Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KANKER SERVIKS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah farmakoterapi

Disusun oleh:
Azizah Nurhayati D1A151126
Rina Haryani D1A151118
Kelas VII B Farmasi Reguler

UNIVERSITAS AL-GHIFARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
BANDUNG
2018/2019
BAB 1 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah KANKER
SERVIKS.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan Datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Bandung, 28 November 2018

i
DAFTAR ISI

BAB 1 KATA PENGANTAR ............................................................................... i


BAB 2 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
2.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
2.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
2.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB 3 PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
3.1 Pengertian Kanker Serviks ....................................................................... 4
3.2 Epidemiologi Kanker Serviks .................................................................. 5
3.3 Stadium Kanker Serviks ........................................................................... 7
3.4 Faktor Penyebab dan Faktor Resiko ......................................................... 9
3.5 Gejala Klinis Kanker Serviks ................................................................. 13
3.6 Penyebaran Kanker Serviks.................................................................... 13
3.7 Diagnosis Kanker Serviks ...................................................................... 15
3.8 Pengobatan untuk Kanker Serviks.......................................................... 19
3.9 Obat yang Digunakan ............................................................................. 21
3.10 Pencegahan Kanker Serviks ................................................................... 21
3.11 Studi Kasus ............................................................................................. 24
BAB 4 PENUTUP .............................................................................................. 33
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 33

ii
BAB 2 PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel
yang tidak dapat diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara
satu dengan yang lainnya. Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada
sifat sel kanker yang tidak pernah berhenti membelah. Kanker merupakan suatu
kegagalan morfogenesis normal dan dan kegagalan difrensiasi normal, artinya
pertumbuhan kanker tidak dapat dikendalikan dan tidak pernah memperoleh
struktur normal serta fungsi khas jaringan tempat sel kanker tumbuh. Menurut
Guyton, Arthur C. ,Kanker merupakan suatu penyakit yang menyerang proses dasar
kehidupan sel, yang hampir semuanya menambah genom sel (komplemen genetik
total sel) serta mengakibatkan pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker.

Penyebab perubahan genom ini adalah mutasi (perubahan) salah satu gen atau
lebih; atau mutasi sebagian besar segmen utas DNA yang mengandung banyak gen;
atau pada beberapa keadaan penambahan atau pengurangan sebagian besar segmen
kromosom. Setiap kanker mulai dengan sebuah sel. Kejadian apapun yang
mengalihkan sebuah sel normal menjadi sebuah sebuah sel kanker. Sel kanker tidak
menyerang massa sel, maskipun pada stadium akhir kanker, badan dapat
mengandung berbiliun sel kanker dan semuanya itu adalah keturunan sebuah sel
pendahulunya. Jadi semua sel kanker metastis maupun pada tumor merupakan
sebuah klon.

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari
kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke
[4]
dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang
terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.

1
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak
akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat
dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki.
Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia
dan umumnya terjadi di negara berkembang.

Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan


diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi
prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan
kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja
terapi ini masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar
penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar
atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.

Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit
secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi
kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk
membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan
penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit
melalui sistem stadium.

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa


permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks?


2. Apa saja stadium dari Kanker Serviks?
3. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktor resiko dari kanker serviks ?
4. Apa gejala kanker serviks?
5. Bagaimana penyebaran kanker serviks?
6. Bagaimana cara diagnosis Kanker Serviks?

2
7. Bagaimana cara pengobatan kanker serviks ?
8. Bagaimana cara mencegah kanker serviks?
9. Bagaimana contoh studi kasus penyakit kanker serviks ?

2.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Agar mengetahui tentang kanker serviks


2. Agar mengetahui stadium dari Kanker Serviks
3. Agar mengetahui faktor penyebab dan faktor resiko dari kanker serviks
4. Agar mengenal gejala kanker serviks
5. Agar mengetahui cara diagnosis Kanker Serviks
6. Agar mengetahui penyebaran kanker serviks
7. Agar mengetahui cara pengobatan kanker serviks
8. Agar mengetahui cara mencegah kanker serviks
9. Agar mempelajari contoh studi kasus penyakit kanker serviks

3
BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Kanker Serviks

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan


kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di
Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker
serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam
jangka waktu relatif cepat.

Kanker serviks adalah Kanker serviks adalah kanker yang terjadi saat ada
sel-sel di leher rahim alias serviks yang tidak normal, dan berkembang terus dengan
tidak terkendali. Kanker keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan
wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang
normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses
yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.

Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim
yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara
bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang
mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang,
displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian
berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga
sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan
waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar
3-20 tahun.

Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik,
yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah
memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh
tubuh penderita.

4
3.2 Epidemiologi Kanker Serviks

1. Distribusi Menurut Umur

Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang mengalami

mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel

yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, sedang, displasia berat

dan akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ (KIS), kemudian berkembang menjadi

karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai

tingkatan pra-kanker. Klasifikasi terbaru menggunakan nama Neoplasma

Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1 untuk displasia ringan, NIS 2 untuk displasia

sedang dan NIS 3 untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.

Menurut Snyder (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda setelah

hubungan seks pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan seks pertama

dengan ditemukan NIS adalah 2-33 tahun. Untuk jarak hubungan seks pertama

dengan NIS 1 selang waktu rata-rata adalah 12,2 tahun, NIS 1 dengan NIS 2

rata-rata13,9 tahun dan NIS 2 samppai NIS 3 rata-rata 11,7 tahun. Sedanhkan

menurut Cuppleson LW dan Brown B (1975) menyebutkan bahwa NIS akan

berkembang sesuai dengan pertambahan usia, sehingga NIS pada usia lebih dari

50 tahun sudah sedikit dan kanker infiltratif meningkat 2 kali.

Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and

Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 60-

69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih sering

ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk stadium IB dan

5
II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun, stadium III dan IV sering

ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun.

Inseden kanker leher larim (Age Standarized Cancer Incidence Rate / ASR)

penduduk Kota Semarang, tercatat pada tahun 1980-1981 menunjukkan ASR

27,9 dan data tahun 1985-1989 ASR 24,4. Dibandingakan dengan berbagai

daerah diluar negeri angka ini sedikit berbeda, seperti di Thailand (Chiang Mai)

dilaporkan ASR tahun 1983-1987 adalah 33,2 dan di Korea Selatan 13,2 tahun

1982-1983. India menunjukkan angka lebih tinggi yaitu 41,7 tahun 1982.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun 1997-1998

ditmukan bahwa stadium IB-IIB sering terdapat pada kelompok umur 35-44

tahun, sedangkan stadium IIIB sering didapatkan pada kelompok umur 45-54

tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Litaay, dkk dibeberapa Rumah Sakit di

Ujung Pandang (1994-1999) ditemukan bahwa penderita kanker rahim yang

terbanyak berada pada kelompok umur 46-50 tahun yaitu 17,4%.

2. Distribusi Menurut Tempat

Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara

berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan

Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga

merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua penyakit keganasan yang

ada lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society (2000)

membuktikan bahwa kanker rahim lebih sering terjadi pada kelompok wanita

6
minoritas seperti imigran Vietnam, Afrika dan wanita India. Hal ini berkaitan

dengan anggapan mereka bahwa wanita yang tidak melakukan gonta-ganti

pasangan (promikuitas) tidak perlu melakukan Pap smear.

Menurut perkiraan Departemen Kesehatan tahun 1988-1994 insidens

kanker leher rahim mencapai 100/100.000 penduduk pertahun, sedangkan

proporsi kanker leher rahim dari semua jenis kanker dibeberapa bagian patologi

anatomi pada tahun 2000, seperti Surabaya ditemukan sebesar 24,3%,

Yogyakarta 25,7%, Bandung sebesar 25,1%, Surakarta sebesar 28,2% dan

Medan sebesar 16,9%.

3.3 Stadium Kanker Serviks

Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah


yang dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi and Obstetrics)
yaitu sebagai berikut :
Stage 0 : Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif.
Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.
Stage 1 a : Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya diketahui
secara histology.
Stage 1 b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.
Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul,
telah mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian
proximal.
Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah
vagina
Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain

7
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat
Kriteria

Tahapan
No. Proses
(Stadium)
1. Tahap O Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan
epitel, tidak terdapat bukti invasi.
2. Tahap I Karsinoma yang benar – benar berada dalam
serviks. Proses terbatas pada serviks walaupun
ada perluasan ke korpus uteri.
3. Tahap Ia Karsinoma mikroinvasif, bila membrane
basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor
tidak terdapat pada pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
4. Tahap Ib Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi serviks uteri.
5. Tahap II Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks
hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian
bawah) atau area para servikal pada salah satu sisi
atau kedua sisi
6. Tahap IIa Penyebaran hanya perluasan vagina, parametrium
masih bebas dari infiltrate tumor.
7. Tahap IIb Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral
tetapi belum sampai pada dinding panggul.
8. Tahap III Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina
atau telah meluas kesalah satu atau kedua dinding
panggul. Penyakit modus limfa yang teraba tidak
merata pada dinding panggul. Urogram IV
menunjukkan salah satu kedua ureter tersumbat
oleh tumor

