Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PATOFISIOLOGI PASIEN TERMINAL YANG MENDERITA KANKER


SERVIKS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar Blok 2.6 Palliative Nursing

Disusun oleh:
Sendy Audiya Fahira 4002180074

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN A


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafaat-Nya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpah nikmat sehatnya baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata ajar Palliative Nursing.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini. Supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
yang terlibat mendukung dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr wb

Bandung, 20 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISIY
KATA PENGANTAR………………………….……………………………………………..ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHLUAN…………………………………………………………...………….....1

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................1

1.2 Rumusan masalah........................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

1. Tujuan Umum..............................................................................................................2

2. Tujuan Khusus.............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………….……………………..3

2.1 PengertianKanker Serviks...........................................................................................3

2.2 Faktor Resiko Kanker Serviks.....................................................................................3

2.3 Patofisiologi Kanker Serviks.......................................................................................5

2.4 Dampak Kanker Serviks..............................................................................................6

2.5 Penatalaksanaan Kanker Serviks.............................................................................6


BAB III PENUTUP…………………………………….…………………………………….8

5.1 Kesimpulan..................................................................................................................8

5.2 Saran............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ……………………….……………………………………………….9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyakit terminal merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau menuju
pada kematian. Kondisi tersebut merupakan suatu proses yang progresif menuju
kematian. Salah satu jenis penyakit terminal adalah penyakit kanker serviks (Campbell,
2013).

Kanker serviks merupakan penyakit yang terjadi di daerah organ reproduksi wanita
yang terletak antara rahim dan lubang vagina. Kanker serviks dapat merubah sel-sel
normal menjadi sel kanker, dimana sel abnormal ini dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan tubuh (Rahayu, 2015). Penyebab dari kanker serviks adalah human pappiloma
virus ( HPV) yang dapat menular secara seksual. Perempuan yang aktif secara seksual
85% akan terinfeksi HPV dalam waktu 3 tahun, sehingga virus tersebut dapat
menginfeksi sel-sel pada serviks (Collen, Cormick, & Robert, 2011). Kanker serviks bisa
dideteksi melalui keluhan yang dirasakan seperti rabas pada vagina, adanya pendarahan
atau pendarahan setelah melakukan hubungan seksual (Brunner & Suddarth, 2016).

Dampak dari penyakit kanker serviks, seperti dampak fisik, dampak psikologis, dan
dampak sosial membuat upaya penyembuhan menjadi sangat sulit, sehingga
menyebabkan kondisi penderita mengalami penurunan, banyak pasien kanker serviks
yang tidak dapat kembali pulih sehingga pasien merasakan pentingnya kebutuhan religius
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dampak fisik dan psikologis dapat menjadi
pemicu munculnya kindisi yang lebih menekan, dengan demikina penanganan fisik
maupun psikologis sangat baik dilakukan sejak dini, karena melalui penanganan tersebut
pasien diharapkan cepat tenang dan memperoleh prognosis yang lebih positif (Santi &
Sulastri, 2010).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian Kanker Serviks?
2. Bagaimana Faktor Resiko terjadinya Kanker Serviks?
3. Bagaimana Patofisiologi terjadinya Kanker Serviks?
4. Bagaimana Dampak dari Kanker Serviks?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Kanker Serviks?

1
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan diadakannya pembahasan dalam makalah ini semoga mahasiswa S1
Keperawatan dapat memahami dan menerapkan keperawatan paliatif dalam dunia
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami apa pengertian Kanker Serviks?
b. Mahasiswa dapat memahami bagaimana Faktor Resiko terjadinya Kanker
Serviks?
c. Mahasiswa dapat memahami bagaimana Patofisiologi terjadinya Kanker Serviks?
d. Mahasiswa dapat memahami bagaimana Dampak dari Kanker Serviks?
e. Mahasiswa dapat memahami bagaimana Penatalaksanaan Kanker Serviks?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kanker Serviks


Kanker Serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada
servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina) (Riyono, 1999). Kanker serviks ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma
sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma. Tipe lain yang jarang
adalah karsinoma sel adenoskuamosa, karsinoma sel terang, melanoma maligna,
sarkoma, dan limfoma maligna (Price, 2003).

