Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENYAKIT KEGANASAN DAN SKRINING KEGANASAN

Dosen : Ingelia, S.Keb., Bd.M.Keb

Disusun Oleh:
Anisa Salim (21601041)

Azra Ananta (21601043)

Indah Rahma Yena (21601052)

Laila Alzaimah (21601055)

Maike Suprianti (21601057)

Marsaulina (21601058)

Nadilah Putri Sani (21601061)

Rizka Anisa (21601073)

Sarah Nabila (21601075)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN STIKES PAYUNG


NEGERI PEKANBARU 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hantarkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyelesaikan mata kuliah asuhan
kebidanan gangguan reproduksi. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Pekanbaru, 15 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Keganasan Pada Vulva, Vagina, dan Serviks............................................3
2.2 Mioma Uteri..............................................................................................5
2.3 Kista dan Ca Ovarium...............................................................................6
2.4 Penyakit Trofoblas....................................................................................7
2.5 Keganasan Payudaya.................................................................................8
2.6 Skrining Keganasan...................................................................................9
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit keganasan merupakan salah satu penyebab kematian
terbanyak didunia. Pada tahun 2012, sebanyak 8,2 juta kematian terjadi akibat
keganasan. Menurut data IARC (International Agency for Research Cancer)
pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru keganasan dan 8.201.575
kematian akibat keganasan didunia. Di Indonesia, prevalensi
tumor/keganasan pada tahun 2013 sebesar 1,4% atau sekitar 347.792 orang.
(Riskesdas, 2015).
Secara garis besar periode daur kehidupan wanita meliputi beberapa
tahap: pra konsepsi, konsepsi, pra kelahiran, pra pubertas, pubertas,
reproduksi, menopause/klimakterium, pasca menopause dan senium/lansia.
Setelah lahir kehidupan wanita dapat dibagi dalam beberapa masa yaitu masa
bayi, masa pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium.
Masing-masing masa itu mempunyai kekhususan, karena itu gangguan dapat
terjadi pada setiap masa tersebut, misalnya munculnya penyakit.
Salah satu penyebab meningkatnya angka kematian pada wanita ialah
masih minimnya pengertian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi adalah adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental,
sosial, yang utuh dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi. Menjaga kesehatan organ reproduksi pada wanita adalah sangat
penting karena terdapat organ yang kompleks sehingga dapat timbul
bermacam penyakit yang berbahaya seperti kanker serviks, kista, maupun
penyakit menular seksual (PMS).
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya untuk menciptakan perilaku
masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Kesehatan bukan hanya untuk
diketahui atau disadari dan disikapi saja, melainkan harus dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan atau
mengembangkan pemahaman pasien. Masalah kesehatan reproduksi muncul
dan terjadi akibat pengetahuan dan pemahaman serta tanggung jawab yang
rendah. Akses untuk mendapatkan informasi yang benar dan bertanggung
jawab mengenai alat-alat dan fungsi reproduksi juga tidak mudah didapatkan.
Untuk mengurangi morbiditas dan mortilitas dari penyakit tersebut
dapat dilakukan skrining/deteksi dini. Skrining tersebut dapat dilakukan
untuk penyakit yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi, seperti kanker
payudara, kanker serviksd dan kanker endometrium. Sehingga, masalah
kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang
bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada
masa kehidupan selanjutnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah menegnai
penyakit genasan serta skring sebagai upaya mendeteksi sejak dini penyakit
penyakit ganas yang menyerang tubuh maupun organ reproduksi, yaitu:

1. Apa itu keganasan pada vulva, vagina, dan serviks?


2. Apa itu penyakit mioma uteri?
3. Bagaimana bentuk kista Ca Ovarium?
4. Apa itu penyakit Trofoblas?
5. Apa itu keganasan payudara?
6. Bagaimana cara skring keganasan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pa itu keganasan pada vulva, vagina, dan serviks
2. Untuk mengetahui apa itu penyakit mioma uteri
3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kista Ca Ovarium?
4. Untuk mengetahui apa itu penyakit Trofoblas
5. Untuk mengetahui apa itu keganasan payudara
6. Untuk mengetahui bagaimana cara skring keganasan

