DI SUSUN OLEH :
Kelompok 6
1. Ana Rahayu
2. Ani Uwansi
3. Asmaul Husna
4. Ikhwana
5. Imelda Octarine
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masi ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan keritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat pagi
penulis maupun pembaca.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI….................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
4
2.1.1 Pengertian...........................................................................................................
2.1.2 Etiologi………………………..………............................................................5
2.1.5 Klasifikasi……………………………………………......................................
10
2.1.6 Diagnosis........................................................................................................ 11
2.1.7 Penatalaksanaan............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 29
LAMPIRAN
1. POWER POINT
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui
sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru (Utami, 2016).
Kanker ovarium merupakan penyakit keganasan ginekologi dengan angka
mortalitas tertinggi dengan prognosis yang buruk disebabkan oleh tidak
adanya gejala yang khas pada stadium awal (Hariyono Winarto & Andrew
Wijaya, 2020).
1
Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui
penyebabnya. Penyebaran suatu kanker ovarium bisa menyebar kebagian
yang lain, seperti daerah panggul dan perut melalui getah bening dan melalui
peredaran darah menuju kehati dan paru-paru. Pada tahun 2003 diperkirakan
terdapat 25.400 kasus kanker dengan 14.300 kematian yang mencakup kira-
kira 5% dari semua kematian wanita karena kanker. Meskipun mayoritas
kanker ovarium adalah jenis epitelial, kanker ovarium dapat juga berasal dari
sel yang terdapat diovarium. Tumor ovarium yang berasal dari sel germinal
yang kelasifisikan sebagai disgerminoma dan teratoma sedangkan tumor
ovarium yang berasal dari sel folikel diklasifikasikan sebagai sex cord
stromal terutama tumor sel granulosa dan tumor yang berasal dari stroma
ovarium adalah sarkoma. Akan tetapi angka kejadian tumor ovarium non
epitelial kecil sekali sehingga dianggap angka kejadian seluruh kanker
ovarium.
2
Kebanyakan dari kasus keganasan pada ovarium terdeteksi saat sudah
memasuki stadium lanjut sehingga saat diketahui sudah parah. Biasanya
orang yang menderita kanker ovarium tampak kurus dan perut asites. Karena
proses perjalanan penyakit yang ditmbulkan dari kanker tersebut, sehingga
penderita mengalami anorexia atau tidak nafsu makan karena mual dan
muntah. Sedangkan asites itu sendiri ditimbulkan akibat dari cairan tumor dan
tumor itu sendiri. kanker ovarium bisa juga mengakibatkan efusi pleura
karena perjalanan tumor itu. Penatalaksanaan pada klien dengan kanker
ovarium adalah pembedahan, pembedahan bisa pembedahan total dengan
mengangkat keseluruhan dari rahim, salping, dan ovarium tapi juga bisa saja
hanya pada ovarium atau pada saluran tuba falopii tergantung keparahan dari
kanker itu sendiri. Tanda khas dari kanker ovarium yang paling banyak
adalah Meigg Syndrome, yang merupakan tiga gejala khas pada orang dengan
kanker ovarium.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi dan etiologi kanker ovarium.
b. Menjelaskan manifestasi klinis, klasifikasi, komplikasi dan diagnosa
kanker ovarium.
c. Mengkaji bagaimana asuhan kebidanan pada kanker ovarium.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah
kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006).
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui
gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis
dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal
dari kista. (Colombo N,Parma G, et al. Role of conservative surgeri in ovarian
cancer 2005).
4
2.1.2 Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi
banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium yaitu :
5
dengan progesteron akan menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana
kadar progesteron tinggi, menurunkan kanker ovarium. Pil
kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker
ovarium. Demikian juga yang hanya mengandung progesteron yang
menekan ovulasi juga menurunkan resiko kanker ovarium. Akan
tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron asetat ternyata tidak
menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.
6
Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker
ovarium yaitu:
1. Diet tinggi lemak
2. Merokok
3. Alkohol
4. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
5. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
6. Nulipara
7. Infertilitas
8. Menstruasi dini
9. Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
10. Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
11. Ras kaucasia > Afrika-Amerika
12. Kontrasepsi oral
13. Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi
karsinoma.
14. Menarche dini
7
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik, antara lain :
1. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a) Gangguan haid
b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
c) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d) Nyeri saat bersenggma
8
2.1.4 Patofisiologi
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna
di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari,
ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih
dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan
kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum
akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual
akan mengecil selama kehamilan.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri
pada rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat
timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua
kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik
muncul tanpa gejala yang spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul
seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan
disuria dan perubahan fungsi gastrointestinal. Pada beberapa perempuan
dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia
endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor
menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejala-gejala keadaan
akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam
tumor, ruptur atau torsi ovarium. Namun tumor ovarium paling sering
terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
9
2.1.5 Klasifikasi
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium
dikelompokkan dalam 3 kategori (Price, 2005;1297) besar yaitu :
1. Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium
dan diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas
2. Tumor stroma gonad
3. Tumor-tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak
(kista dermoid), tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal
primitive ganas (sel embrionik dan ekstraembrionik). Dua pertiga persen
kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas untuk
mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.
Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
International of Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
1. Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium
a. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan
luar, kapsul utuh.
b. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
c. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan
asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
2. Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan
ke panggul.
a. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.
b. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya.
c. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas
yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
10
3. Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas
dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau
omentum.
a. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan
peritoneum abdominal.
b. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis,
diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
c. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
4. Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam
stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik
ginekologi, serta pemeriksaan penunjang
1. Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan.
Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor,
penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa
tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering
berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul
adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek
akibat efusi pleura dan asites yang masif.
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu
diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium.
Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang
kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini
11
mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila
menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium
dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma.
Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat
pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai
13% pada premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan yang
terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus,
payudara, dan traktus gastrointestinal.
3. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam
menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada
keganasan akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat,
berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan
12
yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging),
dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih
mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat
sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA
125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan
dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai
keterbatasan. Perhatian diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis
sel germinal, yaitu: alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase
(LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline
phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin (hCG).
13
5. Pencitraan lain
a. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang
secara alamiah dihasilkan oleh tubuh.
b. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja
dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel
kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan
memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal.
c. CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan
untuk mencitrakan bagian dalam tubuh.
d. Scanning radioaktif.
e. Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi,
dan sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk
memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain
dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang
ditembakkan gelombang suara.
f. Endoskopi yang merupakan pemeriksaan ke dalam suatu
organ/rongga tubuh menggunakan alat fiberoptik. Hasil
pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas seperti bengkak,
sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.
2.1.7 Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium
antara lain:
1. Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal
total dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum
(salpingo-oofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar
unruk penyakit tahap dini.
2. Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 ( 32P) interperitoneal, isotop
radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan.
14
3. Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya
termasuk sisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan.
4. Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara
pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk
berkumpul dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini.
Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan
mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena medikasi ini
sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor
granulosit koloni stimulating).
5. Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat
menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites
ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites
hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada
diafragma.
6. Penaganan lain:
a. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan
pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba
falopiinya (saluran indung telur).
b. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening
dan struktur di sekitarnya.
c. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening
dan struktur di sekitarnya.
15
a. Dasar data pengkajian
1) Aktivitas/istirahat. Gejala : Kelemahan dan atau keletihan,
perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari,
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri,
ansietas, berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi,
latihan. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinoma
lingkungan, tingkat stres tinggi.
2) Sirkulasi. Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja,
perubahan TD
3) Integritas ego. Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan,
perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misal merokok, minum
alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual). Masalah tentang perubahan dalam penampilan
misal alopesia, lesi cacat, pembedahan. Menyangkal diagnosis,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna,
rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi. Tanda : Menyangkal,
menarik diri, marah.
4) Eliminasi. Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada
feces, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misal
nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5) Makanan/cairan. Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat,
tinggi lemak, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah,
intoleransi makanan. Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor
kulit, edema.
6) Neurosensori. Gejala : Pusing
7) Nyeri/kenyamanan. Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi
misal ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan
dengan proses penyakit).
8) Keamanan. Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma,
pemajanan matahari lama/berlebihan. Tanda : Demam, ruam kulit,
ulserasi.
16
9) Pernapasan. Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang
yang merokok), pemajanan asbes.
10) Seksualitas. Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan nuligravida lebih besar dari usia
30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi seksual
dini, herpes genital.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan
darah, respirasi, berat badan.
1) Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata,
konjungtiva, sclera, pupil, akomodasi.
2) Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain
3) Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan
4) Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae
5) Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan
otot bantu pernafasan
6) Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan
bunyi jantung, sakit dada
7) Abdomen : kaji adanya asites
8) Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
9) Ekstremitas : kaji turgor kulit
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat,
ureum dan kreatinin meningkat.
2) Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat.
17
2. Diagnosa Kebidanan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium
akibat penyakit kanker ovarium
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
perubahan fungsi gastrointestinal
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria
d. Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
mengenai penyakit (kanker ovarium)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
g. Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium
h. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel
kanker ke bagian tubuh yang lain).
18
dengan pengaruh atau tanda vital
efek samping minimal.
