data tahun 1997-2004 dari database kanker nasional.
Karsinoma vulva yang paling sering ditemui pada wanita menopause. Usia rata-rata saat di
diagnosis adalah 65, tetapi mungkin lebih rendah. Hal ini diilustrasikan dalam sebuah studi
tentang 78 wanita didiagnosa menderita kanker vulva antara 1979 dan 1993 di mana usia
rata-rata pada presentasi turun 69-55 selama ini.
Faktor risiko untuk kanker vulva termasuk merokok, distrofi vulva (misalnya,
sclerosus lichen), vulva atau neoplasia intraepithelial leher rahim, human papillomavirus
(HPV) infeksi, sindrom imunodefisiensi, sejarah sebelum kanker servik, dan keturunan eropa
utara.
Kanker vulva bukanlah penyakit umum. Ada sekitar 4.000 kasus baru setiap tahun di
Amerika Serikat. Meskipun dapat terjadi pada wanita pada dekade ketiga dan keempat
biasanya didiagnosis pada wanita yang lebih tua. Lebih dari 95% dari kanker vulva timbul
dari epitel skuamosa. Sisanya sebagian besar melanoma. Penyebab kanker skuamosa vulva
tidak diketahui, tetapi ada hubungan yang lemah dengan Human Papilloma Virus (HPV).
Fitur yang paling penting tentang kanker vulva adalah fase premaligna.
Tumor dapat ditemukan dimana – mana, di vulva dan dapat berbentuk eksofitis.
Sering tumor bertukak dengan infiltrasi ke jaringan yang jauh terutama ke vagina, uretra,
perineum, anus dan rectum. Diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histo-
patologi. Metastasis umumnya menuju ke kelenjar limfe femoral dan inguinal, unilateral atau
bilateral, dan selanjutnya ke kelenjar iliaka ekstrena dan interna.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi CA VULVA?
2. Bagaimana etiologi CA VULVA?
3. Bagaimana patofisiologi CA VULVA?
4. Apa saja tanda dan gejala CA VULVA?
5. Bagaimana penatalaksanaan PID?
6. Bagaimana asuhan kebidanannya?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Tujuan Umum
Menerapkan asuhan kebidanan dengan kejadian kanker vulva sesuai dengan konsep
teori asuhan kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus:
1) Mengidentifikasi data fokus kebidanan melalui pengkajian pada dengan kejadian
kanker vulva.
2) Mengidentifikasi diagnosa kebidanan yang timbul pada kejadian kanker vulva.
3) Mengidentifikasi rencana intervensi kebidanan pada kejadian kanker vulva.
4) Menerapkan implementasi kebidanan pada kejadian kanker vulva.
5) Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada kejadian kanker vulva.
Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Kanker primer vulva mewakili 3% sampai 5% dari semua malignansi


ginekologi dan tampak hampir selalu pada wanita pascamenopause meski
angka kejadiannya pada wanita yang lebih muda meningkat. (Smeltzer,
2002:1564)

Karsinoma vulva adalah penyebab 3% sampai 4% dari semua kanker


genetalia primer pada perempuan. (Price, 2005:1299)

Kanker Vulva adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kanker
pada genitalia bagian luar wanita termasuk labia (bibir di sekeliling lubang
vagina), klitoris (jaringan kecil di atas lubang keluar vagina) dan bagian luar
dari vagina.
2.2 Epidemiologi
Usia rata – rata perempuan dengan karsinoma in situ adalah 44 tahun; untuk
karsinoma mikroinvasif adalah 58 tahun dan untuk karsinoma invasif yang sebenarnya
adalah 61 tahun. (Price, 2005:1299)
Wanita kulit putih lebih banyak yang terserang dibanding wanita nonkulit putih.
Karsinoma sel skuamosa menyebabkan sebagian besar tumor vulva. Angka kejadiannya
lebih tinggi pada wanita hipertensi, obesitas dan diabetes. (Smeltzer, 2002: 1565)
Karsinoma vulva jarang ditemukan pada golongan umur < 45 tahun dan jauh lebih
jarang lagi pada wanita hamil. Umumnya ditemukanpada golongan social ekonomi rendah
dengan hygiene seksual yang kurang mendapat perhatian, obesitas, dan hipertensi (>50%).
Paritas dan suku/ ras tidak mempunyai peran. Iritasi menahun seperti pada limfogranuloma
inguinale, kondiloma akuminata, kondiloma lata, kondisi distrophia kulit vulva seperti
pada lichen sclerosus et atrophicus, leukoplakia, dan kraurosis diduga sebagai pemicu
timbulnya karsinoma vulva (lesi pra-neoplastik). (Sarwono Prawirohardjo, 2008: 367)
2.3 Etiologi

