Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS I


ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI TUMOR GANAS
(KANKER SERVIKS)

Kelompok 2 :

Dwi Adven Erina Putri 131711133025


Lusyana Maylanie 131711133047
Kadek Aprilia Savitri 131711133066
Nadya Faizatuz Zahro 131711133067
Nita Arum Sari 131711133120
Dinda Yuniarti 131711133143
Oktafiani Dwi Kusuma 131711133156
Asna’ul Lailiyah 131711133157

PROGAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
karunia dan rahmat-Nya, kami selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Tumor Ganas Sistem Reproduksi
(Kanker Serviks)” ini dengan tepat waktu
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu khususnya dari
rekan-rekan sekelompok kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik, walaupun ada beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunan
makalah ini. Namun, berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari
berbagai pihak akhirnya dapat teratasi.

Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan


bagi pembaca, walaupun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
kesempunaan. Kami sangat mengharapkan masukan dan kritik dari pembaca
sekalian demi penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Surabaya, 5 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar.......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Kanker Serviks.......................................................................3
2.2 Etiologi Kanker Serviks...........................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis Kanker Serviks...........................................................6
2.4 Pemeriksaan Penunjang Kanker Serviks..................................................7
2.5 WOC Kanker Serviks...............................................................................9
2.6 Penatalaksanaan Kanker Serviks..............................................................14
2.7 Asuhan Keperawatan Kanker Serviks......................................................15

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................29
3.2 Saran.........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belakangan ini kita sering mendengar mengenai “kanker serviks”. Kanker
ini memang momok bagi perempuan. Menurut data, di Indonesia ini diperkirakan
setiap satu jam ada satu orang yang meninggal akibat dari kanker serviks.
Kanker ini merupakan pembunuh wanita yang menakutkan. Kanker
serviks atau kanker leher rahim biasa juga disebut kanker Mulut rahim.
Mengingat fakta yang Mengerikan ini, maka berbagai tindakan pencegahan dan
pengobatan telah dibuat untuk mengatasi kanker serviks atau kanker leher rahim.
Dimana kanker ini disebabkan oleh Virus HPV (Human papillomavirus).
Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim adalah
tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim, perubahan untuk menjadi sel
kanker memekan waktu lama, sekitar 10 sampai 15 tahun.Kanker ini biasanya
terjadi pada umur 30 sampai dengan 50 tahun, yaitu puncak usia reproduktif
perempuan sehingga akan menyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik,
kejiwaan dan kesehatan seksual.
Menurut data Globacan tahun 2012 perkiraan 528.000 kasus baru dan
sekitar 266.000 kematian akibat kanker serviks uteri. Hampir sembilan dari
sepuluh (87%) kematian kanker serviks uteri terjadi didaerah yang kurang
berkembang. 4Di Bali, angka kejadian kanker serviks uteri mencapai 43 orang
per 100 ribu penduduk, atau sekitar 0,89% dan 3,9 juta penduduk Bali dan
sebanyak 553 ribu wanita usia subur (WUS) termasuk kelompok berisiko.
Sedangkan kasus kanker serviks di Kota Denpasar pada tahun 2009 sebanyak
703 orang. Kanker serviks uteri merupakan penyakit kanker paling umum kedua
yang biasa diderita perempuan berusia 20-55 tahun.

1
1.2 Rumusan masalah
a. Apakah yang dimaksud kanker serviks?
b. Bagaimanakah etiologi pada kanker serviks?
c. Bagaimanakah WOC pada kanker serviks?
d. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada kanker serviks?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks.
b. Untuk mengetahui etiologi kanker serviks.
c. Untuk mengetahui WOC.
d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kanker serviks.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut Rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990). Kanker serviks adalah suatu
keganasan yang sering menyebabkan kematian yang disebabkan oleh virus HPV
(Human Papilloma Virus). Menurut International Agency For Research On
Cancer (IARC) pada tahun 2012, kanker serviks merupakan jenis kanker dengan
insiden ketiga terbanyak di dunia dari seluruh jenis kanker pada wanita yaitu
sekitar 7,9% dan yang meninggal akibat kanker serviks sekitar 7,5% (IARCH,
2012). Insiden kanker serviks 90% terjadi di negara berkembang. Indonesia
merupakan negara berkembang dengan jumlah penderita kanker serviks nomor
enam terbanyak di Asia Diperkirakan insiden penyakit ini adalah sekitar 17 per
100.000 penduduk (Ngan, 2011). Tingginya angka kematian akibat kanker serviks
di Indonesia disebabkan karena 95% wanita tidak menjalani pemeriksaan secara
dini sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis dari kanker serviks dan
menurunkan harapan hidup wanita.

