Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KANKER SERVIKS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Paliatif

Nama : Yuyum Yumita Dewi

NIM : 18142011103

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat kesehatan
dan kesempatan yang telah diberikan sehingga Makalah yang berjudul “ Asuhan Keperwatan
Kanker Serviks” ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Paliatif. Dimana, nantinya akan lebih mudah bagi mahasiswa untuk memenuhi isi
dari Makalah dan dapat menjadi bahan ajar tambahan bagi dosen maupun mahasiswa.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Majalengka, Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan ............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi .......................................................................................................... 2
B. Etiologi .......................................................................................................... 2
C. Manifestasi .................................................................................................... 3
D. Klasifikasi ...................................................................................................... 4
E. Patofisiologi .................................................................................................. 5
F. Komplikasi .................................................................................................... 8
G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 8
H. Penatalaksanaan ............................................................................................ 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

A. Pengkajian ..................................................................................................... 11
B. Diagnose ........................................................................................................ 13
C. Intervensi ....................................................................................................... 14
D. Implementasi ................................................................................................ 16
E. Evaluasi ......................................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 18
B. Saran .............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang paling
banyak terjadi bagi wanita. Kanker Serviks sering juga disebut dengan kanker mulut
rahim. Kanker Serviks merupakan penyakit kanker kedua terbanyak yang dialami oleh
wanita di seluruh dunia. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah leher
rahim (serviks). Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan di
Indonesia. Setiap satu jam perempuan Indonesia meninggal dunia karena kanker dalam
tiga dasa warsa terakhir. Tingginya angka kematian itu akibat terlambatnya penanganan,
sekitar 70% datang dengan kondisi stadium lanjut. Kanker serviks merupakan kanker
tersering pada wanita dan merupakan penyebab kematian terbanyak nomor 3 di seluruh
dunia penyebab kematian nomor 1 di negara berkembang.
Sampai saat ini, insiden kanker serviks dalam hal morbiditas dan mortalit as belum
menunjukan hasil penurunan yang signifikan. Bukti kuat pendukung kanker serviks
disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV), dengan risiko tertinggi Human
Papiloma Virus (HPV) subtipe genital meningkatkan risiko beragam penularan
(Suhartono, 2007). Kanker serviks merupakan penyakit kanker paling umum kedua yang
biasa diderita perempuan berusia 20–25 tahun. Di Indonesia, kanker serviks merupakan
kasus terbanyak dan hampir 70% -nya ditemukan dalam kondisi stadium lanjut (≥ stadium
IIB).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Kanker Serviks ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Kanker Serviks ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui tentang kanker serviks dan asuhan keperawatan pada penderita kanker
serviks.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu keganasan yang
terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang
menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2009).
Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher rahim,
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita.Kanker serviks adalah penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan
jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Lynda, 2010).
Kanker servik merupakan kanker pembunuh nomor satu pada wanita di dunia
ketiga. Epidemiologi menunjukkan bahwa kanker ini merupakan penyakit menular seksual
(Suharto 2009).

B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap
masih terlalu muda.
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi HPV (Human papiloma virus) yang beresiko tinggi menyebabkan
kanker leher rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual (sexually transmitted

2
disease). Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun, sampai tiga
puluhan, walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya.
Infeksi virus HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16, 18, 45, 56
dimana HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini
dapat mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat
tinggi (high-grade intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan lesi (Yatim, Faisal,
2010).
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa di obati dan diiduga adanya
pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum
disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga
banyak kumpulan-kumpulan smegma. Pemakain pembalut yang mengandung bahan
dioksin ( diaoksin adalah bahan pemutih buat pembalut daur ulang ). Membersihkan
organ vital dengan air yang tidak bersih.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks
yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
C. Manifestasi Klinis
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker
ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan
getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Perdarahan