Etiologi terjadinya kanker vulva belum diketahui secara pasti, namun yang menjadi faktor
terjadinya kanker vulva adalah penyakit menular seksual, diantaranya :

1. Penyakit menular seksual

2. Granulomatosa

3. Sifilis

4. Herpes hominis tipe II

5. Kondiloma akuminata

6. Infeksi dari HPV (virus yang menyebabkan kutil genetalia dan ditularkan melalui
hubungan seksual). (Price,2005: 1299)

7. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina

8. Diabetes

9. Obesitas

10. Hipertensi

11. Usia

Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya
berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis. Usia rata-rata
penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun.

12. Hubungan seksual pada usia dini

13. Berganti-ganti pasangan seksual

14. Merokok

15. Virus HIV menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sehingga lebih
mudah mengalami infeksi HPV menahun

16. Golongan sosial-ekonomi rendah. Hal ini berhubungan dengan ketidakmampuan


dalam membiayai diri ke pelayanan kesehatan

17. Neoplasia intraepitel vulva (NIV)

18. Liken sklerosus. Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.

19. Peradangan vulva menahun


20. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.
2.4 Patologi

Lesi primer sering berupa ulkus dengan tepi induratif (ulcero-granulating) atau
sebagai tumbuhan eksofitik (wart/ kutil) dengan tempat predileksi terutama di labia mayora,
labia minora, klitoris, dan komisura posterior. Lesi bilateral tidaklah jarang, bahkan kedua
labia mayora dapat simetris terkena (kissing). Histologik lebih dari 80 % adalah epidermoid
dengan diferensiasi baik, sedang sisanya yang 10 % karsinoma basoselulare, adenokarsinoma,
fibrosarkoma, atau miosarkoma, tumor campuran (silindroma dan melanoblastoma) yang
merupakan 1 – 2 % dari semua karsinoma vulva. (Sarwono, 2008: 368)
2.5 Tanda dan Gejala
Kanker vulva dapat dilihat dan diraba dengan mudah. Awalnya, kanker tampak
seperti peradangan kulit yang tidak kunjung sembuh. Kemudian, muncul benjolan yang terus
tumbuh dan menjadi keras. Benjolan akan berbentuk seperti bunga kol. Gejala dan tanda lain
yang dapat muncul adalah sebagai berikut:
1. Rasa gatal,perih atau nyeri pada vulva
2. Perubahan ketebalan dan warna kulit pada vulva
3. Kelainan kulit pada vulva misalnya luka terbakar atau benjolan
4. Keluarnya cairan encer yang berbau busuk
2.6 Klasifikasi
1. Kanker Vulva Epidermoid
Kanker epidermoid paling sering mengenai separuh anterior vulva dan timbul di labia
(mayor dan minor) pada 65 % pasien, dan di klitoris pada 25 % pasien. Lebih dari
sepertiga tumor terletak di garis tengah atau bilateral. Tidak ada hubungan positif antara
kekerapan metastasis dengan tampilan umum tumor yang berbentuk eksofitik
(menyerupai kembang kol), lesi ulseratif, atau tumor merah seperti beludru. Penentu
utama metastasis dan hasil berikutnya adalah ukuran tumor. Namun derajat histology
berhubungan dengan kemungkinan metastasis jika tumor berukuran < 2 cm.
Karsinoma Epidermoid vulva derajat I yang khas tersusun atas sel – sel lancip atau
berduri sengan diferensiasi baik, banyak yang membentuk mutiara keratin. Kadang –
kadang terlihat mitosis. Sel – sel ganas menginvasi jaringan sub epitel, leukosit dan
limfosit menginfiltrasi stroma dan jaringan berbatasan langsung dengan tumor. Kanker
epidermoid derajat II dan III tersusun atas sel – sel dengan diferensiasi semakin buruk.
Karsinoma verukosa, suatu varian kanker epidermoid secara umum menyerupai
kondiloma akuminata. Penyebaran local umum terjadi, tetapi metastasis limfatik pada