Pengertian lain menyebutkan Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah
jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim yaitu bagian rahim yang
terletak di bawah yang membuka ke arah liang vagina. Berawal dari leher rahim
apabila telah memasuki tahap lanjut kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain
di seluruh tubuh (Anonim, 2008).

Kanker serviks merupakan masalah ke sehatan perempuan yang ditakuti


karena insiden dan angka kematiannya yang tinggi. Faktor resiko kanker serviks
antara lain karena aktivitas seksual, umur pertama kali berhubungan kelamin,
jumlah hubungan kelamin dan jumlah partner seksual. Selain itu, juga adanya
agen HPV (Human Papiloma Virus) yang dipindahkan sewaktu hubungan
kelamin yang menyebabkan terjadinya kanker serviks (Underwood, 2000).

2.2 Faktor Resiko Terjadinya Kanker Serviks


Ada dua faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks yaitu
faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak
dapat diubah, yaitu usia reproduksi dan riwayat kanker serviks pada keluarga. Faktor
yang dapat diubah, yaitu hubungan seks usia muda dan pernikahan usia muda,
pendidikan, berganti- ganti pasangan seksual dan merokok.
a. Faktor yang tidak dapat Diubah
1) Usia Reproduksi

Usia pasien sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan erat dengan
kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas. Usia rata- rata karsinoma kanker
serviks dari penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Schellekens dan
Ranti di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung untuk periode Janurai
tahun 2000 sampai Juli 2001 dengan interval usia mulai 21 sampai 85 tahun
mendapatkan penderita kanker serviks rata- rata berusia 32 tahun. Hal ini

3
dikarenakan periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif
memakan waktu sekitar 10 tahun sehingga sebagian besar terjadinya atau
diketahuinya setelah berusia lanjut.

2) Riwayat Kanker Serviks pada Keluarga

Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu


yang mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3
kali lebih besar untuk juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan
orang normal. Beberapa penelitian menduga hal ini berhubungan dengan
berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi HPV.

b. Faktor yang dapat Diubah


1) Hubungan Seks pada Usia Muda atau Pernikahan pada Usia Muda Telah

lama diketahui bahwa umur sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi.

Usia yang dianggap optimal untuk reproduksi antara 20- 30 tahun. Usia 15-

20 tahun merupakan periode rentan. Periode rentan ini berhubungan dengan

kiatnya proses metaplasia pada usia pubertas, sehingga bila ada yang

mengganggu proses metaplasia tersebut misalnya infeksi akan memudahkan

berlihnya proses menjadi diplasia yang lebih berpotensi untuk terjadinya

keganasan.

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat


pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu berhubungan
dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas. Semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin tinggi pula pemahanan seseorang terhadap informasi yang
didapat dan pengetahuannya pun akan semakin tinggi.
Pendidikan dan pendapatan keluarga dihubungkan dengan nutrisi yang
dikonsumsi sehari-hari dan higiene kepatuhan untuk melakukan pemeriksaan
secara teratur. Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak
mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Dengan pendidikan yang tinggi
maka semakin banyak seseorang mengetahui tentang permasalahan yang
menyangkut perbaikan lingkungan dan hidupnya.

3) Berganti- ganti Pasangan Seksual


Perilaku seksual berupa berganti pasangan seks akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human
papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker

4
serviks, penis, dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat
pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping
itu, virus herpes simpleks tipe- 2 dapat menjadi faktor pendamping.10

4) Merokok
Wanita perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan,
lender serviks pada wanita perokok megandung nikotin dan zat- zat lainnya
yang ada di dalam rokok.
Zat- zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan
ko-karsinogen infeksi virus.