8
9. Tahap IIIa Penyebaran sampai pada sepertiga bagian disertai
distal vagina, sedang ke parametrium tidak
dipersoalkan.
10. Tahap IIIb Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul,
tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara
tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic)
atau proses pada tingkatan klinik I dan II , tetapi
sudah ada gangguan faal ginjal.
11. Tahap IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil
dan melibatkan mukosa rektum atau kantong
kemih (dibuktikan secara histologik) atau telah
terjadi metastasis keluar panggul atau ketempat –
tempat yang jauh.
12. Tahap Iva Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektum dan kantong
kemih.
13. Tahap IVb Telah terjadi penyebaran jauh (parah).

3.4 Faktor Penyebab dan Faktor Resiko

1. Faktor Penyebab

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai

tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita

perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka

yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada

sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama intercourse.Defisiensi

beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal displasia.National

Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi

9
lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat

melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan

seperti vitamin E atau beta karoten setiap hari.

2. Faktor Resiko

a. Infeksi human papilloma virus. Melakukan hubungan seksual

dengan banyak pasangan dapat meningkatkan risiko terkena HPV

16 dan 18. Begitu juga dengan perilaku seksual berisiko seperti seks

tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) yang sama. Selain

itu, wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi) HPV

tentu lebih rentan terinfeksi HPV yang bisa jadi penyebab kanker

serviks.

b. Merokok. Tembakau mengandung banyak zat kimia yang tidak baik

untuk tubuh. Wanita yang merokok memiliki risiko hingga dua kali

lebih besar dibanding wanita non-perokok dalam terkena kanker

serviks.

c. Imunosupresi. Pengobatan atau kondisi yang mempengaruhi sistem

imun, seperti human immunodeficiency virus (HIV), virus yang

menyebabkan AIDS, bisa meningkatkan risiko terkena infeksi HPV

dan jadi penyebab kanker serviks.

d. Infeksi klamidia. Beberapa penelitian menunjukkan risiko yang

lebih tinggi dari kanker serviks pada wanita dengan hasil tes darah

yang menunjukkan pernah atau sedang memiliki infeksi salah satu

penyakit menular seksual, yaitu klamidia.

10
e. Kurangnya konsumsi buah dan sayur. Wanita yang memiliki pola

makan kurang sehat, misalnya jarang makan buah dan sayur,

mungkin memiliki risiko lebih tinggi terhadap kanker serviks.

f. Berat badan berlebih (obesitas). Wanita dengan kelebihan berat

badan lebih mudah memiliki adenocarcinoma pada serviks.

g. Penggunaan kontraepsi minum (pil KB) jangka panjang. Sejumlah

penelitian telah menunjukkan bahwa minum kontrasepsi oral (pil

KB) dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari sekitar lima tahun,

dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Kalau Anda sudah lama

minum pil KB untuk mencegah kehamilan, segera pertimbangkan

untuk memilih kontrasepsi lain dan bicarakan dengan dokter

kandungan Anda. Penelitian terbaru menemukan bahwa wanita yang

menggunakan intrauterine device (IUD, perangkat yang dimasukkan

ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan) memiliki risiko lebih

rendah terhadap kanker. Karena itu, alat kontrasepsi jenis IUD bisa

jadi alternatif buat Anda yang belum ingin hamil.

h. Sudah beberapa kali hamil dan melahirkan. Wanita yang pernah

mengalami kehamilan hingga melahirkan (tidak keguguran) 3 kali

atau lebih memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker serviks.

i. Hamil atau melahirkan di usia sangat muda. Sangat muda berarti

berusia di bawah 17 tahun saat kehamilan hingga melahirkan

pertama kalinya. Wanita yang berusia lebih muda dari 17 tahun saat

11
hamil pertama (tidak keguguran) dua kali lebih rentan terkena

kanker serviks.

j. Kemiskinan. Meskipun keadaan ekonomsi seseorang tidak serta-

merta jadi penyebab kanker serviks, kemiskinan sangat mungkin

menghalangi akses wanita terhadap layanan serta pendidikan

kesehatan yang memadai, termasuk tes pap smear.

k. Diethylstilbestrol (DES). DES adalah obat hormonal yang diberikan

pada wanita untuk mencegah keguguran. Ibu yang menggunakan

obat ini saat kehamilan memiliki risiko lebih besar terhadap kanker

serviks. Anak perempuan yang dilahirkan juga memiliki risiko yang

lebih besar. Obat ini sudah tidak diresepkan lagi untuk ibu hamil

sejak tahun 1980-an. Akan tetapi, buat Anda yang pernah hamil atau

dilahirkan sebelum 1980 masih berisiko mengalami kanker.

l. Faktor keturunan. Apabila dalam keluarga Anda, misalnya nenek,

ibu, atau sepupu wanita yang pernah kena kanker serviks, Anda pun

jadi dua hingga kali lebih rentan mengalami kanker serviks

dibandingkan orang yang tidak punya faktor keturunan kanker.

Masalahnya, mutasi gen yang jadi penyebab kanker serviks bisa

diturunkan ke generasi selanjutnya.

m. Usia. Perempuan di bawah usia lima belas tahun memiliki risiko

paling rendah terhadap kanker ini. Sedangkan risiko semakin

meningkat pada wanita berusia di atas 40 tahun

12
3.5 Gejala Klinis Kanker Serviks

Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan sedikit
darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai
perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih
khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor
albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.

Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.
Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.
8.

3.6 Penyebaran Kanker Serviks

13
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor

dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam (hipogastrika).

Penyebaran melalui pembuluh darah (bloodborne metastasis) tidak lazim.

Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung dari

kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang menjadi mikro invasif

dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman invasi <1mm dan sel

tumor masih belum terlihat dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah

terdapat >1mm dari membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam

pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin sudah

menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai

karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik (tingkat IB-

occult). Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara limfogen melalui

kelenjar limfa regional dan secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices

vagina, korpus uterus, rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir

(terminal stage) dapat menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih.

Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional melalui

ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral,

praaorta, dan seterusnya secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di

kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.

Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena

perdarahan-perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia oleh

karena obstruksi ureter di tempat ureter masuk ke dalam kandung kencing.

14
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu perkontinuitatum

ke dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung kemih. Penyebaran secara

limfogen terjadi terutama paraservikal dalam parametrium dan stasiun-stasiun

kelenjar di pelvis minor, baru kemudian mengenai kelenjar para aortae terkena dan

baru terjadi penyebaran hematogen (hepar, tulang).

Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:

1. fornices dan dinding vagina

2. korpus uteri

3. parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum

rektovagina dan kandung kemih.

Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar limfe


regional melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator, hipogastrika,
parasakral, paraaorta, dan seterusnya ke trunkus limfatik di kanan dan vena subklvia
di kiri mencapai paru, hati, ginjal, tulang serta otak.

3.7 Diagnosis Kanker Serviks


Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah
kanker serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi
prakanker serviks. Kemampuan untuk mendeteksi dini kanker serviks disertai
dengan kemampuan dalam penatalaksanaan yang tepat akan dapat menurunkan
angka kematian akibat kanker serviks.

Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan,


berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.

15
Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks. Perdarahan
timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin sering terjadi
diluar senggama.

Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.

Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh.

Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa


kanker serviks adalah:

1. Sitologi

Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus
mengandung komponen ektoserviks dan endoserviks.

16
Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear

Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

17
2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu
suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di
dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi,
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel serviks,
pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak
hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina.
Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik,
tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan.

Gambar 6. Colposcopy Untuk Mengambil Jaringan yang Abnormal

3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.

18
Gambar 7. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)

3.8 Pengobatan untuk Kanker Serviks

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan


ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana
penderita untuk hamil lagi.

1. Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk
menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun
pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana
untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif,
dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini

19
disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda,
ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.

2. Terapi penyinaran

Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif


yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :

 Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar


Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
 Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.

Efek samping dari terapi penyinaran adalah :


 Iritasi rektum dan vagina
 Kerusakan kandung kemih dan rektum
 Ovarium berhenti berfungsi.
3. Kemoterapi

Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk


menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan
intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya
suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan
pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.

20
4. Terapi biologis

Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan


tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang
telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah
interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.