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Keganasan Pada Vulva, Vagina, dan Serviks
A. Keganasan Pada Vulva
Kanker vulva adalah keganasan ginekologi yang jarang terjadi pada
wanita (1% dari seluruh keganasan pada wanita). Sekitar 80-90% jenis
histopatologi kanker vulva adalah karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko
terjadinya kanker vulva adalah usia lanjut, adanya lesi prekanker, infeksi
HPV, imunodefisiensi, merokok dan lichen sclerosis. Keterlibatan
kelenjar getah bening merupakan faktor prognosis terpenting yang dapat
menurunkan overall survival.
Modalitas terapi pada kanker vulva adalah kombinasi antara operasi,
kemoterapi dan radioterapi. Preservasi anatomi dan fungsi organ menjadi
menjadi pertimbangan penting dalam menentukan tatalaksana kanker
vulva. Pada makalah ini akan dibahas peran radiasi pada kanker vulva.
Jumlah penderita kanker vulva sekitar 3-5% dari semua keganasan pada
organ reproduksi wanita. Angka tersebut mewakili sekitar 1-2% jumlah
kanker pada wanita.
Di Amerika Serikat, angka insidensi kanker vulva adalah 1/100.000
penduduk. 2,3 Jumlah penderita kanker vulva mencapai 3.580 pasien pada
tahun 2009, dengan angka mortalitas sekitar 900 pasien di tahun yang
sama. Rute Penyebaran Kanker Vulva Kanker vulva menyebar melalui 3
jalur: ekstensi lokal, penyebaran lokoregional terutama secara limfatik,
dan metastasis jauh terutama melalui jalur hematogen. Namun penyebaran
melalui jalur hematogen ini lebih sedikit dari dua cara yang lainnya.
Ekstensi lokal kanker vulva secara umum dengan pola dari distal ke
proksimal, yaitu dari vulva ke distal vagina dan uretra.
Penyebaran ke arah lain, yaitu ke anus, akan memperburuk prognosis
dan sudah termasuk dalam Stadium II. Kelenjar getah bening yang
termasuk regional kanker vulva antara lain adalah KGB inguinal, KGB
femoralis, KGB obturator dan KGB iliaka eksterna. Risiko keterlibatan
KGB inguinofemoral adalah sekitar 1050%, dan pada KGB pelvis sekitar
5%. Penyebaran ke KGB dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran
tumor yang besar.

B. Keganasan Pada Vagina


Kanker vagina adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan
sel abnormal pada vagina. Kondisi ini terjadi ketika sel normal tumbuh
secara tidak terkendali dan cancerous, sehingga berisiko menjadi kanker.
Sekitar 5.400 pasien didiagnosis dengan kanker vagina primer di
Amerika Serikat setiap tahun.

3
Primer kanker vagina merupakan sekitar 2% dari neoplasma ganas
saluran kelamin wanita. Ada tingkat kematian yang tinggi dengan 30%
pasien meninggal karena penyakit ini. Insiden kanker vagina primer
meningkat seiring bertambahnya usia dengan setengah dari pasien datang
setelah usia 70 tahun. Faktor risiko kanker vagina termasuk human
papillomavirus, penggunaan tembakau, usia yang lebih muda saat
berhubungan seks, banyak pasangan seksual, riwayat kanker serviks di
tempat atau invasif, atau sebelumnya. radiasi panggul.
Gejala klinis yang paling umum dari kanker vagina adalah
perdarahan vagina. Gejala lain yang muncul akibat penyebaran penyakit
secara lokal, seperti peningkatan frekuensi kencing atau tenesmus.
Tumor vagina biasanya muncul sebagai massa jamur, lesi ulserasi, atau
massa konstriksi annular.Namun, sekitar 10% wanita yang akhirnya
didiagnosis menderita kanker vagina tidak menunjukkan gejala pada saat
diagnosis, dan kanker vagina hanya terdeteksi dari pap smear atau
pemeriksaan fisik. Mirip dengan kanker vulva, karsinoma sel skuamosa
(SCC) adalah subtipe histologis yang paling umum dan muncul dari
mukosa vagina dan sering melibatkan 1/3 bagian proksimal vagina.
Banyak SCC dapat didahului oleh vaginal intraepithelial neoplasia
(VAIN), yang didefinisikan sebagai atypia sel skuamosa tanpa
invasi.SCC paling sering terjadi pada wanita pascamenopause dengan
mempertahankan hidup 5 tahun sebesar 54% (Chow et al., 2021).