3
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai
perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75%-80%). Pada tahap
awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala
berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran
sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan
berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar
berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi
pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal
toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar
berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal.
Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan
gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada
tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina
berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan
pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut
meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi
karena obstruksi ureter.
D. Klasifikasi
Berikut ini merupakan pembagian stadium kanker serviks menurut FIGO (international
federation gynecologic anda obstetric).
1. Tahap I kanker terbatas pada daerah serviks
 0 = Kanker yang masih terbatas pada lapisan epitel mulut rahim dan belum
memiliki potensi untuk menyebar ketempat atau organ lain.
 I = Terbatas diuterus
 IA = Terdeteksi kanker invasive hanya mikroskopis
 IA1 = Invasive dengan kedalaman kurang dari 3 mm dan lebar kurang dari 5 mm.
 IA2 = Invasive dengan kedalaman lebih dari 3 mm tetapi kurang dari 5 mm, dan
lebar kurang dari 7 mm.
 IB = Kanker dapat terlihat dengan jelas dipermukaan serviks

4
 IB1 = Kanker dileher rahim kurang dari 4 cm
 IB2 = Kanker dileher rahim lebih besar dari 4 cm
2. Tahap II penyebaran kestruktur yang berdekatan
 II = Invasi tidak sampai kedinding panggul atau mencapai sepertiga bagian
bawah vagina
 IIA = Menyebar kebagian vagina
 IIB = Menyebar membujur dinding panggul
3. Tahap III berkembang lebih luas, tetapi masih dalam panggul
 III = Invasi mencapai dinding panggul, sepertiga bagian bawah vagina atau
timbul bendungan ginjal.
 IIIA = Kanker berkembang panjang kedaerah vagina yang lebih rendah.
 IIIB = Kanker berkembang panjang ke dinding panggul, hingga mengambat
saluran kencing
4. Tahap IV menyebar luas dan melibatkan organ panggul
 IV = Kanker sudah keluar dari panggul.
 IVA = Meliputi bagian dalam kandung kemih dan rectum.
 IVB = Metastasi jauh hingga kebagian paru-paru, hati atau tulang
E. Patofisiologi
Cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan
endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Pada
wanita muda SCJ ini berada diluar OUE, sedang pada wanita berumur >35 th, SCJ berada
didalam kanalis servikalis pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi
tanda-tanda dan keluhan ada pemeriksaan dengan speculum, tampak parsio yang erosive
(metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh sebagai
berikut:
1. Eksofitik, mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
5
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH
vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2
SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat
pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. (Rahmawan, 2009).

Daerah di antara kedua SSK (Sel skuamosa karsinoma) ini disebut daerah
transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel
secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi
ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari
agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma
virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat
ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel
skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.
(Rahmawan, 2009).

Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel neoplastik terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia servik
intraephitelia (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II
sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker servik pendarahan
merupakan satu-satunya gejala yang nyata, tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap
lanjut. Sedangkan tahap awal tidak. (Pince Sylvia A, 2010).

6
PATHWAY

7
F. Komplikasi
1. Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat menyebabkan
kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan. Perdarahan dapat terjadi pada
vagina, rektum (bagian belakang), atau mungkin mengeluarkan darah ketika buang air
kecil.
2. Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang keluar dari
tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam beberapa kasus kanker
serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan jaringan abnormal) dapat menekan
ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin tertampung dalam
ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan ginjal menjadi bengkak
dan rusak.
3. Pembekuan Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun menyedihkan yang
terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut. Fistula adalah
saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam kebanyakan
kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara kandung kemih dan
vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang antara vagina dan dubur.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini
mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu
pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian
dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
2. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.
Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian
dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.

8
3. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah
dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan
praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan
serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak  bercak-bercak  putih
pada permukaan serviks yang tidak normal.
4. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi
50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide (servikogram) dibaca oleh
yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan
abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek
secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
5. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x
dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau
pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih
dengan pulasan asam asetat.
6. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif
dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic
Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin).
7. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan
yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin,
hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-
sel tubuh.( Dr.Rama Diananda, 2009)

9
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks tergantung pada stadiumnya.
1. Stadium 0 : konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut dengan
basis pada partio, untuk tujuan diagnostik/terapeutik)
2. Stadium IA : simple histerektomi (histerektomi total)
3. Stadium IB dan IIA : histerektomi dan chemoterapi
4. Stadium IV : Radiasi paliatif

