Anda di halaman 1dari 19

MATERNITAS

PANKES PADA REMAJA DENGAN KEGANASAN ORPRE: CANCER


SERVIKS DAN MAMAE
DOSEN PENGAMPU : FARIDA PURNAMASARI S.Kep

1. Arif Supriyono (21005)


2. Esyia Syifatiniah (21009)
3. Fitriyana (21011)

KEPERAWATAN TINGKAT 2-A


AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Maternitas.
Makalah ini adalah hasil kerjasama kami sebagai tim yang kompak di dalam pencarian data
sampai dengan penyusunan makalah sampai dengan selesai.Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 3 April 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................... 3
A.Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) .............................................................................. 3
1.Pengertian ........................................................................................................................ 3
2.Penyebab .......................................................................................................................... 3
3.Gejala ............................................................................................................................... 4
4.Faktor Risiko ................................................................................................................... 4
5.Penapisan (Skrening) dan Deteksi Dini ........................................................................... 5
6.Penatalaksanaan Kanker Leher Rahim ............................................................................ 5
7.Skrining Pap Smear Pada Neoplasma Serviks ................................................................ 5
8.Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja ............................................. 6
B.Kanker Payudara (Carcinoma Mamae) .............................................................................. 6
1.Pengertian ........................................................................................................................ 7
2.Penyebab .......................................................................................................................... 7
3.Tanda Dan Gejala ............................................................................................................ 7
4.Faktor Risiko ................................................................................................................... 8
5.Klasifikasi Stadium Kanker Payudara ............................................................................. 9
6.Skrining dan Deteksi dini Kanker Payudara.................................................................. 10
7.Penatalaksanaan Kanker Payudara ................................................................................ 11
8.Pencegahan Kanker Payudara ....................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15
A.Kesimpulan....................................................................................................................... 15
B.Saran ................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan Fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja antara usia 10-19 tahun, adalah suatu Periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut Masa pubertas. Masa
pubertas ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan fisik (meliputi penampilan
fisik seperti bentuk tubuh dan Proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan
organ-organ seksual). Konsep Kesehatan Reproduksi Kesehatan Reproduksi adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan Kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal
yang berhubungan dengan Sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan
hanya kondisi yang Bebas dari penyakit dan kecacatan. Karsinoma sel skuamosa
invasif mencakup 80% keganasan serviks. Tidak seperti kanker Saluran reproduksi
lainnya, yang lebih banyak terjadi di negara industri, kanker serviks Merupakan
pembunuh nomor satu pada wanita di dunia ketiga. Epidemiologi menunjukkan
Bahwa kanker ini merupakan penyakit menular seksual. Kanker skuamosa serviks
bersifat unik karena kanker ini dapat dicegah jika dilakukan skrining dan terapi yang
tepat tersedia Dan dilakukan.
Kanker payudara merupakan Penyebab utama kematian perempuan,Baik di
negara maju maupun negara Berkembang. Terdapat 522.000 Kematian akibat kanker
payudara pada Tahun 2012. Saat ini penyakit tidak Menular, termasuk kanker menjadi
Masalah kesehatan utama baik di dunia Maupun di Indonesia. Proyeksi data World
Health Organization (WHO) Tahun 2012 memperkirakan prediksi Peningkatan
substantif 19,3 juta kasus Kanker per tahun pada tahun 2025 ke Depan. Lebih dari
50% semua kanker (56,8%) yang menyebabkan kematian Itu akibatnya (64,9%) pada
tahun 2012 Terjadi perkembangan wilayah di dunia Dan membuat proporsi ini akan
Meningkat lebih lanjut pada tahun 2025. Pada tahun 2012 terdiagnosis 1,7 juta
Perempuan menderita kanker payudara Dari 6,3 juta wanita (WHO, 2012). Kanker
payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan
tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (Mulyani, N.S., 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu cancer serviks dan mamae?
2. Apa penyebab, factor resiko dari cancer serviks dan mamae?
1
2

3. Bagaimana cara mendeteksi dini dari keganasan cancer serviks dan mamae pada
remaja?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari cancer serviks dan mamae?
5. Bagaimana pencgahan dari cancer serviks dan mamae?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks)


