Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KESEHATAN REPRODUKSI & KB DALAM BENTUK SOAP


PADA KASUS CA CERVIKS

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4 :
1. Nur Megayanti PO7124319019
2. Rita Ashari Sinta P07124319142
3. Dea Maisi P07124319015
4. Putri Rahmawati P07124319014
5. Sherina Salwa P07124319013
6. Dita P07124319020
7. Besse Herlinda P07124319018
8. Madina P07124319017
9. Nuryunita Kono P07124319016

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN DIV KEBIDANAN TINGKAT 2A
TAHUN AJARAN 2020/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada hambanya, khususnya bagi
kami yang telah mampu menyelesaikan Makalah ‘KESEHATAN
REPRODUKSI DAN KB DALAM BENTUK SOAP PADA KASUS
CA CERVIKS’. Dalam menulis Makalah ini, alhamdulillah kami tidak
mendapatkan kendala – kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan
dengan baik. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Asrawaty,S.Tr.,Keb.,M.Tr.Keb Selaku dosen yang membimbing mata kuliah
Asuhan KB dan Kesehatan Reproduksi yang telah memberikan dorongan dan
motivasi dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
untuk para pembaca serta memperluas wawasan. Dan tidak lupa pula kami mohon
maaf atas kekurangan dari makalah yang kami buat ini. Mohon kritik serta
sarannya demi kemajuan kedepannya.
Terimakasih

Palu, selasa 6 Juli 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………..…………………………………….....i


KATA PENGANTAR ……………..…………………………………….....ii
DAFTAR ISI … ……………………...…………………………...…...……iii
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………...........................
1.1 Latar Belakang …………………………………………………..
1.2 Rumusan masalah………….………………………………… ….
1.3 Tujuan masalah … ………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Pengertian CA serviks……………………………………………..
B. Etiologi CA serviks .………………..……………………………..
C. Manifestasi klinis CA serviks……………………………..……….
D. faktor resiko CA serviks………………………..………………….
E. Patofisiologi CA serviks…………………………………………….
F. Stadium CA serviks…………………………………………………
G. Pencegahan CA serviks ……………………………………………..
BAB III PENUTUP...........................................................................................
A. Kesimpulan …………………………………………………….......
B. Saran…………………………………………………………..……
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks dan merupakan salah
satu penyebab kematian pada wanita. Penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human
Vapiloma Virus (HPV). HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada
95% kasus kanker serviks.
Data dari WHO (World Health Organization), kanker merupakan penyebab
kematian nomor 2 di dunia. Pada tahun 2012 kematian akibat kanker serviks diperkirakan
lebih dari 270.000 setiap tahunnya, lebih dari 85% terjadi di negara berkembang dan jumlah
wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan
setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kanker serviks merupakan penyakit
kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 0,8%.
Program pemerintah mengenai deteksi dini kanker serviks sudah tercantum didalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010
tentang pedoman teknis pengendalian kanker payudara dan kanker serviks. Program deteksi
dini kanker serviks yang dimaksud dalam peraturan ini yaitu pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA). Pemerintah menargetkan, pada tahun 2014 pencegahan dan
penanggulangan kanker serviks dapat menjangkau hampir seluruh provinsi. Pada tahun
2014 25% kabupaten/kota dapat melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks dengan
sasaran 80% wanita usia subur (WUS) berumur 15-49 tahun telah melakukan deteksi dini
kanker serviks.
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks / CA serviks ?
2. Apa yang dimaksud dengan etiologi CA serviks ?
3. Apa yang dimaksud dengan manifestasi klinis CA serviks ?
4. Apa factor resikoa dari CA serviks ?
5. Apa yang dimaksud dengan patofisiologi CA serviks ?
6. Apa saja stadium CA serviks ?
7. Apa saja pencegahan CA serviks ?
III. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu kanker serviks / CA serviks
2. Untuk mengetahui apa itu etiologi CA serviks
3. Untuk mengetahui apa itu manifestasi klinis CA serviks
4. Untuk mengetahui apa itu factor resikoa dari CA serviks
5. Untuk mengetahui apa itu patofisiologi CA serviks
6. Untuk mengetahui apa saja stadium CA serviks
7. Untuk mengetahui apa saja pencegahan CA serviks
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian CA serviks / Kanker serviks