10
BAB III

AHUSAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan informasi dan menganalisa, sehingga
dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut.Perawat melatih keterampilan konseptual dan
observasional dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
sentuhan. Penggunaan data yang akurat dan sistematis dan akan membantu menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan pasien serta memudahkan dalam merumuskan
diagnosa (Donges dkk, 2007). Pengumpulan data dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Anamnesa adalah pertanyaan terarah yang ditujukan kepada pasien, untuk mengetahui
keadaan pasien dan faktor yang di milikinya. Anamnesa dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu :
2. Autoanamnesa adalah anamnesa yang dilakukan langsung kepada pasien. Pasien
sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dan menceritakan kondisinya.
3. Alloanamnesa adalah anamnesa yang dilakukan dengan orang lain guna mendapatkan
informasi yang tepat tentang kondisi pasien.
Adapun pengkajian yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pada pasien dengan
diagnosa medis Kanker Serviks adlah sebagai berikut : identitas pasien yang meliputi nama,
umur, alamat,status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, susku, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, dan diagnosa medis. Adapun pengkajian pada klien dengan Kanker
Serviks menurut Doenges, 2010 :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala :
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia
2) Perubahan pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari
3) Adanya faktor – faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan
keringat malam
4) Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen lingkungan dan tingkat stres
tinggi

11
b. Sirkulasi
Gejala : nyeri dada (angina)
Tanda : Disritmia (Vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur, peningkatan darah dengan
tekanan nada yang kuat, takikardi saat istirahat, sirkulasi kolaps krisis tirotoksikosis
c. Eliminasi
Gelaja :
Pada kanker serviks : perubahan pada defekasi, perubahan eliminasi urinasi misalnya
nyeri.
d. Integritas Ego
Gejala : faktor stres, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religius atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal
diagnosis dan perasaan putus asa.
e. Makan / Cairan
Gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, kehausan, mual dan muntah,
kebiasaan diet buruk (misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet
rasa).
f. Neurosensori
Gejala : pusing
g. Nyaman / Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis)
i. Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap aktifitas, keringat berlebihan, alergi terhadap iodiu
(mungkin digunakan pada pemeriksaan)
Tanda : suhu meningkat 37,4 ̊ C, diaphoresis kulit halus, hangat dan kemrahan.
j. Seksualitas
Tanda : perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah karakterisktik, bau),
perdarahan habis senggama.

12
k. Penyuluhn / Pembelajaran
Gejala : riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primes, riwayat
pengobatan sebelumnya. Nuligravida lebih dari usia 30 tahun, multigravida pasangan
seks multiple dan aktivitas seksual dini.
l. Perencanaan pulang
Gejala : mungkin membutuhkan bantuan untuk perawatan diri dan aktivitas.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengisi
kebutuhan aseptik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Label
dari diagnosa keperawatan memberi format untuk mengekspresikan bagian identitas
masalah dari proses keperawatan. Adapun menurut Marerniti and Women’s Health Care
diagnosa keperawatan pada pasien dengan kanker serviks adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan proses penyakit
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnnya infomasi tentang penyakit