2.2 Etiologi Kanker Serviks


Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel pada serviks yang
mengalami mutasi sehingga terjadi perubahan prilaku yang abnormal. Keadaan
sel yang tumbuh tidak terkendali dan keadaan abnormal sel yang tidak dapat
diperbaiki inilah yang menyebabkan pertumbuhan menjadi kanker. Ada beberapa
kejadian yang erat hubungannya dengan kejadian kanker serviks yaitu insiden
kanker sering terjadi pada mereka yang sudah menikah dibanding dengan yang
belum menikah, dapat juga dialami pada wanita pada coitus pertama yang dialami
pada usia sangat muda, kejadian meningkat dengan tingginya paritas dan jarak
persalianan yang terlalu dekat, selain itu pada golongan dengan sosial ekonomi

3
rendah yang berhubungan dengan masalah higienis seksual yang kurang bersih,
pada mereka yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas), perokok dan
pada wanita yang terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 atau 18. 17
Penyebab utama dari kanker serviks adalah adanya inveksi virus HPV (human
papilloma virus). HPV merupakan peyebab bagi kanker 10 serviks sel skuamosa
pada serviks yang merupakan salah satu jenis kanker serviks yang paling sering
terjadi. Pada tipe skuamosa, 99,7% DNA HPV dapat diisolasi terutama HPV 16
dan familinya tipe 31,33,35,52 dan 58. Tipe adenosa berhubungan dengan HPV
18 dan familinya tipe 39, 45, 59, 68 dan tergantung usia.18,19 Onkoprotein E6
dan E7 pada kanker serviks merupakan penyebab terjadinya degenerasi
keganasan. Onkoprotein E6 akan mengikat P53 yang menyebabkan Tumor
Supresor Gen (TSG) P53 akan kehilangan fungsinya dan onkoprotein E7 akan
mengikat TSG Rb sehingga ikatan ini akan menyebabkan terlepasnya E2F yang
membuat siklus sel berjalan tanpa terkontrol. Penyebab terjadinya kelainan pada
sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko
yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks:
1. HPV (human papillomavirus)
2. Merokok
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
4. Berganti-ganti pasangan seksual
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia
dibawah 18 th, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita
yang menderita kanker serviks
6. Pemakaian DES(dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970)
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian pil KB jangka panjang > 2 tahun
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap smear secara
rutin)

4
Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO 2000

Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepithelial

Stadium 1 Karsinoma masih terbatas diserviks (penyebaran kekorpus


uteri diabaikan)

Stadium 1A Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara


mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara makroskopik
walau dengan invasi yang superficial dikelompokkan pada
stadium IB

I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan


lebar horizontal lesi tidak lebih 7 mm

I A2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tetapi kurang dari 5 mm dan


perluasan horizontal tidak lebih 7 mm

Stadium 1B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara


mikroskopik lesi lebih luas stadium I A2

I B3 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar

I B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar

Stadium II Tumor telah menginvasi diluar uterus, tetapi belum mengenai


dinding panggul atau sepertiga distal/bawah vagina

II A Tanpa invasi ke parametrium

II B Sudah menginvasi parametrium

Stadium III Tumor telah meluas kedinding panggul dan /atau mengenai
sepertiga bawah vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis

5
atau tidak berfungsinya ginjal

III A Tumor telah meluas kesepertiga bawah vagina dan tidak invasi
ke perimetrium tidak sampai ke dinding panggul

III B Tumor telah meluas kedinding panggul dan/atau menyebabkan


hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal

Stadium IV Tumor meluas keluar dari organ reproduksi

IV A Tumor menginvasi kemukosa kandung kemih atau rectum


dan/atau keluar dari rongga panggul minor

IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma dengan


kedalaman 3 mm atau kurang dari membran basalis epitel
tanpa invasi kerongga pembuluh limfe/darah atau melekat
dengan lesi kanker serviks

Catatan : pada stadium I A adenokarsinoma masih kontroversi berhubung


pengukuran kedalaman invasi pada endoserviks sukar dan tidak standar.