Kanker serviks adalah kanker dengan angka kejadian nomor empat terbanyak
yang terjadi pada wanita diseluruh dunia dan kanker yang paling sering pada negara
berpenghasilan rendah (Mustafa dkk, 2016). Kanker serviks merupakan suatu keganasan
yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak terkontrol
(Mirayashi, 2013). Menurut Setiawati (2014) kanker serviks 99,7% disebabkan oleh
Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang menyerang rahim. Kanker serviks
merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim (serviks), yaitu bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina (Hartati dkk., 2014).
Berdasarkan pemaparan tersebut kanker serviks atau yang dikenal juga dengan sebutan
kanker leher rahim merupakan kanker ganas yang tumbuh dileher rahim yang
disebabkan oleh Human Papiloma Virus.

B. Etiologi CA serviks
Penyebab utama kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV). Lebih
dari 90% kanker leher rahim adalah jenis skuamosa yang mengandung DNA virus
Human Papilloma Virus (HPV) dan 50% kanker servik berhubungan dengan Human
Papilloma Virus tipe 16. Virus HPV dapat menyebar melalui hubungan seksual terutama
pada hubungan seksual yang tidak aman. Virus HPV menyerang selaput pada mulut dan
kerongkongan serta anus dan akan menyebabkan terbentunya sel-sel pra-kanker dalam
jangka waktu yang panjang (Ridayani, 2016).
Virus HPV akan menempel pada reseptor permukaan sel dengan perantara virus
attachment yang tersebar pada permukaan virus. HPV yang menempel pada reseptor
permukaan sel akan melakukan penetrasi, adanya luka mempermudah virus memasuki
sel. Virus masuk dan mengeluarkan genom setelah itu kapsid dihancurkan. Setelah virus
masuk ke dalam inti sel, virus melakukan transkripsi dengan DNA-nya berubah menjadi
MRNA (Yanti, 2013).
Mekanisme terjadinya kanker serviks berhubungan dengan siklus sel yang
diekspresikan oleh HPV. Protein utama yang terkait dengan karsinogen adalah E6 dan
E7. Bentuk genom HPV sirkuler jika terintegrasi akan menjadi linier dan terpotong
diantara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV dengan DNA manusia
menyebabkan gen E2 tidak berfungsi sehingga akan merangsang E6 berikatan dengan
p53 dan E7 berikatan dengan pRb (Yanti, 2013).
Ikatan antara protein E6 dan gen p53 akan menyebabkan p53 tidak berfungsi
sebagai gen supresi tumor yang bekerja di fase G1. Gen p53 akan menghentikan siklus
sel di fase G1 dengan tujuan penghentian siklus sel yaitu agar sel dapat memperbaiki
kerusakan sebelum berlanjut ke fase S. Mekanisme kerja p53 adalah dengan
menghambat kompleks cdk-cyclin yang akan merangsang sel memasuki fase
selanjutnya jika E6 berikatan dengan p53 maka sel terus bekerja sehingga sel akan terus
membelah dan menjadi abnormal (Yanti, 2013).

Protein retinoblastoma (pRb) dan gen lain yang menyerupai pRb (p130 dan
p107) berfungsi mengkontrol ekspresi sel yang diperantarai oleh E2F. Ikatan pRb
dengan E2F akan menghambat gen yang mengatur sel keluar dari fase G1, jika pRb
berikatan dengan protein E7 dari HPV maka E2F tidak terikat sehingga
menstimulasi proliferasi sel yang melebihi batas normal sehingga sel tersebut menjadi
sel karsinoma (Yanti, 2013).

C. Manifestasi klinis CA serviks


Pada tahap awal dan pra kanker biasanya tidak akan mengalami gejala. Gejala
akan muncul setelah kanker menjadi kanker invasif. Secara umum gejala kanker serviks
yang sering timbul (Malehere, 2019) adalah :
a. Perdarahan pervagina abnormal
Perdarahan dapat terjadi setelah berhubungan seks, perdarahan setelah
menopause, perdarahan dan bercak diantara periode menstruasi, dan periode
menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya serta perdarahan setelah
douching atau setelah pemeriksaan panggul.
b. Keputihan
Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk dan mungkin
terjadi antara periode menstruasi atau setelah menopause.
c. Nyeri panggul
Nyeri panggul saat berhubungan seks atau saat pemeriksaan panggul.
d. Trias
Berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal merupakan tanda kanker
serviks tahap lanjut dengan keterlibatan dinding panggul yang halus.

D. Faktor resiko CA serviks


Predisposisi adalah kondisi yang memicu munculnya kanker. Faktor- faktor yang
bisa memicu terjadinya kanker serviks antara lain:
a. Perilaku seksual
Risiko terkena kanker serviks akan meningkat apabila seorang perempuan
memiliki mitra seksual multipel atau sama saja ketika pasangannya memiliki mitra
seksual multipel. Selain itu akan sangat berisiko apabila pasangan mengidap
kondiloma akuminata (Kurniawati, 2018) .
b. Aktivitas seksual dini
Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang
cukup penting. Perempuan yang melakukan hubungan seksual sebelum usia 16
tahun mempunyai risiko lebih tinggi karena pada usia itu epitel atau lapisan dinding
vagina dan serviks belum terbentuk sempurna jika melakukan hubungan seksual
pada usia tersebut maka akan sangat mudah terjadi lesi atau luka mikro yang akan
menyebabkan terjadi infeksi salah satunya oleh virus HPV yang merupakan
penyebab kanker serviks (Meihartati, 2017).
c. Smegma
Smegma adalah substansi berlemak. Smegma biasanya terdapat pada
lekukan kepala kemaluan laki-laki yang tidak disunat. Sebenarnya smegma adalah
secret alami yang dihasilkan kelenjar sabeceous pada kulit penis. Namun ternyata
hal ini berkaitan dengan meningkatnya resiko seorang laki-laki sebagai pembawa
dan penular virus HPV (Kurniawati, 2018).
d. Perempuan yang merokok
Rokok terbuat dari tembakau dan seperti yang kita ketahui bahwa didalam
tembakau terdapat zat-zat yang bersifat sebagai pemicu kanker baik yang dihisap
maupun dikunyah. Asap rokok menghasilkan Polycyclic aromatic hydrocarbons
heterocyclic amine yang mutagen dan sangat karsinogen, sedangkan jika dikunyah
menghasilkan netrosamine. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dijumpai
dalam lendir serviks wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel
skuamosa dan bersama dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi maligna
(Meihartati, 2017).
e. Paritas
Perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terkena kanker serviks
lebih tinggi. Hal ini terjadi karena ibu dengan paritas tinggi akan mengalami lebih
banyak resiko morbiditas dan mortalita. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya fungsi
organ-organ reproduksi yang memudahkan timbulnya komplikasi (Handayani dan
Mayrita, 2018).
f. Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan dengan asupan gizi
serta status imunitas (Kurniawati, 2018).
g. Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan tubuh
HIV (Human Immunodeficiensy Virus) merupakan virus penyebab Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyebabkan sistem imun tubuh
menurun dan membuat perempuan berisiko tinggi terinfeksi HPV. Pada wanita
dengan HIV, pra-kanker serviks mungkin akan berkembang menginvasi dengan
cepat untuk menjadi kanker dari pada normalnya. Pengguna obat imunosupresan
atau penekan kekebalan tubuh atau pasca transplantasi organ merupakan faktor
risiko juga (Yanti, 2013).

h. Riwayat terpapar infeksi menular seksual (IMS)

