Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

MASALAH DAN GANGGUAN PADA SISTEM REPRODUKSI


KASUS CA OVARIUM DAN ASUHAN YANG DIBERIKAN
SESUAI WEWENANG BIDAN

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 6
1. Ana Rahayu

2. Ani Uwansi

3. Asmaul Husna

4. Ikhwana

5. Imelda Octarine

Dosen Pengampu : Mastina, S.ST, M.Keb

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN KHUSUS


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
TAHUN AKADMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut nama Allah SWT yangMaha Pengasih lagi Maha


Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudulkan ‘’Kasus Ca Ovarium dan Asuhan Yang Di
Berikan Sesuai Wewenang Bidan”

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan


mendaatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembantuan makalahini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masi ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan keritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat pagi
penulis maupun pembaca.

Palembang, 09 Desember 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI….................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Ovarium……………………………….......................................…… 4

4
2.1.1 Pengertian...........................................................................................................

2.1.2 Etiologi………………………..………............................................................5

2.1.3 Tanda dan Gejala............................................................................................ 7


2.1.4 Patofisiologi………………………………………....................................... 9

2.1.5 Klasifikasi……………………………………………......................................
10

2.1.6 Diagnosis........................................................................................................ 11

2.1.7 Penatalaksanaan............................................................................................ 14

2.2 Asuhan Ca Ovarium Sesuai Wewenang Bidan....................................................15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 28
3.2 Saran.............................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 29
LAMPIRAN
1. POWER POINT

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setelah kanker paru-paru dan bronkus, kanker payudara, kanker


pancreas, dan kanker kolon, kanker ovarium primer merupakan penyebab
terbesar kelima dari kematian akibat kanker pada wanita. Pada wanita yang
sebelumnya menderita kanker payudara, kanker metastatic lebih umum terjadi
dari pada kanker di tempat lain. Prognosisnya bervariasi menurut tipe
histologis dan stadium penyakit, namun umumnya buruk karena tumor
ovarium hanya menunjukkan sedikit tanda dan umumnya saat didiagnosis
sudah di stadium atas. Kanker ovarium muncul dalam tiga tipe utama. Tumor
ovarium menyebar cepat secara intraperitoneal dengan ekstensi local atau
pembenihan permukaan dan kadang-kadang melalui limfatik dan aliran darah.

Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan


sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan terus
berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membela diri
(Istigosha & Yunita, 2019). Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal
dari ovarium dengan berbagai tipe histologi yang dapat mengenai semua
umur. Kanker ovarium menempati posisi ke-3 dari 10 kanker tersering pada
wanita. Minimnya pengetahuan terhadap kanker sendiri merupakan salah satu
penghambat pendeteksian dini kejadian kanker ovarium (Purwoko, 2018).

Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui
sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru (Utami, 2016).
Kanker ovarium merupakan penyakit keganasan ginekologi dengan angka
mortalitas tertinggi dengan prognosis yang buruk disebabkan oleh tidak
adanya gejala yang khas pada stadium awal (Hariyono Winarto & Andrew
Wijaya, 2020).

1
Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui
penyebabnya. Penyebaran suatu kanker ovarium bisa menyebar kebagian
yang lain, seperti daerah panggul dan perut melalui getah bening dan melalui
peredaran darah menuju kehati dan paru-paru. Pada tahun 2003 diperkirakan
terdapat 25.400 kasus kanker dengan 14.300 kematian yang mencakup kira-
kira 5% dari semua kematian wanita karena kanker. Meskipun mayoritas
kanker ovarium adalah jenis epitelial, kanker ovarium dapat juga berasal dari
sel yang terdapat diovarium. Tumor ovarium yang berasal dari sel germinal
yang kelasifisikan sebagai disgerminoma dan teratoma sedangkan tumor
ovarium yang berasal dari sel folikel diklasifikasikan sebagai sex cord
stromal terutama tumor sel granulosa dan tumor yang berasal dari stroma
ovarium adalah sarkoma. Akan tetapi angka kejadian tumor ovarium non
epitelial kecil sekali sehingga dianggap angka kejadian seluruh kanker
ovarium.