C. Keganasan Pada Serviks


Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah
mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Ciri-ciri dari kanker
serviks adalah :
 Kontak bleeding yakni perdarahan pasca senggama. Perdarahan yang
terjadi dikarenakan kerapuhan dari jaringan serviks. Saat coitus,
umumnya akan terjadi gesekan pada dinding serviks. Karena jaringan
yang kaya pembuluh darah tersebut sangat rapuh, maka perdarahan
mudah terjadi.
 Keputihan yang lama kelamaan akan berbau busuk karena adanya
proses infeksi dan nekrosis (kematian) jaringan akibat kanker tersebut.
 Rasa nyeri yang hebat di vagina dan sekitarnya atau pada perut bagian
bawah.
 Anemia (karena perdarahan hebat pada vagina)
 Gejala yang timbul akibat adanya metastasis/penyebaran ke organ-
organ lainnya misalnya:
- Paru : batuk lama, efusi pleura, pneumonitis

4
- Hati : ikterus (warna kuning pada tubuh), hepatomegali
(pembesaran hati), acites (cairan pada rongga perut)
- Otak : koma, kehilangan penglihatan
- Tulang: nyeri tulang, patah tulang

Adapun tanda dan gejala bahaya kanker serviks adalah :


 Perdarahan atau keluar lendir yang tak wajar dari dalam tubuh yakni
berupa, batuk darah, muntah darah, BAB darah, dan perdarahan
vagina.
 Alat pencernaan terganggu atau ada kesukaran menelan yang semakin
lama semakin berat (ca esofagus, tyroid)
 Tumor pada payudara atau di tempat lain (testis, usus, otot, dll)
 Obstipasi/ sembelit atau perubahan kebiasaan BAB atau BAK
 Koreng atau borok yang tidak mau sembuh (gejala utama kanker kulit
stadium lanjut) dimana biasanya tanda yang paling khas adalah
perdarahan erus menerus dari borok tersebut.
 Andeng-andeng (nevus) yang berubah, membesar dan makin
menghitam (ditambah rasa gatal, borok, berdarah, rambut yang semual
ada menjadi rontok) ini mengacu pada kanker kulit.
 Nada suara jadi serak atau batuk yang tak kunjung sembuh.

Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah


454.000 kasus 1. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan
populasi, registrasi data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari
tahun 1980 sampai 2010. Per tahun insiden dari kanker serviks
meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada tahun 1980. Ditemukan sekitar
200.000 kematian terkait kanker serviks, dan 46.000 diantaranya adalah
wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang berkembang.
Kanker serviks menduduki urutan ke7 secara global dalam segi angka
kejadian (urutan ke urutan ke- 6 di negara kurang berkembang) dan
urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%
mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker
serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke
10 pada negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker
serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data
dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%.