13
C. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen 1. Pasien melaporkan penutunan 1. Lakukan pengkajian nyeri
cidera biologis skala nyeri secara komprehensif
2. TTV dalam rentang normal 2. Anjurkan pasien untuk
3. Pasien dapat mengurangi faktor -
mendemosntrasikan teknik faktor yang dapat nyeri
manajemen nyeri secara no 3. Monitor ttv pasien
farmakologis 4. Ajarkan teknik
manajemen nyeri non
farmakologis (relaksasi
nafas dalam)
5. Kolaborasi pemberian
analgetik untuk pasien
2 Ansietas b.d masalah 1. Pasien mampu 1. Gunakan pendekatan
keperawatan mengidentifikasi dan yang menenangkan
mengungkapkan gejala 2. Jelaskan semua prosedur
cemas dan apa yang di rasakan
2. Mengidentifikasi, selama prosedur
mengungkapkan dan 3. Identifikasi tingkat
menunjukan teknik untuk kecemasan
mengontrol cemas 4. Dorong keluarga untuk
3. Postur tubuh, ekspresi wajah, menemani pasien
bahsa tubuh dan tingkat 5. Dengarkan dengan penuh
aktivitas menunjukan perhatian
berkurangnya kecemasan
3 Disfungsi seksual b.d 1. Mengekspresikan 1. Bangun hubungan
proses penyakit kemampuan untuk melakukan terapeutik di dasarkan
aktifitas seksual pda kepercayaan dan rasa
meskipunmengalami hormat
ketidakmampuan fisik 2. Tetapkan lamanya
2. Mengekspresikan hubungan konseling
kepercayaan diri 3. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
ketakutan dan untuk
bertanya mengenai fungsi
seksual berikan privasi
dan jaminan kerahsiaan
4. Monitor timbulnya stres,
depresi sebagai
kemungkinan penyebab
disfungsi seksual
4 Defisiensi 1. Pasien dan keluarga 1. Jelaskan patofisiologis
pengetahuan b.d menyatakan pemahaman dari penyakit dan
kurangnnya infomasi tentang penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
tentang penyakit prognosis dan program berhubungan dengan
pengobatan anatomi dan fisiologi
2. Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang 2. Hambarkan tanda dan
dijelaskan secara benar gejala yang biasa muncul
3. Pasien dan keluarga pada penyakit dengan
menjelaskan kembali apa cara yang tepat
yang dijelaskan perawat atau 3. Identifikasi kemungkinan
tim kesehatan lainnya penyebab, dengan cara
yang tepat
4. Intruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan dengan cara
yang tepat
5. Berikan reinformasi pada

15
pasien dan keluarga atas
jawaban yang diberikan

D. Pelaksanaan / Implementasi
Menurut Rohmah (2012) pelaksanaan adalah realisasi tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan sesudah pelaksanaan tidakan, serta
menilai data yang baru. Komponen tahap imlementasi sebagai berikut :
1. Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter
Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan Standar Practice American
Association undang-undang praktek keperawatan negara bagian dan kebijakan institusi
perawatan kesehatan.
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan yang di lakukan oleh perawat bila perawat dengan anggota perawat kesehatan
yang lain membuat keputusan bersama yang bertahap untuk mengatasii masalah pada
pasien dengan kanker serviks.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item – item atau perilaku
yang dapat diamati dan di pantau untuk menentukan apakah hasilnya sudah tercapai atau
belum dalam jangka waktu yang telak ditentukan (Doeges, dkk : 2010).
Evaluasi hasil asuhan keperawatan sebagi tahap akhir peoses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir seluruh tindakan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi ini
bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan
keperawatan yang telah dilakukan dan disebut juga evaluasi pencapaian jangka panjang. Ada
tiga alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu :
1. Masalah teratasi
Maslah teratasi apabila klien atau keluarga menunjukan perubahan tingkah laku dan
perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Masalah teratasi sebagian
Masalah teratasi sebagian apabila klien atau keluarga menunjukan perubahan dan

16
perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujua yang telah
ditetapkan
3. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak menunjukan
perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbuh masalah baru.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu keganasan yang
terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang
menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2009). Kanker serviks dapat
disebabkan oleh faktor umur, jumlah kehamilan dan partus, jumlah perkawinan, infeksi
virus, sosial ekonomi, hygiene dan sirkumsisi, serta erokok dan AKDR (alat kontrasepsi
dalam rahim). Biasanya ditandai dengan gejala keputihan, pendarahan, dan nyeri.

B. Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan asuhan
keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/12984423/ASKEP_CA._CERVIKS

https://www.academia.edu/36602868/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DENAGAN _CA_CERVIX

https://www.academia.edu/5533107/Asuhan_Keperawatan_Kanker_Serviks

https://id.scribd.com/302546038/ASKEP-KANKER-SERVIKS

http://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/1080/NOP/NU/
CAHAYA
JURNAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI KECAMATAN
NGAMPEL KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH

Ns. Sri Wahyuni, M.Kep., Sp.Kep.Mat


Departemen Maternitas, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam
Sultan Agung, Jalan Raya Kaligawe Km.4 Semarang, Jawa Tengah
mbakri_2008@yahoo.co.id

Abstrak

Latar Belakang, deteksi dini kanker serviks merupakan upaya untuk


pencegahan kejadian kanker servik. Tujuan, penelitian ini bertujuan untuk
menguji mengetahui faktor yang peling mempengaruhi perilaku deteksi dini
kanker serviks. Metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian
kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Jumlah responden 80 yang diambil dengan teknik
simple random sampling. Pengolahan data menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian, faktor yang paling mempengaruhi perilaku deteksi dini
kanker serviks adalah dukungan suami dengan nilai p=0,010 dan OR 3,050.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan suami 3,05 kali
mempengaruhi perilaku dalam deteksi dini kanker serviks.