Kanker ovarium jarang ditemukan pada umur dibawah 40 tahun .


Angaka kejadian meningkat dengan makin tuanya usia 15 – 16 per 100.000
pada usia 40 -44 tahun menjadi paling tinggi dengan angka kematain 57 per
100.000 pada usia 70 – 74 tahun.Usia median saat diagnosis adalah 63 tahun
dan 48 % penderita berusia diatas 65 tahun.

Pada tahun 2005, Masyarakat kanker Amerika memperkirakan bahwa


22.220 kasus baru kanker ovarian akan bisa di diagnosa, dan itu kan
membunuh 16.200 wanita. Hanya 77% kasus yang mempunyai tingkat nilai
survival 1 tahun, 44% kasus yang mempunyai tingkat nilai suvival 5 tahun.
Dan hanya 19% kasus saja kasus yang di diagnosa sebelum metastasis terjadi.
Hal tersebut disebabkan Oleh karena ketiadaan adanya deteksi dini peyakit
dan kemajuan penyakit yang cepat. Sehingga menyebabkan angka kematian
yang sebabkan oleh kanker Ovari meningkat. Karena belum ada metode
skrining yang efektif untuk kanker ovarium 70% kasus ditemukan kasus pada
keadaan yang sudah usia lanjut yakni tumor yang menyebar jauh dari
ovarium.

2
Kebanyakan dari kasus keganasan pada ovarium terdeteksi saat sudah
memasuki stadium lanjut sehingga saat diketahui sudah parah. Biasanya
orang yang menderita kanker ovarium tampak kurus dan perut asites. Karena
proses perjalanan penyakit yang ditmbulkan dari kanker tersebut, sehingga
penderita mengalami anorexia atau tidak nafsu makan karena mual dan
muntah. Sedangkan asites itu sendiri ditimbulkan akibat dari cairan tumor dan
tumor itu sendiri. kanker ovarium bisa juga mengakibatkan efusi pleura
karena perjalanan tumor itu. Penatalaksanaan pada klien dengan kanker
ovarium adalah pembedahan, pembedahan bisa pembedahan total dengan
mengangkat keseluruhan dari rahim, salping, dan ovarium tapi juga bisa saja
hanya pada ovarium atau pada saluran tuba falopii tergantung keparahan dari
kanker itu sendiri. Tanda khas dari kanker ovarium yang paling banyak
adalah Meigg Syndrome, yang merupakan tiga gejala khas pada orang dengan
kanker ovarium.

2.1 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud dengan kanker ovarium?
2. Bagaimanakah asuhan kebidanan pada kasus kanker ovarium?

2.2 TUJUAN PENULISAN


1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami keseluruhan isi materi
tentang konsep dasar penyakit maupun konsep dasar asuhan kebidanan
pada kanker ovarium.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi dan etiologi kanker ovarium.
b. Menjelaskan manifestasi klinis, klasifikasi, komplikasi dan diagnosa
kanker ovarium.
c. Mengkaji bagaimana asuhan kebidanan pada kanker ovarium.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kanker Ovarium


2.1.1 Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70
tahun. Kanker ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan
melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru.

Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan


pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan
tidak normal, cepat dan tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi
Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl 20-7-2009).

Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah
kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006).
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui
gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis
dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal
dari kista. (Colombo N,Parma G, et al. Role of conservative surgeri in ovarian
cancer 2005).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur


atau kita sebut dengan kanker ovarium adalah kanker yang berasal dari sel-sel
ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat
dan tidak terkendali.

4
2.1.2 Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi
banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium yaitu :

1. Hipotesis incessant ovulation


Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel
ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan
proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang
pada data epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk
perkembangan tumor ovarium pada beberapa percobaan pada
binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar
hormon esterogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon
gonadotropin akan mengikat. Peningkatan kadar hormon
goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah
bsarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.
3. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel
ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro,
androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal
dan sel-sel kanker ovarium.
4. Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh
androgen, progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap
terjadinya kanker ovarium. Epitel normal ovarium mengandung
reseptor progesteron. Percobaan pada kera macaque, progesteron
menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan
esterogen menghambatnya. Pemberian pil yang mengandung
esterogen saja pada wanita pasca menopause akan meningkatkan
terjadinya resiko kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi

5
dengan progesteron akan menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana
kadar progesteron tinggi, menurunkan kanker ovarium. Pil
kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker
ovarium. Demikian juga yang hanya mengandung progesteron yang
menekan ovulasi juga menurunkan resiko kanker ovarium. Akan
tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron asetat ternyata tidak
menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.


Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan,
endokrin dan faktor genetik (Price, 2005;1297). Faktor-faktor penyebab
antara lain :
1. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan,
dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap
mungkin menyebabkan kanker.
2. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang
nulipara, menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang
lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti
estrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan
dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium
3. Faktor genetic
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi
penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker
ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan
untuk menderita kanker ovarium.

6
Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker
ovarium yaitu:
1. Diet tinggi lemak
2. Merokok
3. Alkohol
4. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
5. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
6. Nulipara
7. Infertilitas
8. Menstruasi dini
9. Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
10. Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
11. Ras kaucasia > Afrika-Amerika
12. Kontrasepsi oral
13. Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi
karsinoma.
14. Menarche dini

2.1.3 Tanda dan Gejala


Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium adalah :
1. Dispepsia
2. Menoragia
3. Menopause lebih dini
4. Rasa tidak nyaman pada abdomen.
5. Nyeri tekan pada pelvis
6. Lingkar abdomen yang terus meningkat
7. Sering berkemih

7
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik, antara lain :
1. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a) Gangguan haid
b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
c) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d) Nyeri saat bersenggma

2. Pada stadium lanjut :


a) Asites
b) Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam
rongga perut (usus dan hati)
c) Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d) Gangguan buang air besar dan kecil.
e) Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada
akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan
penderita sangat merasa sesak nafas.

Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan


pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium
seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan
bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan
tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein.
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium,
akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda
dengan kista ovarium biasa.

8
2.1.4 Patofisiologi
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna
di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari,
ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih
dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan
kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum
akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual
akan mengecil selama kehamilan.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri
pada rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat
timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua
kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik
muncul tanpa gejala yang spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul
seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan
disuria dan perubahan fungsi gastrointestinal. Pada beberapa perempuan
dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia
endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor
menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejala-gejala keadaan
akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam
tumor, ruptur atau torsi ovarium. Namun tumor ovarium paling sering
terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.

9
2.1.5 Klasifikasi
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium
dikelompokkan dalam 3 kategori (Price, 2005;1297) besar yaitu :
1. Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium
dan diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas
2. Tumor stroma gonad
3. Tumor-tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak
(kista dermoid), tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal
primitive ganas (sel embrionik dan ekstraembrionik). Dua pertiga persen
kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas untuk
mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.
Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
International of Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
1. Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium
a. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan
luar, kapsul utuh.
b. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
c. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan
asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
2. Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan
ke panggul.
a. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.
b. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya.
c. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas
yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.

10
3. Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas
dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau
omentum.
a. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan
peritoneum abdominal.
b. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis,
diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
c. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
4. Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam
stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.

2.1.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik
ginekologi, serta pemeriksaan penunjang
1. Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan.
Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor,
penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa
tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering
berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul
adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek
akibat efusi pleura dan asites yang masif.
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu
diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium.
Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang
kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini

11
mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila
menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium
dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma.
Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat
pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai
13% pada premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan yang
terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus,
payudara, dan traktus gastrointestinal.

2. Pemeriksaan fisik ginekologi


Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam
memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa
tumor. Pada pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan
bagian posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas
dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian,
mengingat tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari
karsinoma payudara.
Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada
rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang
mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun
secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan
permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor
ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi
dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen
dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat
rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk
adanya keganasan.

3. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam
menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada
keganasan akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat,
berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan

12
yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging),
dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih
mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat
sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA
125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan
dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai
keterbatasan. Perhatian diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis
sel germinal, yaitu: alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase
(LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline
phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin (hCG).