pasien usia lajut jarang terjadi.
2. Melanoma Maligna
Melanoma Maligna, meliputi 6 – 11 % dari seluruh kanker vulva, merupakan tipe
kanker vulva paling umum nomor dua. Melanoma merupakan keganasan yang sangat
agresif, biasanya berasal dari nevi berpigmen pada vulva. Melanoma terutama menyerang
wanita kulit putih pascamenopause. Melanoma Maligna paling sering mengenai labia
minor atau klitoris. Biasanya melanoma maligna berupa lesi tunggal, meninggi, tidak ada
nyeri tekan, dengan hiperpigmentasi dan ulserasi yang mudah berdarah. Semua
Melanoma Maligna cepat menyebar melalui system vena. Juga sering terjadi kekambuhan
setempat. Pengobatan serupa dengan pengobatan serupa dengan pengobatan karsinoma
sel skuamosa.
3. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma Sel Basal adalah lesi ulseratif yang terdiri atas sel ganas basofilik, bulat, kecil
berasal dari lapisan epidermis paling dalam. Sel – sel ini tersusun dalam kelompok yang tidak
beraturan dan seringkalai menembus jaringan penghubung yang mendasari. Kadang – kadang
terlihat mitosis, tetapi tidak ada keratinisasi,. Tidak seperti karsinoma sel skuamosa dengan
keratinisasi, metastasis karsinoma sel basal jarang dan lambat. Namun kekambuhan setempat
umum terjadi. Karsinoma sel basal mencakup 2 % - 3 % kanker vulva, dan hamper selalu
muncul pada kulit labia mayor. Pengobatan biasanya dengan eksisi luas local karena tumor belum
metastasis. Namun kira – kira 20 % mengalami kekambuhan. Satu pengecualian terapi ini adalah
tumor tipe sel skuamose-basal yang memerlukan pengobatan serupa dengan karsinoma sel
skuamosa invasif.
4. Karsinoma Kelenjar Bartolini
Meskipun angka kesembuhan Karsinoma Kelenjar Bartolini dan karsinoma sel skuamosa
sama, untuk semua stadium, ada dua faktor yang membuat karsinoma kelenjar bartolin lebih
berbahaya. Biasanya diagnosis kanker kelenjar Bartolin terlambat karena letaknya yang agak lebih
sulit dicapai dibanding kanker serviks, dan mungkin diduga sebagai kista bartolin. Disamping itu,
karena tumor mempunyai jalan masuk ke saluran limfa yang mengalir ke rectum, mereka dapat
metastasis langsung ke nodus limfatikus pelvis dalam. Namun terapi karsinoma kelenjar bartolin
serupa dengan karsinoma sel skuamosa.
5. Sarkoma Vuva
Mencakup < 2 % kanker vulva. Kanker sel stroma yang paling umum adalah leimiosarkoma
dan histiositoma fibrosa. Adenokarsinoma vulva (kecuali yang berasal dari bartolin) sangat jarang.
Metastasis kanker ke vulva dapat berasal dari tumor traktus genitalis lain atau dari ginjal atau
uretra. (Ralph C.Benson)
2.7 Pembagian Tingkat Keganasan
Penetapan stadium/ tingkat keganasan ini dibuat hanya sekali, yakni pada waktu
diagnosis penyaki ditegakkan, dan biasanya oleh staf onkologi yang senior. Selanjutnya
dalam follow-up setelah mendapat penanganan, bukannya stadium/ tingkatan klinik yang
berubah, akan tetapi respon terhadap penanganan, kualitas hidup dalam status penampilan
(performance status), kekambuhan (relapse/recurrence), progresivitas penyakit, ketahanan
hidup (survival time), bebas penyakit (disease-free survival time) atau mati. (Sarwono, 2008:
370)
Tabel 1. Pembagian dalam tingkat klinik karsinoma vulva menurut klasifikasi
FIGO ’76).
STADIUM MANIFESTASI
Kanker hanya ditemukan di permukaan vulva
Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum (daerah
antara rektum dan vagina). Ukuran tumor sebesar 2 cm
atau kurang dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening
IA Kanker stadium I yang telah menyusup sampai