- TTV pasien dalam c. Dorong penggunaan c. Memungkinkan pasien
batas normal, meliputi : keterampilan untuk berpartisipasi
Nadi normal (60 - 100 manajemen nyeri secara aktif untuk
x / menit). Pernapasan seperti teknik relaksasi mengontrol rasa nyeri
normal (12-20 x/menit) dan teknik distraksi, yang dialami, serta
Tekanan darah normal misalnya dengan dapat meningkatkan
(110 - 130 mmHg / 70- mendengarkan musik, koping pasien
90 mmHg). Suhu : membaca buku, dan
(360-37,50C) sentuhan terapeutik.
- Ekspresi wajah pasiend. Berikan posisi yang d. Memberikan rasa
tidak meringis. nyaman sesuai nyaman, meningkatkan
- Pasien tampak tenang kebutuhan pasien relaksasi, dan
(tidak gelisah). membantu pasien untuk
- Pasien dapat memfokuskan kembali
melakukan teknik perhatiannya.
relaksasi dan distraksi
dengan tepat sesuai e. Dorong e. Dapat mengurangi
indikasi untuk pengungkapan ansietas dan rasa takut,
mengontrol nyeri perasaan pasien sehingga mengurangi
persepsi pasien akan
intensitas rasa sakit.
d. Kolaborasi
25 pemberiand. Mencegah perdarahan
antikoagulan
8 Setelah dilakukan a. Kaji tanda-tanda vitala. Mengetahui adanya
asuhan keperawatan tanda-tanda syok
selama (…x24) jam
diharapkan pasien tidak
b. Monitor tanda-tanda b. Mengetahui adanya
mengalami infeksi infeksi tanda-tanda infeksi
dengan Kriteria Hasil: sehingga dapat dicegah
a. Tanda-tanda vital
dalam batas normal. c. Lakukan prosedur c. Menghindari adanya
b. Tidak terdapat tanda- cuci tangan yang benar infeksi
tanda infeksi (kalor, sebelum ke pasien
tumor, rubor,
fungsiolaesa) d. Pertahankan tindakand. Tindakan aseptik yang
c. Hasil lab terutama aseptik setiap akan dilakukan pada pasien
WBC dalam batas melakukan tindakan untuk mencegah infeksi
normal (WBC = 4,9- perawatan ke pasien
10,9)
e. Kolaborasi pemberiane. Mencegah infeksi
antibiotik
4. Implementasi Kebidanan
Implementasi kebidanan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang
dibuat.
5. Evaluasi Kebidanan
No. Dx Evaluasi
1 a. 26 yang dialaminya menurun
Pasien mengatakan skala nyeri
b. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh atau
efek samping minimal
c. TTV pasien dalam batas normal
d. Ekspresi wajah pasien tidak meringis
26
e. Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
f. Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai
indikasi untuk mengontrol nyeri
2 a. Berat badan pasien stabil.
b. Pasien bebas dari tanda – tanda malnutrisi.
c. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat
d. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
e. TTV pasien dalam batas normal
3 a. Tidak terjadi hematuria
b. Tidak terjadi inkontinensia urine
c. Tidak terjadi disuria
d. Jumlah output urine dalam batas normal (± 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
4 a. Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
b. Feses lunak dan berbentuk
c. Mengeluarkan feses tanpa bantuan
5 a. Pasien mengerti tentang penyakit yang dialaminya
b. Pasien dapat berpartisipasi selama proses perawatan dan pengobatan
6 a. Pasien tampak lebih rileks
b. Pasien mampu menunjukkan mekanisme koping yang efektif
7 a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Perdarahan tidak ada
8 a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor, tumor, rubor, fungsiolaesa)
c. Hasil lab terutama WBC dalam batas normal (WBC = 4,9-10,9)
BAB III
27
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui
sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru (Utami, 2016).
Kanker ovarium merupakan penyakit keganasan ginekologi dengan angka
mortalitas tertinggi dengan prognosis yang buruk disebabkan oleh tidak
adanya gejala yang khas pada stadium awal (Hariyono Winarto & Andrew
Wijaya, 2020).
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.
Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan,
endokrin dan faktor genetik (Price, 2005;1297). Faktor-faktor penyebab
antara lain : faktor lingkungan, faktor endokrin, dan faktor genetik.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik
ginekologi, serta pemeriksaan penunjang.
Asuhan Ca Ovarium yang sesuai dengan wewenang bidan meliputi
pengkajian (data dasar, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium).
Rencana asuhan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pasien.
Sedangkan implementasi kebidanan dilakukan berdasarkan rencana
tindakan yang dibuat kemudian bidan melakukan evaluasi dari asuhan yang
telah dilakukan sesuai kewengan bidan.
3.2. SARAN
Jakarta.
http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kista
http://jerryns-ilmukeperawatanj-ry.blogspot.com/2013/10/askep-kista-
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-
ovarium.html#.U6ciU7EZJOJ diakses
28 pada tanggal 21 juni 2014
http://patofis.blogspot.com/2012/04/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21
juni 2014
Aesculapius. FKUI
Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka.
29
29