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis


yang dilakukan dengan :
1. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik).
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan
mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada)
yang akan dicatat dalam rekam medik.
2. Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes
laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya
sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati
atau tulang
3. Penanda tumor (tumor marker)
Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium
sering ditemukan peningkatan kadar CA 12
4. X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan
memancarkan gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian
tubuh yang sedang diperiksa tulang akan memberikan warna putih,
jaringan akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara
memberikan warna hitam.

13
5. Pencitraan lain
a. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang
secara alamiah dihasilkan oleh tubuh.
b. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja
dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel
kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan
memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal.
c. CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan
untuk mencitrakan bagian dalam tubuh.
d. Scanning radioaktif.
e. Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi,
dan sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk
memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain
dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang
ditembakkan gelombang suara.
f. Endoskopi yang merupakan pemeriksaan ke dalam suatu
organ/rongga tubuh menggunakan alat fiberoptik. Hasil
pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas seperti bengkak,
sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.

2.1.7 Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium
antara lain:
1. Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal
total dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum
(salpingo-oofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar
unruk penyakit tahap dini.
2. Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 ( 32P) interperitoneal, isotop
radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan.

14
3. Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya
termasuk sisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan.
4. Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara
pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk
berkumpul dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini.
Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan
mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena medikasi ini
sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor
granulosit koloni stimulating).
5. Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat
menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites
ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites
hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada
diafragma.
6. Penaganan lain:
a. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan
pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba
falopiinya (saluran indung telur).
b. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening
dan struktur di sekitarnya.
c. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening
dan struktur di sekitarnya.

2.2 Asuhan Ca Ovarium Sesuai Wewenang Bidan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari tindakan yang akan dilakukan,
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan
status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan
pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar, 2006)

15
a. Dasar data pengkajian
1) Aktivitas/istirahat. Gejala : Kelemahan dan atau keletihan,
perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari,
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri,
ansietas, berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi,
latihan. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinoma
lingkungan, tingkat stres tinggi.
2) Sirkulasi. Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja,
perubahan TD
3) Integritas ego. Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan,
perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misal merokok, minum
alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual). Masalah tentang perubahan dalam penampilan
misal alopesia, lesi cacat, pembedahan. Menyangkal diagnosis,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna,
rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi. Tanda : Menyangkal,
menarik diri, marah.
4) Eliminasi. Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada
feces, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misal
nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5) Makanan/cairan. Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat,
tinggi lemak, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah,
intoleransi makanan. Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor
kulit, edema.
6) Neurosensori. Gejala : Pusing
7) Nyeri/kenyamanan. Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi
misal ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan
dengan proses penyakit).
8) Keamanan. Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma,
pemajanan matahari lama/berlebihan. Tanda : Demam, ruam kulit,
ulserasi.

16
9) Pernapasan. Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang
yang merokok), pemajanan asbes.
10) Seksualitas. Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan nuligravida lebih besar dari usia
30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi seksual
dini, herpes genital.

11) Interaksi social. Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem


pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di
rumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi atau
tanggung jawab peran.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan
darah, respirasi, berat badan.
1) Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata,
konjungtiva, sclera, pupil, akomodasi.
2) Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain
3) Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan
4) Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae
5) Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan
otot bantu pernafasan
6) Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan
bunyi jantung, sakit dada
7) Abdomen : kaji adanya asites
8) Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
9) Ekstremitas : kaji turgor kulit

c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat,
ureum dan kreatinin meningkat.
2) Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat.

17
2. Diagnosa Kebidanan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium
akibat penyakit kanker ovarium
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
perubahan fungsi gastrointestinal
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria
d. Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
mengenai penyakit (kanker ovarium)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
g. Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium
h. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel
kanker ke bagian tubuh yang lain).

