Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

CA CERVIX

Di Susun Oleh :
IRA ARDHIANA
NIM. 1911012016
Tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER SORE


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan karunia-Nya, penyusunan makalah tentang “ Manajemen Resiko di Ruang
Laboratorium Puskesmas Sukorambi” dapat selesai tepat pada waktunya, tak lupa
sholawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW. Dan kami berterimakasih kepada
Ibu Ns.Dwi Yunita Adriyani, M.Kes selaku dosen mata kuliah Keselamatan
Kesehatan Kerja (K3) di Universitas Muhammadiyah Jember Fakuktas Ilmu
Kesehatan yang telah memberikan saran serta bimbingan kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kami
menyadari penyusunan makalah ini pasti masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun, diharapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran dan bisa memberi inspirasi kepada pembaca.Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini.

Jember, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ...............................................................................................


DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................

BAB III PENUTUP ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

LAMPIRAN .....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks adalah jenis kanker yang biasanya tumbuh lambat pada
wanita dan mempengaruhi mulut rahim, bagian yang menyambung antara rahim
dan vagina. Kanker servix dapat berasal dari leher rahim ataupun dari mulut
rahim, kanker ini tumbuh dan berkembang dari serviks yang dapat menembus
keluar dari serviks sehingga tumbuh diluar serviks bahkan dapat tumbuh terus
sampai dinding panggul (Andrijono, 2005).
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
90% dari kanker serviks berasal darisel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim.
Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak
antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.Hingga saat ini kanker serviks
merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara
berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining
sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai
sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di
negara berkembang.Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang
perubahan perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian
vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa
mendatang. Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku
seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.
Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks
dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas kanker
serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara
itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di
negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab
utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak
diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun, sayang
hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang,
hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan
diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi
prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi
dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu
saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar
penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih
mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.Saat ini pilihan terapi
sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan
senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan
pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat
keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara
universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem
stadium.
Dengan adanya peranan dari petugas kesehatan khususnya perawat
diharapkan dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks pada wanita yaitu
dengan melakukan upaya terus menerus dalam memberikan penkes tentang
pencegahan penyakit antara lain dengan membiasakan hidup sehat, makan
makanan yang bergizi, menghindari kebiasaan merokok, tidak berganti-ganti
pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual pada usia muda,
melakukan pemeriksaan Pap’s Smear setiap enam bulan sejak melakukan
hubungan seksual pertama kali serta selalu menjaga kebersihan genetalia
dengan benar (Tiara, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang ada pada penulisan makalah ini, yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan Ca cerviks?
2. Bagaimana etiologi Ca cerviks?
3. Bagaimana klasifikasi klinis Ca cerviks?
4. Bagaimana gejala klinis Ca cerviks?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Ca cerviks?
1.3 Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami tentang apa yang di maksud dengan


kanker serviks,apa saja penyebabnya,bagaimana patofisiologi dan metastase
nya,seperti apa manifestasi nya,pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan
dan penatalaksanaan apa yang bisa di terapkan pada penderita kanker
serviks.

1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami
pemahaman tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ca cervix.

2. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang


konsep penyakit yang disebabkan karena ca cervix yang sesuai dengan
standart kesehatan demi meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat
dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi kanker serviks

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal di sekitarnya .
Penyakit kanker leher rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker
serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu liang senggama
(vagina). Kanker Serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks
(leher rahim). Kanker serviks dimulai pada lapisan serviks. Terjadinya kanker
sangat perlahan. Pertama, beberapa sel normal berubah menjadi sel-sel
prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker. Perubahan ini disebut
dispalasia dan biasanya terdeteksi dengan tes pap smear.
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks.
Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks
(kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim
yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
Menurut Diananda,Rama, 2009 Kanker serviks adalah tumor ganas yang
tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan
merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk
mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
kedalam rahim.(Sarjadi, 2001)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
8

2.2 Klasifikasi Kanker Serviks


Penentuan stadium pada pasien kanker serviks sangat penting. Hal ini
berkaitan dengan jenis pengobatan dan prospek pemulihan yang akan
dilakukan. Stadium kanker serviks sebagai berikut :

Stadium Keterangan

0 Kanker serviks stadium 0 bisa disebut


karsinoma in situ. Sel abnormal hanya
ditemukan di dalam lapisan serviks.

I Kanker hanya ditemukan pada leher rahim.