3.9 Obat yang Digunakan

3.10 Pencegahan Kanker Serviks

Pengendalian kinder serviks dengan pencegahan dapat dibagi menjadi


tiga bagian, yaitu pencegahan prmer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tersier Strategi kesehatan masyarakat dalam mencegah kematian karena kanker
serviks antara lain adalah dengan pencegahan primer dan pencegaan sekunder.

1. Pencegahan Primer

21
Pencegahan primer merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh
setiap orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau menghindari faktor
resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda dan lain-lain. Selain itu
juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imuisasi HPV pada
kelompok masyarakat

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini


dan skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus
kanker serviks secara dibni sehingga kemungkinan penyembuhan dapat
ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks memerlukan waktu yang lama.
Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau lebih.
Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk
mwndeteksi karsinoa pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra
invasive mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa kasus
pada fase invasive hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35%. Program
skrining dengan pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap mear test dan telah
dilakukan di Negara-negara maju. Pencegahan dengan pap smear
terbukimampu menurunkan tingkat kematian akibat kanker serviks 50-60%
dalam kurun waktu 20 tahun (WHO,1986).

Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan


kanker serviks, yaitu :
1. Pencegahan Tingkat Pertama
a. Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :
1) Kampanye kesadaran masyarakat
2) Program pendidikan kesehatan masyarakat
3) Promosi kesehatan
b. Pencegahan khusus, misalnya :

22
1) Interfensi sumber keterpaparan
2) Kemopreventif
2. Pencegahan Tingkat Kedua
a. Diagnosis dini, misalnya screening
b. Pengobatan, misalnya :
1) Kemoterapi
2) Bedah

3. Pencegahan Tingkat Ketiga


Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan
kanker umumnya ialah secara pendekatan multidiscipline. Hasil pengobatan
radioterapi dan operasi radikal kurang lebih sama, meskipun sebenarnya
sukar untuk dibandingkan karena umumnya yang dioperasi penderita yang
masih muda dan umumnya baik.

Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa


mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum
terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis
yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai
karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena
kanker leher rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah
dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear
bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.

23
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari
Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet.
Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli.
Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit

3.11 Studi Kasus

Studi kasus 1
Seorang pasien dengan nama Nyonya Sumkatinah datang ke Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, pusing, dan pada bulan desember
mengeluarkan darah dari kemaluannya dan saat periksa kerumah sakit perdarahan
sudah berhenti. Setelah melalui beberapa pertanyaan, dokter menyarankan untuk
melakukan chek laboratorium agar dapat mengetahui kondisi pasien berdasarkan
keluhan yang diderita pasien.
Setelah menjalani sederetan kegiaan laboratorium antara lain chek darah dan
chek urine, hasil yang diperoleh diberikan pada dokter yang bersangkutan.
Kemudian dokter mendiagnosa Ny Sumkatinah menderita Ca Cervik atau kanker
leher rahim dan beberapa komplikasi yakni Hipertensi dan Heart Failure ( penyakit
jantung ). Kemudian dokter melakukan konsultasi dengan pihak IPD ( Ilmu
Penyakit Dalam ), dan hasil konsul tersebut pasien Ny Sumkatinah disarankan
menjalani Kemoterapi Ca Cervik.
Dalam pengobatan kemoterapi pasien harus menjalani enam seri pengobatan
dan setiap masing – masing seri pengobatan kemo berjarak tiga minggu. Sebagai
awal dari pengobatan, pasien mendapat obat untuk kemo yaitu Cisplatin seri I 80
mg dan 5FU 560 mg, selama empat hari dan dilakukan cek lab 2 minggu setelah
kemo untuk mengetahui apakah awal kemoterapi berhasil dilakukan, kemudian
setelah tiga minggu dilakukan kemo seri ke dua dengan obat kemo Cisplatin II
dengan dosis 80 mg dan 5FU 560 mg. Selain mendapat pengobatan kemoterapi

24
dokter juga memberikan obat untuk menanggulangi komplikasi ysng terjadi pada
Ny Sumkatinah yakni Hipertensi dan Heart Failure ( Jantung ) dengan memberikan
obat Lisinopril, Furosemid, ASA, dan Simvastatin.
Pengobatan kemoterapi dilakukan hingga seri ke enam, bila sudah seri ke
enam selesai maka dilakukan cek laboratorium untuk mengetahui apakah Ca Cervik
yang didertita pasien sudah sembuh atau belum jika belum maka dilanjutkan lagi
pengobatan kemoterapi dari awal.

DATA PASIEN
Nama Pasien Ny Sumkatinah
Umur 67 tahun
Berat Badan 50 Kg
Tinggi Badan 146 cm
Keluhan Perut bagian bawah nyeri
Pusing
Bulan Desember mengeluarkan darah dari kemaluannya
± 1 bulan
Diagnosa Ca Cervik dengan komplikasi Hipertensi dan Heart
Failure

Data Klinik
Data Klinik Nilai Normal Hasil
Tekanan Darah ( mmhg ) 120/80 150/90
Nadi ( beats/min ) 80/100 88
Respiratory Rate 20/24 20
( beats/min )

Data Laboratorium
Data laboratorium Batas Normal Hasil laboratorium
Creatin urine 14,2 mg / dl

25
Creatin darah 0,87 mg / dl
Tinggi Badan 146 cm
Berat Badan 50 Kg
Volume urin tamping 3500 ml
Diuresa 2,43 ml / mnt
Ratio PB 1,25
CCT ( Cleorance 49,57
creatinine test )
Kesimpulan
Ureum / Bun 20 – 40 / 10 – 20 20,7 mg / dl
Kretainin < 1,2 0,81 mg / dl

Hemoglobin 10,1 gr / dl
Leukosit 10700 / mm3
LED 118 mm / jam
Trombosit 358000 / mm3
Hematokrit 31,7 %

Evaluasi Hapusan Darah


Eritrosit : Hpokrom Anisasitosis
Leukosit : Normal
Trombosit : Normal
Pengobatan Kemoterapi Ca Cervik
Primary treatment : Cisplatin – 5FU
Regimen : Cisplatin 80 mg
5FU 560 mg
Profil Pengobatan kemoterapi
Hari Jam Obat
I 05.00 Ds 5 % 500 cc

26
Pasang Dower Catheter
+ Urin bag
Metoclopramid inj 1 amp
Dexamethasone inj 1amp
08.00 5FU 560 mg dalam Ns
500 cc 55 tts / mnt
Infs Dextrosa 5 % 500 cc
10.00 Cisplatin 80 mg + Ns 500
cc dilindungi dengan kain
gelap selama 2 – 3 jam
Infs Ds 5 % 1000 cc
selama 5 jam ( 66 tts / mnt
)
II / IV 05.00 Infus Ds 5 % 500 cc
Metoclopramid inj 1 amp
08.00 5FU 560 mg dalam Ns
500 cc 55 tts / menit
Infus Ds 5 % 1000 cc
selama 5 jam ( 66 tts /
menit )

Pola Peresepan obat kemoterapi dan komplikasinya


Resep untuk kemoterapi
R/ Cisplatin 80 mg
5FU 560 mg
Resep untuk komplikasi hipertensi dan jantung
R/ lisinopril 5 mg No III
S 1 dd 1
Furosemid No III
S 40 mg – 0 – 0

27
ASA No III
S 1 dd 100 mg
Simvastatin No III
S 0 – 10 mg
Asuhan Kefarmasian
Obat Rute Dosis frekuensi Indikasi
Cisplatin IV 80 mg Sekali Anti kanker
kemoterapi
5FU IV 560 mg Sekali Anti kanker
kemoterapi
Ns IV 500 cc pelarut obat kemoterapi
Dekstrose IV 500 – Pelarut obat kemoterapi
1000 cc
Lisinopril P.O 5 mg 1x1 Hipertensi
Furosemid P.O 40 mg Pagi 40 mg Udema pada jantung
ASA P.O 100 mg 1x1 Analgesik untuk infark jantung
Simvastatin P.O 40 mg Malam 1 mg kolesterol

Permasalahan dalam kasus


Ny sumkatinah terdiagnosa terkena Ca cervik dengan
komplikasi Hipertensi dan Heart Failure ( jantung )namun dalam
pengobatan terdapat simvastatin yang berfungsi sebagai pengontrol
kolesterol, namun pasien tidak bermasalah dengan kolesterolnya, peresepan
obat ini sedikit tidak masuk akal, kecuali jika terdapat pertimbangan tertentu
yang berhubungan dengan komplikasi pasien tersebut.
Studi kasus 2

1. Profil Pasien
Nama : Ny. K
Usia/BB/TB : 66thn/49kg/151 kg
Tgl MRS : 27 Mei 2013

28
Alasan MRS : Nyeri perut bagian bawah 1 bulan yg lalu, perut tersa
kembung, keputihan 1 bulan yang lalu, perdarahan sedikit sedikit sebelum
keluar keputihan.
Diagnosa : CaCx IIIB pro ER-AFL+Cisplatin I

2. Data Pendukung
Tgl 1/5 PA Cervix biopsi : Keratizing epidermal carcinoma
Tgl 14/5 Thorax : Tak tampak proses metastase
Tgl 22/5 Abdomen : Batu GB Massa Cx Tak tampak proses Metastase di
paraaorta dan Hepar
Hepar/Lien/GB/Pankreas/Ginjal Ka –Ki/Uterus /Adnexa Ka-Ki
Tak tampak.
Tgl 23/5 IVP : Fungsi kedua ginjal dan ureter normal
Tgl 29/5 : Pasien tampak pendarahan setelah menerima kemoterapi

3. Data klinik

4. Data laboratorium

29
30
5. Penjelasan

Pertama terapi yang diberikan yaitu diet TKTP. Diet TKTP adalah
Pengaturan jumlah protein dan kalori serta jumlah protein dan kalori serta
jenis zat makanan yangdimakan setiap hari agar tubuh tetap menjadi
sehat. Adapun tujuan Diet TKTP yaitu memberikan makanan secukupnya
atau lebih dari pada biasa untuk memenuhi kebutuhan protein dan kalori.
Maksudnya, jumlah makanan khusus kebutuhan protein dan kalori
dibutuhkan dalam jumlah lebih dari pada kebutuhan biasa. Dengan
terpenuhinya kebutuhan energi / kalori dan protein di dalam tubuh, sehingga
menjamin terbentuknya sel-sel baru di dalam jaringan tubuh.
Terapi yang diberikan selanjutnya yaitu Rob dengan dosis 1x1 yaitu
vitamin zat besiyang diberikan 1x1 pada tgl 28 dan 29 bulan 5. Karena
berdasarkan hasil laboratorium MCHC pasien rendah yaitu 31,2 g/dl dan ini
menunjukkan bahwa pasien mengalami anemia.
Pemberian Cisplatin kepada pasien karena cisplatin merupakn first line
pada penderita kanker serviks. Kemudian Pemberian Asam Tranexamat 500
mg kepada pasien bertujuan untuk mengatasi pendarahan yang dialami oleh
pasien setelah diberi kemoterapi.
Selanjutnya Dexamethasonone ( 2 ampul) dan Ondansentron (8mg)
diberikan kepada pasien bertujuan untuk mengurangi efek yang ditimbulkan
dari pemberian cisplatin. Karena efek samping pemberian cisplatin 90% yaitu
mual dan muntah dan itu diberikan sebelum cisplatin (premedikasi).
Mannitol (30 mg) dan MgSO4 (1gr), berdasarkan Hydration Regimen for
adults (BCCA,2011) Pemberian Cisplatin yang dosisnya lebih dari 80 mg,

31
diberikan tambahan zat elektrolit yaitu mannitol (30mg) dan MgSO4 (1gr).
Hal ini bertujuan untuk pemeliharaan selama pasien rawat inap ataupun
selama pengobatan dan untuk memonitoring pengeluaran urin si pasien.

32
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Kanker serviks adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan


wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium
yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan
merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-
tahun.
2. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker
serviks. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai
penyebab juga. Adapun faktor resikonya, yaitu : Pola hubungan seksual,
Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral, Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan
Pasangan seksual.
3. Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks
(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar
junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada
wanita diatas 35 tahun, di dalam kanalis serviks. Penyebaran kanker serviks
pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3
arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus uterus, dan
c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi
septum rektovaginal dan kandung kemih. Diagnosis kanker serviks tidaklah
sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi masalah adalah
bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker serviks, dilakukan
dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker serviks.
4. Pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan, yiatu : Pembedahan,
Terapi penyinaran, Kemoterapi, dan Terapi biologis. Sedangkan beberapa
cara praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mencegah kanker serviks, yaitu : miliki pola makan sehat, yang kaya dengan
sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh, hindari
merokok, hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau
belasan tahun, pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah

33
terinfeksi HPV, melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan
istilah vagina toilet, hindari berhubungan seks dengan banyak partner,
secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur, dan sebagainya.

4.2 Saran

Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah


dari pada mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan
berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu
berusaha hidup sehat dan teratur.

34

Anda mungkin juga menyukai