3. Rencana Asuhan Kebidanan


No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan a. Lakukan pengkajian a. Membantu
asuhan kebidanan nyeri secara membedakan penyebab
selama (…x24) jam komprehensif catat nyeri dan memberikan
diharapkan nyeri keluhan, lokasi nyeri, informasi tentang
pasien berkurang atau frekuensi, durasi, dan kemajuan atau
terkontrol dengan intensitas (skala 0-10) perbaikan penyakit,
Kriteria Hasil : dan tindakan terjadinya komplikasi
- Pasien mengatakan penghilangan nyeri dan keefektifan
skala nyeri yang yang dilakukan] intervensi.
dialaminya menurun
- Pasien melaporkan b. Pantau tanda - tanda b. Peningkatan nyeri akan
nyeri yang sudah vital mempengaruhi
terkontrol maksimal perubahan pada tanda -

18
dengan pengaruh atau tanda vital
efek samping minimal.
- TTV pasien dalam c. Dorong penggunaan c. Memungkinkan pasien
batas normal, meliputi : keterampilan untuk berpartisipasi
 Nadi normal (60 - 100 manajemen nyeri secara aktif untuk
x / menit). Pernapasan seperti teknik relaksasi mengontrol rasa nyeri
normal (12-20 x/menit) dan teknik distraksi, yang dialami, serta
Tekanan darah normal misalnya dengan dapat meningkatkan
(110 - 130 mmHg / 70- mendengarkan musik, koping pasien
90 mmHg). Suhu : membaca buku, dan
(360-37,50C) sentuhan terapeutik.
- Ekspresi wajah pasiend. Berikan posisi yang d. Memberikan rasa
tidak meringis. nyaman sesuai nyaman, meningkatkan
- Pasien tampak tenang kebutuhan pasien relaksasi, dan
(tidak gelisah). membantu pasien untuk
- Pasien dapat memfokuskan kembali
melakukan teknik perhatiannya.
relaksasi dan distraksi
dengan tepat sesuai e. Dorong e. Dapat mengurangi
indikasi untuk pengungkapan ansietas dan rasa takut,
mengontrol nyeri perasaan pasien sehingga mengurangi
persepsi pasien akan
intensitas rasa sakit.

f. Evaluasi upaya f. Tujuan yang ingin


penghilangan nyeri dicapai melalui upaya
atau kontrol pada kontrol adalah kontrol
pasien nyeri yang maksimum
dengan pengaruh atau
efek samping yang
minimum pada pasien.
g. Tingkatkan tirah g. Menurunkan gerakan
baring, bantulah yang dapat
kebutuhan perawatan meningkatkan nyeri
diri yang penting

h. Kolaborasi pemberianh. Pemberian analgetik


19
analgetik sesuai dapat mengurangi nyeri
indikasi yang dialami pasien
i. Kolaborasi untuk i. Rencana manajemen
pengembangan nyeri yang terorganisasi
rencana manajemen dapat mengembangkan
nyeri dengan pasien, kesempatan pada
keluarga, dan tim pasien untuk
kesehatan yang terlibat mengontrol nyeri yang
dialami. Terutama
dengan nyeri kronis,
pasien dan orang
terdekat harus aktif
menjadi partisipan
dalam manajemen nyeri
di rumah.

j. Kolaborasi untuk j. Mungkin diperlukan


pelaksanaan prosedur untuk mengontrol nyeri
tambahan, misalnya berat (kronis) yang
pemblokan pada saraf tidak berespon pada
tindakan lain

2 Setelah diberikan a. Pantau intake makanan Mengidentifikasi


asuhan kebidanan setiap hari. kekuatan atau defisiensi
selama (…x24 ) jam nutrisi
diharapkan klien dapat Identifikasi klien yang Mual muntah
mendemonstrasikan mengalami mual psikogenik terjadi
berat badan stabil muntah yang sebelum kemoterapi
dengan Kriteria Hasil : diantisipasi mulai.
a. BB pasien stabil.
b. Pasien bebas dari Ukur tinggi badan Membantu dalam
tanda – tanda (TB), berat badan identifikasi malnutrisi
malnutrisi. (BB), dan ketebalan protein-kalori,
c. Pengungkapan lipatan kulit triseps khususnya bila BB dan
pemahaman pengaruh atau dengan pengukuran
20
individual pada antropometrik lainnya. antropometrik kurang
masukan adekuat pastikan jumlah dari normal
d. Berpartisipasi dalam penurunan BB saat ini
intervensi spesifik
untuk merangsang Dorong klien untuk Kebutuhan metabolic
nafsu makan makan dengan diet jaringan ditingkatkan
e. TTV pasien dalam tinggi kalori kaya
batas normal. nutrient, dengan intake
cairan yang adekuat.
Dorong penggunaan
suplemen dan makan
sedikit tapi sering.