II Kanker yang telah menyebar diluar leher


rahim, tetapi tidak menyebar ke dinding pelvis
atau sepertiga bagian bawah Vagina.

III Kanker yang telah menyebar hingga


sepertiga bagian bawah Vagina. Mungkin
telah menyebar kedinding panggul dan atau
telah menyebabkan ginjal tidak berfungsi.

IV Kanker telah menyebar ke kandung kemih,


rektum, atau bagian tubuh lain seperti paru-
paru, tulang, dan hati.

2.3 Etiologi
Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :
1. Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya
kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut
merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu
pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan
tubuh akibat usia.
2. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap
terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker
leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia >
9

20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-


benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya di lihat dari sudah
menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa
yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel
mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang
wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila
dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-
sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks
belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak
siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa
sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi
kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi.
Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati,
sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa
berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan
pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan
terhadap perubahan.
3. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti
pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit
kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan
mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih
banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi kanker.
4. Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan
obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks
yang merangsang terjadinya kanker.
5. Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung
nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi
virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau
menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun
serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin
yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim. Riwayat
10

penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena penyakit akibat
hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus HPV diduga
sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita yang
mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher rahim.
6. Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak
anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai
literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak)
termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim.
Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada
seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari
luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV)
sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.
7. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan
kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin
dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim karena jaringan leher rahim
merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon steroid perempuan.
Hingga tahun 2004, telah dilakukan studi epidemiologis tentang hubungan
antara kanker leher rahim dan penggunaan kontrasepsi oral. Meskipun
demikian, efek penggunaan kontrasepsi oral terhadap risiko kanker leher
rahim masih kontroversional. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh
Khasbiyah (2004) dengan menggunakan studi kasus kontrol. Hasil studi tidak
menemukan adanya peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau
mantan pengguna kontrasepsi oral karena hasil penelitian tidak
memperlihatkan hubungan dengan nilai p>0,05.

Seperti layaknya kanker, jenis kanker juga mengalami penyebaran


(metastasis). Penyebaran kanker serviks ada tiga macam, yaitu :
a) Melalui Pembuluh Limfe (limfogen) Menuju kelenjar getah bening lainya.
b) Melalui Pembuluh darah (hematogen).
c) Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung
kencing.
11

2.4 Patofisiologi
Tidak ada penyebab yang pasti untuk terjadinya Ca serviks, yang ada
hanyalah faktor-faktor resiko seperti : usia dini saat melakukan hubungan
seksual, melahirkan pada usia sangat muda, berganti-ganti pasangan,
pemajanan terhadap kuman Papillo Virus (14PV), dan merokok. Pada
perempuan yang melakukan hubungan seksual pada usia dini (ditandai
dengan mulai haid 1 kali) maka sel-sel epitel serviks belum siap/ matang
dengan sempurna, maka jika ada benda asing yang masuk ke dalam serviks
akan menimbulkan lesi, begitu juga pada perempuan yang mengalami
persalinan pervagina pada usia dini.
Mekanisme infeksi virus diawali dnegan protein menempel pada dinding
sel dan mengekstraksi semua protein sel, kemudian protein sel itu ditandai
(berupa garis-garis) berdasarkan polaritasnya. Selanjutnya, virus akan
menginfeksikan materi genetiknya kedalam sel. Apabila materi genetik virus
ini bertemu dengan materi genetik sel, maka dapat menyebabkan terjadinya
mutasi gen. Setelah terjadi mutasi, DNA virus akan bertambah banyak
seiring pertambahan jumlah DNA sel yang sedang bereplikasi. Hal ini
menyebabkan displasia (pertumbuhan sel yang tidak normal) menjadi
bertambah banyak dan tidak terkendali, sehingga menyebabkan kanker.

2.5 Manifestasi Klinis


a. Keputihan
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Gejala yang keluar
dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan. Dalam hal demikian pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
b. Siklus menstruasi tidak teratur
Siklus menstruasi yang tidak teratur, dimana siklus lebih pendek dan
perdarahan menstruasi yang timbul hanya bercak darah.
c. Pengeluaran dari vagina yang tidak normal
Pengeluaran dari vagina yang tidak sempurna dapat berupa keputihan
yang berbau busuk, perdarahan diluar siklus menstruasi. Rasa rabas akan
dialami pada vagina. Pada Ca serviks lanjut meningkat secara bertahap
dan menjadi encer, akhirnya berwarna lebih gelap dan sangat berbau
akibat nekrosis dan infeksi tumor.
12

d. Perdarahan pada post senggama


Perdarahan pada post senggama biasanya terjadi akibat terbukanya
pembuluh darah, makin lama akan sering terjadi.
e. Nyeri
Rasa nyeri berawal dari lumbal, kemudian menjalar ke panggul bagian
depan dan belakang paha, lutut sampai pergelangan kaki.
f. Perdarahan saat BAK dan BAB
Adanya perdarahan spontan pervagina saat defekasi dicurigai
kemungkinan adanya Ca serviks. (Hamilton, 1995)

2.6 Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat
menurun yang berhubungan dengan peningkatan teknik- teknik pembedaan
tersebut. Komplikasi tersebur meliputi: Fistula uretra, Disfungsi kandung
kemih, Emboli pulmonal, Limfosit, Infeksi pelvis, Obstruksi usus besar, dan
Fistula rektovaginal.
Komplikasi yang di alamisegera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit,
Sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemorterapi
tergantung pada kombinasi obat yang di gunakan. Masalah efek samping
yang sering terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah
karena penggunaan kemoterapi yang mengandung sisplatin. ( Gale
Danielle, 2000 )

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya
menjalani screening test untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan
awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak pernah terserang kanker
serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah berhubungan
badan juga tidak perlu di-screening.
1.Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan
melakukan Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang
digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat
menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker)
13

yang dapat menyebabkan kanker serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling
sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang ditemukan oleh tes Pap
bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk
pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupakan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher
rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan
seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
3. Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal,
Dokter akan menganjurkan tes lain untuk membuat diagnosis yaitu
Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim.
Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk
membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam
vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek dokter atau
klinik.
4. Biopsi
. Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek
dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop
untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal
5. Punch Biopsi dari nomor 5-8 prinsipnya sama, perbedaannya hanya
terletak pada bentuk alat dan bentuk jaringannya yang diambil
6. LEEP
Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat
tipis dari jaringan serviks.
7. Endoservikal kuret
Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk mengikis
contoh kecil jaringan dari leher rahim.Beberapa dokter mungkin
menggunakan kuas tipis lembut, bukan kuret.
8. Conization
Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah
conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat
apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher
14

rahim. Para dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dengan
anestesi / bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan
perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita
juga merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi. Dokter
dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit
(Bryant, 2012).

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
1. Radiasi
a) Dapat dipakai untuk semua stadium.
b) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk.
c) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Operasi
Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II. Operasi histerektomi vagina
yang radikal.
3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan).
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,
disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.

Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio


resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi,
diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

Penatalaksanaan Keperawatan

1. Promotif

a. Penyuluhan kesehatan masyarakat dan tingkat gizi yang baik.

b. Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan lingkungan.

c. Olahraga secara teratur


15

d. Pendidikan seksual yang baik dan benar (penjelasan tentang alat


kontrasepsi dan perilaku seksual yang sehat)

2. Preventif

a. Perubahan pola diet atau suplemen dengan makan banyak sayur dan
buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah
kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang,
bayam, tomat.

b. Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks. Vaksin ini dibuat dengan
teknologi rekombinan, sehingga mempunyai ketahanan yang kuat.
Vaksinasi ini merupakan pencegahan yang paling utama. Vaksinasi ini
diberikan untuk wanita yang belum terinfeksi atau tidak terinfeksi HPV
risiko tinggi (16 dan 18).

c. Pemeriksaan kesehatan reproduksi ke rumah sakit melalui tes pap


smear.

3. Kuratif

a. Imunoterapi yang merupakan teknik pengobatan baru untuk kanker, yang


mengerahkan dan lebih mendayagunakan sistem kekebalan tubuh untuk
memerangi kanker. Karena hampir selalu menggunakan bahan-bahan
alami dari makhluk hidup, terutama manusia, maka imunoterapi sering
juga disebut bioterapi atau terapi biologis.Sejauh ini ada beberapa jenis
imunoterapi yang telah dikembangkan.

b. Interferon

Merupakan sitokin yang berupa glikoprotein. Interferon, khususnya


interferon alfa, adalah obat imunoterapi pertama yang digunakan untuk
mengobati kanker. Antibodi Monoklonal merupakan antibody yang
dihasilkan oleh satu klon sel. Digunakan dalam identifikasi sel, typing
darah dan penegakan diagnosa.

c. Vaksin Saat ini penggunaan vaksin kanker baru saja dimulai. Sebagian
besar masih dalam tahap penelitian dan uji klinis, sehingga belum bisa
digunakan secara umum.
16

d. Colony Stimulating Factor (CSFs) kadang disebut juga hematopoietic


growth factors. Obat imunoterapi jenis ini merangsang sumsum tulang
belakang untuk membelah dan membentuk sel darah putih, sel darah
merah, maupun keping darah, yang kesemuanya berperan penting
dalam sistem kekebalan tubuh.

e. Terapi gen yang masih bersifat eksperimental ini memberi harapan


besar. Dengan memasukkan material genetic tertentu ke dalam sel tubuh
penderita kanker, perilaku sel tubuh orang tersebut bisa dikendalikan
sesuai kebutuhan.

4. Rehabilitatif

a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik.

b. Bagi stadium akhir, sebagai perawat melakukan paliatif care.

2.9 Pencegahan Kanker Serviks

Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004)

1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda,
pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang
berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan
beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup kemungkinan akan
terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.

2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak
perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut
petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini
kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan
biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk
melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan
seksual dengan frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap
berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali
setahun. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik
pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan
teknologi Hybrid Capture II System (HCII). 3. Pilih kontrasepsi dengan metode
17

barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat memberi perlindungan


terhadap kanker leher rahim.

3. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan
yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak
mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan
kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin banyak
makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil
risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim 5. Pada pertengahan tahun
2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi
penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan
kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel serviks.
Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja
ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang
menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru
efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun
yang belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam
jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa
menurun hingga 75%.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks atau

mulut Rahim. Sel kanker ini bersifat ganas dan menyebabkan kematian.

Faktor yang mempengaruhi kanker serviks adalah berhubungan seksual usia

muda, berganti pasangan seksual, sering melahirkan, Infeksi virus dan bakteri

virus herpes simpleks dan human papilloma virus (HPV), riwayat keluarga

yang memiliki riwayat kanker serviks memiliki risiko terkenan kanker 2-3x lipat,

dan merokok.

Manifestasi klinis pada kanker serviks adalah seperti keputihan,

ditemukan adanya pendarahan agina di luar masa haid, keluhan sakit setelah

bersenggama, dan infeksi pada saluran dan kandung kemih. Pada stadium

lanjut mengakibatkan rasa sakit pada panggul, pendarahan yang mirip dengan

air cucian daging dan berbau amis, nafsu makan hilang, berat badan

menurun, anemia karena pendarahan, dan timbul vistula vesikovaginal atau

fistula rektovaginal. Stadiumnya terdiri dari stadium I, II, III, dan IV.

Pencegahannya yaitu menghindari faktor-faktor penyebab kanker di atas,

pemeriksaan papsmear, kolposkopi dan skrining, mengkonsumsi makanan

bergizi, dan vaksinasi HPV

Pengobatan kanker serviks dilakukan sesuai dengan stadium penderita

kanker serviks saat didiagnosis, antara lain tindakan operasi, radioterapi, dan

kemoterapi.

18
3.2 Saran

1. Bagi Masyarakat Khususnya wanita

Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu

adanya keluhan.Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP

SMEAR/IVA.Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan

petugas/dokter. Apabila perlu pengobatan, jangan ditunda. Karena pada

tahap ini tingkat kesembuhannya hampir 100%.

2. Bagi Petugas Kesehatan khususnya perawat dan Pemerintah

a. Perlunya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan perempuan

untuk melakukan diteksi dini melalui penyuluhan secara intensif oleh

tenaga kesehatan baik medis maupun non medis,

b. Pemerintah hendaknya lebih memprioritaskan penanganan kanker

serviks, melalui pelatihan deteksi dini kankes serviks .

c. Meningkatkan peranan perawat ,bidan dan kader kesehatan

dalam upaya memotifasi ibu-ibu untuk melakukan tes pap smear

melaui forum PKK, pengajian, dan posyandu.

d. Memberikan penyuluhan kepada perempuan yang berisiko mengenai

personal hygiene genital.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes (2012) ‘5. Peraturan . . .’, Penyelenggaraan Laboratorium Pusat


Kesehatan Masyarakat.

‘Konsep-Safety-dan-Manajemen-Risiko-dalam-Akreditasi-PUSKESMAS-dan-
FKTP’ (no date).

Moh, E. T. (2007) ‘Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan’,


Setjen Depkes R.I., pp. 1–11.

Salawati, L. (2015) ‘Penyakit Akiba Kerja’, Jurnal Kedokteran Syiah


KualaSyiah Kuala, 15, pp. 91–95.

Anda mungkin juga menyukai