kedalaman kurang dari 1 mm


IB Kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam

dari 1 mm
II Kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu, dengan
ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum menyebar ke
kelenjar getah bening
III Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum serta telah
menyebar ke jaringan terdekat (misalnya uretra,
vagina, anus) dan / atau telah menyebar ke kelenjar
getah bening selangkangan terdekat.
IVA Kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke
uretra bagian atas, kandung kemih, rektum atau tulang
panggul, atau telah menyebar ke kelenjar getah
bening kiri dan kanan
IVB Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di

dalam panggul dan / atau ke organ tubuh yang jauh.

Tabel 2. Penetapan tingkat karsinoma vulva menurut TNM (Tumor, Nodes,


Meatstasis)
T1S Karsinoma pra-invasif, intra-epitelial, in situ
T1 Tumor terbatas pada vulva. Diameter terbesar < 2 cm
T2 Tumor terbatas pada vulva. Diameter terbesar > 2 cm
T3 Tumor dari setiap ukuran dengan perluasan ke urethra, dan/ vagina, dan/
perineum, dan/ anus.
T4 Tumor dari setiap ukuran, yang telah menginfiltrasi mukosa kandung kemih,
dan/ rectum, atau keduanya, termasuk bagian proksimal mukosa urethra, dan/
ke tulang
N Kelenjar getah bening regional
N0 Tidak ada kelenjar yang teraba
N1 Kelenjar inguinal teraba, di satu/ dua belah lipat paha, tidak membesar, mudah
digerakkan (mobile) dan klinis tidak mencurigakan mengandung anak sebar.
N2 Kelenjar inguinal teraba, di satu/ dua belah lipat paha, membesar, keras, masih
mobile dan klinis dicurigai telah mengandung anak sebar.
N3 Kelenjar inguinal membesar, keras, menjadi satu yang terfiksir / sukar
digerakkan, atau mengalami ulserasi.
M Metastasis jarak jauh
M0 Tidak ada metastasis berjarak jauh secara klinis
M1A Kelenjar panggul dalam (profundal) teraba
M2A Metastasis berjarak jauh lainnya ditemukan.

2.8 Pemeriksaan Fisik

Inspeksi (Fokus ke bagian genital) :

a) Adanya lesi seperti bunga kol berwarna cokelat, merah atau putih

b) Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk

c) Pendarahan

d) Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)

e) Raut wajah pucat

f) Pasien tampak menggaruk bagian genital


Pada pemeriksaan palpasi yaitu teraba benjolan yang terus tumbuh menjadi keras di
bagian vulva.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kanker vulva yaitu :
1. Pulasan Pap pada serviks (Pap Smear)
Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal,
yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula
kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.

2. Pemeriksaan bimanual: Sistoskopi, Proktoskopi


3. Pemeriksaan foto: thorak (Price,2005: 1299)
2.10 Diagnosis / Kriteria diagnosis
Hasil pemeriksaan positif : Dari hasil biopsi terdapat sel – sel ganas pada sel skuamosa
di daerah vulva. Biopsi harus dilakukan pad semua lesi vulva yang menetap, yang
mengalami ulserasi atau yang tidak sembuh dengan cepat setelah terapi yang sesuai. Lesi
mulai tumbuh pada permukaan kulit dan dapat dengan mudah dikenali sebagai ulkus kecil
yang menjadi iritasi atau gatal atau meningkat ukurannya. (Smeltzer,2002: 1565)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil biopsi
jaringan. Staging (Menentukan stadium kanker) . Staging merupakan suatu proses yang
menggunakan hasil-hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik tertentu untuk
menentukan ukuran tumor, kedalaman tumor, penyebaran ke organ di sekitarnya dan
penyebaran ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh. Dengan mengetahui stadium
penyakitnya maka dapat ditentukan rencana pengobatan yang akan dijalani oleh
penderita.
Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa telah terjadi kanker vulva, maka dilakukan
beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran kanker ke daerah lain: Sistoskopi
(pemeriksaan kandung kemih), Proktoskopi (pemeriksaan rektum), Pemeriksaan panggul
dibawah pengaruh obat bius, Rontgen dada, CT scan dan MRI.
2.11 Kemungkinan Komplikasi:
a) Infeksi luka dan sepsis
b) Trombosis vena profunda
c) Hemoragi (Smeltzer,2002: 1566)