Perawat maupun tenaga kesehatan lain dapat memberikan peranannya dalam


pencegahan kanker serviks dan mengurangi resiko terjadinya kanker serviks.
Perawat dapat melakukan tindak pencegahan terhadap bahaya kanker serviks yaitu
dengan melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar sehingga dapat
menurunkan kejadian kanker serviks. Perawat merupakan tempat mencari informasi
tentang semua masalah kesehatan dan hendaknya memiliki tingkat pengetahuan dan
sikap yang baik tentang bahaya kanker serviks.

2.3 Patofisiologi Kanker Serviks


Patofisiologi dari kanker serviks dimulai dari infeksi pada serviks, dari
servisitis akut sampai akhirnya menjadi kronik. Pematangan mukosa skuamos
serviks dan vagina (penyerapan glikogen) dirangsang oleh pembentukan estrogen di
ovarium pada menarche. Saat sel skuamos terlepas, glikogen yang terbentuk akan
menjadi substrat mikroba aerob maupun anaerob endogen vagina sehingga
menyebabkan pH vagina menurun. Respon imun seluler pejamu di mediasi dengan
sel T sitotoksik dan membutuhkan interaksi epitop virus dengan molekul
histokompatibilitas kelas l. Respons imun humoral juga berkembang, tetapi kadar
lokal dari imunoglobulin G (IgG) spesifik HPV dan imunoglobulin A (IgA) di
jaringan tidak berkaitan dengan pembersihan virus. Namun, kadar sistemik IgA
spesifik-HPV telah berkaitan dengan pembersihan virus. Sedangkan kadar IgG
sistemik berkaitan dengan
infeksi yang sudah presisten. Sel yang mengalami mutasi disebut sel displasia dan
kelainan epitelnya disebut Cervical Intraepthelial Neoplasia (CIN). Dimulai dari
displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ serta kemudian berkembang
menjadi karsinoma invasif. Lesi displasia dikenal juga sebagai lesi pra-kanker.
Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan
dan berat ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang
menyerupai karsinoma invasif tetapi membran basalisnya masih utuh.

5
2.4 Dampak dari Kanker Serviks
Penyakit kanker serviks menyebabkan bebarapa dampak pada penderitanya,
yaitu dampak fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Keempat dampak tersebut saling
berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.
a. Fisik

Penyakit kanker menimbulkan banyak reaksi fisik pada penderitanya, baik yang
ditimbulkan dari penyakit kanker maupun disebabkan oleh efek dari pengobatan
yang sedang dijalankan salah satunya kemoterapi. Dampak fisik yang dialami oleh
penderita kanker serviks antara lain penurunan berat badan, penurunan nafsu makan,
muntah, perdarahan, kerontokan rambut, anemia, nyeri, dan mudah lelah. Pada
pasien kanker serviks, nyeri yang dialami merupakan nyeri yang bersifat kronis.
Nyeri terjadi pada panggul yang disebabkan karena sel kanker sudah bermetatase
sampai ke panggul dan biasanya terjadi pada stadium lanjut. Mual, muntah,
penurunan nafsu makan dan kerontokan rambut terjadi akibat efek samping dari
pengobatan kemoterapi yang dijalani oleh pasien kanker. Anoreksia yang terjadi
setelah kemoterapi akan menyebabkan pasien mengalami anemia. Hal tersebut
disebabkan karena kurangnya asupan makanan saat menjalani kemoterapi.
Selanjutnya, anemia dapat menyebabkan penderita menjadi lemah, mudah lelah dan
tampak pucat.13
b. Psikologis

Manusia mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah makhluk fisik
yang sekaligus psikologis, yang mana kedua aspek saling berkaitan satu sama lain.
Sehingga apa yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula
kondisi psikologisnya, dengan kata lain setiap penyakit fisik yang dialami seseorang
tidak hanya menyerang manusia secara fisik saja, tetapi juga dapat membawa
masalah- masalah bagi kondisi psikologisnya. Kecemasan merupakan respon yang
umum terjadi setelah penyakit kanker terdiagnosis. Kecemasan juga muncul akibat
dari terapi medis yang dilakukan pada pasien dalam pengobatan kanker salah
satunya yaitu kemoterapi.
c. Sosial

Pasien kanker serviks akan menunjukkan berbagai masalah dalam berhubungan


sosial dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Perubahan kondisi fisik yang
dialaminya sebagai akibat dari penyakit maupun pengobatan yang sedang dijalani,
menyebabkan mereka menarik diri dalam berhubungan dengan orang lain.
Kelemahan, keletihan, dan banyaknya darah yang keluar menjadikan pasien tidak
percaya diri.53 Selain itu, persepsi yang negatif dari masyarakat mengenai kanker
bahwa kanker merupakan penyakit yang mematikan dan berbahaya juga merupakan
salah satu penyebab perempuan dengan kanker serviks memilih tidak berhubungan
dengan orang lain.
d. Spiritual

6
Kondisi fisik, psikologis maupun spiritual yang dialami oleh pasien kanker sebagai
akibat dari penyakit yang dideritanya akan berdampak pada kehidupan spiritualnya.
Kanker serviks dapat meningkatkan kondisi spiritual pasien maupun sebaliknya
yaitu membuat pasien semakin jauh dari spiritualitasnya.
1) Spiritualitas Meningkat

Seseorang yang merasakan suatu peristiwa yang menimpanya merupakan


suatu ujian yang dilimpahkan kepadanya, maka akan meningkatkan
kedalaman spiritual dan kemampuan kopingnya untuk memenuhi kebutuhan
spiritualnya. Oleh sebab itu, setiap pasien memaknai kanker serviks yang
dideritanya secara beragam. Pasien terlihat mampu menerima penyakitnya,
meyakini kanker serviks sebagai ujian, penghapus dosa, hukuman, teguran,
bahkan dirasakan sebagai nikmat oleh penderita kanker. Pada tahap ini
penderita kanker telah mendapatkan kekuatan diri untuk berjuang melawan
kanker yang dialaminya. Melalui kekuatan tersebut timbul harapan dalam
menjalani kehidupan dengan penderitaan.
2) Spiritualitas Menurun

Penyakit kanker serviks menimbulkan banyak masalah fisik, psikologis


maupun sosial bagi penderitanya. Jika pertahanan individu maladaptif, pasien
kanker akan merasa bahwa dirinya semakin jauh dari Tuhan, jauh dari
keimanann serta menganggap bahwa penyakit yang dialaminya adalah
hukuman dari Tuhan. Hal tersebut akan menyebabkan kesedihan yang
mendalam pada penderita kanker serviks. Penderita akan menunjukkan
adanya kecemasan, stress, bahkan depresi. Pada pasien dengan penurunan
spiritualitas inilah, diperlukan dukungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas
yang dilakukan oleh perawat maupun keluarga.

2.5 Penatalaksanaan Kanker Serviks


Tatalaksana dari kanker serviks bergantung pada jenis kanker serviks dan
seberapa jauh kanker tersebut telah menyebar. Perawatan meliputi operasi,
kemoterapi dan terapi radiasi merupakan beberapa contoh penatalaksaannya.
a. Stadium 0
Konisasi, Loop Electrical Excision Procedure (LEEP), atau operasi laser. Jika
perempuan yang tidak ingin atau tidak bisa mempunyai anak disarakan untuk
melakukan histerektomi, hal ini dilakukan hanya jika tumor tidak dapat
sepenuhnya dihilangkan dengan konisasi. Terapi radiasi internal dilakukan
bagi perempuan yang tidak bisa dioperasi.
b. Stadium IA1
Pada Stadium IA1 kanker serviks dapat dikelola secara konservatif untuk
menjaga kesuburan, dengan konisasi tanpa limfadenektomi. Karena risiko
metastasis kelenjar getah bening panggul dai tumor ini adalah < 1%. Jika terapi
histerektomi terapi nonfertility dilakukan, ovarium tidak perlu diangkat. Dengan

7
adanya Lymphovascular Space Invasion (LVSI) dianjurkan untuk
limfadenektomi.
c. Stadium IA2
Pada stadium IA2 tanpa LVSI dapat diobati dengan konisasi ( jika ingin
kesuburan tetap dipelihara) atau histerektomi ekstrafascial. Dalam kasus LVSI
pelvis limfadenektomi ditunjukkan dengan trakelektomi radikal atau
histerektomi radikal. Pada pasien dengan kontraindikasi bedah brachytheraphy
mungkin merupakan pilihan alternatif.

d. Stadium IB1/IIA
Stadium IB1 sampai stadium IIA dapat diobati dengan operasi radikal termasuk
limfadenektomi pelvis atau radioterapi. Kedua prosedur ini sama efektifnya,
namun berbeda dalam hal morbiditas dan jenis komplikasi. Dalam satu-satunya
uji acak yang membandingkan secara langsung histerektomi radikal dengan
terapi radiasi pada 343 perempuan dengan stadium IB-IIA, kelangsungan hidup
dan bebas penyakit dalam lima tahun untuk kedua kelompok serupa.
Trachelectomy radikal atau konisasi dengan atau tanpa kemoterapi dapat
dilakukan pada pasien usia mulai dengan kanker serviks stadium awal yang
ingin mempertahankan kesuburan mereka.

e. Stadium IB2/IVA
Radioterapi telah menjadi andalan dalam pengobatan kanker serviks stadium
lanjut. Terapi radiasi dengan kemoterapi diberikan pada waktu bersamaan.
Pembedahan untuk menghilangkan kelenjar getah bening panggul diikuti
dengan terapi radiasi dengan atau tanpa kemoterapi.
Neoadjuvant kemoterapi dan operasi radikal telah muncul sebagai alternatif
yang mungkin untuk terapi radiasi konvensional pada karsinoma serviks
stadium lanjut.

f. Stadium IVB
Bila terdapat keluhan, diberikan radiasi paliatif dan dilanjutkan kemoterapi.
Kemoterapi sebagai terapi paliatif untuk meredakan gejala yang disebabkan
oleh kanker dan meningkatkan kualitas hidup.
Bila tidak terdapat keluhan, dapat diberikan obat kombinasi anti kanker jenis
PVB (Cisplatin-Vinblastin-Bleomisin) atau BEP,(Bleomisin-Etoposid-Cisplatin).

8
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Penyakit terminal merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau menuju pada
kematian. Kondisi tersebut merupakan suatu proses yang progresif menuju kematian.
Salah satu jenis penyakit terminal adalah penyakit kanker serviks.
Kanker serviks merupakan penyakit yang terjadi di daerah organ reproduksi wanita
yang terletak antara rahim dan lubang vagina. Kanker serviks dapat merubah sel-sel
normal menjadi sel kanker, dimana sel abnormal ini dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan tubuh

b. Saran
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan memperhatikan peralatan pada
pasien paliatif dan menjelang ajal, serta mampu memahami asuhan keperawatan pada
pasien paliatif dan menjelang ajal.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kemp, Charles. (2019). Klien Sakit Terminal, Seri Asuhan Keperawatan Edisi 2.
Jakarta:EGC
Mardjikoen P. Serviks uterus. Dalam: Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. Edisi 2.Jakarta:
Bina Pustaka; 2009: 380-3.

Setyarini E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim di


RSUD Dr. Moewardi Surakarta [internet]. c2009 [dikutip 5 Jan 2012].

Adrijono. Vaksinasi HPV merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks. Majalah


Kedokteran Indonesia. 2007; 57(5): 153-5.

Robert E, Bristow, F.J Montz. Cervical cancer in pregnancy. In: Cancer Obstetrics and
Gynecology. USA: Library of Congress; 1999. p157-8.

10

Anda mungkin juga menyukai