Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Ca Serviks
“Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Masalah dan Gangguan Reproduksi”
Dosen Pembimbing : Heny Sepduwiana SST, M.Kes

Kelompok 12
1. Ukhlika Mayang Sari (2139010)
2. Weny Lestari (2139053)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini
dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Masalah dan Gangguan
Reproduksi.
Didalam tugas ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami ingin
mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran akan kami
terima sebagai suatu masukan yang baik untuk kami kedepannya. Tidak lupa kami
sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bu Heny Sepduwiana SST,M.Kes
selaku dosen pengampu mata kuliah ini.
Untuk itu, sekali lagi kami ucapkan maaf yang sebesar-besarnya, mudah-
mudahan tugas ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
C. Tujuan ..................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. Pengertian ............................................................................................................... 6
B. Pengertian kanker serviks ..................................................................................... 9
C. Anatomi fisiologi ..................................................................................................... 9
D. Etiologi .................................................................................................................... 11
E. Patofisiologi ............................................................................................................ 14
F. Manifestasi klinis ................................................................................................... 14
G. Penatalaksaan ........................................................................................................ 15
H. Stadium karsinoma ............................................................................................... 16
I. Diagnosis ................................................................................................................. 17
J. Klasisfikasi ............................................................................................................. 18
K. Pencegahan ............................................................................................................. 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 26
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 26
B. Saran ....................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 27

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel
yang tidak dapat diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara satu
dengan yang lainnya. Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada sifat sel
kanker yang tidak pernah berhenti membelah. Kanker merupakan suatu kegagalan
morfogenesis normal dan dan kegagalan difrensiasi normal, artinya pertumbuhan
kanker tidak dapat dikendalikan dan tidak pernah memperoleh struktur normal serta
fungsi khas jaringan tempat sel kanker tumbuh. Menurut Guyton, Arthur C. ,Kanker
merupakan suatu penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, yang hampir
semuanya menambah genom sel (komplemen genetik total sel) serta mengakibatkan
pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker.
Penyebab perubahan genom ini adalah mutasi (perubahan) salah satu gen
atau lebih; atau mutasi sebagian besar segmen utas DNA yang mengandung banyak
gen; atau pada beberapa keadaan penambahan atau pengurangan sebagian besar
segmen kromosom. Setiap kanker mulai dengan sebuah sel. Kejadian apapun yang
mengalihkan sebuah sel normal menjadi sebuah sebuah sel kanker. Sel kanker tidak
menyerang massa sel, maskipun pada stadium akhir kanker, badan dapat
mengandung berbiliun sel kanker dan semuanya itu adalah keturunan sebuah sel
pendahulunya. Jadi semua sel kanker metastis maupun pada tumor merupakan
sebuah klon.
Pada makalah ini kami akan membahas tentang Kanker Serviks. Kanker
serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian
bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tahun 2003, WHO
menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena
jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker serviks (mulut rahim)
adalah penyakit pembunuh wanita nomor satu di dunia. Di seluruh dunia, kasus
kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari Badan
Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker
serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. Sampai saat
ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia

4
sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang
tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah,
status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana
dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam
menentukan prognosis dari penderita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kanker?
2. Apa perbedaan Tumor dengan Kanker?
3. Apa yang dimaksud dengan Kanker Serviks?
4. Apa tanda – tanda terkena Kanker Serviks?
5. Apa penatalaksanaan dari Kanker Serviks?
6. Apa saja stadium dari Kanker Serviks dan perkembangannya?
7. Bagaimana diagnosis dari Kanker Serviks?
8. Bagaimana cara mencegah kanker serviks?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Kanker
2. Untuk mengetahui perbedaan Tumor dengan Kanker
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Kanker Serviks
4. Untuk mengetahui tanda – tanda terkena Kanker Serviks
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Kanker Serviks
6. Untuk mengetahui stadium dari Kanker Serviks dan perkembangannya
7. Untuk mengetahui diagnosis dari Kanker Serviks
8. Untuk mengetahui cara mencegah kanker serviks

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
a. Kanker
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang
tidak dapat diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara satu
dengan yang lainnya. Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada sifat
sel kanker yang tidak pernah berhenti membelah. Kanker merupakan suatu
kegagalan morfogenesis normal dan dan kegagalan difrensiasi normal, artinya
pertumbuhan kanker tidak dapat dikendalikan dan tidak pernah memperoleh
struktur normal serta fungsi khas jaringan tempat sel kanker tumbuh. Setiap
kanker mulai dengan sebuah sel. Kejadian apapun yang mengalihkan sebuah sel
normal menjadi sebuah sebuah sel kanker. Sel kanker tidak menyerang massa sel,
maskipun pada stadium akhir kanker, badan dapat mengandung berbiliun sel
kanker dan semuanya itu adalah keturunan sebuah sel pendahulunya. Sifat sel
kanker adalah :
1. Bentuk dan struktur sel bermacam-macam (polymorph)
Karena adanya perbedaan bentuk dan susunan dengan sel normal asalnya,
maka dapat dibuat diagnosa patologi kanker.
2. Tumbuh autonom
Sel kanker itu tumbuh terus tanpa batas (immortal), liar, semaunya sendiri,
terlepas dari kendali pertumbuhan normal sehingga terbentuk suatu tumor
(benjolan) yang terpisah dari bagian tubuh normal.
3. Mendesak dan merusak sel-sel normal disekitarnya
Sel-sel tumor itu mendesak (ekspansif) sel-sel normal disekitarnya, yang
berubah menjadi kapsel yang membatasi pertumbuhan tumor. Pada tumor jinak
kapsel itu berupa kapsel sejati yang memisahkan gerombolan sel tumor dengan
sel-sel normal, sedang pada tumor ganas berupa kapsel palsu (pseudokapsul),
sehingga kapsel itu dapat ditembus atau diinfiltrasi oleh sel kanker

6
4. Dapat bergerak sendiri (amoeboid)
Sel-sel kanker itu dapat bergerak sendiri seperti amoeba dan lepas dari
gerombolan sel-sel tumor induknya, masuk diantara sel-sel normal
disekitarnya. Hal ini menimbulkan :
a. Infiltrasi atau invasi ke jaringan atau organ disekitarnya
b. Metastase atau anak sebar di kelenjar limfe atau di organ lainnya.
Penyebaran ini dapat melalui penyebaran limfe (limfogen) maupun secara
hematogen yaitu sel kanker masuk kedalam pembuluh darah dan bersama
aliran darah beredar keseluruh tubuh.
5. Tidak mengenal koordinasi dan batas-batas kewajaran.
Ketidakwajaran itu antara lain disebabkan oleh :
a. Kurang daya adesi dan kohesi
Karena kurangnya daya adesi dan kohesi sel-sel kanker itu mudah lepas dari
gerombolan sel-sel induknya dan dapat bergerak menyusup diantara sel-sel
normal.
b. Tidak mengenal kontak inhibisi
Sel-sel normal akan berhenti tumbuh jika ada kontak dengan sel normal
disekitarnya, sedangkan sel kanker tidak.
c. Tidak mengenal tanda posisi
Sel-sel normal akan berhenti tumbuh jika berada pada tempat atau posisi
yang tidak semestinya, sedang sel-sel kanker tidak, sehingga dapat timbul
anak sebar (metastase).
d. Tidak mengenal batas kepadatan
e. Sel normal akan berhenti tumbuh jika kepadatan sel telah mencapai
konsistensi tertentu, sedangkan sel kanker tidak.
6. Tidak menjalankan fungsinya dengan normal
Penyebab Terbentuknya Kanker
Penyebab terbentuknya sel kanker disebabkan mutasi dari sel sel normal sehingga
mengalami pertumbuhan sel yang abnormal dan difrensiasi fungsi sel. Setiap
manusia terus menerus membentuk sel sel yang memiliki kecenderungan untuk
menjadi kanker namun sistem kekebalan manusia bekerja seperti burung pemakan

7
bangkai yang akan menggigit sel sel yang abnormal, untuk menghentikan kegiatan
permulaan sebelum sempat memulai kegiatannya sebagai sel kanker.
Mutasi sel yang membentuk sel kanker, berasal dari rangkaian DNA kromosom
didalam setiap sel yang mengalami replikasi dengan diawali oleh proses mitosis,
dan karena adanya proses pengoreksian terhadap hasil replikasi. Proses
pengoreksian ini akan memotong dan memperbaiki sistem rangkaian DNA yang
abnormal sebelum terjadi proses mitosis. Namun, setiap tindakan perlindungan sel
abnormal, tidak menutup kemungkinan satu Dari setiap sel baru yang terbentuk
mempunyai sifat mutasi yang selanjutnya berkembang menjadi kanker, apabila
antibody tubuh tidak dapat mencegah perkembangannya

b. Tumor
Tumor sebenarnya adalah pembengkakkan yang disebabkan oleh adanya
inflamasi atau peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam
tubuh. Tipe tumor berdasarkan pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi tumor
ganas (malignant tumor) dan tumor jinak (benign tumor). Nah, tumor ganas ini
sering juga disebut dengan bersifat Kanker. Tetapi kemungkinan tumor jinak
menjadi ganas bisa saja tapi sangat jarang terjadi, biasanya pada Tumor yang
sudah terlalu lama dan besar. Misalnya Fam (Fibroadenoma mamma), tumor jinak
payudara bila dibiarkan bertahun-tahun ada yang berubah jadi ganas, ini dikenal
sebagai Progressi, persentase kemungkinannya kira-kira hanya 0,5 % -1% saja.
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi
tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki
mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang
menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah
terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan
pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan
sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya
dapat memicu terjadinya kanker.

8
B. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita
berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil
lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim. Dari beberapa pendapat
yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa kanker serviks
adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada organ reproduksi wanita
yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.

C. Anatomi Fisiologi
Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna dan interna.

1. Genetalia eksterna
a. Mons veneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak,daerah
ini di tutup bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari
oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk
kommisura posterior dan pereniam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak
seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva,
terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas

9
tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia
mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora adalah
vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora),
maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam vestibulum terdapat
muara – muara dari liang senggama (introetus vagina uretra, kelenjar
bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama ditengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut
vagina. Pada bagian ini bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada seujung jari, ada
yang dapat dim lalui satu jari.
g. Perinium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul yang
ditutupi oleh kulit perenium.

2. Genetalia interna
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris, khusus dialiri
banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai

uterus 7 1/2. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding

depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada
puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis antara rectum
di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus

terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 71/2 cm,

lebar ±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :

10
1) Fundus uteri (dasar rahim )
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan
kahamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri di sebut
kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio,hubungan antara
kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
a) Endometrium
b) Myometrium
c) Parametium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di bawah
merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus.
d. Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan
sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba
mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum.Tuba fallopi
disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira
12cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria,
untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk kedalam tuba.

D. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara
tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu
masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor
tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya
kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa

11
faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Ada 8 tipe HPV yang berhubungan dengan
kanker serviks adalah :
1) HPV resiko rendah : HPV 6 dan 11
2) HPV resiko sedang : HPV 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 56, dan 58
3) HPV resiko tinggi : HPV 16, 18, 31
Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa inkubasi selama 3
bulan. Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah kondiloma akuminata yaitu kutil
yang berbentuk kembang kol pada jaringan ikat di tengahnya dan ditutup terutama
dibagian atas epitel yang hiperkerotolik. Kondiloma akuminata jarang ditemukan
pada serviks dimana lesinya hanya terbatas pada vulva, anus dan vagina bagian
posterior. Kemungkinan peranan terjadinya kanker serviks adalah dengan
melakukan gangguan pada gen yang mengatur pembelahan virus dan
mengakibatkan pembelahan sel menjadi tidak terkontrol kearah keganasan.
Perubahan sel yang terjadi dapat dalam bentuk jinak kondiloma (NIS 1 :
Neoplasma Intraepitel Serviks) atau bentuk prakanker (NIS 2 dan 3), bahkan
dapat menjadi karsinoma invasif. Faktor resiko minor kanker serviks adalah
paritas tinggi dengan jarak persalinan pendek, hubungan seksual dini dibawah 17
tahun, multipartner seksual, merokok pasif dan aktif, status ekonomi rendah.

Penyebab terjadinya Kanker dari luar :


1. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
2. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 17 tahun) dan
berganti - ganti pasangan seksual
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara lesi prakanker dan kanker serviks dengan aktivitas seksual pada usia dini,
khususnya sebelum umur 17 tahun. Hal ini diduga ada hubungan dengan belum

12
matangnya daerah transformasi pada usia tersebut bila sering terekspos, Frekuensi
hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya resiko pada usia, tetapi
tidak pada kelompok usia lebih tua. Jumlah pasangan seksual menimbulkan
konsep pria beresiko tinggi sebagai vektor yang dapat menimbulkan infeksi yang
berkaitan dengan penyakit hubungan seksual. Terjadinya perubahan pada sel leher
rahim pada wanita yang sering berganti – ganti pasangan, penyebabnya adalah
sering terendamnya sperma dengan kadar PH yang berbeda – beda sehingga dapat
mengakibatkan perubahan dari dysplasia menjadi kanker.
3. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia
18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
menderita kanker serviks
4. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran
6. Pemakaian Pil KB
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun
dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative
pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan
lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun
8. Defisiensi Gizi
Terjadinya peningkatan dysplasia ringan dan sedang yang berhubungan dengan
defisiensi zat gizi seperti beta karoten, vitamin A dan asam folat. Banyak
mengkonsumsi sayuran dan buah yang mengandung bahan – bahan antioksidan
seperti alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam dan tomat
berkhasiat untuk mencegah terjadinya kanker. Dari beberapa penelitian
melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, vitamin E, beta karoten
atau retinol dapat meningkatkan resiko kanker serviks
9. Golongan ekonomi lemah
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin
dan pendidikan yang rendah.

13
E. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan
gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada
jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel
karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi.
Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga,
karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia
hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah
keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare
gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat
pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah
keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi
bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak
buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya
tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa
cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian.

F. Manifestasi Klinik / Tanda – tanda terkena Kanker Serviks


1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.

14
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut
hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan
yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun
sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan
bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan
stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga
mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus
termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih
besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal
anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk
prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan
menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam
perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda
infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah
pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut. Dalam terapi radiasi
internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum adalah teknik isolasi
dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain

15
menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari,
memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan
jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi
perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi
fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300 ml dan
memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari
komplikasi post pengobatan (tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia) ,
monitor intake dan output cairan.

H. Stadium Karsinoma Kanker Serviks


Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat Kriteria
Tahapan
No. Proses
(Stadium)
1. Tahap O Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak
terdapat bukti invasi.
2. Tahap I Karsinoma yang benar – benar berada dalam serviks.
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri.
3. Tahap Ia Karsinoma mikroinvasif, bila membrane basalis sudah
rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1
mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
4. Tahap Ib Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi serviks uteri.
5. Tahap II Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks
hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian
bawah) atau area para servikal pada salah satu sisi atau
kedua sisi
6. Tahap IIa Penyebaran hanya perluasan vagina, parametrium
masih bebas dari infiltrate tumor.
7. Tahap IIb Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi
belum sampai pada dinding panggul.

16
8. Tahap III Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau
telah meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul.
Penyakit modus limfa yang teraba tidak merata pada
dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu
kedua ureter tersumbat oleh tumor
9. Tahap IIIa Penyebaran sampai pada sepertiga bagian disertai
distal vagina, sedang ke parametrium tidak
dipersoalkan.
10. Tahap IIIb Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan
dinding panggul (frozen pelvic) atau proses pada
tingkatan klinik I dan II , tetapi sudah ada gangguan
faal ginjal.
11. Tahap IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum atau kantong kemih
(dibuktikan secara histologik) atau telah terjadi
metastasis keluar panggul atau ketempat – tempat yang
jauh.
12. Tahap IVa Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektum dan kantong kemih.
13. Tahap IVb Telah terjadi penyebaran jauh (parah).

I. Diagnosis
1. Sitologi
Pemeriksaan sitologi dikenal dengan pemeriksaan pap smear. Sitologi bermanfaat
untuk mendeteksi sel – sel serviks yang tidak menunjukkan adanya gejala, dengan
tingkat ketelitiannya mencapai 90%.
2. Kalposkopi
Kalposkopi merupakan pemeriksaan seviks dengan menggunakan alat kalposkopi
yaitu alat yang disamakan dengan mikroskop bertenaga rendah pembesarannya
antara 6 – 40 kali dan terdapat sumber cahaya didalamnya. Kalposkopi dapat
meningkatkan ketepatan sitologi menjadi 95%. Alat ini pertamakali diperkenalkan

17
di Jerman pada tahun 1925 oleh Hans Hinselmann untuk memperbesar gambaran
permukaan porsio sehingga pembuluh darah lebih jelas dilihat. Pada alat ini juga
dilengkapi dengan filter hijau untuk memberikan kontras yang baik pada
pembuluh darah dan jaringan. Pemeriksaan kalposkopi dilakukan untuk
konfirmasi apabila hasil test pap smear abnormal dan juga sebagai penuntun
biopsy pada lesi serviks yang dicurigai.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah yang abnormal jika sambungan skuamosa – kolumnar
(SSK) yang terlihat seluruhnya dengan menggunakan kalposkopi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam dan harus diawetkan dalam
larutan formalin 10% sehingga tidak merusak epitel.
4. Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga bagian
yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila :
a. Proses dicurigai berada di endoserviks
b. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kalposkopi
c. Ada kesenjangan antara hasil sitologik dengan histopatologik

J. Klasifikasi
Histopatologi kanker serviks dibagi menjadi empat klasifikasi :
1. Displasia
Displasia adalah pertumbuhan aktif disertai gangguan proses pematangan epitel
skuamosa yang dimulai pada bagian basal sampai ke lapisan superfisal.
Berdasarkan derajat perubahan sel epitel yang jelas mengalami perubahan.
Displasia terbagi dalam tiga derajat pertumbuhan yaitu :
a. Displasia ringan : perubahan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis
b. Displasia sedang : bila perubahan terjadi pada separuh epidermis
c. Displasia berat : hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma in situ
Waktu yang diperlukan dari Displasia menjadi Karsinoma in situ
Tingkat Displasia Waktu Dalam Bulan
Sangat Ringan 85 Bulan
Ringan 58 Bulan

18
Sedang 38 Bulan
Berat 12 Bulan

2. Karsinoma In Situ (KIS)


Perubahan sel epitel yang terdapat di karsinoma in situ terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma skuamosa namun membrane basalis dalam
keadaan utuh.
3. Karsinoma Mikroinvasif
Lingkup kelainnanya dari dysplasia hingga neoplasia. Pada karsinoma
mikroinvasif terjadinya perubahan derajat sel meningkatkan sel tumor menembus
membrane batalis. Biasanya tumor asimtomatik dan hanya ditemukan pada
penyaringan kanker atau ditemukan bertepatan dengan pemeriksaan penyakit lain
di seviks. Pada pemeriksaan fisik tidak terlihat perubahan pada porsio, tetapi
dengan pemeriksaan kalposkopi dapat diprediksi adanya prakarsinoma.
4. Karsinoma Invasif
Derajat pertumbuhan sel menonjol, besar dan bentuk sel dari sel bervariasi, inti
gelap, khromatin berkelompok tidak merata, dan susunan sel semakin tidak
teratur. Sekelompok atau lebih sel tumor menginvasi membrane basalis dan
tumbuhan infiltratif kedalam stroma. Karsinoma invasif dibagi dalam 3 subtipe
yaitu karsinoma sel skuamosa dengan kreatin, karsinoma sel skuamosa tanpa
kreatin dan karsinoma sel kecil. Pada tahap ini kanker telah menyebar luas
sehingga penyembuhan menjadi sulit.

K. Pencegahan Kanker Serviks


Pencegahan kanker didefinisikan sebagai mengidentifikasikan faktor – faktor yang
menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan membuat penyebabnya tidak
efektif dengan cara – cara apapun. Pencegahan terhadap terjadinya kanker serviks
melalui tiga bagian, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer kanker serviks merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh
setiap orang untuk menghindari diri dari faktor – faktor yang dapat menyebabkan
kanker. Masyarakat yang melakukan pencegahan pada tingkat ini akan bebas dari

19
penderitaan, produktivitas berjalan terus, tidak memerlukan biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan, rehabilitasi serta perawatan lebih lanjut. Salah satu
bagian dari pencegahan primer adalah memberikan vaksin Human Papilloma
Virus (HPV), pemberian vaksin HPV akan mengeliminasi infeksi HPV.
2. Pencegahan Sekunder
Deteksi dini dan skrining merupakan pencegahan sekunder kanker serviks. Tujuan
dari pencegahan sekunder adalah untuk menemukan kasus – kasus dini sehingga
kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Selain itu, bertujuan untuk
memperlambat atau menghentikan penyakit pada stadium awal. Pencegahan
sekunder melalui diagnosis dini displansia dengan berbagai cara baik klinis
maupun laboratorium. Pencegahan sekunder memiliki kelemahan, antara lain :
a. Pencegahan sekunder tidak mencegah terjadinya NIS (CIN)
b. Tetapi lesi prakanker yang baru dideteksi pada pencegahan sekunder sering
kali menimbulkan morbiditas terhadap fungsi fertilitas pasien
c. Pencegahan sekunder atau akan mengalami hambatan pada sumber daya
manusia dan alat yang berkembang
3. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi penyakit dan
pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan.
Terdapat dua pengobatan pada pencegahan tersier yaitu :
a. Pencegahan pada Prakanker
1) Kauterisasi yaitu membakar serviks secara elektris
2) Kriosurgeri yaitu serviks dibuat beku sampai minus 80 – 180 derajat celcius
dengan menggunakan gas CO2 atau N2O
3) Konisasi yaitu memotong sebagian dari serviks yang cukup representative
dengan pisau biasa atau pisau elektris
4) Operasi (histerektomi) bila penderita tidak ingin punya anak lagi
5) Sinar laser yang digunakan dibawah pengawasan kalposkop, radiasi dengan
pemanasan jarum radium yang digunakan bila penderita yang sudah tua
takut dioperasi
b. Pengobatan pada Kanker Invasif
Tindakan pengobatan pada kanker invasive berupa radiasi, operasi atau

20
gabungan antara operasi dan radiasi

Skrining
Mencegah kanker serviks dapat dilakukan dengan mendeteksi secara dini,
tujuannya adalah untuk menemukan lesi pra kanker dan kanker stadium awal. Saat
ini terdapat beberapa cara alternatif untuk skrining kanker serviks yaitu :
1) Kalposkopi digunakan sebagai alat pemeriksaan awal dan lebih sering
digunakan untuk pemeriksaan lanjutan dari hasil test pap smear yang
abnormal. Namun, kalposkopi jarang digunakan karena biayanya yang mahal,
kurang praktis dan memerlukan biopsi
2) Servikografi merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan porsio. Untuk
membuat foto pembesaran porsio dipulas dengan menggunakan asam asetat 3
– 5%.
3) Pap net (dengan komputerisasi) merupakan slide pemeriksaan pap smear
untuk mengidentifikasi sel yang abnormal dibantu dengan menggunakan
komputerisasi.
4) Tes molecular HPV – DNA membuktikan bahwa 90% kandiloma serviks, NIS
dan kanker serviks mengandung HPV – DNA.
5) Inspeksi visual dengan asam asetat ( IV A) menjadi metode skrining
alternative yang mudah untuk diaplikasikan diberbagai Negara. Pada
umumnya metode IVA mudah, praktis, alat yang digunakan sederhana, dapat
dilakukan oleh petugas kesehatan bukan dokter dan metode ini sesuai dengan
pusat pelayanan kesehatan yang sederhana. Untuk pemeriksaan serviks dengan
IVA, awalnya dengan menggunakan speculum yang sudah diolesi oleh asam
asetat 3 – 5%. Pada lesi pra kanker akan terlihat bercak berwarna putih yang
disebut aceto white epithelium, maka dapat disimpulkan bahwa dari bercak
putih hasil test adalah IVA positif sehingga dapat ditindak lanjuti dengan
melakukan biopsi.

Tiap – tiap metode skrining dapat dikaji dari segi keefektifannya,


kepraktisan, kemudahan dan dari tersedianya sarana. Dari berbagai metode
alternatif untuk skrining kanker serviks, metode pemeriksaan yang paling utama

21
dan dianjurkan untuk deteksi dini kanker serviks adalah pemeriksaan papaniculou
smear atau yang dikenal dengan pap smear. Pap smear tidak hanya perlu
dilakukan sekali seumur hidup tetapi perlu dilakukan secara berkala setelah
wanita berusia 40 tahun. World Health Organization (WHO) menyarankan
skrining pap smear minimal satu kali selama hidup pada umur 35 – 40 tahun.
Apabila fasilitas terbatas, skirining setiap 10 tahun pada umur 35 – 50 tahun,
fasilitas tersedia mencukupi setiap 5 tahun pada umur 35 – 55 tahun, dan fasilitas
ideal setiap 3 tahun pada umur 25 – 60 tahun. Hal tersebut didasarkan atas
pertimbangan berupa cost and effectiveness.

