Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

Disusun Oleh :

Dwi Oktaviana Widyaningrum


1610007BP

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah kami tentang “Asuhan Keperawatan Kanker
Serviks” dapat saya selesaikan. Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal.
Meskipun makalah ini telah saya selesaikan, saya mengharapkan masukkan
baik berupa kritik maupun saran demi perbaikan makalah ini dan saya berharap
agar makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan.
Semoga penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat sesuai dengan yang
diharapkan.

Surabaya, 16 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................ 2
1.4 Manfaat.......................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kanker Serviks................................................................. 3
2.1.1 Pengertian............................................................................. 3
2.1.2 Etiologi................................................................................. 3
2.1.3 Klasifikasi............................................................................. 5
2.1.4 Patofisiologi.......................................................................... 7
2.1.5 Manifestasi Klinik................................................................ 8
2.1.6 Pemeriksaan penunjang........................................................ 9
2.1.7 Penatalaksanaan....................................................................11
2.1.8 Komplikasi...........................................................................13
2.2 Konsep Keperawatan Paliatif........................................................14
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................15
2.3.1 Pengkajian............................................................................15
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................17
2.3.3 Intervensi Keperawatan........................................................17
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................19
3.2 Saran..............................................................................................19
Daftar Pustaka...................................................................................................20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona
transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem
kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya meningkat
sekitar 20% per tahun. Kanker serviks atau mulut rahim adalah
penyakit pembunuh wanita nomor satu di dunia. Di seluruh dunia, kasus
kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang di dapat dari
Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun
penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku
sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai
upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang. Risiko
terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual,
kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.
Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks
dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan
diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi
prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi
dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu
saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar
penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar
atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian. Saat ini pilihan terapi sangat
tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa

1
berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi
dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi
baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui
penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut : “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang pengertian kanker serviks
2. Mengetahui tentang penyebab kanker serviks
3. Mengetahui tentang penanganan pada pasien kanker serviks
4. Mengetahui proses pengkajian pada pasien kanker serviks
5. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kanker serviks

1.4 Manfaat
Dapat menambah wawasan bagi pembaca agar lebih memahami tentang
kanker serviks dan asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kanker Serviks


2.1.1 Pengertian
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah
oleh mutasi genetik DNA seluler (Smeltzer, 2002). Kanker serviks merupakan
gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang
dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel
pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55
tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju kedalam rahim (Sarjadi, 2001).
2.1.2 Etiologi
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor
ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah
infeksi virus Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks
berkaitan erat dengan infeksi HPV  ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe
resiko rendah  (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi
menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah
pada Ca Serviks (Hartono, 2000). Aminati (2013) menjelaskan bahwa, faktor-
faktor resiko yang mempengaruhi adanya kanker leher rahim adalah sebagai
berikut:
1. Faktor resiko
Makanan: Makanan yang meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks pada
wanita adalah makanan yang rendah Beta Karotin, retinol atau vitamin A,
Vitamin C dan Vitamin E.
2. Gangguan sistem kekebalan
Pada wanita imunokompromise atau penurunan kekebalan tubuh seperti
transplantasi ginjal dan HIV dapat menakselerasi pertumbuhan sel kanker dari
non infasif menjadi infasif (tidak ganas menjadi ganas).
3. Pemakaian kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama atau lebih dari 5 tahun,
meningkatkan resiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali.

3
4. Terlalu sering membersihkan vagina
Mencuci terlalu sering maka dapat menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi ini
akan merangsang terjadinya perubahan sel yang akhirnya berubah menjadi
kanker.
5. Faktor individu
HPV (Human Papiloma Virus): Penelitian baru-baru ini memperlihatkan
bahwa infeksi HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim. Wanita dengan
karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV merupakan penyebab mutasi
neoplasma atau perubahan sel normal menjadi sel ganas.
6. Merokok
Tembakau adalah bahan penicu karsiogenik. Asap rokok menghasilkan
polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Wanita perokok
memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok.
7. Umur
Menopause memang akan dialami semua wanita. Pada masa itu sering terjadi
perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Pada usia 35-55 tahun
memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker leher rahim. Semakin
tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran.
8. Paritas
Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2
orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat meyebabkan
timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim.
9. Usia wanita saat menikah
Menikah dini mempunyai beberapa resiko selain kurangnya kesiapan mental,
juga mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel mulut
rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-sel rahim masih belum matang.
10. Faktor Pasangan
a. Hubungan seks pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor utama, semakin muda seorang perempuan
melakukan hubungan seks semakin besar resikonya untuk terkena kanker
serviks.