Karsinoma sel skuamosa invasif mencakup 80% keganasan serviks. Tidak seperti
kanker Saluran reproduksi lainnya, yang lebih banyak terjadi di negara industri, kanker
serviks Merupakan pembunuh nomor satu pada wanita di dunia ketiga. Epidemiologi
menunjukkan Bahwa kanker ini merupakan penyakit menular seksual. Kanker skuamosa
serviks bersifat unik karena kanker ini dapat dicegah jika dilakukan skrining dan terapi
yang tepat tersedia Dan dilakukan.
1. Pengertian
Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim atau mulut rahim
Atau serviks. Serviks merupakan bagian terendah/paling bawah dari rahim yang
menonjol Ke puncak liang sanggama (vagina). Berdasarkan hasil penelitian di
beberapa kota di Indonesia dan data dari bagian Patologi Anatomik di 13 Rumah
Sakit di Indonesia (tahun 1988 – 2000), diketahui bahwa Kanker leher rahim paling
sering dan terbanyak ditemukan pada perempuan dan Presentasinya tinggi dibanding
semua jenis kanker lainnya.
2. Penyebab
Infeksi Human Papiloma Virus/HPV atau virus Papiloma Manusia biasa terjadi pada
Perempuan usia subur. HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada
95% kasus kanker leher rahim. Infeksi HPV dapat menetap dan berkembang menjadi
Displasia atau sembuh secara sempurnaProses terjadinya kanker leher rahim
berhubungan erat degan proses metaplasia.
Masuknya mutagen (bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik)
pada Saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas.
Perubahan ini Biasanya terjadi di zona transformasi. Sel yang mengalami mutasi
disebut sel displastik Dan kelainan epitelnya disebut displasia (Neoplasia Intra-epitrl
Serviks/NIS). Perkembangan kanker leher rahim dimulai dari displasia (ringan,
sedang dan berat). Lesi displasia sering disebut “lesi pra-kanker”, yaitu kelainan
pertumbuhan sel yang Perkembangannya sangat lamban. Displasia kemudian
berkembang menjadi karsinoma In-situ (kanker yang belum menyebar), dan akhirnya

3
4

menjadi karsinoma invasif (kanker Yang dapat menyebar). Perkembangan dari


displasia menjadi kanker membutuhkan waktu Bertahun-tahun (7-15 tahun).
3. Gejala
Kanker leher rahim pada staduim dini sering tidak menunjukkan gejala atau
tandatanda yang khas, bahkan kadang-kadang tidak ada gejala sama sekali. Gejala
yang mungkin timbul antara lain;
a. Nyeri pada saat sanggama dan pendarahan sesudah sanggama;
b. Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina
c. Pendarahan sesudah mati haid;
d. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan dapat
Bercampur dengan darah.Apabila gejala-gejala tersebut sudah muncul, biasanya
kanker sudah dalam stadium Lanjut. Untuk itu perlu segera diperiksakan ke dokter
karena makin dini penyakit Didiagnosis dan diobati, makin besar kemungkinan
untuk disembuhkan.
4. Faktor Risiko
Faktor risiko menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai etiologi dari kanker
Leher rahim) adalah:
a. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 21 tahun).
b. Berganti-ganti pasangan seksual dan tanpa menggunakan kondom.
c. Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan.
d. Riwayat infeksi di daerah kelamin dan radang panggul. Infeksi Menular Seksual
(IMS) dapat menjadi peluang meningkatnya risiko terkena kanker leher rahim.
e. Perempuan yang melahirkan banyak anak.
f. Perempuan perokok mempunyai risiko dua setengah kali lebih besar.
g. Perempuan yang menjadi perokok pasif mempunyai risiko 1,4 kali lebih besar
Daripada perempuan yang hidup dengan udara bebas.
h. Defisiensi vitamin A, C, dan E.
i. Penggunaan pil KB dalam waktu lama (lebih dari 5 tahun). Namun menurut
Perhitungan keuntungan pil KB lebih banyak daripada risikonya. Untuk itu bagi
yang Ada gen kanker sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi non-hormonal
dan/atau Minta petunjuk dokter
5