Human Papilloma Virus (HPV) bisa ikut tertularkan bersamaan dengan


penyebab penyakit kelamin lainnya saat terjadi hubungan kelamin (Kurniawati,
2018).
i. Pengunaan kontrasepsi hormonal
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu yang panjang (5 tahun atau
lebih) akan meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada perempuan yang
terinfeksi HPV, jika penggunaan obat oral kontrasepsi dihentikan maka risiko akan
turun pula (Yanti, 2013).
j. Kontrasepsi barier
Penggunaan metode barier (kondom) akan menurunkan risiko kanker
serviks. Hal ini disebabkan karena adanya perlindungan serviks dari kontak
langsung bahan karsinogen dari cairan semen (Yanti, 2013).

E. Patofisiologi CA serviks
Perjalanan secara singkat kanker serviks dapat dilihat pada gambar berikut.

Perkembangan kanker serviks dimulai dari neoplasia intraepitel serviks


(NIS) 1, NIS 2, NIS 3 atau karsinoma in situ (KIS) pada lapisan epitel serviks dan
setelah menembus membran basalis akan menjadi karsinoma mikroinvasif dan
invasif (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

F. Stadium CA serviks
Stadium kanker serviks yang digunakan adalah menurut The International
Federation Of Gynecology and Obstetrics (FIGO) (Malehere, 2019) dapat dilihat
pada berikut.
Tabel 1 Stadium Kanker Serviks
Stadium Deskripsi
I Karsinoma benar-benar terbatas pada serviks (tanpa bisa mengenali

ekstensi ke korpus uteri).


IA Karsinoma invasive yang hanya diidentifikasi secara mikroskopis.

Kedalaman invasi maksimun 5 mm dan tidak lebih lebar dari 7 mm


IA1 Invasi stroma sedalam ≤ 3 mm dan seluas ≤ 7 mm
IA2 Invasi stroma sedalam > 3 mm namun < 5 mm dan seluas > 7 mm
IB Lesi klinis terbatas pada serviks, atau lesi praklinis lebih besar dari

stadium IA.
IB1 Lesi klinis berukuran ≤ 4 cm
IB2 Lesi klinis berukuran > 4 cm
II Karsinoma meluas di luar Rahim, tetapi tidak meluas ke dinding

panggul atau sepertiga bagian bawah vagina.


IIA Keterlibatan hingga 2/3 bagian atas vagina. tidak ada keterlibatan

Parametrium
IIA1 Lesi yang terlihat secara klinis ≤ 4 cm
IIA2 Lesi klinis terlihat > 4 cm
IIB Nampak invasi ke parametrium
Stadium Deskripsi
III Tumor meluas ke dinding samping pelvis. Pada pemeriksaan dubur,
tidak ada ruang bebas antara tumor dan dinding samping pelvis.
III A Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina, tanpa ekstensi ke dinding
samping pelvis
III B Perluasan ke dinding samping pelvis atau hidronefrosis atau ginjal
yang tidak berfungsi
IV Karsinoma telah meluas ke pelvis yang sebenarnya atau secara klinis
melibatkan mukosa kandung kemih dan atau rectum
IVA Menyebar ke organ panggul yang berdekatan
IV B Menyebar ke organ yang jauh

G. Pencegahan CA serviks
Kanker serviks 100% dapat dicegah dengan vaksinasi HPV, menggunakan
kondom, menghindari konsumsi tembakau, serta deteksi dini dan pengobatan lesi pra
kanker (Malehere, 2019). Upaya pencegahan kanker serviks dibagi atas pencegahan
primer, sekunder dan tersier yang meliputi:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer yang dilakukan melalui vaksinasi Human Papilloma Virus
(HPV) untuk mencegah infeksi HPV dan pengendalian faktor resiko. Pengendalian faktor
resiko dengan menghindari rokok, tidak melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti
pasangan, tidak menggunakan kontrasepsi oral jangka panjang >5 tahun, serta menjalani
diet sehat (Malehere, 2019).
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder melalui deteksi dini prekursor kanker serviks dengan tujuan
memperlambat atau menghentikan kanker pada stadium awal (Kemenkes, 2016).
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan tes DNA HPV, Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA), tes pap smear, pemeriksaan sitology, colposcopy dan biopsy. Pemeriksaan
IVA direkomendasikan untuk daerah dengan sumber daya rendah dan diikuti dengan
cryotherapy untuk hasil IVA positif (Malehere, 2019).
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di unit
pelayanan kesehatan yang menangani kanker serta pembentukan kelompok survival
kanker di masyarakat (Kemenkes, 2016).

