KANKER SERVIKS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah farmakoterapi
Disusun oleh:
Azizah Nurhayati D1A151126
Rina Haryani D1A151118
Kelas VII B Farmasi Reguler
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
BANDUNG
2018/2019
BAB 1 KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah KANKER
SERVIKS.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan Datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 2 PENDAHULUAN
Penyebab perubahan genom ini adalah mutasi (perubahan) salah satu gen atau
lebih; atau mutasi sebagian besar segmen utas DNA yang mengandung banyak gen;
atau pada beberapa keadaan penambahan atau pengurangan sebagian besar segmen
kromosom. Setiap kanker mulai dengan sebuah sel. Kejadian apapun yang
mengalihkan sebuah sel normal menjadi sebuah sebuah sel kanker. Sel kanker tidak
menyerang massa sel, maskipun pada stadium akhir kanker, badan dapat
mengandung berbiliun sel kanker dan semuanya itu adalah keturunan sebuah sel
pendahulunya. Jadi semua sel kanker metastis maupun pada tumor merupakan
sebuah klon.
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari
kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke
[4]
dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang
terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
1
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak
akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat
dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki.
Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia
dan umumnya terjadi di negara berkembang.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit
secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi
kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk
membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan
penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit
melalui sistem stadium.
2
7. Bagaimana cara pengobatan kanker serviks ?
8. Bagaimana cara mencegah kanker serviks?
9. Bagaimana contoh studi kasus penyakit kanker serviks ?
2.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
3
BAB 3 PEMBAHASAN
Kanker serviks adalah Kanker serviks adalah kanker yang terjadi saat ada
sel-sel di leher rahim alias serviks yang tidak normal, dan berkembang terus dengan
tidak terkendali. Kanker keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan
wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang
normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses
yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim
yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara
bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang
mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang,
displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian
berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga
sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan
waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar
3-20 tahun.
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik,
yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah
memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh
tubuh penderita.
4
3.2 Epidemiologi Kanker Serviks
Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang mengalami
mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel
yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, sedang, displasia berat
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai
Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1 untuk displasia ringan, NIS 2 untuk displasia
Menurut Snyder (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda setelah
hubungan seks pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan seks pertama
dengan ditemukan NIS adalah 2-33 tahun. Untuk jarak hubungan seks pertama
dengan NIS 1 selang waktu rata-rata adalah 12,2 tahun, NIS 1 dengan NIS 2
rata-rata13,9 tahun dan NIS 2 samppai NIS 3 rata-rata 11,7 tahun. Sedanhkan
berkembang sesuai dengan pertambahan usia, sehingga NIS pada usia lebih dari
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 60-
ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk stadium IB dan
5
II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun, stadium III dan IV sering
Inseden kanker leher larim (Age Standarized Cancer Incidence Rate / ASR)
27,9 dan data tahun 1985-1989 ASR 24,4. Dibandingakan dengan berbagai
daerah diluar negeri angka ini sedikit berbeda, seperti di Thailand (Chiang Mai)
dilaporkan ASR tahun 1983-1987 adalah 33,2 dan di Korea Selatan 13,2 tahun
1982-1983. India menunjukkan angka lebih tinggi yaitu 41,7 tahun 1982.
ditmukan bahwa stadium IB-IIB sering terdapat pada kelompok umur 35-44
tahun, sedangkan stadium IIIB sering didapatkan pada kelompok umur 45-54
tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Litaay, dkk dibeberapa Rumah Sakit di
Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga
ada lainnya.
membuktikan bahwa kanker rahim lebih sering terjadi pada kelompok wanita
6
minoritas seperti imigran Vietnam, Afrika dan wanita India. Hal ini berkaitan
proporsi kanker leher rahim dari semua jenis kanker dibeberapa bagian patologi
7
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat
Kriteria
Tahapan
No. Proses
(Stadium)
1. Tahap O Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan
epitel, tidak terdapat bukti invasi.
2. Tahap I Karsinoma yang benar – benar berada dalam
serviks. Proses terbatas pada serviks walaupun
ada perluasan ke korpus uteri.
3. Tahap Ia Karsinoma mikroinvasif, bila membrane
basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor
tidak terdapat pada pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
4. Tahap Ib Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi serviks uteri.
5. Tahap II Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks
hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian
bawah) atau area para servikal pada salah satu sisi
atau kedua sisi
6. Tahap IIa Penyebaran hanya perluasan vagina, parametrium
masih bebas dari infiltrate tumor.
7. Tahap IIb Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral
tetapi belum sampai pada dinding panggul.
8. Tahap III Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina
atau telah meluas kesalah satu atau kedua dinding
panggul. Penyakit modus limfa yang teraba tidak
merata pada dinding panggul. Urogram IV
menunjukkan salah satu kedua ureter tersumbat
oleh tumor
8
9. Tahap IIIa Penyebaran sampai pada sepertiga bagian disertai
distal vagina, sedang ke parametrium tidak
dipersoalkan.
10. Tahap IIIb Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul,
tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara
tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic)
atau proses pada tingkatan klinik I dan II , tetapi
sudah ada gangguan faal ginjal.
11. Tahap IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil
dan melibatkan mukosa rektum atau kantong
kemih (dibuktikan secara histologik) atau telah
terjadi metastasis keluar panggul atau ketempat –
tempat yang jauh.
12. Tahap Iva Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektum dan kantong
kemih.
13. Tahap IVb Telah terjadi penyebaran jauh (parah).
1. Faktor Penyebab
yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada
9
lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat
2. Faktor Resiko
16 dan 18. Begitu juga dengan perilaku seksual berisiko seperti seks
tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) yang sama. Selain
tentu lebih rentan terinfeksi HPV yang bisa jadi penyebab kanker
serviks.
untuk tubuh. Wanita yang merokok memiliki risiko hingga dua kali
serviks.
lebih tinggi dari kanker serviks pada wanita dengan hasil tes darah
10
e. Kurangnya konsumsi buah dan sayur. Wanita yang memiliki pola
KB) dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari sekitar lima tahun,
rendah terhadap kanker. Karena itu, alat kontrasepsi jenis IUD bisa
atau lebih memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker serviks.
pertama kalinya. Wanita yang berusia lebih muda dari 17 tahun saat
11
hamil pertama (tidak keguguran) dua kali lebih rentan terkena
kanker serviks.
obat ini saat kehamilan memiliki risiko lebih besar terhadap kanker
lebih besar. Obat ini sudah tidak diresepkan lagi untuk ibu hamil
sejak tahun 1980-an. Akan tetapi, buat Anda yang pernah hamil atau
ibu, atau sepupu wanita yang pernah kena kanker serviks, Anda pun
12
3.5 Gejala Klinis Kanker Serviks
Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan sedikit
darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai
perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih
khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor
albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.
Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.
8.
13
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor
dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam (hipogastrika).
Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung dari
kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang menjadi mikro invasif
dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman invasi <1mm dan sel
tumor masih belum terlihat dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah
terdapat >1mm dari membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam
pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin sudah
menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai
karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik (tingkat IB-
vagina, korpus uterus, rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir
praaorta, dan seterusnya secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di
kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.
perdarahan-perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia oleh
14
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu perkontinuitatum
ke dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung kemih. Penyebaran secara
kelenjar di pelvis minor, baru kemudian mengenai kelenjar para aortae terkena dan
2. korpus uteri
15
Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks. Perdarahan
timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin sering terjadi
diluar senggama.
1. Sitologi
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus
mengandung komponen ektoserviks dan endoserviks.
16
Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear
Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
17
2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu
suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di
dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi,
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel serviks,
pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak
hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina.
Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik,
tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.
18
Gambar 7. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk
menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun
pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana
untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif,
dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini
19
disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda,
ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran
20
4. Terapi biologis
1. Pencegahan Primer
21
Pencegahan primer merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh
setiap orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau menghindari faktor
resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda dan lain-lain. Selain itu
juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imuisasi HPV pada
kelompok masyarakat
2. Pencegahan sekunder
22
1) Interfensi sumber keterpaparan
2) Kemopreventif
2. Pencegahan Tingkat Kedua
a. Diagnosis dini, misalnya screening
b. Pengobatan, misalnya :
1) Kemoterapi
2) Bedah
23
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari
Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet.
Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli.
Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit
Studi kasus 1
Seorang pasien dengan nama Nyonya Sumkatinah datang ke Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, pusing, dan pada bulan desember
mengeluarkan darah dari kemaluannya dan saat periksa kerumah sakit perdarahan
sudah berhenti. Setelah melalui beberapa pertanyaan, dokter menyarankan untuk
melakukan chek laboratorium agar dapat mengetahui kondisi pasien berdasarkan
keluhan yang diderita pasien.
Setelah menjalani sederetan kegiaan laboratorium antara lain chek darah dan
chek urine, hasil yang diperoleh diberikan pada dokter yang bersangkutan.
Kemudian dokter mendiagnosa Ny Sumkatinah menderita Ca Cervik atau kanker
leher rahim dan beberapa komplikasi yakni Hipertensi dan Heart Failure ( penyakit
jantung ). Kemudian dokter melakukan konsultasi dengan pihak IPD ( Ilmu
Penyakit Dalam ), dan hasil konsul tersebut pasien Ny Sumkatinah disarankan
menjalani Kemoterapi Ca Cervik.
Dalam pengobatan kemoterapi pasien harus menjalani enam seri pengobatan
dan setiap masing – masing seri pengobatan kemo berjarak tiga minggu. Sebagai
awal dari pengobatan, pasien mendapat obat untuk kemo yaitu Cisplatin seri I 80
mg dan 5FU 560 mg, selama empat hari dan dilakukan cek lab 2 minggu setelah
kemo untuk mengetahui apakah awal kemoterapi berhasil dilakukan, kemudian
setelah tiga minggu dilakukan kemo seri ke dua dengan obat kemo Cisplatin II
dengan dosis 80 mg dan 5FU 560 mg. Selain mendapat pengobatan kemoterapi
24
dokter juga memberikan obat untuk menanggulangi komplikasi ysng terjadi pada
Ny Sumkatinah yakni Hipertensi dan Heart Failure ( Jantung ) dengan memberikan
obat Lisinopril, Furosemid, ASA, dan Simvastatin.
Pengobatan kemoterapi dilakukan hingga seri ke enam, bila sudah seri ke
enam selesai maka dilakukan cek laboratorium untuk mengetahui apakah Ca Cervik
yang didertita pasien sudah sembuh atau belum jika belum maka dilanjutkan lagi
pengobatan kemoterapi dari awal.
DATA PASIEN
Nama Pasien Ny Sumkatinah
Umur 67 tahun
Berat Badan 50 Kg
Tinggi Badan 146 cm
Keluhan Perut bagian bawah nyeri
Pusing
Bulan Desember mengeluarkan darah dari kemaluannya
± 1 bulan
Diagnosa Ca Cervik dengan komplikasi Hipertensi dan Heart
Failure
Data Klinik
Data Klinik Nilai Normal Hasil
Tekanan Darah ( mmhg ) 120/80 150/90
Nadi ( beats/min ) 80/100 88
Respiratory Rate 20/24 20
( beats/min )
Data Laboratorium
Data laboratorium Batas Normal Hasil laboratorium
Creatin urine 14,2 mg / dl
25
Creatin darah 0,87 mg / dl
Tinggi Badan 146 cm
Berat Badan 50 Kg
Volume urin tamping 3500 ml
Diuresa 2,43 ml / mnt
Ratio PB 1,25
CCT ( Cleorance 49,57
creatinine test )
Kesimpulan
Ureum / Bun 20 – 40 / 10 – 20 20,7 mg / dl
Kretainin < 1,2 0,81 mg / dl
Hemoglobin 10,1 gr / dl
Leukosit 10700 / mm3
LED 118 mm / jam
Trombosit 358000 / mm3
Hematokrit 31,7 %
26
Pasang Dower Catheter
+ Urin bag
Metoclopramid inj 1 amp
Dexamethasone inj 1amp
08.00 5FU 560 mg dalam Ns
500 cc 55 tts / mnt
Infs Dextrosa 5 % 500 cc
10.00 Cisplatin 80 mg + Ns 500
cc dilindungi dengan kain
gelap selama 2 – 3 jam
Infs Ds 5 % 1000 cc
selama 5 jam ( 66 tts / mnt
)
II / IV 05.00 Infus Ds 5 % 500 cc
Metoclopramid inj 1 amp
08.00 5FU 560 mg dalam Ns
500 cc 55 tts / menit
Infus Ds 5 % 1000 cc
selama 5 jam ( 66 tts /
menit )
27
ASA No III
S 1 dd 100 mg
Simvastatin No III
S 0 – 10 mg
Asuhan Kefarmasian
Obat Rute Dosis frekuensi Indikasi
Cisplatin IV 80 mg Sekali Anti kanker
kemoterapi
5FU IV 560 mg Sekali Anti kanker
kemoterapi
Ns IV 500 cc pelarut obat kemoterapi
Dekstrose IV 500 – Pelarut obat kemoterapi
1000 cc
Lisinopril P.O 5 mg 1x1 Hipertensi
Furosemid P.O 40 mg Pagi 40 mg Udema pada jantung
ASA P.O 100 mg 1x1 Analgesik untuk infark jantung
Simvastatin P.O 40 mg Malam 1 mg kolesterol
1. Profil Pasien
Nama : Ny. K
Usia/BB/TB : 66thn/49kg/151 kg
Tgl MRS : 27 Mei 2013
28
Alasan MRS : Nyeri perut bagian bawah 1 bulan yg lalu, perut tersa
kembung, keputihan 1 bulan yang lalu, perdarahan sedikit sedikit sebelum
keluar keputihan.
Diagnosa : CaCx IIIB pro ER-AFL+Cisplatin I
2. Data Pendukung
Tgl 1/5 PA Cervix biopsi : Keratizing epidermal carcinoma
Tgl 14/5 Thorax : Tak tampak proses metastase
Tgl 22/5 Abdomen : Batu GB Massa Cx Tak tampak proses Metastase di
paraaorta dan Hepar
Hepar/Lien/GB/Pankreas/Ginjal Ka –Ki/Uterus /Adnexa Ka-Ki
Tak tampak.
Tgl 23/5 IVP : Fungsi kedua ginjal dan ureter normal
Tgl 29/5 : Pasien tampak pendarahan setelah menerima kemoterapi
3. Data klinik
4. Data laboratorium
29
30
5. Penjelasan
Pertama terapi yang diberikan yaitu diet TKTP. Diet TKTP adalah
Pengaturan jumlah protein dan kalori serta jumlah protein dan kalori serta
jenis zat makanan yangdimakan setiap hari agar tubuh tetap menjadi
sehat. Adapun tujuan Diet TKTP yaitu memberikan makanan secukupnya
atau lebih dari pada biasa untuk memenuhi kebutuhan protein dan kalori.
Maksudnya, jumlah makanan khusus kebutuhan protein dan kalori
dibutuhkan dalam jumlah lebih dari pada kebutuhan biasa. Dengan
terpenuhinya kebutuhan energi / kalori dan protein di dalam tubuh, sehingga
menjamin terbentuknya sel-sel baru di dalam jaringan tubuh.
Terapi yang diberikan selanjutnya yaitu Rob dengan dosis 1x1 yaitu
vitamin zat besiyang diberikan 1x1 pada tgl 28 dan 29 bulan 5. Karena
berdasarkan hasil laboratorium MCHC pasien rendah yaitu 31,2 g/dl dan ini
menunjukkan bahwa pasien mengalami anemia.
Pemberian Cisplatin kepada pasien karena cisplatin merupakn first line
pada penderita kanker serviks. Kemudian Pemberian Asam Tranexamat 500
mg kepada pasien bertujuan untuk mengatasi pendarahan yang dialami oleh
pasien setelah diberi kemoterapi.
Selanjutnya Dexamethasonone ( 2 ampul) dan Ondansentron (8mg)
diberikan kepada pasien bertujuan untuk mengurangi efek yang ditimbulkan
dari pemberian cisplatin. Karena efek samping pemberian cisplatin 90% yaitu
mual dan muntah dan itu diberikan sebelum cisplatin (premedikasi).
Mannitol (30 mg) dan MgSO4 (1gr), berdasarkan Hydration Regimen for
adults (BCCA,2011) Pemberian Cisplatin yang dosisnya lebih dari 80 mg,
31
diberikan tambahan zat elektrolit yaitu mannitol (30mg) dan MgSO4 (1gr).
Hal ini bertujuan untuk pemeliharaan selama pasien rawat inap ataupun
selama pengobatan dan untuk memonitoring pengeluaran urin si pasien.
32
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
33
terinfeksi HPV, melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan
istilah vagina toilet, hindari berhubungan seks dengan banyak partner,
secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur, dan sebagainya.
4.2 Saran
34