2.2 Mioma Uteri


Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering
muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya
satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa

5
juga dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak
ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan
hanya manifestasi selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Mioma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena (Setiati. 2009. Hal 89) :
1. Berdasarkan Lokasi :
a. Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina dan menyebabkan
infeksi.
b. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguantraktus
urinaria.
c. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim dan sering kali tanpa
gejala.
2. Berdasarkan Lapisan Uterus
a. Mioma Uteri Subserosum Tumor yang muncul tepat dari bawah
permukaan peritonium (serosa) uterus, tampak sebagai masa kecil
sampai besar atau benjolan yang menonjol dari permukaan uterus.
Tumor ini dapat bertangkai. Tumor subserosum dapat memperoleh
pendarahan tambahan dari omentum yang melekat dipermukaan
uterus. Jika demikian, tumor memberikan gambaran seolah-olah
berasal dari omentum. Tumor jenis ini dapat menjadi tumor parasitik,
yang bergerak sesuai aliran darah yang memasoknya (Norman F.Gant
& F.Gary Cunningham,2010:24).
b. Tumor didalam dinding uterus disebut sebagai tumor intramural atau
interstisial. Jika kecil, tumor ini mungkin tidak menyebabkan
perubahan bentuk uterus.

2.3 Kista dan Ca Ovarium


Kista ovarium adalah kondisi umum. Secara global, sekitar 7% wanita
didiagnosis dengan kista ovarium di beberapa titik dalam hidup mereka. Kista
ovarium dapat terdiri dari dua jenis: kista ovarium fungsional (kista folikel
dan kista korpus luteum) yang berukuran kecil (<3 mm) dan berkembang
sebagai bagian dari siklus menstruasi normal dan terus muncul dan
menghilang. Jenis kista ovarium lainnya tidak berfungsi dan persisten. Ini
adalah kista ovarium patologis yang meliputi sindrom ovarium polikistik,
kista endometriotik, kistadenoma musinosa, kistadenoma serosa, kista
dermoid, dan kista paraovarian.
Sebagian besar, kista ovarium tidak menunjukkan gejala dan ditemukan
secara kebetulan selama USG. Tetapi kista persisten besar yang terjadi pada
sekitar 8% wanita premenopause sering bermasalah dan muncul dengan
gejala seperti sakit perut yang tumpul, perdarahan uterus abnormal, perut

6
kembung, sulit buang air kecil dan, dalam kasus yang parah, mungkin terjadi
puntiran. atau pecahnya kista ovarium, yang dapat menyebabkan episode
pingsan. 2 Kista ovarium terdapat pada sekitar 13% wanita pascamenopause,
dan memerlukan pemeriksaan dan tindak lanjut yang cermat, karena mungkin
merupakan prekursor karsinoma ovarium, yang biasanya didiagnosis sangat
terlambat karena tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. 

2.4 Penyakit Trofoblas


Penyakit trofoblas ganas (PTG) adalah suatu tumor ganas yang berasal
dari sito dan sinsiotrofloblas yang menginvasi miometrium, merusak jaringan
disekitarnya dan pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan.
Penyakit PTG dapat didahului oleh proses fertilisasi (molahidatidosa,
kehamilanbiasa, abortus, kehamilan ektopik) bahkan dapat merupakan produk
langsung dari hasil konsepsi atau yang bukan didahului oleh suatu kehamilan,
PGT yang didahului proses pembuahan sel telur digolongkan sebagai
"khoriokarsinoma dengan kehamilan" (gestational choriocarcinoma) sedang
yang tanpa didahului pembuahan sel telur dikenal sebagai koriokarsinoma
tanpa kehamilan (non gestational choriocarcinoma) yakni yang berasal dari
tumor sel germinal pada ovarium. Dari sini telihat setiap wanita dihadapkan
akan kemungkinan menderita penyakit trofoblas.Penyakit ini sering terjadi
pada usia 14-49 tahun denga rata-rata 31,2 tahun. Resiko terjadinya PTG
yang non metastase 75% didahului oleh molahidatidosa dan sisanya oleh
abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan aterm. Resika terjadinya PTG
yang metastase 50% didahului oleh molahidatidosa, 25% oleh abortus, 22%
oleh kehamilan aterm dan 3% oleh kehamilan ektopik.
Angka kesembuhan pada pengobatan PTG sekarang ini lebih dari 90%.
Keberhasilan oleh karena :
a. Efektif dan sensitifnya pengukuran tumor marker BHCG
b. Sensitifnya sel tumor terhadap kemoterapi.

c. Meningkatnya cara mengidentifikasi factor-faktor resiko tinggi.

d. Agresifnya penggunaan kemoterapi, operasi dan rasiasi pada kasus-kasus


resikotinggi.