Adapun SOAP dari kasus diatas

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. Wati Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 49 tahun Suku bangsa : Indonesia

Status perkawinan : Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SMA


Alamat : Jl. Jendral Sudirman RT 1/7 Desa Lesung Batang Tanjung

Pandan Belitung Tanggal masuk RS : 21 Februari 2013

A. Data subjektif

Diambil dari autoanamnesis, Tanggal 21 Februari 2013


 Keluhan Utama: Nyeri di perut bagian bawah sejak 2 minggu sebelum masuk Rumah sakit
 Keluhan tambahan: keluar darah dari liang vagina, lemas, pusing
 Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 2 minggu sebelum
masuk RS. Pasien merasakan keluhan nyeri di perut bagian bawah bertambah berat dari
hari ke hari. Sebelumnya pasien mengalami perdarahan dari liang vagina sejak 1 tahun
sebelum masuk RS. Darah keluar dari liang vagina terus-menerus setiap hari, darah yang
keluar berwarna merah segar, kadang-kadang disertai dengan lendir, dan tidak berbau.
Selama mengalami perdarahan pasien tidak mau berobat karena pasien merasa takut. 2
minggu sebelum masuk RS pasien merasa sakit di perut bagian bawah yang semakin lama
semakin bertambah berat, nyeri dirasakan muncul tiba-tiba saja dan dirasakan terus
menerus, karena itu pasien dibawa berobat oleh keluarganya ke dokter di daerah Belitung.
Pasien lalu diberi obat tablet berwarna putih sebanyak 5 buah untuk menghentikan
perdarahannya, setelah mengkonsumsi obat tersebut pasien tidak lagi mengalami
perdarahan yang keluar dari liang vagina sampai saat ini. Selain itu pasien juga merasa
tubuhnya sangat lemas dan terasa pusing, pasien lalu dibawa oleh keluarganya ke RSAU
Halim.

Pasien mengaku sudah berhenti menstruasi sejak tahun 2010, setelah itu pasien
tidak pernah mengalami menstruasi. Pasien menyangkal keluhan lain seperti nafsu makan
berkurang, penurunan berat badan, mual, muntah, sesak napas dan keluhan lainnya. Pasien
mengaku berat badannya bertambah semenjak sakit. BAB dan BAK juga tidak ada
keluhan.
 Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelum 1 tahun yang lalu.
Pasien mempunyai riwayat kencing manis dan sudah sempat berobat untuk kencing
manisnya. Riwayat darah tinggi, alergi makanan dan alergi obat- obatan disangkal oleh
pasien. Pasien juga tidak pernah terpapar dengan zat-zat kimia ataupun radiasi sinar-x
sebelumnya.
 Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang mempunyai keluhan yang sama. Ibu pasien
memiliki riwayat tinggi.

B. Data objektif
 Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Kesan sakit : tampak sakit sedang
Tekanan Darah :110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.6 ˚C
Pernafasaan : 20 x/menit Tinggi
Badan :170 cm
Berat Badan :96 kg
Keadaan gizi :obesitas
IMT : 33,21kg/m2
 Kepala
Bentuk : Normocephali
 Mata
Konjungtiva : anemis +/+
Sklera : tidak ikterik
 Telinga
Inspeksi : fistel (-), massa (-), serumen (-)
Palpasi : nyeri tekan aurikular dan retroaurikular (-)
 Hidung
Dorsum nasi : Perubahan bentuk (-), perubahan warna (-), udema (-), krepitasi (-)
Vestibulum nasi : Sekret (-), furunkel (-), krusta (-)
Kavum nasi : Lapang, polip (-)
Konkha inferior : Eutrophi, udema (-)