Pap Smear
1) Perkembangan Pap Smear
Pada tahun 1924, George N. Papinocolou mempelajari perubahan
hormon dengan memeriksa eksfoliasi sel vagina. Secara tidak sengaja diamati
tingginya sel – sel abnormal pada sediaan dari pasien dengan kanker serviks.
Penemuan ini merupakan awal dari digunakannya pap smear untuk skrining
kanker serviks, penggunaan papsmear untuk skrining secara masal baru
dimulai pada tahun 1949di British Columbia dan kemudian secara luas
digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1950. Sedangkan di Indonesia,
perkembangan pap smear di mulai pada tahun 1970 dan dipopulerkan di
beberapa kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta ,Bandung, Jakarta, Medan,
Palembang, Padang, Denpasar, Ujungpandang dan Manado.
2) Test Pap Smear
Diagnosis penyakit kanker serviks pada stadium lanjut didasarkan atas
adanya keluhan pendarahan atau keputihan yang terus – menerus. Pada
pemeriksaan dalam terlihat perubahan bentuk pada daerah mulut rahim yang
berbenjol tidak teratur serta sangat rapuh sifatnya. Pada stadium dini
gambaran semacam ini belum nampak, sehingga diperlukan pemeriksaan
khusus. Pemeriksaan yang sederhana, aman namun memiliki kepekaan yang
tinggi adalah dengan pap smear.
Pap smear adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio (vagina ) dan
serviks untuk menentukan adanya perubahan keganasan di porsio atau serviks

22
dan digunakan dalam penemuan dini kanker serviks. Atau pap smear
merupakan skrining yang paling sederhana, praktis, akurat, ekonomis, dapat
dikerjakan dengan cepat, tidak sakit dan tidak merusak jaringan serta mudah
diulang jika diperlukan. Cara untuk pemeriksaan lendir serviks yang diambil
dengan menggunakan spatula (gabungan spatula dan sikat kecil) yang
dinamakan cytobrush
Pemeriksaan pap smear bertujuan untuk mengetahui adanya sel – sel
abnormal di leher rahim sehingga dapat mencegah terjadinya kanker serviks.
Pemeriksaan pap smear terbukti dapat menurunkan mortalitas kanker serviks.
Adapun prinsip dasar pap smear antara lain :
a) Epitel permukaan selalu mengelupas (eksfoliasi) dan diganti lapisan epitel
bawah
b) Epitel permukaan merupakan gambaran keadaan jaringan di bawahnya juga.
Sel yang berasal dari eksfoliasi serviks diambil dan diwarnai secara khusus,
sel – sel yang abnormal dapat terlihat dibawah mikroskop.
Salah satu cara untuk mengurangi angka negatif palsu dari test pap smear
adalah dengan melakukan pemeriksaan kolposkopi selain melakukan
pemeriksaan test pap smear. Adapun anjuran untuk melakukan pemeriksaan
pap smear adalah sebagai berikut :
a) Setiap tahun untuk perempuan yang berusia diatas 35 tahun
b) Setiap tahun untuk perempuan yang berganti – ganti pasangan seksual atau
pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin
c) Setiap tahun untuk perempuan yang memakai pil KB
d) Setiap 2 – 3 tahun untuk perempuan berusia diatas 35 tahun jika 3 kali pap
smear berturut – turut menunjukkan hasil negatif atau untuk perempuan
yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker
e) Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
f) Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun
kanker serviks
3) Alat – alat yang diperlukan untuk pengambilan test Pap Smear
Alat yang digunakan pada pemeriksaan pap smear sebagai berikut :
a) Formulir konsultasi sitologi