Pembagian penyakit Trofoblas Ganas (PTG) Secara klinis terdapat 2


bentuk PTG yaitu, PTG terdapat hanya dalam uterus invasive mola dan PTG
meluas keluar uterus khoriokarsinoma.
PTG terdapat hanya dalam uterus invasive mola adalah tumor atau
suatu proses seperti tumor yang menginvasi miometrium dengan hiperplasia
trofoblas disertai struktur vili yang menetap terminologi lain untuk keadaan
ini yang tidak lagi dipakai ialah malignant mole, mala destruens, khorio
adenoma destrues.
1. Gestational choriocarcinoma Adalah karsinoma yang terjadi dari sel-sel
trofoblas dengan melibatkan sito- trofoblas dan sinsitiotrofoblas. Hal ini

7
biasa terjadi dari hasil konsepsi yang berakhir dengan lahir hidup, lahir
mati (still birth), abortus, kehamilan ektopik. molahidatidosa atau mungkin
juga oleh sebab yang tidak diketahui.
2. Non gestational choriocarcinoma Adalah suatau tumor ganas trofoblas
yang terjadi tanpa didahului oleh suatu fertilisasi, tetapi berasal dari germ
sell ovarium. Brewer mengatakan bahw non gertational choriocarcinoma
juga dapat merupakan bagian teratoma. Oleh international Union Against
Cancer (IUCR) diadakan klasifikasi sederhana dari penyakit trofoblas,
yang mempunyai keuntungan bahwa angka yang diperoleh dari berbagai
negara didunia dapat dibandingkan
3. Perdarahan yang tidak teratur setelah berkhirnya suatu kehamilan dan
dimana terdapat subinvolosio uteri juga pendarahan dapat terus menerus
atau intermitten dengan pendrahan mendadak dan terkadang massif. Pada
pemeriksaan genikolagis ditemukan uterus membesardan lembek. Kista
teka lutein bilateral. Lesi metastase di vagina atau organ lain

2.5 Keganasan Payudaya


Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah kanker pada jaringan
payudara yang paling umum diderita kaum wanita. Pengobatan yang paling
lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu dilanjutkan dengan
kemoterapi maupun radiasi. Faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:

 Faktor reproduksi: nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause


pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama
kanker payudara adalah bertambahnya umur.
 Kanker payudara (carcinoma mammae) merupakan suatu keganasan yang
berasal dari jaringan payudara baik dari epitel duktus maupun dari
lobulusnya. CaMammae terjadi karena kondisi sel yang telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

Kanker payudara terbagi dalam banyak jenis. Namun, ada empat jenis yang
paling sering terjadi, yaitu:

1) Ductal Carcinoma In Situ


Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) tumbuh di saluran air susu, tetapi tidak
menyebar ke jaringan sekitarnya. DCIS termasuk kanker stadium awal
yang mudah diobati. Namun, DCIS bisa menyebar ke jaringan di
sekitarnya jika tidak segera ditangani.
2) Lobular Carcinoma In Situ
Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) adalah kanker yang tumbuh di kelenjar
penghasil air susu. Sama seperti ductal carcinoma in situ, jenis kanker ini

8
tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. Akan tetapi, LCIS di salah satu
payudara dapat meningkatkan risiko terbentuknya kanker di kedua
payudara.
3) Invasive Ductal Carcinoma
Invasive Ductal Carcinoma (IDC) adalah jenis kanker payudara yang
tumbuh di duktus dan bisa menyebar ke jaringan sekitarnya, bahkan bisa
menyebar ke area tubuh yang lain. IDC terjadi pada 70–80% kasus kanker
payudara.
4) Invasive Lobular Carcinoma
Invasive Lobular Carcinoma (ILC) adalah kanker yang awalnya tumbuh di
kelenjar air susu tetapi kemudian menyebar ke jaringan di sekitarnya.
Kanker jenis ini juga bisa menyebar melalui darah dan saluran getah
bening menuju bagian tubuh lain. ILC terjadi pada 10% kasus kanker
payudara.

Selain jenis-jenis kanker payudara di atas, ada pula beberapa jenis kanker
payudara yang jarang terjadi, yaitu:

1) Angiosarkoma, yaitu jenis kanker yang tumbuh di pembuluh darah dan


saluran getah bening di payudara
2) Penyakit Paget, yaitu kanker yang tumbuh di puting payudara, lalu meluas
ke area hitam di sekitar puting (areola)
3) Tumor phyllodes, yaitu jenis kanker yang tumbuh di jaringan ikat
payudara
4) Inflammatory breast cancer (IBC), yaitu jenis kanker pada payudara yang
bisa berkembang cepat dan menyumbat saluran getah bening sehingga
membuat payudara meradang, kemerahan, dan bengkak seperti terinfeksi
5) Triple negative breast cancer, yaitu jenis kanker payudara yang sulit untuk
diobati karena tidak menunjukkan keberadaan reseptor hormon estrogen
(ER), reseptor hormon progesterone (PR), dan reseptor protein HER-2,
pada pemeriksaan jaringan kanker.

2.6 Skrining Keganasan


Skrining adalah deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup
pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-
simptom penyakit untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau pada
stadium praklinik. Test skrining dapat dilakukan dengan melalui pertanyaan/
questioner, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan X-ray.
Tujuan dari skrining adalah :
 Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan.
 Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapinya
 Mencegah meluasnya penyakit

9
 Mendidik masyarakat melakukan general check up
 Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit
(waspada mulai dini)
 Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinis

Jenis penyakit yang tepat untuk skrining adalah :


 Merupakan penyakit yang serius
 Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan
dengan setelah gejala muncul
 Prevalens penyakit preklinik harus tinggi pada populasi yang di skrening

Keuntungan dan kerugian dari skrining adalah, skrining dapat mendeteksi


kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala menyajikan sedangkan
pengobatan lebih efektif daripada untuk nanti deteksi. Dalam kasus terbaik
dari kehidupan diselamatkan.  

Bentuk pelaksanaan skrining, yaitu :


 Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu.
 Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria
tertentu, contoh pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca
serviks pada wanita yang sudah menikah.
 Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis
penyakit.
 Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari
satu jenis penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas.

Syarat-syarat untuk melakukan skrining adalah :


 Penyakit harus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.
 Harus ada cara pengobatan yang efektif.
 Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnostik.
 Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat
diterima oleh masyarakat.
 Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit.
 Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya
konsekuensi kesehatan

Hubungan skrining untuk keganasan penyakit dengan kesehatan


reproduksi
Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit dalam masyarakat
melalui deteksi dini dan pengobatan pada keadaan belum terdapat
symptom/gejala. Skrining merupakan upaya untuk meningkatkankesehatan

10
reproduksi wanita sepanjang daur kehidupannya meliputisejarah,
perkembangan wanita dalam aspek biologis, psikososial dan sosial spiritual,
kesehatan reproduksi dalam perspektif gender, permasalahannya serta
indikator status kesehatan wanita.