Ciptakan suasana Membantu waktu makan


makan malam yang lebih menyenangkan,
menyenangkan, yang dapat
dorong pasien untuk meningkatkan
berbagi makan dengan masukan.
keluarga atau teman.

Rujuk pada ahli atau Memberikan rencana


tim pendukung nutrisi diet khusus untuk
memenuhi kebutuhan
dan menurunkan
masalah berkenaan
malnutrisi protein atau
kalori dan defensiensi
mikronutrien.

3 Setelah diberikan Catat keluaran urine, Penurunan aliran urine


asuhan kebidanan selidiki penurunan tiba-tiba dapat
selama (…x24) jam atau penghentian mengindikasikan
diharapkan pola aliran urine tiba-tiba adanya obstruksi atau
eliminasi urine pasien disfungsi pada traktus
kembali normal urinarius
(adekuat) dengan
21
Kriteria Hasil : b. Kaji pola berkemih b. Identifikasi kerusakan
a. Tidak terjadi hematuria (frekuensi & jumlah) fungsi vesika urinaria
b. Tidak terjadi Bandingkan luaran akibat metastase sel-sel
inkontinensia urine urine dan masukan kanker pada bagian
c. Tidak terjadi disuria cairan serta catat berat tersebut
jenis urine
d. Jumlah output urine
dalam batas normal (±
0,5 - 1 cc / kgBB / jam)c. Observasi dan catat c. Penyebaran kanker
warna urine. pada traktus urinarius
Perhatikan ada atau (salah satunya di vesika
tidaknya hematuria urinaria) dapat
menyebabkan jaringan
di vesika urinaria
mengalami nekrosis
sehingga urine yang
keluar berwarna merah
karena bercampur
dengan darah

d. Observasi adanya baud. Identifikasi tanda -


yang tidak enak pada tanda infeksi pada
urine (bau abnormal) jaringan traktus
urinarius

e. Dorong peningkatan e. Mempertahankan


cairan dan hidrasi dan aliran urine
pertahankan baik
pemasukan akurat

f. Awasi tanda vital. f. Indikator


Kaji nadi perifer, keseimbangan cairan
turgor kulit, pengisian dan menunjukkan
kapiler, dan membran tingkat hidrasi
mukosa

g. Kolaborasi : g. Pemeriksaan diagnostik


Siapkan22untuk tes dan penunjang
diagnostik, prosedur misalnya pemeriksaan
penunjang sesuai retrograd dapat
indikasi digunakan untuk
mengevaluasi tingkat
infiltrasi kanker pada
traktus urinarius
sehingga dapat menjadi
dasar untuk intervensi
selanjutnya

h. Kolaborasi : h. Kadar BUN dan


Pantau nilai BUN dan kreatinin yang
kreatinin abnormal dapat
menjadi indikator
kegagalan fungsi ginjal
sebagai akibat
komplikasi metastase
sel-sel kanker pada
traktus urinarius hingga
ke organ ginjal.

4 Setelah diberikan a. Kaji dan a. Mengetahui sejauh


asuhan kebidanan dokumenasikan mana dampak dari
selama (…x24) jam frekuensi, warna dan konstipasi itu sendiri
diharapakan konstipasi konsistensi feses, terhadap pasien.
pasien menurun dengan keluarnya flatus,
Kriteria Hasil : adanya impaksi, ada
a. Pola eliminasi dalam tidaknya bisisng usus
rentang yang dan distensi abdomen
diharapkan pada ke empat kuadran
b. Feses lunak dan abdomen.
berbentuk
c. Mengeluarkan feses
tanpa bantuan b. Identifikasi factor b. Dapat mempermudah
23
yang dapat pengobatan dan
menyebabkan penatalaksanaan yang
konstipasi. tepat.

c. Berikan privasi dan c. Dapat meningkatkan


keamanan untuk rasa nyaman untuk
pasien selama pasien.
eliminasi defekasi.
Memfasilitasi d. Mengurangi rasa nyeri
pengeluaran feses pada pasien.
tanpa nyeri.

e. Lakukan penyuluhan e. Memberikan gambaran


untuk pasien dan kepada pasien dan
keluarga. keluarga mengenai
konstipasi dan apa yang
tidak boleh dilakukan.

f. Kolaborasi dengan f. Mengurangi konstipasi


ahli gizi untuk berkelanjutan melalui
meningkatkan serat makanan yang dicerna.
dan cairan dalam diet

5 Setelah dilakukan a. Kaji pengetahuan a. Mengetahui seberapa


asuhan kebidanan pasien tentang tingkat pengetahuan
selama (…x24) jam penyakit yang pasien tentang
diharapkan dialaminya penyakitnya
pengetahuan pasien
bertambah dengan b. Berikan penkes pada b. Meningkatkan
Kriteria Hasil: pasien tentang pengetahuan pasien
a. Pasien mengerti penyakit yang tentang penyakitnya
tentang penyakit yang dialaminya sehingga pasien
dialaminya (pengertian, tanda dan kooperatif dalam setiap
b. Pasien dapat gejala, penyebab, tindakan yang
berpartisipasi selama penatalaksanaan) diberikan
proses perawatan dan
pengobatan c. Berikan dukungan c. Meningkatkan
24
pada pasien semangat pasien agar
tidak takut dengan
penyakitnya

d. Libatkan keluarga d. Membangkitkan


dalam setiap tindakan semangat pasien
yang akan dilakukan sehingga keluarga dan
pada pasien pasien bisa saling
mensupport

6 Setelah dilakukan a. Kaji tingkat ansietas a. Mengetahui tingkat


asuhan kebidanan ansietas pasien untuk
selama (...x24) jam menentukan intervensi
diharapkan kecemasan yang tepat
pasien berkurang
dengan Kriteria Hasil: b. Gali penyebab b. Membantu pasien
a. Pasien tampak lebih ansietas pasien mengurangi ansietas
rileks
b. Pasien mampu c. Libatkan keluarga c. Membangkitkan
menunjukkan dalam setiap tindakan semangat pasien.
mekanisme koping yang akan dilakukan keluarga dan pasien
yang efektif pada pasien bisa saling mensupport

d. Gali intervensi yang e. Menurunkan ansietas


menurunkan ansietas pasien
(musik, latihan
relaksasi)

7 Setelah dilakukan a. Kaji tanda-tanda vitala. Mengetahui adanya


asuhan kebidanan tanda-tanda syok
selama (…x24) jam
diharapkan pasien tidak
b. Monitor tanda-tanda b. Mengetahui adanya
mengalami perdarahan perdarahan perdarahan sehingga
dengan Kriteria Hasil : lebih dini dapat dicegah
a. Tanda-tanda vital
dalam batas normal c. Anjurkan pasien c. Menghindari adanya
b. Perdarahan tidak ada untuk tirah baring perdarahan

d. Kolaborasi
25 pemberiand. Mencegah perdarahan
antikoagulan
8 Setelah dilakukan a. Kaji tanda-tanda vitala. Mengetahui adanya
asuhan keperawatan tanda-tanda syok
selama (…x24) jam
diharapkan pasien tidak
b. Monitor tanda-tanda b. Mengetahui adanya
mengalami infeksi infeksi tanda-tanda infeksi
dengan Kriteria Hasil: sehingga dapat dicegah
a. Tanda-tanda vital
dalam batas normal. c. Lakukan prosedur c. Menghindari adanya
b. Tidak terdapat tanda- cuci tangan yang benar infeksi
tanda infeksi (kalor, sebelum ke pasien
tumor, rubor,
fungsiolaesa) d. Pertahankan tindakand. Tindakan aseptik yang
c. Hasil lab terutama aseptik setiap akan dilakukan pada pasien
WBC dalam batas melakukan tindakan untuk mencegah infeksi
normal (WBC = 4,9- perawatan ke pasien
10,9)
e. Kolaborasi pemberiane. Mencegah infeksi
antibiotik

f. Kolaborasi f. Mengetahui adanya


pemeriksaan darah infeksi atau tidak
lengkap (WBC)
g. Dorong dan g. Memenuhi kebutuhan
pertahankan masukan kalori tubuh pasien
kalori dan protein sehingga membantu
dalam diet meningkatkan daya
tahan tubuh