4
b. Pasangan seksual lebih dari satu (Multiplepatner Sex)
Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang
mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih. Ditemukan berbagai
penelitian epidemiology menujukan bahwa golongan wanita yang mulai
mempumyai pasangan seksual yang berganti-ganti lebih beresiko terkena
kanker serviks sebab wanita yang berganti-ganti pasangan akan rentan
terkena HPV.
2.1.3 Klasifikasi
Rahayu (2015) menjelaskan bahwa stadium adalah istilah yang digunakan
oleh ahli medis untuk menggambarkan tahapan kanker serta sejauh mana kanker
tersebut telah menyebar dan menyerang jaringan di sekitarnya. Berikut ini stadium
kanker serviks yaitu:
1. Stadium 0
Stadium ini disebut juga karsinoma in situ yang berarti kanker belum
menyerang bagian yang lain. Pada stadium ini, perubahan sel abnormal hanya
ditemukan pada permukaan serviks. Kanker masih kecil dan hanya terbatas
pada permukaan serviks. Selain itu, kanker hanya ditemukan di lapisan atas
dari sel-sel pada jaringan yang melapisi serviks. Ini termasuk kondisi
prakanker yang bisa diobati dengan tingkat kesembuhan mendekati 100%.
(Wijaya, 2010).
2. Stadium 1
a. Stadium IA
Pertumbuhan kanker begitu kecil sehingga hanya bisa dilihat dengan
sebuah mikroskop atau kolposkop. Pada stadium IAI, kanker telah tumbuh
dengan ukuran kurang dan 7mm. stadium IA2 berukuran antara 3 sampai
5mm ke dalam jaringan-jaringan serviks, tetapi lebarnya masih kurang dari
7mm.
b. Stadium IB
Area kanker lebih luar, tetapi belum menyebar.Kanker masih berada dalam
jaringan serviks. Kanker ini biasanya bisa dilihat tanpa menggunakan
mikroskop. Pada kanker stadium IBI, ukurannya tidak lebih besar dari 4

5
cm. sementara untuk stadium IB2, ukuran kanker lebih besar dari 4cm
(ukuran horizontal)
3. Stadium II
Pada stadium ini lokasi kanker pada stadium ini meliputi serviks (leher
rahim) dan uterus (rahim), namun belum menyebar ke dinding pelvis atau
bagian bawah vagina dan tidak mencapai dinding panggul. Kanker menyebar
melewati leher rahim menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya. Kanker
meluas ke bagian atas dari vagina (dua pertiga bagian atas) dan tidak
menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah dari vagina atau dinding pelvis
(lapisan dari bagian tubuh antara pinggul) angka harapan hidup penderita
kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 50-60%. Perkembangan kanker
pada stadium ini, dibedakan menjadi dua stadium, yaitu :
a. Stadium IIA
Kanker pada stadium ini telah menyebar hingga ke vagina bagian atas.
Pada stadium IIA1, kanker berukuran 4cm atau kurang. Sementara pada
stadium A2 kanker berukuran lebih dari 4cm.
b. Stadium IIB
Pada stadium IIB kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan
serviks, namun belum sampai ke dinding panggul. Kanker melibatkan
parametrium namun tidak melibatkan dinding samping panggul (Wijaya,
2010).
4. Stadium III
Pada stadium ini, kanker serviks telah menyebar ke jaringan lunak sekitar
vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat
aliran urine ke kandung kemih. Menurut Wijaya, (2010) angka harapan hidup
penderita kanker ini dalam lima tahun adalah 30%. Tahap perkembangan
kanker stadium ini dibagi menjadi dua tingkatan, yakni :
a. Stadium IIIA
Kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah dari vagina, tetapi
masih belum ke dinding panggul.

6
b. Stadium IIIB
Pada stadium IIIB kanker telah tumbuh menuju dinding panggul atau
memblokir satu atau kedua saluran pembuangan ginjal.
5. Stadium IV
Kanker serviks stadium IV adalah kanker yang paling parah. Kanker telah
menyebar ke organ-organ tubuh di luar serviks dan rahim. Kanker menyebar
sampai sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas melampaui
panggul. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun
adalah 5% (Wijaya, 2010) . Stadium ini dibagi menjadi dua tahapan, yakni :
a. Stadium IVA
Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke organ, seperti kandung kemih
dan rectum (dubur).
b. Stadium IVB
Pada stadium IVB kanker telah menyebar ke organ-organ tubuh yang
sangat jauh, seperti paru-paru.
2.1.4 Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel-sel yang mengalami
mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah
mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada
stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria
menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah
keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau
busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien
dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari
kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi
diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan (biasa
terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek samping tersebut menimbulkan

7
masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek
dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan
timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi
akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan
sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak
sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas
akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian. (Price, Sylvia Anderson, 2005).
2.1.5 Manifestasi Klinis
Berikut beberapa gejala kanker serviks menurut Nurcahyo (2010), yaitu:
1. Keluarnya cairan dari vagina (keputihan).
2. Munculnya perdarahan setelah berhubungan seksual. Menurut Samadi,
(2011). Perdarahan pasca senggama bisa terjadi bukan disebabkan oleh
adanya kanker serviks, melainkan karena iritasi atau mikro lesi atau luka-
luka kecil di vagina saat bersenggama. Serviks yang normal konsistennya
kenyal dan permukaannya licin. Adapun serviks yang sudah berubah
menjadi kanker bersifat rapuh, mudah berdarah, dan diameternya biasanya
membesar. Serviks yang rapuh tersebut akan mudah berdarah pada saat
aktivitas seksual sehingga terjadi perdarahan pasca senggama.
3. Terjadinya perdarahan pada saat menapouse
4. Perdarahan terus terjadi di antara daur menstruasi normal.
5. Perdarahan disertai anemia.
6. Pada tahap invasive, vagina mengeluarkan cairan berwarna kekuning-
kuningan serta berbau tidak sedap (seperti nanah), dan kadang bercampur
dengan darah
7. Pada stadium lanjut, pengidap akan kehilangan nafsu makan, berat badan
turun drastis, rasa nyeri di tungkai, sendi-sendi, dan tempat-tempat lainnya.
Serta keluarnya air kemih bercampur tinja melalui vagina.

8
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arum Anies (2010), dalam Rahayu (2015), ada beberapa tes yang
dapat dilakukan untuk deteksi dini kanker serviks yaitu sebagai berikut:
1. Pap Smear. Tes Papanicolou smear atau disebut tes Pap smear merupakan
pemeriksaan sitologi untuk sel di area serviks. Sampel sel-sel diambil dari
serviks wanita untuk memeriksa tanda-tanda perubahan pada sel. Tes pap
dapat mendeteksi dysplasia serviks atau kanker serviks. Pedoman:
a. Umur 21-30 tahun, tes ini dilakukan pada wanita yang berusia 21 tahun
ke atas sampai usia 30 tahunan, menggunakan metode kaca slide atau
yang telah melakukan hubungan badan secara aktif dianjurkan untuk
memeriksa diri. Menurut Okirina (2014) dalam Rahayu (2015) aturan
umumnya adalah tes ini dilakukan pertama kali 3 tahun, lalu anurkan
melakukan pap smear 1 tahun sekali kini telah dikoreksi menjadi 2 tahun
sekali untuk efektivitas.
b. Umur 30-70. Setiap 2-3 tahun jika 3 pap smear terkahir normal.
c. Umur di atas 70, dapat menghentikan jika 3 pap smear normal terakhir
atau tidak ada paps dalam 10 tahun. Tes ini dilakukan saat tidak sedang
dalam proses menstruasi, sebaiknya pada hari ke-10 sampai 20 hari
setelah hari pertama menstruasi sebelumnya. Dua hari sebelum
pelaksanaan tes, pasien tidak diperbolehkan menggunakan obat-obatan
vagina, spermisida, krim ataupun jeli, kecuali apabila diinstruksikan oleh
dokter. Pasien juga harus menghindari hubungan seksual 1 sampai 2 hari
sebelum tes dilaksanakan karena semua ini dapat menyamarkan hasil dan
membuatnya tidak jelas. Setelah tes dilakukan, pasien dapat melakukan
aktivitas normalnya kembali
2. Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Menurut Smart, (2013) IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat. Metode pemeriksaan ini dilakukan dengan mengoleskan
serviks atau lehr rahim dengan asam asetat. Kemudian, pada serviks di
amati apakah terdapat kelainan seperti berwarna putih. Menurut Nugroho
(2010), dalam Rahayu (2015) Pemeriksaan skrinning alternatif Pap Smear
karena biaya murah, praktis, sangat mudah untuk dilakukan dengan

9
peralatan sederhana dan murah, dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
selain dokter ginekologi. Tes IVA merupakan salah satu deteksi dini kanker
serviks dengan menggunakan asam asetat 3-5% pada leher rahim seorang
pasien yang telah berbaring terlentang dan dilihat dengan pengamatan
langsung (mata telanjang). Asam asetat yang berawarna pucat menandakan
adanya lesi prakanker.

Sumber: Rasjidi, 2008


3. Biopsi Serviks
Sebuah penyedia layanan kesehatan mengambil sampel jaringan atau biopsi
dari serviks untuk memeriksa kanker serviks atau kondisi lainnya. Biopsi
serviks sering dilakukan selama kolposkopi.
4. Kolposkopi
Menurut Smart, (2013) jika semua hasil tes pada metode sebelumnya
menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan. Prosedur kolposkopi akan
dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk
mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya adalah untuk menentukan
adakah lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim.
5. Biopsi Kerucut (cone biopsi)
Biopsi serviks dimana irisan berbentuk kerucut jaringan akan dihapus dari
serviks dan diperiksa di bawah mikroskop disebut biopsi kerucut. Biopsi
kerucut dilakukan setelah tes Pap abnormal, baik untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan sel-sel berbahaya dalam serviks.
6. CT scanner
CT scanner membutuhkan beberapa sinar-X, dan computer menciptakan
gambar detail dari serviks dan struktur lainnya dalam perut dan panggul. CT
scan sering digunakan untuk menentukan apakah kanker serviks telah
menyebar dan jika demikian, seberapa jauh.

10
7. Magnetic Resonance Imaging (MRI scan)
Sebuah scanner MRI menggunakan magnet bertenaga tinggi dan computer
untuk membuat gambar resolusi tinggi dari serviks dan struktur lainnya dalam
perut dan panggul. Seperti CT scan, MRI scan dapat digunakan untuk
mencari penyebaran kanker serviks.
8. Tes DNA HPV
Sel serviks dapat di uji untuk kehadiran DNA dari Human papillomavirus
(HPV) melalui tes ni. Tes ini dapat mengidentifikasi apakah tipe HPV yang
dapat menyebabkan kanker serviks yang hadir.
2.1.7 Penatalaksanaan
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan
ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana
penderita untuk hamil lagi, berikut ini pengobatan kanker serviks menurut Smart,
(2013) yaitu:
1. Pembedahan pada karsinoma in situ (kanker yang tebatas pada lapisan serviks
paling luar). Seluruh kanker sering dapat diangkat dengan abntuan pisau
bedah ataupun melalui LEEP, LEEP adalah tindakan mengambil atau
memotong sebagian dari serviks yang telah berubah menjadi lesi prakanker
(Samadi, 2011). Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki
anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, penderita dianjurkan untuk
menjalani pemeriksaan ulang dan pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun
pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan.
2. Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Terapi radioterapi menggunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Menurut Samadi, (2011) pada kanker serviks, radioterapi
berpean sebagai modalitas terapi kuratif atau pengobatan yang bisa sampai
pada taraf kesembuhan. Ada dua macam radioterapi menurut (Smart, 2013):
a. Radiasi eksternal: sinar berasal dari sebuah mesin besar. Ketika menjalani
terapi ini, penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Penyinaran
biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.