Peran bidan dalam skrining untuk keganasan dan penyakit sistemik


 Memberikan motivasi pada para wanita untuk melakukan pentingnya
melakukan langkah skrining.
 Membantu dalam mengidentifikasi orang-orang yang berisikoterkena
penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Penegakan diagnosis pasti
ditindak lanjuti di fasilitas kesehatan
 Membantu mengidentifikasi penyakit pada stadium dini,sehingga terapi
dapat dimulai secepatnya dan prognosa penyakit dapat diperbaiki
 Membantu melindungi kesehatan individual
 Membantu dalam pengendalian penyakit infeksi melalui proses identifikasi
carrier penyakit di komunitas
 Memberikan penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode
barrier (pelindung) seperti diafragma dan kondom karena dapat memberi
perlindungan terhadap kanker serviks
 Memberikan fasilitas skrining kanker serviks dengan metodepap smear
kemudian membantu dalam pengiriman hasil pemeriksaan ke
laboratorium.

11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap tahunnya angka pada penyakit keganasan berupa kanker, kista,
atau tumor selalu meningkat, dimana penyakit ganas ini menyerang organ-
organ reproduksi terutama pada wanita. Sehingga penyakit keganasan
merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak didunia.
Salah satu penyebab meningkatnya angka kematian pada wanita ialah
masih minimnya pengertian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi adalah adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental,
sosial, yang utuh dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi. Menjaga kesehatan organ reproduksi pada wanita adalah sangat
penting karena terdapat organ yang kompleks sehingga dapat timbul
bermacam penyakit yang berbahaya seperti kanker serviks, miomi uteri, kista
dan ca ovarium, trofoblas, dan kanker payudara.
Oleh karena itu, pentingnya melakukan pemeriksaan sejak dini, agar
dapat mencegah terjadinya resiko yang semakin parah terhadap suatu
penyakit tersebut, dan dengan diktahui sejak dini agar dapat dilakukan
pencegahan bahkan pengobatannya.

3.2 Saran
Pentingnya melakukan skrining karena skrining merupakan deteksi dini
atau pencegahan sekunder, mencakup pemeriksaan (tes) pada orang-orang
yang belum mempunyai simptom-simptom penyakit untuk menemukan
penyakit yang belum terlihat atau pada stadium praklinik. Sehingga dapat
diketahui dan dapat dicegah sejak dini apabila diketahui terdapat suatu
penyakit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ashariati, A. (2016) ‘Manajemen Kanker Payudara Komprehensif’, pp. 1–23.


Astuti, A. et al. (2020) ‘Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem
Reproduksi pada Ny “S” dengan Mioma Submukosa di RSUD Syekh
Yusuf Gowa Tanggal 04 Februari – 25 Februari Tahun 2019’, Jurnal
Midwifery, 2(1), pp. 10–19. doi:10.24252/jmw.v2i1.13150.
Chow, L. et al. (2021) ‘Gynecologic tumor board : a radiologist ’ s guide to vulvar
and vaginal malignancies’, Abdominal Radiology [Preprint],
(0123456789). doi:10.1007/s00261-021-03209-2.

Lubis PN (2020) ‘Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri’, Cermin Dunia


Kedokteran, 3(3), pp. 196–200.
Rizka, A. et al. (2022) ‘CARCINOMA MAMMAE SINISTRA T4bN2M1
METASTASIS PLEURA’, AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Malikussaleh, 8(1), p. 23. doi:10.29103/averrous.v8i1.7006.
Soekimin (2005) ‘Penyakit Trofoblast Ganas’, Universitas Sumatera Utara, pp.
2–7.
Suryoadji et al. (2022) ‘Diagnosis dan Tatalaksana pada Kista Ovarium:
Literature Review’, Khazanah: Jurnal Mahasiswa, 14(1), pp. 38–48.
doi:10.20885/khazanah.vol14.iss1.art5.
Suwiyoga K (2007) ‘Kanker Serviks Penyakit Keganasan Fatal Yang Dapat
Dicegah’, Maj Obstet Ginekol Indonesia, 31(1), pp. 1–23.

13

Anda mungkin juga menyukai