2.3 Manifestasi klinis

Tanda-tanda dini kanker servik kebanyakan tidak menimbulkan gejala. Akan


tetapi dalam perjalanannya akan menimbulkan gejala seperti :

1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nektosis
jaringan
2. Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III)
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
4. Perdarahan spontan pada saat defekasi
5. Perdarahan spontan pervaginam
Pada tahap lanjut keluhan (menurut Sarwono) berupa :

1. Cairan pervaginam yang berbau busuk


2. Nyeri panggul

6
3. Nyeri pinggang dan panggul
4. Serih berkemih
5. Buang air kecil atau air besar yang sakit
6. Gejala penyakit yang redidif (nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan
obstruksi ureter)
7. Anemi akibat perdarahan berulang
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf
2.4 Pemeriksaan penunjang

1. Sitologi/pap smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal
pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui
pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai
dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap
tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi
sampai 90% kasus kanker leher rahim secara akurat dan dengan biaya
yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim
pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara
seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap
tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil
pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan
setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai
berikut (Prayetni,1999):
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas).
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas).
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar).
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih
dalam atau ke organ tubuh lainnya).

7
2. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks
karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung
kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada
glikogen.

3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)


Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear,
karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis
dalam mengetes darah yang abnormal

4. Biopsi

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu


pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear
menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk
melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch
biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang
menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada
pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil
biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya
tumor saja.
6. Radiologi

a. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada


saluran pelvik atau peroartik limfe

8
9
b. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap
lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung
kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP),
enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal
dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional (Gale & charette,
1999).

9
2.5 WOC Kanker Serviks
Berhubungan seks Proses Dysplasia Ca serviks
< 17 th, merokok, metaplasi serviks
higine seks yang
Terapi
kurang, virus
HPV, sering Tahap lanjut
melahirkan dg
masalah
persalinan, sering Pembesaran
Menyebar ke
ganti pasangan, msssa
pelvik
herediter,

Tekanan Penipisan sel epitel


intrapelvik

Rusaknya
permeabilitas
Nafsu makan Nyeri Akut Tekanan intra
pembuluh darah
menurun
abdomen
perdarahan

Energy Intoleraransi aktivitas

Risiko kekurangan
Metabolism anaerob Anemia volume cairan
Pembentukan
asam laktat

Suplai O2 turun
Kelelahan

Deficit Hb turun Imunitas


perawatan diri Resiko infeksi
menurun

10
Radiasi Kemoterapi Pembedahan

Pre Mempercepat pertumbuhan sel Pre Post


Post normal

Defisiensi
Kurang Aktivitas
pengetahuan Memperpendek usia
Pengetahuan fisik terbatas
akar rambut

Ansietas
Ansietas
Alopecia Intoleransi
Gangguan
aktivitas
citra tubuh

Peningkatan gastrointestinal perkemihan Kompresi pada


pemanasan
RES
pada
epidermis
Peningkatan
kulit cytitis
tekanan gaster anemia

Eritema, Gangguan
Mual, muntah Leukosit
pecah-pecah, eliminasi urine menurun
kering, puiritus

anoreksia
Resiko infeksi
Kerusakan
integritas Ketidakseimbangan nutrisi
kulit kurang dari kebutuhan tubuh

11
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dan terapi karsinoma serviks terdiri atas beberapa yaitu sebagai
berikut:

1. Terapi Konservatif Terapi konservatif dilakukan sesuai dengan stadium


patologi karsinoma berdasarkan gambaran CIN. CIN menunjukkan
sebagian sel dalam epitel skuamosa serviks uteri. Menurut derajat
tatalaksananya adalah sebagai berikut :
a. CIN I : Menurut data statistik hanya 15% pasien CIN I mengalami
progresivitas lesi, 20%lsi menetap, 65% lesi lenyap spontan. Maka
dapat dipilih terapi fisika atau observasi dan tindak lanjut.
b. CIN II : dapat dengan terapi konservatif ataupun konisasi, seperti
laser, krioterapi, elektrokoagulasi, konisasi pisau dingin, LEEP.
Dengan LEEP dan konisasi pisau dingin dapat diperoleh spesimen
untuk pemeriksaan patologik, dapat menemukan karsinoma insitu
atau mikroinvasif yang belum ditemukan praterapi.
c. CIN III : terdapat hiperplasia atipik berat dan karsinoma in situ.
Perlu konisasi, untuk pasien berusia lebih tinggi atau tak
memerlukan reproduksi lagi dapat dilakukan histerektomi total,
masih kontroversial apakah perlu mengangkat dinding segmen atas
vagina, tapi dewasa ini umumnya membuang 0,5-1 cm vagina,
LEEP hanya sesuai untuk pasien hiperlasia atipik berat.
2. Terapi karsinoma serviks uteri invasif :
i. Terapi Operasi