 Mulut
Bibir : tidak kering
Tonsil : T1-T1 tenang
Faring : tidak hiperemis
 Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5 - 2 cm
H2O. Kelenjar Tiroid : tidak teraba
membesar Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraklavikula : tidak teraba membesar
Leher : tidak teraba membesar
 Dada
Bentuk : datar, tidak cekung.
Pembuluh darah : tidak melebar.
Buah dada : simetris, tidak ada retraksi puting susu.

 Paru – paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan

- Fremitus taktil simetris - Fremitus taktil simetris


Kanan - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan

- Fremitus taktil simetris - Fremitus taktil simetris


Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi Kiri - Suara vesikuler - Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)


Kanan - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-),Ronki ( - )
 Jantung
Inspeksi : Tampak pulsasi iktus cordis 1 jari medial
midklavikula kiri.
Palpasi : Teraba pulsasi iktus cordis 1 jari medial
midklavikula kiri. Perkusi :
Batas kanan : sela iga III-V linea parasternalis kanan.
Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah lateral linea
midklavikula kiri. Batas atas : sela iga III linea parasternal kiri.
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop ada, Murmur tidak ada.

 Abdomen

Inspeksi: Perut tampak datar, distensi (-), smiling


umbilicus (-) Auskultasi : Bising usus 3x/menit
Palpasi :
Dinding perut : Supel, datar, tidak ada nyeri
tekan Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Balotement -/-
Perkusi : Timpani, Shifting dullness negatif Ginjal : Nyeri ketuk CVA -/-
 Anggota gerak
LENGAN Kanan Kiri
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Normal Normal
Otot Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan +5 +5
Oedem Tidak ada Tidak ada

 Pemeriksaan Gynaecology

In speculo: Porsio endofilik, rapuh dan mudah berdarah


Vaginal toucher: Porsio berdungkul sampai ke adnexa kanan dan kiri
LABORATORIUM

Darah lengkap

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

Hemoglobin 7,9 g/dl 11,7-15,5 g/dl

Leukosit 10.600 mm3 5000-10000/mm3

Trombosit 426.000 mm3 150000-400000/mm3

Hematokrit 28 % 35-47 %

Kimia darah

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


SGOT 18 u/L 3-45
SGPT 15 u/L 0-35
Protein total 8,5 g/dl 6,6-8,7 g/dl
Albumin 3,5 g/dl 3,8-5,1 g/dl
Globulin 5,0 g/dl 2,8-3,6 g/dl
Ureum 23 mg/dL 13-43
Creatinine 1.08 mg/dL 0,5-1,5

C. Assesment
- Suspek Ca Serviks stadium IIB
- Anemia sedang
Diagnosis banding
- Suspek Ca Endometrium

D. Plan
- Biopsi jaringan  pemeriksaan Patologi Anatomi
- Tumor marker
Nonmedikamentosa:
- Rawat inap
- Transfusi darah WB dan PRC
- Konsultasi spesialis penyakit dalam
- Rujuk Medikamentosa:
- IVFD RL : NaCl 0,9% : D 5% = 1:1:1 / 24 jam
- Inj. Cefotaxime 3x1 gr vial bolus IV
- Inj. Asam Tranexamat 3x1 ampul bolus IV
- Inj. Vitamin C 2x1 ampul bolus IV
- Inj. Neurobion 1x1 ampul bolus IV