5. Penapisan (Skrening) dan Deteksi Dini


Penapisan atau skrening kanker leher rahim ditujukan untuk menemukan lesi pra-
kanker.
a. Kelompok sasaran penapisan :
1) Perempuan yang sudah menikah atau sudah melakukan sanggama, terutama
yang Berusia antara 30-50 tahun.
2) Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS.
3) Perempuan yang tidak hamil (perempuan hamil tidak boleh menjalani
pengobatan Krioterapi).
4) Perempuan yang mendatangi Puskesmas, klinik IMS atau klinik KB yang
secara Khusus meminta penapisan kanker leher rahim.
b. Cara-cara melakukan deteksi dini adalah:
1) Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
2) Pemeriksaan Pap Smear
6. Penatalaksanaan Kanker Leher Rahim
Penatalaksanaan kanker serviks dapat dilakukan dengan beberapa cara:
a. Dokter akan merencanakan penanganan atau pengobatan yang terbaik bagi seorang
Penderita kanker, dengan mempertimbangkan beberapa faktor usia, kesehatan
secara Umum dan jenis, tahapan dan tingkatan kanker.
Adapun pengobatan atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan stadium kanker
Leher rahim adalah sebagai berikut:
b. Stadium 0 (karsinoma in-situ): terapi operasi berupa konisasi (jika pasien masih
muda Dan masih menginginkan anak), atau operasi histerektomi simpel.
c. Stadium IA-IIA: operasi histerektomi simpel atau radiasi.
d. Stadium IIB-IIIB: radiasi atau kemoradiasi
e. Stadium IV: terapi paliatif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
Penderita.
7. Skrining Pap Smear Pada Neoplasma Serviks
Pap smear dilakukan sebagai tes skrining Untuk mendeteksi kelainan sel skuamosa.
Keberhasilan tes ini berdasarkan pada fakta bahwa Kelainan nukleus pada sel serviks
displastik ditemukan pada sampel yang dikerok atau Dikelupas dari permukaan
serviks. Pap smear juga dapat mendeteksi kanker, namun Terdeteksinya kanker
sebenarnya merupakan suatu tanda dari kegagalan program skrining, Yang
sebenarnya bertujuan untuk menemukan dan memungkinkan terapi terhadap lesi
6

Intraepitel sebelum berlanjut menjadi kanker. Skrining pap smear yang adekuat dapat
menurunkan kemungkinan seorang wanita Meninggal akibat kanker serviks hingga
90%. Saat ini, direkomendasikan bahwa semua Wanita yang aktif secara seksual atau
telah mencapai usia 18 tahun untuk melakukan skrining Pap smear dan melakukan
pemeriksaaan pelvis setiap tahun.
Pengabdian Masyarakat yang dilakukan dengan Memberikan pendidikan kesehatan
tentang kanker serviks dan pemeriksaan pap smear Merupakan upaya preventif
terhadap permasalahan kesehatan reproduksi. Adapun tujuan dari Pelaksanaan
tersebut menambah pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian
Perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, sedangkan pemeriksaan
Pap smear merupakan upaya deteksi dini adanya keganasan.
8. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja
Dikelompokkan sebagai menjadi :
a. kehamilan tak dikehendaki, yang Seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak
aman dan komplikasinya;
b. Kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan
Kematian ibu;
c. Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS. Masalah Kesehatan reproduksi
remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat Berpengaruh terhadap kesehatan
mental dan emosi, keadaan ekonomi serta Kesejahteraan sosial dalam jangka
panjang. Dampak jangka panjang tersebut Tidak hanya berpengaruh terhadap
remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap Keluarga, masyarakat dan bangsa pada
akhirnya.
B. Kanker Payudara (Carcinoma Mamae)
Kanker payudara tergolong ke dalam penyakit tidak menular. Perkembangan kanker
payudara di dalam tubuh penderitanya memerlukan waktu yang cukup panjang dan faktor
risiko yang berperan sangat beragam Kanker payudara juga tercatat sebagai jenis kanker
penyebab utama kematian pada perempuan di Indonesia dengan insidens 40 per 100.000
perempuan (IARC, 2012). Pada tahun 2014, jumlah kasus kanker payudara pada
perempuan di Indonesia telah mencapai 48.998 kasus, dan merupakan penyebab dari
21,4% kematian pada perempuan, diikuti oleh kanker serviks sebesar 10,3% (WHO,
2014). Kanker payudara juga merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di
rumah sakit seluruh Indonesia tahun 2010 (28,7%), diikuti oleh kanker leherrahim
(12,8%) (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
7