11
b. Radiasi eksternal: zat radioaktif yang terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3
hari dan selama itu penderita dirawat dirumah sakit. Pengobatan ini bisa
diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rectum dan vagina,
kerusakan kandung kemih dan rectum dan ovarium berhenti berfungsi.
3. Kemoterapi
Menurut Samadi, (2011) kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk
pengobatan suatu penyakit. Dalam penggunaan modernya, istilah ini hampir
merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik atau obat untuk menghentikan
pertumbuhan/mematikan sel yang digunakan untuk merawat kanker. Jika
kanker telah menyebar ke luar panggul, penderita kadang dianjurkan untuk
menjalani kemoterapi. Kemoterapi diberikan melalui suntikan intravena atau
melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu
periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan
pengobatan, diselingi dnegan pemulihan, begitu seterusnya (Smart, 2013).
4. Terapi biologis
Menurut Smart, (2013) terapi biologis menggunakan zat-zat untuk
memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi
biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Terapi biologis yang paling sering digunakan adalan interferon, yang bisa
dikombinasikan dengan kemoterapi.

Cara penceghan pada kanker serviks yaitu:


Pencegahan pra kanker adalah mencegah sebelum datangnya kanker leher
rahim. Menurut Aminati (2013) dapat dilakukan dengan pencegahan primer
dan pencegahan sekunder yaitu:
a. Pencegahan Primer
1) Hubungan seksual di usia dini
2) Tidak berganti-ganti pasangan danorang yang terinfeksi genital.
3) Hubungan seksual yang aman, kondom tidak memproteksi infeksi HPV
4) Hindari merokok

12
b. Pencegahan sekunder
1) Semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan seksual
wajib melakukan pap smear.
2) Bila telah 3 kali pap smear dan hasilnya normal maka pemeriksaan
akan lebih jarang.
3) Wanita yang telah menopause masih dibutuhkan pemeriksaan uji pap
smear.
4) Melakukan vaksin untuk HPV. Terdapat 2 jenis vaksin yang sudah
beredar di Indonesia yaitu vaksin Cervarix dan Gardasilr.
2.1.8 Komplikasi
Wan Desen, 2011 menyatakan komplikasi kanker serviks uteri adalah:
1. Retensi urin: Pada waktu histerektomi total radikal mudah terjadi rudapaksa
pleksus saraf dan pembuluh darah kecil intrapelvis, hingga timbul gangguan
sirkulasi darah, disuria, retensi uri. Biasanya pasca operasi dipertahankan
saluran urin lancer 5-7 hari, secara berkala dibuka 3-4 hari, fungsi buli-buli
biasanya dapat pulih.Pada retensi uri sekitar 80% dalam 3 minggu fungsi
buli-bulinya.
2. Kista limfatik pelvis: Pasca pembersihan kelenjar limfe pelvis, drainase
limfe tidak lancar, dapat terbentuk kista limfatik retroperitoneal, umumnya
pasien asimtomatik dan mengalami absorpsi spontan, bila kista terlalu besar
timbul rasa tak enak perut bawah, nyeri tungkai bawah, akumulasi cairan
kista dikeluarkan, gejala akan mereda.
3. Sistitis radiasi dan rektitis radiasi: Pasca radiasi pelvis, pasien umumnya
mengalami sistitis radiasi ataupun rektitis radiasi yang bervariasi
derajatnya.Gejala berupa rasa tak enak abdomen bawah, polakisura, disuria
atau hematuria, tenesmus, mukokezia, hematokezia. Bagi pasien dengan
derajat ringan tak perlu ditangani, bila derajat sedang ke atas umumnya
diobati dengan anti radang, hemostatik, antispasmodic, dll.