a. IA1: Dengan histerektomi total, bila perlu konservasi fungsi


reproduksi, dapat dengan konisasi.
b. IA2:Dengan histerektomi radikal modifikasi ditambah
pembersihan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral.
c. IB1-IIA: Dengan histerektomi radikal modifikasi atau
histerektomi radikal ditambah pembersihan kelenjar limfe

12
kavum pelvis bilateral, pasien usia muda dapat
mempertahankan ovari.
ii. Radioterapi

Ada dua jenis radioterapi, radioterapi eksternal dan radioterapi


internal. Biasanya kedua metode ini digunakan secara bersamaan untuk
mendapatkan hasil pengobatan terbaik.
• Radioterapi eksternal – menggunakan akselerator linier
untuk mengirimkan sinar radiasi berenergi tinggi ke tempat
tumor dan rongga panggul untuk membasmi tumor.
• Radioterapi internal – prosedur ini dilakukan di ruang
operasi saat pasien berada di bawah pengaruh anestesi
umum. Dokter akan memasukkan alat kecil ke dalam vagina
pasien dan leher rahim untuk memancarkan radiasi yang
diperlukan untuk pengobatan. Pasien biasanya perlu
menjalani 3 hingga 4 sesi pengobatan dengan durasi 10
hingga beberapa menit di setiap sesinya.

Potensi efek samping dari radioterapi:


• Diare dan dan rasa lelah
• Pendarahan kandung kemih atau rektum
• Penyempitan vagina
iii. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk terapi kasus stadium sedang dan
lanjut pra-operasi atau kasus rekuren, metastasis. Untuk tumor ukuran
besar, relatif sulit diangkat secara operasi, kemoterapi dapat
mengecilkan tumor, meningkatkan keberhasilan operasi, terhadap pasien
radioterapi, tambahan kemoterapi yang sesuai dapat meningkatkan
sensitivitas terhadap radiasi, sedangkan bagi pasien stadium lanjut yang
tidak sesuai untuk operasi atau radioterapi , kemoterapi dapat membawa

13
efek paliatif. Kemoterapi yang sering digunakan secara klinis adalah
DDP, karboplatin, CTX, 5FU, ADR, BLM, IFO, taksan, CPT11, dll.
Selain kemoterapi lewat kateterisasi intraarteri, belakangan ini
dilakukan kateterisasi arteri femoral perkutan menginjeksikan
kemoterapi intra arteri iliaka interna iliaka bilateral juga membawa
efektivitas serupa.
iv. Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi
dengan melakukan eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi
prakarsinoma pada zona transformasi. Jaringan spesimen akan
dikirimkan ke laboratorium patologi anatomi untuk konfirmasi
diagnostik secara histopatologik untuk menentukan tindakan cukup atau
perlu terapi lanjutan.
v. Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih
luas dan efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus
dilakukan dengan anestesi umum. Tindakan ini memungkinkan untuk
memusnahkan jaringan serviks sampai kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi
serviks dapat dipengaruhi, terutama jika lesi tersebut sangat luas.

14
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN Ca CERVIX
DI RUANG B3 GINEKOLOGI RSUP Dr KARIADI SEMARANG

Pengkajian : 6 Pebruari 2006 Praktikan : Bintara Bayu Aji


Tanggal masuk : 27 Januari 2006 NIM : 1.1.20350
Jam : 10.53 WIB
Ruang : B3 Ginekologi
No. Reg : 5228000
Data Umum
Nama Klien : Ny. R
Umur : 47 tahun
Alamat : Kramat RT 1/5, Karangmoncol, Purbalingga.
Agama : Islam
Status perkawinan : Perkawinan kedua
Pendidikan terakhir : SMA
Diagnosa Medis : Ca. Cervix
Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kramat RT 1/5, Karangmoncol, Purbalingga.
Hubungan dengan klien : Suami
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri perut bawah, kalau kencing semakin sakit.
2. Riwayat kesehatan Sekarang
Klien datang ke RSDK dengan diantar Suami, membawa rujukan dari RSUD
Purbalingga dengan diagnosa Ca Cervix. Keluhan Nyeri perut bawah, kalau
kencing semakin sakit, sering merasakan nyeri punggung, keluar lendir dari
jalan lahir berbau.

15
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Bulan September dilakukan biopsi di RSUD Purbalingga, kemudian dr SpOG
mengatakan terkena kanker ganas. Disarankan berobat ke RSDK Semarang
atau RS Dr Sardjito Yogyakarta. Klien menolak dan memilih pengobatan
alternatif, setelah tidak berhasil Klien ke RSDK.
4. Riwayat Obstetri
G II PII A0
Anak pertama perempuan, aterm, spontan, BBL : 3400gr, di dokter, umur
sekarang 21th , sehat.
Anak kedua laki-laki, aterm, spontan, BBL : 3400gr, di bidan, umur sekarang
16th , sehat.
Riwayat Haid: menarche usia 15 tahun, lama haid 7 hari, siklus 28 hari teratur.
Riwayat ANC : Puskesmas
5. Riwayat KB
Riwayat KB : Suntik 3 bulanan (Depogestan)
6. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini
dan keluarga serta pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, DM
maupun hipertensi

16
GENOGRAM

Keterangan :
: Laki- laki : Pasien : Meninggal

: Perempuan : Tinggal serumah : Garis cerai

B. Pola Fungsional (Gordon)


1. Pola manajemen kesehatan
Klien mengatakan bahwa setip anggota keluarga yang sakit selalu dibawa
kedokter, rumah sakit dan puskesmas
2. Pola kebutuhan nutrisi
Sebelum sering sakit perut, klien makan tiga kali sehari dan selalu habis, setelag
sering sakit perut (dirawat di RSDK) klien sering muntah bila saat makan nyeri
perut datang tanpa disertai mual. Sebelum sakit klien minum sekitar 9 gelas
belimbing, setelah sering merasa sakit klien minum sekitar 7 gelas belimbing
karena sering muntah bila aroma air terlalu tajam.

A : Antropometri TB : 155 cm

17
BB : 60 kg

LILA : 25 cm

IMT : 25

BB IDEAL : 45,5

B : Biokimia Hemoglobin dengan jumlah 9,40 gr%

C : Clinical sign klien sering muntah bila sedang makan, tampak lemah

D : Diet Diet lembek/lunak, pola makan sedikit tapi sering

3. Pola eliminasi
Sebelum sakithamil klien BAB 1-2 x sehari, terhitung tanggal pengkajian klien
sudah 3 hari belum BAB. Sebelum sakit klien BAK 5 x sehari tanpa keluhan,
setelah sakit (dirawat di RSDK) klien BAK 4-5x sehari kadang disertai darah.
4. Poal aktifitas
Sebelum sakit klien mampu membantu suami bekerja, dan beraktivitas sebagai
ibu rumahtangga tanpa ada keluhan. Semenjak sering sakit perut klien merasa
tidak mampu lagi beraktivitas karena nyeri sangat mengganggu. Di rumah sakit
klien terbaring lemah di tempat tidur, bila ingin ke kamar mandi, diantar suami /
adik menggunakan kursi roda.
5. Pola istirahat
Sebelum sakit klien tidur rata-rata 6-7 jam. Setelah sakit klien tidur 4-5 jam
karena nyeri perut dirasa sangat mangganggu.
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pendengaran, penglihatan, dan penciuman klien tidak mengalami gangguan

P : paliatif/provokatif Nyeri saat kencing

Q : quality Seperti ditusuk-tusuk

18
R : region/tempat Perut bawah

S : skala 5

T : time/wkatu Sering nyeri, namun pada saat kencing


nyeri semakin bertambah

7. Konsep diri dan persepsi


Setelah dirawat di rumah sakit, klien merasa sangat lemah dan tidak mampu
beraktivitas seperti dulu. Sekarang selalu membutuhkan orang lain (suami/adik)
bila membutuhkan sesuatu.
8. Peran reproduksi dan seksual
Klien mempunyai 2 anak P-L dari 2 suami. Suami pertama cerai. Sudah lima
bulan tidak pernah melakukan hubungan seksual.
9. Peran dan pola hubungan
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Hubungan dengan suami tidak ada
masalah.
10. Pola pertahan diri
Selama ini klien berusaha sembuh dengan berobat ke semua tempat pengobatan,
di RSDK klien mematuhi setiap saran tim kesehatan..
11. Pola keyakinan dan nilai
Klien beragama islam, sudah satu bulan ini setiap sholat selalu dengan terbaring
dengan bimbingan suami.

Pemeriksaan fisik
TTV
TD: 120/80, Nadi: 68x/menit, Pernafasan: 20x/menit, suhu tubuh: 360C
Keadaan umum: lemah
Kesadaran compomentis

19
Kepala
1. Mata: Conjungtiva, palpebra anemis, sclera tidak icterik
2. Hidung: tidak ada secret dari hidung, bersih, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada pembesaran polip
3. Mulut: gigi bersih, tidak ada caries maupun gigi berlubang
Leher: tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan distensi vena jugularis
Dada, simetris
Jantung : I : Ictus Cordis tidak tampak.
Pa : Ictus Cordis teraba di inter costae 5
Pe : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : BJ I-II murni, bising (-), gallop (-)
Pulmo : I : Simetris stalis dinamis
Pa : Stem fremitus kanan kiri
Pe : Sonor SLP
Au : SD Vesikuler, ST (-)
Payudara: payu dara simetris, tidak ada benjolan/massa, putting susu menonjol.
areola hitam, kotor asi sudah keluar.
Abdomen: perut mengecil, kulit mengendor.
Abdomen: I : Datar, venektasi (-)
Au : Bising usus (-)
Pe : Tympani
Pa : Supel, H/L
Genetalia
VT :Vagina : infiltrate sampai dengan 1/3 proximal
Portio : berbenjol, rapuh, mudah berdarah
SCT sebesar telur ayam
AP ; infiltrate, tak sampai dinding pelvis.
RT : TSA cukup, mukosa licin, infiltrate +/+, tak sampai dinding pelvis.
Ekstermitas: tidak udema

20
Psikososial
Status emosi: jika diajak bicara klien tidak mudah marah, emosi sosial stabil
Interaksi dengan suami, keluarga dan orang lain saat dirumah sakit baik

Data Penunjang
Laboratorium 06/02/06
Hematology
Analizer Hema Jumlah Satuan Harga Normal
Hemoglobin 9,40 gr% 12.00-15.00
Hematokrit 27,1 % 35,0-47,0
Eritrosit 3,21 juta/mmk 3,90-5,60
MCH 29,40 pg 27,00-32,00
MCV 84,30 fL 76,00-96,00
MCHC 34,90 g/dL 29,00-36,00
Leukosit 23,80 ribu/mmk 4,00-11,00
Trombosit 570,0 ribu/mmk 150,0-400,0
Laboratorium 07/02/06
Sekresi-Ekskresi : urin lengkap
Warna merah keruh
BJ 1.015
PH 1,00
Protein >300 mg/dl (-)
Reduksi 100 mg/dl (-)
Urobilirogen >8 mg/dl (-)
Bilirobin ++/Pos mg/dl (-)
Aseton 15 mg/dl (-)
Nitrit +/Pos
Sedimen :
Epitel - LPK
Lekosit - LPB

21
Eritrosit - LPB
Eritrosit penuh merata, sel lain tidak teridentifikasi.
Oxalat :
Asam Urat -
Triple fosfat -
Amorf -
Sil Hialin - LPK
Sil Granula Kasar - LPK
Sil Granula Halus - LPK
Sil Epitel - LPK
Sil Eritrosit - LPK
Sil Leukosit - LPK
Bakteri - LPK
Lain-lain -
G. Therapi
06/02/06
Vitamin A 1 x 50.000 iu
Mirabion caps 3x1
Kalnex tab 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Ampicillin Inj 4 x 1 gr
Usaha Tranfusi PRC s/d Hb > 10 gr%
Diit uremia

07/02/06
Vitamin A 1 x 50.000 iu
Mirabion caps 3x1
Kalnex tab 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Ampicillin Inj 4 x 1 gr

22
Usaha Tranfusi PRC s/d Hb > 10 gr%

H. Analisa data
No tgl/jam Data focus Etiologi Masalah
1. 06/02/06 Do: Desakan sel Gangguan rasa nyaman,
j. 10:00 Wajah klien meringis hiperplasi intra nyeri akut
Ds: abdominal
Klien mengatakan nyeri daerah
perut bawah, rasa seperti ditusuk
skala nyeri 5.
P : paliatif/provokatif Nyeri saat
kencing
Q : quality Seperti ditusuk-
tusuk
R : region/tempat Perut bawah
S : skala 5
T : time/wkatu Sering nyeri,
namun pada saat kencing nyeri
semakin bertambah
2. 06/02/06 Do: Nusea-vomitus gangguan pemenuhan
j.10:15 Klien tampak lemah, terbaring di sekunder terhadap kebutuhan nutrisi :
tempat tidur. respon nyeri kurang dari kebutuhan
Ds: abdomen
Klien mengatakan lemas, karena
tidak bisa makan sampai habis.

23
Tiap kali makan tiba-tiba muntah,
kadang disertai mual karena nyeri
yang tiba-tiba menyerang.
A : Antropometri TB : 155 cm
BB : 60 kg
LILA : 25 cm
IMT : 25
BB Ideal : 45,5
B : Biokimia Hemoglobin
dengan jumlah 9,40 gr%
C : Clinical sign klien sering
muntah bila sedang makan, tampak
lemah
D : Diet Diet lembek/lunak,
pola makan sedikit tapi sering

I. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman, nyeri akut b/d Desakan sel hiperplasi intra abdominal
2. gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan b/d Nusea-
vomitus sekunder terhadap respon nyeri abdomen.

Intervensi

24
No Tgl/Jam Dx Tujuan Intervensi Ttd

1. 06/02/06 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri


j.10:15 keperawatan selama 1 x 24 2. Berikan individu kesempatan untuk
jam, diharapkan nyeri beristirahat
berkurang atau hilang 3. aAarkan tindakan non invasive, sperti
dengan KH: relaksasi : nafas dalam
- Klien tidak mengeluh 4. Ajarkan metode destraksi selama muncul
- ekspresi wajah tenang nyeri akut
- skala nyeri dalam batas 5. Beri posisi yang nyaman pada pasien
turun sampai skala 3 6. Kolaborasi pemberian anal getik
2. 06/02/06 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pola makan sedikit tapi sering
j.10:25 keperawatan selama 2 x 24 2. Beritahu bahwa porsi makan tidak harus
jam diharapkan kebutuhan dihabiskan sesaat
nutrisi klien terpenuhi, 3. Motivasi keinginan makan dengan
dengan KH: harapan kesembuhan
- Klien mengatakan tidak 4. Anjurkan keluarga untuk turut berperan
lemas lagi dalam pemberian menu makan yang
- Klien mampu beraktivitas disukai klien.
pasif di tempat tidur ; 5. Anjurkan makan saat nyeri tidak datang,
alih-baring, duduk, makan dan berhenti saat nyeri datang.
minum tanpa bantuan.
- Porsi makan habis.

Implementasi
Tgl/jam DX Implementasi Respon ttd

25
06/02/06 1 1. memberikan individu kesempatan untuk - Klien kooperatif
j.10:35 beristirahat - Skala nyeri klien 5
2. mengajarkan tindakan non invasive, - Klien mengatakan nyeri
sperti relaksasi seperti ditusuk-tusuk
3. mengkaji skala nyeri - Klien memeragakan
4. mengajarkan metode destraksi selama tehnik relaksasi nafas
muncul nyeri akut dalam.
5. memberi posisi yang nyaman pada - Kilen mengatakan
pasien nyaman dengan tidur
6. memberikan analgetik posisi miring kekiri
dengan lutut agak
ditekuk ke atas

06/02/06 2 1. menganjurkan makan sedikit tapi sering, - Klien respon dan


j.10:55 dan makan tidak harus langsung habis kooperatif
2. menganjurkan keluarga untuk berperan - Klien mengatakan akan
dalam pemberian menu makan yang mencoba makan sedikit
disukai klien,& memotivasi bahwa sedikit tapi sering.
dengan makan yang disukai, klien bisa - Keluarga bersedia
makan banyak dan cepat sembuh membantu memberi
3. menganjurkan makan saat nyeri tidak makan yang disukai
datang, dan berhenti saat nyeri datang. klien.

Evaluasi
Tgl/jam Dx Catatan Perkembangan TTD

26
07/02/0 1 S: Klien mengatakan nyeri berkurang, bila setiap nyeri dating
6 melakukan nafas dalam, tidur miring kekiri dengan lutuk
j.11:10 ditekuk, dan setelah dipacang selang kateter semalam.
O: Skala nyeri 3, ekspresi wajah klien tenang dan klien tidak
mengeluh nyeri lagi
A: Masalah teratasi
P: Anjurkan untuk tetap melakukan nafas dalam saat nyeri
datang

2 S: Klien mengatakan sudah mencoba makan sedikit-sedikit, tapi


07/02/0 masih muntah karena makanan, yang dibelikan suami terlalu
6 berasa.
j.11:10 O: Klien masih tampak lemah, tapi sudah mampu bergerak pasif
di tempat tidur; miring kanan kiri, dan duduk tanpa bantuan.
A: Masalah belum teratasi, klien masih lemah dan muntah saat
makan, dengan rasa yang tajam.
P: Anjurkan untuk mengurangi makanan yang terlalu
berasa/merangsang muntah.

2 S: Klien mengatakan sudah mencoba mengurangi makanan yang


terlalu berasa. Tadi pagi sudah makan dengan menu dari
08/02/0 Rumah Sakit, dimakan 3 x, habis, dan tidak muntah.
6 O: Klien masih tampak lemah, mampu bergerak pasif-aktif,
j.10:10 duduk tanpa bantuan, dan berjalan dengan pegangan
(diperagakan 3 langkah berpegangan tempat tidur, dari tempat
tidur sampai kursi roda)
A: Masalah teratasi
P: Anjurkan untuk mempertahankan pola makan.

27
BAB III

PENUTUP

28
3.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal
dan membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah,
maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa
bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebutganas maka keadaannya disebut
kanker ser'iks. Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering
ditemukan dikalangan wanita. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan
penyebab terbanyak kanker serviks Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel
abnormal atau proliferasi sel-sel yang tidak dapat diatur. Penyebab terjadinya
kelainan pada sel -sel serviks dan virus Human Papiloma Virus, kesalahan
dalam sikap seperti merokok,hubungan seksual pertama dilakukan pada usia
dini kurang dari 04 tahun, dan berganti -ganti pasangan seksual, pemakaian-
pemakaian pil K2, infeksi herpes genitalis atauinfeksi klamedia menahun, dan
lain 8 lain. stadium karsinoma kanker serviks dari stadium IA-IVB sampai
yang ganas. Kanker serviks dapat dicegah dengan pengobatan sitologi,
kalposkopi, biopsi, pap smear, konisasi dan skiring.

3.2 Saran
Untuk pencegahan kanker serviks diharapkan untuk melakukan deteksi dini,
dan apabila timbul gejala-gejala maka segera menindak lanjuti, agar kanker
serviks dapat diatasi cepat oleh petugas kesehatan. Selain itu diharapkan untuk
membiasakan diri dengan pola hidup sehat dan bersih dan menghindari faktor-
faktor resiko pemicu kanker serviks.

DAFTAR PUSTAKA

29
Lasut Edwin. 2015. Karakteristik Penderita Kanker Serviks Di BLU RSUP
PROF.DR.R.D.KANDOU. Jurnal E-Clinic(ECL).3(1): 1-4

Wahyono Bambang. 2018. Determinan Kunjungan Inspeksi Visual Asam Asetat Di


Puskesmas Kota Semarang. Higeia Journal Of Health Research And
Development.2(1): 33-44

Oktaviani Dwi Bintang. 2018. Karakteristik Klinikopatologi Penderita Kanker


Serviks Uteri Berdasarkan Data Di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP
Sanglah Denpasar Th 2011-2015. E- Jurnal Medika. 7(8): 1-6

Nindrea Dana Ricvan. 2017. Pravalensi Dan Faktor Yang Memengaruhi Lesi Pra
Kanker Serviks Pada Wanita. Jurnal Endurance. 2(1): 53-61

Anggraini Dwi Fitria. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Program


Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam
Asetat) Di Puskesmas Di Wilayah Kota Surabaya. Journal Of Health
Sciences.8(1): 29-40

Susianti. 2017. Pengobatan Karsinoma Serviks. Jurnal Majority. 6(2): 92-97

30

Anda mungkin juga menyukai