Kata Kunci: faktor-faktor, perilaku, deteksi dini kanker serviks


PENDAHULUAN

Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita yang
menjadi penyebab kematian setelah penyakit kardio vaskuler. ( Rasjidi, 2009;
Longo, 2009). Insiden Kanker serviks, menurut perkiraan Departemen
Kesehatan,100 per 100.000 penduduk pertahun(Yatim, 2005).

Insiden kematian meningkat akibat masyarakat enggan elakukan pemeriksaan,


sehingga kanker terdiagnosa setelah dalam stadium lanjut. Sebagaimana
ditemukan di wilayah kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal berdasarkan data
yang diperoleh pada bulan September 2012, bahwa sosialisasi tentang kanker
serviks sudah dilakukan dengan cara membagikan leaflet, penyuluhan dan
menyelenggarakan papsmear masal, namun tingkat kehadiran masyarakat masih
rendah, yaitu sekitar 30% - 40%. Hasil wawancara pada 10 orang yang belum
melakukan papsmear didapatkan alasan yangbervasiasi, yang mengatakan belum
mengetahui 10%, tidak mempunyai uang 30%, kurangnya dukungan suami 20%
dan 40% lainnya mengatakan sebagian besar wanita disekitarnya juga belum
pernah melakukan periksaan deteksi dini kanker serviks.

METODOLOGI
Jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Populasi pada penelitian ini wanita
yang sudah melakukan deteksi dini kanker serviks yang tinggal di wilayah
Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal. Jumlah sampel 60 orang yang diambil
dengan teknik random sampling. Tempat penelitian dilakukan di wilayah
Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, dalam rentang waktu
November sampai sampai dengan Desember 2012. Data yang diperoleh diolah
secara statistik dengan menggunakan uji regresi logistik.
HASIL
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, pendidikan,
status ekonomi, keterjangkauan pelayanan kesehatan, pengetahuan, sikap,
dukungan suami dan dukungan sebaya di Kecamatan Ngampel Kabupaten
Kendal
Jawa Tengah Tahun 2012 (n=80)
Variabel Frekuensi prosentase
(%)
Usia
Muda 47 58,751
Tua 33 41,25
Pendidikan
Rendah 75 93,75
Tinggi 6,25
Ekonomi
Rendah 67 83,75
Tinggi 13 16,25
Keterjangkauan
Tidak terjangkau 31 38,75
Terjangkau 49 61,25
Pengetahuan
Rendah 52 65
Tinggi 28 35
Sikap
Negatif 48 60
Positif 32 40
Dukungan suami
Tidak baik 15 18,75
Baik 65 81,25
Dukungan sebaya
Tidak baik 22 27,5
Baik 58 72,5
Tabel 2. Hubungan antara usia, pendidikan, status ekonomi, keterjangkauan,
pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan sebaya terhadap perilaku deteksi
dini kanker serviks di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah Tahun
2012 (n=80)

Variabel Perilaku p Value


Tidak baik Baik α � 0,05
n %) n (%)
Usia
Muda 0 0 47 100 0,540
Tua 4 12 29 88
Pendidikan
Rendah 8 10,6 67 89,4 0,392
Tinggi 0 0 5 100
Ekonomi
Rendah 7 10,4 60 89,5 0,428
Tinggi 1 7,6 12 92,4
Keterjangkauan
Tidak terjangkau 4 12,9 27 87,1 0,385
Terjangkau 4 9,75 37 90,25
Pengetahuan
Rendah 0 0 78 100 0,000
Tinggi 15 19,2 63 80,8
Sikap
Negatif 42 87,5 6 12,5 0,000
Positif 6 18,75 26 81,25
Dukungan Suami
Tidak Baik 4 26,7 11 73,3 0,000
Baik 53 81,5 12 18,46
Dukungan Sebaya
Tidak Baik 6 27,27 16 72,73 0,000
Baik 47 81,03 11 18,97

Berdasarkan uji bivariat yang sudah dilakukan, maka faktor-faktor yang masuk kedalam
kandidat uji multivariat adalah pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan
sebaya.