1. Pengertian
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh sel yang tumbuh
secara abnormal yang dapat menjadi tumor ganas dan dapat merusak sel dan jaringan
sehat. Penyakit kanker dapat tumbuh pada semua bagian tubuh manusia. Kanker
terjadi bila sel-sel normal dalam tubuh dapat menyerang jaringan di dekatnya, atau
berpindah ke lokasi yang jauh dengan merasuki sistem peredaran darah atau sistem
limfatik. Dalam perkembangannya, payudara akan dipengaruhi oleh hormon
esterogen dan progesteron. Pada wanita perkembangan payudara sangat aktif dimana
kelenjar susu dapat menghasilkan air susu untuk nutrisi bayi, sedangkan pada pria
tidak berkembang sempurna (Manarung, 2018).
2. Penyebab
Kanker payudara disebabkan pertumbuhan sel-sel abnormal (sel kanker) yang tidak
terkontrol pada jaringan payudara. Awalnya, sel kanker ini merupakan sel normal.
Namun, mutasi DNA mengubah sel normal tadi menjadi sel kanker. Sel kanker
membelah lebih cepat daripada sel normal. Kondisi tersebut menyebabkan
penumpukan sel yang kemudian membentuk benjolan tumor ganas pada payudara.
3. Tanda Dan Gejala
a. Terjadi perubahan ukuran pada payudara, dalam hal ini perubahan ukuran dapat
terjadi hanya pada salah satu payudara, baik terlihat lebih kecil atau lebih besar,
atau terlihat kecondongan tidak wajar ke suatu arah tertentu (Pennery, Speechley
& Rosenfield, 2009, p. 20—21)
b. Perubahan pada kulit:
1) Terdapat kerutan atau cekungan pada permukaan kulit payudara. Kondisi kulit
yang menebal serta mengerut seperti kulit jeruk disebut juga sebagai kondisi
peau d'orange
2) Kemerahan, pembengkakan, dan terasa lebih hangat dari suhu normal (seperti
tanda-tanda infeksi)
3) Rasa gatal
c. Terdapat benjolan pada payudara:
1) Benjolan selalu ada, tidak hilang timbul meskipun melewati siklus menstruasi
2) Benjolan terasa keras atau dapat juga terasa lembut yang tidak sakit dan tidak
bergerak seperti tertambat pada dada.
8

3) Benjolan pada ketiak, pada umumnya berukuran sangat kecil dan biasanya
menandakan bahwa kanker payudara telah menyebar hingga modus limfa.
Benjolan umumnya tidak terasa sakit dan lembut;
d. Perubahan pada putting
1) Puting tertarik ke arah dalam, atau terdapat lekukan
2) Puting mengeluarkan cairan, disertai dengan keluarnya darah juga merupakan
tanda tumor benignan)
3) Mengeras, terdapat luka atau bisul, serta kulit putting bersisik
4. Faktor Risiko
a. Faktor Usia
Semakin tua seorang wanita semakin berisiko untuk menderita kanker payudara.
Pada usia 50-60 tahun merupakan usia paling berisiko terkena kanker payudara.
b. Faktor Genetik
Apabila ada keluarga yang mengidap kanker payudara maka ada kemungkinan
untuk memiliki risiko terkena kanker payudara dua kali lipat dibandingkan wanita
lain yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
c. Pengguna Hormon Esterogen
Penggunaan terapi hormon esterogen mempunyai peningkatan risiko yang
signifikan untuk mengidap kanker payudara.
d. Gaya Hidup Yang Tidak Sehat
Jarang berolahraga atau kurang gerak, pola makan yang tidak sehat dan tidak
teratur, merokok, serta mengonsumsi alcohol, peningkatan berat badan paska
manepouse akan meningkatkan risiko kanker payudara.
e. Penggunaan Kosmetik
Bahan kosmetik yang bersifat hormon esterogen berisiko menyebabkan
peningkatan risiko kanker payudara.
f. Penggunaan Pil KB
g. Penggunaan pil KB pada waktu yang lama dapat menyebabkan wanita berisiko
terkena kanker payudara karena sel yang sensitif terhadap rangsangan hormonal
dapat mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas dan risiko ini
akan menurun apabila penggunaan pil KB dihentikan
h. Hormon dan Faktor Reproduksi
1) Menarche atau menstruasi pertama pada usia relative muda (kurang dari 12
tahun)
9

2) Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua (lebih dari 50 tahun)
3) Belum pernah melahirkan
4) Infertilitas
5) Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua (lebih dari 35 tahun)
6) Tidak menyusui
5. Klasifikasi Stadium Kanker Payudara
Kanker payudara mempunyai tahapan atau stadium yang akan menandai parah
tidaknya kanker payudara tersebut (Pamungkas, 2011).
a. Stadium I (Stadium Dini)
b. Pada stadium ini, tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada
titik pada pembuluh getah bening. Besarnya tumor tidak lebih dari 2- 2,25 cm,
dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada
stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk
memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh lain, harus diperiksa di
laboratorium.
c. Stadium II a
Pada stadium ini pasien mengalami hal-hal ssebagai berikut:
1) Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada
titik-titik pada saluran getah bening di ketiak.
2) Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm, tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum
menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak.
3) Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik- titik di
pembuluh getah bening ketiak.
d. Stadium III b
Pada stadium ini, tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan dan
bisa terdapat luka bernanah di payudara atau di diagnosa sebagai inflammatory
breast cancer. Bisa juga sudah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening
di ketiak dan lengan atas, tetapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
e. Stadium III c
Pada stadium ini kondisinya hampir sama dengan stadium III b, tetapi kanker
telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening dalam grup N3. Kanker
telah menyebar lebih dari 10 titik di saluran getah bening di bawah tulang
selangka.
f. Stadium IV
10

Pada tahap inikondisi pasien tentu sudah mencapai tahap parah yang sangat kecil
kemungkinannya bisa disembuhkan. Pada stadium ini, ukuran tumor sudah tidak
bisa ditentukan lagi dan telah menyebar atau bermetastasis ke lokasi yang jauh,
seperti pada tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk, atau organ-organ tubuh lainnya.
6. Skrining dan Deteksi dini Kanker Payudara
a. Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)
SADARI adalah singkatan dari "Periksa Payudara Sendiri". Pemeriksaan ini
dilakukan oleh diri sendiri sebulan sekali, seminggu setelah masa haid. Bagi
perempuan yang sudah berhenti haid, pemeriksaan dilakukan setiap tanggal yang
sama yang ditentukan sendiri setiap bulan. SADARI meliputi: melihat,meraba dan
pijit puting susu. Langkah-langkah melakukan sadari:
1) Dimulai dengan memandang kedua payudara didepan cermin dengan posisi
lengan terjuntai kebawah dan selanjutnya tangan berkacak pinggang. Lihat dan
bandingkan kedua payudara dalam bentuk, ukuran, dan warna kulitnya.
Perhatikan kemungkinan-kemungkinan dibawah ini:
a) Dimpling, pembengkakan kulit;
b) Posisi dan bentuk dari puting susu (apakah masuk kedalam atau bengkak);
c) Kulit kemerahan, keriput atau borok, dan bengkak.
2) Tetap didepan cermin, kemudian mengangkat kedua lengan dan melihat
kelainan seperti pada langkah 1).
3) Pada waktu masih ada didepan cermin, lihat dan perhatikan tanda-tanda
adanya pengeluaran cairan dari puting susu.
4) Berikutnya dengan posisi berbaring, rabalah kedua payudara, payudara kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya, gunakan bagian dalam (volar/telapak)
dari jari ke 2-4. Raba seluruh payudara dengan cara melingkar dari luar
kedalam atau dapat juga vertikal dari atas kebawah.
5) Langkah berikutnya adalah meraba payudara dalam keadaan basah dan licin
karena sabun dikamar mandi, rabalah dalam posisi berdiri dan lakukan seperti
langkah 4).
b. Periksa Payudara Klinis (Sadanis)
c. Pemeriksaan klinis payudara dikerjakan oleh petugas kesehatan yang terlatih,
mulai dari Tingkat Pelayanan Kesehatan Primer. Pemeriksaan klinis pada
payudara dilakukan < 40 tahun tiap 2 – 3 tahun sekali dan > 40 tahun tiap 1 – 2
tahun sekali atau apabila ditemukan adanya abnormalitas pada proses SADARI.
11

Selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan klinis payudara, apabila ditemukan


kelainan pada saat SADANIS, maka dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
penegakan diagnosis dengan Ultrasonografi (USG) dan mamografi jika
dibutuhkan.
d. Mamografi
Mamografi merupakan alat deteksi dini kanker payudara pada perempuan berusia
>40 tahun yang memiliki kelebihan mampu menemukan tanda-tanda kanker
payudara stadium awal meskipun belum teraba.
Mamografi merupakan pemeriksaan radiologi dengan menggunakan sinar x dosis
rendah dan aman. Pada pemeriksaan mamografi, payudara akan ditekan oleh alat
mamografi sehingga menghasilkan gambar yang bisa dibaca oleh dokter radiologi
7. Penatalaksanaan Kanker Payudara
a. Bedah Lumpektomi
Bedah lumpektomi adalah prosedur untuk mengangkat tumor dan sebagian kecil
jaringan sehat di sekitarnya. Lumpektomi biasanya disarankan kepada pasien yang
tumornya berukuran kecil.Lumpektomi juga dapat dilakukan pada pasien yang
ukuran tumornya lebih besar, tetapi didahului dengan kemoterapi untuk
menyusutkan tumor.
b. Bedah Mastektomi
Bedah mastektomi adalah prosedur yang dilakukan oleh dokter bedah
onkologi untuk mengangkat seluruh jaringan di payudara. Umumnya, mastektomi
dilakukan ketika kondisi pasien tidak bisa ditangani dengan lumpektomi.Ada
beberapa tipe bedah mastektomi, yaitu:
1) Simple/total mastectomy
Simple mastectomy adalah prosedur pengangkatan seluruh bagian payudara,
termasuk puting, areola, dan kulitnya. Tergantung tingkat keparahannya,
beberapa kelenjar getah bening juga bisa ikut diangkat.
2) Skin-sparing mastectomy
Skin-sparing mastectomy adalah pengangkatan jaringan payudara, puting, dan
areola. Setelah diangkat, payudara akan dibentuk ulang menggunakan jaringan
dari bagian tubuh lain.
3) Nipple-sparing mastectomy
Mastektomi tipe ini dilakukan untuk mengangkat jaringan payudara tanpa
12

menyertakan kulit payudara dan puting. Namun, jika terdapat kanker pada
jaringan di bawah puting, puting payudara juga akan diangkat.
4) Modified radical mastectomy
Modified radical mastectomy adalah prosedur yang mengombinasikan simple
mastectomy dan pengangkatan seluruh kelenjar getah bening di ketiak.
5) Radical mastectomy
Radical mastectomy bertujuan untuk mengangkat seluruh payudara, kelenjar
getah bening di ketiak, dan otot dada (pectoral).
6) Double mastectomy
Double mastectomy adalah tindakan pencegahan pada wanita yang berisiko
tinggi terserang kanker payudara, dengan mengangkat kedua payudara.
7) Bedah Pengangkatan Kelenjar
Getah Bening Bedah pengangkatan kelenjar getah bening bisa dilakukan
bersamaan dengan bedah pengangkatan tumor di payudara atau secara
terpisah. Ada dua metode bedah untuk mengangkat kelenjar getah bening,
yaitu:
a) Sentinel lymph node biopsy (SLNB)
SLNB adalah metode pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak dalam
jumlah minimal, terbatas pada kelenjar getah bening yang paling berisiko
lebih dulu terserang kanker dari payudara.
b) Axillary lymph node dissection (ALND)
ALND adalah pengangkatan sejumlah kelenjar getah bening, biasanya kurang
dari 20, untuk mencegah penyebaran kanker dari payudara.
c. Radioterapi
Radioterapi adalah prosedur untuk menghancurkan sel kanker dengan
menggunakan sinar berkekuatan tinggi, seperti sinar-X dan proton. Radioterapi
bisa dilakukan dengan menembakkan sinar ke tubuh pasien menggunakan mesin
(radioterapi eksternal), atau dengan menempatkan material radioaktif ke dalam
tubuh pasien. Radioterapi eksternal biasanya dilakukan setelah pasien selesai
menjalani lumpektomi, sedangkan brachytherapy dilakukan jika risiko munculnya
kembali kanker payudara rendah. Radioterapi juga bisa dilakukan setelah
mastektomi untuk mengatasi kanker yang berukuran besar dan telah menyebar ke
kelenjar getah bening. Radioterapi atau terapi radiasi pada kanker payudara dapat
13