FOLLOW UP SOAP
22/2/2013 23/2/2013 24/2/2013 25/2/2013

S Perdarahan pervaginam Perdarahan Perdarahan pervaginam Tidak ada keluhan


(+), nyeri perut (+), pervaginam (-), nyeri (-), nyeri perut (-),
lemas (+), pusing (+) perut (-), lemas (+), lemas (-), pusing (-)
pusing (+)
O TD: 120/80, Nadi: 80 TD: 120/70, Nadi: 84 TD: 120/90, Nadi: 76 TD: 140/90, Nadi:
x/menit, Suhu: 36oC, x/menit, Suhu: 36oC, x/menit, Suhu: 37,3oC, 72 x/menit, Suhu:
RR: 20x/menit RR: 20x/menit RR: 16x/menit 36,7oC, RR:
18x/menit
Mata: CA +/ Mata: CA +/ Mata: CA -/-
+ Abdomen: + Abdomen: Abdomen: Mata: CA -/-
Inspeksi: perut datar Inspeksi: perut datar Inspeksi: perut datar Abdomen:
Palpasi: supel, Nyeri Palpasi: supel, Nyeri Palpasi: supel, Nyeri Inspeksi: perut datar
tekan (-) tekan (-) tekan (-) Palpasi: supel, Nyeri
Perkusi: Perkusi: Perkusi: Tymphani tekan (-)
Tymphani Tymphani Auskultasi: BU (+) Perkusi: Tymphani
Auskultasi: BU Auskultasi: BU Auskultasi: BU (+)
(+) (+) Hasil pemeriksaan
Laboratorium:
Hasil Pemeriksaan Hb: 11,5 g/dl, leukosit:
Laboratorium: 12000, trombosit:
Hb: 9,6 g/dl, leukosit: 391000, hematokrit:
9600, trombosit: 37%
389000, hematokrit:
32%
Hasil pemeriksaan USG
abdomen:
Diameter uterus 131x
65,1x 82,1 mm
Bagian tengah uterus
lebih hipoechoic
A Suspek Ca serviks Suspek Ca serviks Suspek Ca serviks Suspek Ca serviks
stadium II B dengan stadium II B dengan stadium II B dengan stadium II B dengan
anemia sedang anemia sedang anemia sedang dengan anemia sedang
perbaikan dengan perbaikan
Dd/: Ca endometrium Dd/: Ca endometrium
Dd/: Ca endometrium Dd/: Ca
endometrium
P - IVFD RL : NaCl - IVFD RL : NaCl - IVFD RL : NaCl - IVFD RL : NaCl
0,9% : D 5% = 1:1:1 0,9% : D 5% = 1:1:1 0,9% : D 5% = 1:1:1 0,9% : D 5% =
/ 24 jam / 24 jam / 24 jam 1:1:1 / 24 jam
- Inj. Cefotaxime 3x1 - Inj. Cefotaxime 3x1 - Inj. Cefotaxime 3x1 - Inj. Cefotaxime
gr vial bolus IV gr vial bolus IV gr vial bolus IV 3x1 gr vial bolus
- Inj.Asam - Inj.Asam - Inj.Asam IV
Tranexamat 3x1 Tranexamat 3x1 Tranexamat 3x1 - Inj.Asam
ampul bolus IV ampul bolus IV ampul bolus IV Tranexamat 3x1
- Inj. Vitamin C 2x1 - Inj. Vitamin C 2x1 - Inj. Vitamin C 2x1 ampul bolus IV
ampul bolus IV ampul bolus IV ampul bolus IV - Inj. Vitamin C
- Inj. Neurobion 1x1 - Inj. Neurobion 1x1 - Inj. Neurobion 1x1 2x1 ampul bolus
ampul bolus IV ampul bolus IV ampul bolus IV IV
- Ciprofloxacin 3x500 - Ciprofloxacin 3x500 - Ciprofloxacin 3x500 - Inj. Neurobion

26/2/2013 27/2/2013 28/2/2013 1/3/2013

S Bengkak dan nyeri di Masih terdapat bengkak Bengkak di tangan kiri Bengkak dan nyeri
tangan kiri bekas dan sedikit nyeri di berkurang, demam (-), di tangan kiri sudah
infusan, demam (+) tangan kiri bekas perdarahan (-) membaik, Pusing
infusan, demam (-) (+), keluar darah dan
lendir 1x hanya
sedikit