4. Implementasi Kebidanan
Implementasi kebidanan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang
dibuat.

5. Evaluasi Kebidanan
No. Dx Evaluasi
1 a. 26 yang dialaminya menurun
Pasien mengatakan skala nyeri
b. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh atau
efek samping minimal
c. TTV pasien dalam batas normal
d. Ekspresi wajah pasien tidak meringis
26
e. Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
f. Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai
indikasi untuk mengontrol nyeri
2 a. Berat badan pasien stabil.
b. Pasien bebas dari tanda – tanda malnutrisi.
c. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat
d. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
e. TTV pasien dalam batas normal
3 a. Tidak terjadi hematuria
b. Tidak terjadi inkontinensia urine
c. Tidak terjadi disuria
d. Jumlah output urine dalam batas normal (± 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
4 a. Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
b. Feses lunak dan berbentuk
c. Mengeluarkan feses tanpa bantuan
5 a. Pasien mengerti tentang penyakit yang dialaminya
b. Pasien dapat berpartisipasi selama proses perawatan dan pengobatan
6 a. Pasien tampak lebih rileks
b. Pasien mampu menunjukkan mekanisme koping yang efektif
7 a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Perdarahan tidak ada
8 a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor, tumor, rubor, fungsiolaesa)
c. Hasil lab terutama WBC dalam batas normal (WBC = 4,9-10,9)

BAB III
27
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui
sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru (Utami, 2016).
Kanker ovarium merupakan penyakit keganasan ginekologi dengan angka
mortalitas tertinggi dengan prognosis yang buruk disebabkan oleh tidak
adanya gejala yang khas pada stadium awal (Hariyono Winarto & Andrew
Wijaya, 2020).
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.
Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan,
endokrin dan faktor genetik (Price, 2005;1297). Faktor-faktor penyebab
antara lain : faktor lingkungan, faktor endokrin, dan faktor genetik.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik
ginekologi, serta pemeriksaan penunjang.
Asuhan Ca Ovarium yang sesuai dengan wewenang bidan meliputi
pengkajian (data dasar, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium).
Rencana asuhan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pasien.
Sedangkan implementasi kebidanan dilakukan berdasarkan rencana
tindakan yang dibuat kemudian bidan melakukan evaluasi dari asuhan yang
telah dilakukan sesuai kewengan bidan.

3.2. SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami


tentang penanganan kasus Ca Ovarium yang sesuai dengan wewenang bidan
termasuk pengkajian, perencanaan asuhan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam
rangka memajukan kesehatan serta kesejahteraan dan meningkatkan derajat
kesehatan Wanita khususnya yang mengalami masalah gangguan pada
system reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
28

Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC.

Jakarta.

http://atmeyvriska.blogspot.com/2013/05/askep-kista-ovarium.html diakses pada

tanggal 21 juni 2014

http://putri-yohana.blogspot.com/2013/02/kista-ovarium.html diakses pada

tanggal 21 juni 2014

http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kista

ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni 2014

http://jerryns-ilmukeperawatanj-ry.blogspot.com/2013/10/askep-kista-

ovarium_31.html diakses pada tanggal 21 juni 2014

http://nurlizaa-anissa.blogspot.com/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-

ovarium.html#.U6ciU7EZJOJ diakses
28 pada tanggal 21 juni 2014
http://patofis.blogspot.com/2012/04/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21

juni 2014

Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media

Aesculapius. FKUI

Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi

Edisi 2. Jakarta; EGC.

Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina

Pustaka.

29

29

Anda mungkin juga menyukai