13
2.2 Konsep Keperawatan Paliatif pada Pasien Kanker
2.2.1 Peranan perawatan paliatif penyakit kanker
Di pusat penanggulangan penyakit kanker, biasanya penderita terbanyak
adalah pasien stadium paliatif. Dianut pengertian bahwa:
1. Kelanjutan dan kesinambungan perawatan adalah hal yang sangat
penting dan diutamakan. Tim paliatif harus dikenal oleh penderita dan
keluarga, dan berperan sebagai sumber informasi dan sumber dukungan
mental
2. Nyeri dan gejala lain dievaluasi secara cermat dan didokumentasi
sehingga perkembangannya dapat dikontrol. Protokol untuk
pengawasan perawatan di rumah diberikan kepada pelaku rawat (care
giver)
3. Tim paliatif harus dapat menganalisis dan menentukan prioritas
penyelesaian, bila ada masalah yang tekait dengan pasien, keluarga, dan
upaya medis
4. Perawatan di rumah pasien harus dipersiapkan dengan matang.
Penyuluhan kepada pasien dan keluarga telah dimulai sejak pasien
berkonsultasi dengan pihak rumah sakit. Tim perawat dan terapis untuk
perawatan di rumah segera dipersiapkan, termasuk jadwal kunjungan
rumah. Ikatan antara rumah sakit dengan pasien di rumah selalu terjalin,
lebih baik lagi.
2.2.2 Masalah-masalah sosial pasien dan anggota keluarga pasien dalam
perawatan paliatif
Hubungan dengan orang lain, baik itu keluarga maupun teman, memiliki
pengaruh yang besar untuk mengatasi permasalahan tentang penyakit
kanker yang menimpa pasien. Tanpa perlindungan yang cukup, hubungan
yang erat membentuk sebuah alat untuk melawan stress karena penyakit
yang dideritanya. Keluarga dari pasien yang terkena penyakit kanker akan
rentan merasakan ketegangan dan tekanan, baik secara psikis dan fisik.
Akan terlihat lebih nyata bila pasien dirawat di rumah tetapi bisa
diseimbangkan dengan penyesuaian diri lebih mudah setelah kematian

14
pasien dan perasaaan dalam tenang sesuatu yang bermanfaat dalam merawat
pasien di rumah.
Kondisi yang menurun, membuat tugas-tugas yang biasanya pasien
dapatkan didalam keluarga akan digantikan oleh orang lain terutama dalam
hal finansial, sehingga seorang pasien dapat merasa tidak berguna, terisolasi
dan depresi. Seperti halnya pasien individual, koping mekanisme keluarga
yang tidak dapat menyesuaikan diri. Misalnya keluarga yang terlalu
melindungi dan mencoba untuk mem-blok komunikasi dari tim pelayanan
kesehatan, membiarkan pasien dengan kecemasan atau ketidakpastian dan
perasaan terisolasi.
2.2.3 Ketakutan akan kematian dan tahapan dalam menghadapi penyakit
kanker stadium lanjut (IV)
Pasien yang menjelang ajal harus melalui banyak tahap dalam
perjuangannya untuk menerima penyakit dan kematiannya, kemungkinan
selama beberapa waktu ia menolak berita buruk tersebut dan terus bersikap
seolah-olah ia sehat dan sekuat sebelum ia sakit. Berkaitan dengan masalah-
masalah psikologis dan sosial yang dihadapi oleh pasien dengan penyakit
terminal, telah mengidentifikasi lima tahap yang mungkin dilewati oleh
pasien penyakit terminal, yang divonis tidak akan hidup lama lagi yaitu
tahap denial (tidak percaya), anger (marah), bergaining (tawar-menawar),
depresi, dan acceptance (menerima).

2.3 Konsep Asuhan KeperawatanPengkajian


2.3.1 Pengkajian
1. Identitas
Terjadi pada pasien yang sering ganti-ganti pasangan dengan sosial
ekonomi rendah, personal hygiene yang kurang dan pada usia 40-50
tahun tetapi dapat juga terjadi pada usia 18 tahun.
2. Keluahan utama
Datang dengan keluahan perdarahan setelah berhubungan seksual,
keputihan menyerupai air, berbau, bahkan pendaharan

15
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pasien yang stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti pendarahan, keputihan, dan nyeri
4. Riwayat Penyakit dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, riwayat abortus, infeksi pasca abortus,
infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kanker.
6. Riwayat Obstetri
Riwayat menstruasi pada usia muda yaitu 14 tahun, siklus menstruasi
teratur maupun tidak teratur, banyaknya saat menstruasi, keluhan saat
menstruasi adanya nyeri bahkan sampai pingsan
7. Riwayat persalinan
Jumlah kelahiran anak, umur kehamilan anak, penyulit saat kehamilan,
jenis persalinan yang telah dialami seperti melahirkan secara normal atau
bahkan secara SC, dan penolong persalina
8. Riwayat KB
Menggunakan KB pil dengan jangka panjang lebih dari 5 tahun. Adanya
masalah yang terjadi saat menggunakan KB pil.
9. Pola kesehatan fungsional
a. Pola persepsi: Personal hygine yang kurang pada daerah genetalia
b. Pola nutrisi: Anoreksia, BB menurun
c. Pola eliminasi: BAB dan BAK tidak disadari
d. Pola aktivitas dan latihan: Kelelahan
e. Pola istirahat dan tidur: Ada gangguan tidur
f. Persepsi dan konsep diri: Harga diri rendah
g. Pola reproduksi: Nyeri dan perdarahan saat hubungan seksual
10. Pemeriksaan fisik
a. Rambut: rontok karena efek kemoterapi
b. Konjungtiva: anemis
c. Wajah: pucat

16
d. Abdomen: distensi abdomen
e. Vagina: keputihan berbau, perdarahan merah tua
f. Serviks: ada nodul
11. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium: Hb menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat
b. Patologi anatomi: untuk memeriksa keganasan
c. Pemeriksaan diagnostik: pap smear, kalposkopi, biopsi kerucut, MRI
atau CT-Scan abdomen atau pelvis
(Doengoes, 2000)
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian
sel
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah karena proses eksternal radiologi
3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pengobatan
4. Gangguan pola seksual berhubungan dengan metaplasia penyakit
5. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
per vagina
2.3.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian
sel
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri hilang atau
berkurang
Kriteria:
a. pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang
b. Ekspresi wajah rileks
c. Tanda - tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
a. Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala nyeri
b. Berikan tindakan relaksasi, distraksi, imajinasi, message
c. Awasi dan pantau TTV

17
d. Berikan posisi yang nyaman
e. Kolaborasi pemberian analgetik.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah karena proses eksternal radiologi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi
dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tubuh
Kriteria hasil:
a. Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas
b. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
c. Berat badan klein normal
d. Hasil hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi:
a. Kaji status nutrisi pasien
b. Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
c. Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya protein dan
tetap sesuai diit (rendah garam)
d. Pantau masukan makanan setiap hari
e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.
3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pengobatan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan hilang atau
berkurang
Kriterial hasil:
a. Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang atau berkurang
b. Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien
c. Pasien tampak rileks, tampak senang karena mendapat perhatian
d. Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai dan mengklarifikasi rasa
takut
e. Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan pengobatan
dan klien mendapat dukungan dari terdekat

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi
sel-sel yang tidak dapat diatur. Kanker serviks adalah tumor ganas
yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang terdapt pada
bagian terendah dari rahim, yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel-sel serviks terus membelah
maka akan terbentuk suatumasa jaringan yang disebut tumor yang bisa
bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebutganas maka keadaannya disebut
kanker ser'iks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks dan
virus Human Papiloma Virus, kesalahan dalam sikap seperti merokok,
hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini dan berganti-ganti pasangan
seksual, pemakaian pil KB, infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia
menahun, dan lain-lain. Stadium karsinoma kanker serviks dari stadium IA-IVB
sampai yang ganas. Kanker serviks dapat dicegah dengan pengobatan
sitologi, kalposkopi, biopsi, pap smear, dan skiring.

3.2 Saran
Makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aminati, D. 2013. Cara Bijak Menghadapi dan Mencegah Kanker Leher Rahim
(Serviks). Yogyakarta: Brilliant Books.

Doenges, Marilynn E.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi III Alih
Bahasa: I Made Kriasa. Jakarta: EGC.

Nurcahyo, J. 2010. Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara. Yogyakarta:


Wahana Totalita Publisher.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.

Samadi, H. P. 2011. Yes, I Know Everything About Kanker Serviks! Mengenali,


Mencegahnya & Bagaimana Anda Menjalani Pengobatannya. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.

Sarjadi. 2001. Patologi Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.

Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC.

Wijaya. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Niaga
Swadaya.

20

Anda mungkin juga menyukai