O TD: 120/90, Nadi: 80 TD: 140/90, Nadi: 80 TD: 120/80, Nadi: 84 TD: 110/60, Nadi:
x/menit, Suhu: 37,3oC, x/menit, Suhu: 36,6oC, x/menit, Suhu: 37oC, 74 x/menit, Suhu:
RR: 20x/menit RR: 20x/menit RR: 18x/menit 36,5oC, RR:
18x/menit
Mata: CA Mata: CA Mata: CA -/-
-/- -/- Abdomen: Mata: CA -/-
Abdomen: Abdomen: Inspeksi: perut datar Abdomen:
Inspeksi: perut datar Inspeksi: perut datar Palpasi: supel, Nyeri Inspeksi: perut datar
Palpasi: supel, Nyeri Palpasi: supel, Nyeri tekan (-) Palpasi: supel, Nyeri
tekan (-) tekan (-) Perkusi: Tymphani tekan (-)
Perkusi: Perkusi: Auskultasi: BU (+) Perkusi: Tymphani
Tymphani Tymphani Auskultasi: BU (+)
Auskultasi: BU Auskultasi: BU
(+) (+)
Hasil Ca-125: 105,20

A Suspek Ca serviks Suspek Ca serviks Suspek Ca serviks Suspek Ca serviks


stadium II B dengan stadium II B dengan stadium II B dengan stadium II B dengan
anemia sedang + anemia sedang + anemia sedang dengan anemia sedang
Phlebitis Phlebitis perbaikan + Phlebitis dengan perbaikan +
dengan perbaikan phlebitis dengan
Dd/: Ca endometrium Dd/: Ca endometrium perbaikan
Dd/: Ca endometrium
Dd/: Ca
endometrium

P - Aff infus - Imunos 1x1 tablet - Imunos 1x1 tablet - Imunos 1x1 tablet
- Imunos 1x1 tablet per oral per oral per oral
per oral - Neurobion 1x1 - Neurobion 1x1 - Neurobion 1x1
- Neurobion 1x1 tablet per oral tablet per oral tablet per oral
tablet per oral - Ironyl 1x1 tablet per - Ironyl 1x1 tablet per - Ironyl 1x1 tablet
- Ironyl 1x1 tablet per oral oral per oral
oral - Nifedipin 2x10 mg
per oral

2/3/2013 3/3/2013

S Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

O TD: 100/70, Nadi: 88 TD: 100/70, Nadi: 80


x/menit, Suhu: 36oC, x/menit, Suhu: 36,4oC,
RR: 18x/menit RR: 20x/menit

Mata: CA Mata: CA
-/- -/-
Abdomen: Abdomen:
Inspeksi: perut datar Inspeksi: perut datar
Palpasi: supel, Nyeri Palpasi: supel, Nyeri
tekan (-) tekan (-)
Perkusi: Perkusi:
Tymphani Tymphani
Auskultasi: BU Auskultasi: BU
(+) (+)

A Suspek Ca serviks Suspek Ca serviks


stadium II B dengan stadium II B dengan
anemia sedang dengan anemia sedang dengan
perbaikan perbaikan

Dd/: Ca endometrium Dd/: Ca endometrium

P - Imunos 1x1 tablet - Imunos 1x1 tablet


per oral per oral
- Neurobion 1x1 - Neurobion 1x1 tablet
tablet per oral per oral
- Ironyl 1x1 tablet per - Ironyl 1x1 tablet per
oral oral
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker serviks adalah kanker dengan angka kejadian nomor empat terbanyak
yang terjadi pada wanita diseluruh dunia dan kanker yang paling sering pada negara
berpenghasilan rendah (Mustafa dkk, 2016). Kanker serviks merupakan suatu
keganasan yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak
terkontrol (Mirayashi, 2013). Menurut Setiawati (2014) kanker serviks 99,7%
disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang menyerang rahim.
Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim (serviks),
yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina (Hartati dkk.,
2014).

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, sangat diperlukan kritik dan saran yang membangun  agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Selain itu, makalah ini disarankan
pula untuk dijadikan tolak ukur dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai