CA CERVIX
Di Susun Oleh :
IRA ARDHIANA
NIM. 1911012016
Tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan karunia-Nya, penyusunan makalah tentang “ Manajemen Resiko di Ruang
Laboratorium Puskesmas Sukorambi” dapat selesai tepat pada waktunya, tak lupa
sholawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW. Dan kami berterimakasih kepada
Ibu Ns.Dwi Yunita Adriyani, M.Kes selaku dosen mata kuliah Keselamatan
Kesehatan Kerja (K3) di Universitas Muhammadiyah Jember Fakuktas Ilmu
Kesehatan yang telah memberikan saran serta bimbingan kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kami
menyadari penyusunan makalah ini pasti masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun, diharapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran dan bisa memberi inspirasi kepada pembaca.Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah jenis kanker yang biasanya tumbuh lambat pada
wanita dan mempengaruhi mulut rahim, bagian yang menyambung antara rahim
dan vagina. Kanker servix dapat berasal dari leher rahim ataupun dari mulut
rahim, kanker ini tumbuh dan berkembang dari serviks yang dapat menembus
keluar dari serviks sehingga tumbuh diluar serviks bahkan dapat tumbuh terus
sampai dinding panggul (Andrijono, 2005).
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
90% dari kanker serviks berasal darisel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim.
Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak
antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.Hingga saat ini kanker serviks
merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara
berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining
sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai
sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di
negara berkembang.Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang
perubahan perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian
vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa
mendatang. Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku
seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.
Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks
dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas kanker
serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara
itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di
negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab
utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak
diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun, sayang
hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang,
hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan
diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi
prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi
dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu
saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar
penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih
mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.Saat ini pilihan terapi
sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan
senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan
pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat
keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara
universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem
stadium.
Dengan adanya peranan dari petugas kesehatan khususnya perawat
diharapkan dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks pada wanita yaitu
dengan melakukan upaya terus menerus dalam memberikan penkes tentang
pencegahan penyakit antara lain dengan membiasakan hidup sehat, makan
makanan yang bergizi, menghindari kebiasaan merokok, tidak berganti-ganti
pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual pada usia muda,
melakukan pemeriksaan Pap’s Smear setiap enam bulan sejak melakukan
hubungan seksual pertama kali serta selalu menjaga kebersihan genetalia
dengan benar (Tiara, 2003).
1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami
pemahaman tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ca cervix.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal di sekitarnya .
Penyakit kanker leher rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker
serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu liang senggama
(vagina). Kanker Serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks
(leher rahim). Kanker serviks dimulai pada lapisan serviks. Terjadinya kanker
sangat perlahan. Pertama, beberapa sel normal berubah menjadi sel-sel
prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker. Perubahan ini disebut
dispalasia dan biasanya terdeteksi dengan tes pap smear.
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks.
Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks
(kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim
yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
Menurut Diananda,Rama, 2009 Kanker serviks adalah tumor ganas yang
tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan
merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk
mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
kedalam rahim.(Sarjadi, 2001)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
8
Stadium Keterangan
2.3 Etiologi
Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :
1. Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya
kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut
merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu
pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan
tubuh akibat usia.
2. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap
terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker
leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia >
9
penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena penyakit akibat
hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus HPV diduga
sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita yang
mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher rahim.
6. Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak
anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai
literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak)
termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim.
Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada
seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari
luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV)
sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.
7. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan
kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin
dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim karena jaringan leher rahim
merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon steroid perempuan.
Hingga tahun 2004, telah dilakukan studi epidemiologis tentang hubungan
antara kanker leher rahim dan penggunaan kontrasepsi oral. Meskipun
demikian, efek penggunaan kontrasepsi oral terhadap risiko kanker leher
rahim masih kontroversional. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh
Khasbiyah (2004) dengan menggunakan studi kasus kontrol. Hasil studi tidak
menemukan adanya peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau
mantan pengguna kontrasepsi oral karena hasil penelitian tidak
memperlihatkan hubungan dengan nilai p>0,05.
2.4 Patofisiologi
Tidak ada penyebab yang pasti untuk terjadinya Ca serviks, yang ada
hanyalah faktor-faktor resiko seperti : usia dini saat melakukan hubungan
seksual, melahirkan pada usia sangat muda, berganti-ganti pasangan,
pemajanan terhadap kuman Papillo Virus (14PV), dan merokok. Pada
perempuan yang melakukan hubungan seksual pada usia dini (ditandai
dengan mulai haid 1 kali) maka sel-sel epitel serviks belum siap/ matang
dengan sempurna, maka jika ada benda asing yang masuk ke dalam serviks
akan menimbulkan lesi, begitu juga pada perempuan yang mengalami
persalinan pervagina pada usia dini.
Mekanisme infeksi virus diawali dnegan protein menempel pada dinding
sel dan mengekstraksi semua protein sel, kemudian protein sel itu ditandai
(berupa garis-garis) berdasarkan polaritasnya. Selanjutnya, virus akan
menginfeksikan materi genetiknya kedalam sel. Apabila materi genetik virus
ini bertemu dengan materi genetik sel, maka dapat menyebabkan terjadinya
mutasi gen. Setelah terjadi mutasi, DNA virus akan bertambah banyak
seiring pertambahan jumlah DNA sel yang sedang bereplikasi. Hal ini
menyebabkan displasia (pertumbuhan sel yang tidak normal) menjadi
bertambah banyak dan tidak terkendali, sehingga menyebabkan kanker.
2.6 Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat
menurun yang berhubungan dengan peningkatan teknik- teknik pembedaan
tersebut. Komplikasi tersebur meliputi: Fistula uretra, Disfungsi kandung
kemih, Emboli pulmonal, Limfosit, Infeksi pelvis, Obstruksi usus besar, dan
Fistula rektovaginal.
Komplikasi yang di alamisegera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit,
Sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemorterapi
tergantung pada kombinasi obat yang di gunakan. Masalah efek samping
yang sering terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah
karena penggunaan kemoterapi yang mengandung sisplatin. ( Gale
Danielle, 2000 )
yang dapat menyebabkan kanker serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling
sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang ditemukan oleh tes Pap
bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk
pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupakan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher
rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan
seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
3. Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal,
Dokter akan menganjurkan tes lain untuk membuat diagnosis yaitu
Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim.
Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk
membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam
vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek dokter atau
klinik.
4. Biopsi
. Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek
dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop
untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal
5. Punch Biopsi dari nomor 5-8 prinsipnya sama, perbedaannya hanya
terletak pada bentuk alat dan bentuk jaringannya yang diambil
6. LEEP
Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat
tipis dari jaringan serviks.
7. Endoservikal kuret
Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk mengikis
contoh kecil jaringan dari leher rahim.Beberapa dokter mungkin
menggunakan kuas tipis lembut, bukan kuret.
8. Conization
Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah
conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat
apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher
14
rahim. Para dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dengan
anestesi / bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan
perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita
juga merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi. Dokter
dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit
(Bryant, 2012).
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
1. Radiasi
a) Dapat dipakai untuk semua stadium.
b) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk.
c) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Operasi
Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II. Operasi histerektomi vagina
yang radikal.
3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan).
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,
disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Promotif
2. Preventif
a. Perubahan pola diet atau suplemen dengan makan banyak sayur dan
buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah
kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang,
bayam, tomat.
b. Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks. Vaksin ini dibuat dengan
teknologi rekombinan, sehingga mempunyai ketahanan yang kuat.
Vaksinasi ini merupakan pencegahan yang paling utama. Vaksinasi ini
diberikan untuk wanita yang belum terinfeksi atau tidak terinfeksi HPV
risiko tinggi (16 dan 18).
3. Kuratif
b. Interferon
c. Vaksin Saat ini penggunaan vaksin kanker baru saja dimulai. Sebagian
besar masih dalam tahap penelitian dan uji klinis, sehingga belum bisa
digunakan secara umum.
16
4. Rehabilitatif
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004)
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda,
pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang
berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan
beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup kemungkinan akan
terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.
2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak
perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut
petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini
kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan
biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk
melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan
seksual dengan frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap
berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali
setahun. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik
pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan
teknologi Hybrid Capture II System (HCII). 3. Pilih kontrasepsi dengan metode
17
3. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan
yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak
mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan
kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin banyak
makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil
risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim 5. Pada pertengahan tahun
2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi
penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan
kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel serviks.
Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja
ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang
menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru
efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun
yang belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam
jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa
menurun hingga 75%.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
mulut Rahim. Sel kanker ini bersifat ganas dan menyebabkan kematian.
muda, berganti pasangan seksual, sering melahirkan, Infeksi virus dan bakteri
virus herpes simpleks dan human papilloma virus (HPV), riwayat keluarga
yang memiliki riwayat kanker serviks memiliki risiko terkenan kanker 2-3x lipat,
dan merokok.
ditemukan adanya pendarahan agina di luar masa haid, keluhan sakit setelah
bersenggama, dan infeksi pada saluran dan kandung kemih. Pada stadium
lanjut mengakibatkan rasa sakit pada panggul, pendarahan yang mirip dengan
air cucian daging dan berbau amis, nafsu makan hilang, berat badan
fistula rektovaginal. Stadiumnya terdiri dari stadium I, II, III, dan IV.
kanker serviks saat didiagnosis, antara lain tindakan operasi, radioterapi, dan
kemoterapi.
18
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
‘Konsep-Safety-dan-Manajemen-Risiko-dalam-Akreditasi-PUSKESMAS-dan-
FKTP’ (no date).