Tabel 3. Hasil analisis pemodelan pengetahuan, sikap, dukungan suami dan


dukungan sebaya terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks di kecamatan
Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah Tahun 2012 (n=80)
Variabel B SE Wald df PV OR CI 95%
Pengetahuan -1,327 0,521 6,471 1 0,011 0,265 0,095-0,737
Sikap 0,784 0,387 4,115 1 0,043 2,191 1,027-4,674
Dkng suami 1,115 0,431 6,706 1 0,010 3,050 1,312-7,095
Dkng sebaya 1,015 0,342 5,608 1 0,032 2,483 1,127-4,774
Konstanta -0,821
DISKUSI
Dukungan suami menjadi faktor penentu karena dukungan pasangan akan memberikan
penguatan terhadap motivasi untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Suami yang
mempunyai pemahaman lebih dapat memberikan penjelasan dan dukungannya pada istri
untuk melaksanakan perilaku sehat. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh oleh
Shevrin pada tahun 2008 di Amerika. Pada penelitian yang bertujuan untuk menilai
pengaruh pasangan dalam skrining kanker payudara dan kanker serviks. Hasil yang di
dapatkan dari penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasangan tentang kanker
payudara dan kanker serviks mempengaruhi dukungan terhadap wanita untuk melakukan
skrining.

Keberhasilah dan keberlangsungan periaku sehat sangat membutuhkan dukungan dari


keluarga. Dukungan keluarga khususnya suami sangat bermakna untuk guna
meningkatkan status kesehatan wanita. Dukungan suami dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku termasuk dalam melakukan deteksi dini
kanker serviks (Supartiningsih, 2003).

Kultur masyarakat jawa yang masih sangat kental di wilayah kecamatan Ngampel
Kabupaten Kendal yang menempatkan suami sebagai penentu pengambil keputusan
sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam melakukan deteksi dini kanker serviks.
Sehingga dukungan suami sangat bermakna dalam keberlangsungan perilaku sehat
mengingat suami, seringkali bertindak sebagai pengambil keputusan terhadap upaya
pemeliharaan kesehatan keluarganya (UNFPA, 2004).
KESIMPULAN

Banyak faktor yang mempengaruhi seorang wanita berperilaku sehat dengan melakukan
deteksi dini kanker serviks, namun faktor yang paling mempengaruhi adalah dukungan
suami. Dukungan suami 3,05 kali mempengaruhi wanita untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks dibandingkan faktor yang lain.

SARAN
Penelitian ini masih perlu ditelusuri lebih jauh terutama faktor eksternal yang
mempengaruhi pengambilan keputusan, disarankan agar dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang peran suami dalam meningkatkan motivasi wanita untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks.

DAFTAR PUSTAKA
Longo, D.L. (2009). Harrison’s hematology and oncology. Derived from Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 17th Edition. Mc Graw Hill. Toronto: Medical Publishing
Division.

Rasjidi, I. (2009). Deteksi dini pencegahan kanker pada wanita. Edisi I. Jakarta: Sagung
Seto.

Shevrin. (2008). Mexican immigrant male knowledge and support toward breast and
cervical cancer screening. J Immigrant Minority Health. Vol. 11. Hal. 326 – 333.
Diunduh tanggal 24 Februari 2011.

Supartiningsih. (2003). Peran Ganda Perempuan, Sebuah Analisis Filosofis Kritis. Jurnal
Filsafat, April 2003, Jilid 33, Nomor 1.

diunduh tanggal 29 Mei 2012.

UNFPA. (2004). Investing in People National Progress in Implementing The ICPD


Program of Action.

Yatim, F. (2005). Penyakit kandungan: myoma, kanker rahim/ lehar rahim dan indung
telur, kista serta gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Anda mungkin juga menyukai