berlangsung selama 3 hari sampai 6 minggu, tergantung jenis terapi yang


dilakukan dan kondisi pasien secara menyeluruh.
d. Terapi Hormon
Terapi hormon digunakan untuk mengatasi kanker payudara yang dipengaruhi
oleh hormon estrogen dan progesteron.
Terapi hormon bisa dilakukan sebelum atau setelah prosedur bedah, untuk
mencegah sel kanker kembali muncul. Selain itu, terapi ini juga dapat dilakukan
untuk mengatasi kanker yang kambuh setelah pengobatan atau kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lain.
e. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat khusus melalui infus atau suntik, untuk
membunuh sel-sel kanker yang tumbuh dengan cepat. Kemoterapi bisa dilakukan
sebelum bedah untuk menyusutkan ukuran kanker agar lebih mudah diangkat.
Kemoterapi juga dapat dilakukan setelah bedah untuk menghancurkan sel-sel
kanker yang mungkin tertinggal setelah prosedur bedah. Kemoterapi setelah bedah
juga dilakukan bila sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain atau bila
kanker berisiko kambuh kembali.
f. Terapi Target
Terapi target adalah pemberian obat untuk menghambat pertumbuhan sel kanker
secara spesifik. Berbeda dengan kemoterapi yang dapat merusak sel-sel sehat,
obat yang digunakan pada terapi target tidak merusak sel-sel yang sehat.
8. Pencegahan Kanker Payudara
a. Pencegahan Primer
Merupakan salah bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang
sehat melalui upaya untuk menghidarkan diri dari keterpaparan pada berbagai
faktor risiko. pencegahan primer dapat melaksanankan pola hidup sehat untuk
mencegah penyakit kanker payudara.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. pada setiap wanita normal serta memiliki siklus haid normal.
Pencegahan ini dilakukan dengan melakukan deteksi dini berupa SADARI, USG,
skrining melalui mamografi yang di klaim memiliki akurasi (90%) tetapi
keterpaparannya terus menerus pada mamografi pada wanita yang sehat itu tidak
14

baik karena salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara, sehingga
mamografi denganpertimbangan
c. Pencegahan Tersier
Pada pencegahan tersier ini biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Dengan penanganan yang tepat penderita kanker
payudara sesuai dengan stadium kanker payudara dengan tujuan untuk
mengurangi kecacatan dan memperpanjangan harapan hidup penderita.
pencegahan nya tersier ini untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
mencegah komplikasi penyakit serta meneruskan pengobatan seperti melakukan
terapi dandiagnosi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ca mammae/karsinoma payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di jaringan
payudara, bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu , jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara dan Ca serviks adalah Tumor ganas leher rahim, yaitu
bagian paling bawah pada uterus. Kedua kanker di atas menjadi salah satu masalah
utama pada kesehatan perempuan di dunia, terutama pada negara bekembang yang
mempunyai sumber daya terbatas seperti di Indonesia. Kita dapat mencegahnya
dengan merubah gaya hidup bersih dan sehat serta melakukan deteksi dini,
B. Saran
Saran untuk para pembaca agar rutin melakukan gaya hidup sehat, rutin melakuka
deteksi dini kanker payudaran dengan SADARI dan deteksi dini kanker serviks
dengan malalui papsmear dan IVA secara rutin. Dalam hal ini kita dapat menurunkan
angka masalah Kesehatan reproduksi ini di Indonesia

15
DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh, N. (2020). UPAYA PREVENTIF PERMASALAHAN KESEHATAN


REPRODUKSI. Penyuluhan Kesehatan reproduksi dan pemeriksaan pap smear, 13.
Atikah Rahayu, M. F. (2017). Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia. In M. F. Atikah
Rahayu, Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia (p. 99). Surabaya: Airlangga
Universty Press.
Kemenkes. (2013). Pedoman Teknis Pengendlian Kanker Payudara & Kanker Leher Rahim.
Jakarta: Kemenkes.
Krisdianto, f. (2019). Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI). Padang: Andalas University Press.
Melati, R. (2022, Oktober 7). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pemeriksaan Payudara
Sendiri (Sadari) Dengan Media Flipchart Terhadap Pengetahuan Deteksi Dini
Kanker Payudara Remaja Putri Kelas Xii Di Sman 2 Pangkalan Bun. Retrieved from
Repository Stikes Borneo Cendekia Medika:
http://repository.stikesbcm.ac.id/id/eprint/212/
Pittara. (2023, Januari 9). Kanker Payudara. Retrieved from Alodokter:
https://www.alodokter.com/kanker-payudara/pengobatan
Sri winarni, D. n. (2020). Dasar Kesehatan Reproduksi. In D. n. Sri winarni, Dasar
Kesehatan Reproduksi (p. 118). Semarang: FKM UNDIP Press.

Anda mungkin juga menyukai