23
b) Spatula ayre yang dimodifikasikan dan cytobrush
c) Kaca benda yang satu sisinya telah diberikan tanda atau tabel
d) Spekulum cocor bebek (grave’s) kering
e) Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 96%
4) Cara pemeriksaan Pap Smear
Pemriksaan skrining dengan pap smear sangat aman karena hanya diambil
getah lendir di mulut rahim menggunakan alat (spatula) yang tidak merusak.
Getah lendir dioleskan pada kaca objek dan sudah diwarnai akan diperiksa
dibawah mikroskop. Gambaran sel yang terdapat dalam getah lendir tersebut
dapat menunjukkan apakah sudah terkena penyakit keganasan ini pada stadium
ini. Untuk memastikan diagnosa harus dilakukan biopsi jaringan mukosa
dinding rahim dan selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop. Untuk pengobatan
sangat tergantung pada stadium penyakit yaitu dapat berupa penyinaran radium
sampai harus dilakukan operasi pengangkatan rahim.
5) Hasil pemeriksaan test Pap Smear
a) Infeksi
Infeksi paling sering bersarang dimulut rahim, sebagian besar tanpa adanya
gejala, namun sebagian dikenali dengan adanya keluhan berupa keputihan
untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan ulang pap smear 6 bulan kemudian
untuk melihat dan mengevaluasi apakah radang di mulut rahim sudah
sembuh. Selang infeksi servisitis, hasil pap smear dapat juga trikomoniasis
dan kandidasi yang disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS) dengan
keluhan yang sama yaitu keputihan yang disertai bau dengan rasa gatal.
b) Atytical Squamous Cells of Undetermined Significance (ASCUS)
Merupakan sedikit kelainan di sel – sel leher rahim yang belum jelas, maka
diperlukan pemeriksaan pap smear setiap 6 bulan selama 2 tahun untuk
memastikan dilanjutkan dengan pemeriksaan HPV dan DNA. Apabila
ASCUS disertai oleh infeksi HPV dan faktor resiko maka dilakukan
kalposkopi biopsi untuk histopatologi. ASCUS dengan diplansia ringan,
dilakukan test HPV. Apabila HPV negative atau positif diulangi 6 bulan.
Apabila HPV positif pada lesi resiko tinggi maka dilakukan konfirmasi
kalposkopi dan histopologis.

24
c) Karsinoma Intra Epitelia atau Lesi Intraepitelial dan Sel bersisik
(esqiuamous intrae pithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yangdiperoleh dari pap
smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran,
bentuk, dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker
yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk
tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih
cepat dilakukan tes diagnostik.
d) Karsinoma Invasive
Pada tahap ini kanker sudah menyebar lebih luas sehingga penyembuhannya
menjadi sulit.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang
tidak dapat diatur. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam
leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks
menjadi abnormal dan membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks
terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor
yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya
disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks dan
virus Human Papiloma Virus, kesalahan dalam sikap seperti merokok, hubungan
seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 17 tahun) dan berganti -
ganti pasangan seksual, pemakaian DES, pemakaian pil KB, Infeksi herpes
genitalis atau infeksi klamedia menahun, dan lain – lain. Stadium karsinoma
kanker serviks dari stadium IA – IVB sampai yang ganas. Kanker serviks dapat
dicegah dengan pengobatan sitologi, kalposkopi, biopsi, pap smear, konisasi dan
skrining.

B. Saran
Disarankan kepada para pembaca khususnya untuk para wanita agar selalu
menjaga kebersihan daerah kewanitaannya selain menjaga para wanita juga bisa
mencegah kanker serviks dengan cara pola hidup sehat, tidak merokok, tidak
melakukan hubungan seksual di usia muda, tidak melahirkan banyak anak,
hindari pemakaian DES tanpa resep dokter, melakukan pap smear ketika sudah
memiliki anak. Penulis mengharapkan agar pencegahan dilakukan oleh setiap
wanita supaya angka mortalitas yang diakibatkan oleh kanker serviks bisa
menurun dan juga penyebarannya tidak meluas lebih jauh lagi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Andrijono. 2010. Kanker Serviks Ed. 3. Jakarta : Divisi Onkologi Departemen. Obstetri
dan Ginekologi FK UI

Andrijono et al. (2013) ‘Panduan Penatalaksaaan Kanker Serviks’, Komite


Penanggulangan kanker nasional, pp.1-30.

Aminati, D. 2013. Cara Bijak Menghadapi dan Mencegah kanker Leher Rahim/serviks.
Yogyakarta : Briliant Book

Handayani, Lestari dkk. (2012). Menaklukkan kanker Serviks dan Kanker payudara
dengan 3 terapi alami. Agromedia

Irianto, koes, 2014. Biologi Reproduksi. Bandung : Alfabeta

27

Anda mungkin juga menyukai