2.12 Penatalaksanaan Medis:


Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:
1. Pembedahan
a) Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar
jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan
pengangkatan kelenjar getah bening
b) Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker
c) Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung
kanker
d) Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva
e) Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva
f) Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah
bening di sekitarnya.
g) Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ wanita
lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon,
rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher rahim, rahim
dan vagina. Untuk membuat vulva atau vagina buatan setelah pembedahan,
dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan bedah plastik.
2. Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya utnuk
membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor. Pada radiasi eksternal digunakan
suatu mesin sebagai sumber penyinaran; sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh
penderita dimasukkan suatu kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan radioaktif.
2.13 Kemoterapi

Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat


tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau otot).
Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam aliran darah
sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker di seluruh
tubuh.
3. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut stadium kanker vulva yaitu :

Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta usia
dan keadaan umum penderita.
3.10 Kanker vulva stadium 0

a. Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya

b. Vulvektomi skinning

c. Salep yang mengandung obat kemoterapi

3.11 Kanker vulva stadium I

a. Eksisi lokal luas

b. Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah bening


selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang sama dengan kanker.
c. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan pada
salah satu atau kedua sisi tubuh.
d. Terapi penyinaran saja.

3.12 Kanker vulva stadium II

a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan kiri


dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka
dilakukan setelah pembedahan dilakukan penyinaran yang diarahkan ke panggul
b. Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).

3.13 Kanker vulva stadium III

a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan dan


kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan kanan. Jika di dalam kelenjar
getah bening ditemukan sel-sel kanker atau jika sel-sel kanker hanya ditemukan di
dalam vulva dan tumornya besar tetapi belum menyebar, setelah pembedahan
dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan lipat paha.
b. Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan pengangkatan
kelenjar getah bening kiri dan kanan.
c. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi.

3.14 Kanker vulva stadium IV


a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum atau kandung
kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai pengangkatan
rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
b. Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran

c. Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal

d. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi dan
mungkin juga diikuti oleh pembedahan.
3.15 Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)

a. Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran

b. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung kemih


(tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan pengangkatan
rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
c. Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa pembedahan

d. Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi gejala nyeri,
mual atau kelainan fungsi tubuh.

4. Pencegahan

Adapun cara pencegahan terkena kanker vulva adalah :

4.10 Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan

4.11 Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif

RENCANA ASUHAN
1. Senyum, Salam, dan Sapa
Rasional : Senyum, sapa, dan salam penting untuk membina keakraban dengan
pasien dan dapat mengurangi beban psikologis pasien.
2. Beri informasi tentang tindakan yang akan dilakukan
Rasional : Dengan mengetahui tujuan tindakan yang akan dilakukan pada pasien,
maka pasien dapat memberikan persetujuan tindakan dan pasien merasa
senang.
3. Beri informasi tentang fisiologi nyeri
Rasional : Dengan menjelaskan fisiologi nyeri yang dirasakan maka pasien akan dapat
beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan sebelum dilakukan operasi.
4. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : TTV merupakan indicator penting untuk mengetahui keadaan pasien
sebelum operasi.
5. Anjurkan Ibu untuk mengkonsumsi makanan yang berserat
Rasional : Makan yang berserat serta uah-buahan dan memperbanyak minum air
putih untuk meningkatkan peristaltio usus besar dan dapat memperlancar
buang air besar.
6. Anjurkan untuk berdoa dan berzikir
Rasional : Berdooa dan berzikir dapat mengurangi beban psikologi , sehingga ibu
lebih tenang dan tabah dalam menghadapi cobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta: EGC.
Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta: EGC
Loeni, Rapani. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Vulva (online).
(http://www.rafani.co.cc/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html).
Diakses pada tanggal 6 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai