Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN SEMINAR KASUS

KEPERAWATAN MATERNITAS

“ KANKER OVARIUM “

KELOMPOK S :

FEBI SAGITARIA DESRILA INDRA SARI


FARA ANNISA ECHIA SRIKANDI PERMAI
MUTIARA YERIVANDA NAFHANIA NUR EFNIYATI
RAHMI FERDILLA RAFLI NOFANTRI WULANTIKA
TIKA NELSYA PUTRI WERISKA OKTRIVANI
YOLANDA ZULFENDRI WIDYA APRILYAN

DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK :

NS. YELLY HERIEN, M.KEP

PEMBIMBING KLINIK :

RAHMI AMELIA, STR.KEB

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur Tim Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya yang telah dilimpahkan kepada Tim Penulis sehingga Tim Penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang merupakan salah satu tugas Keperawatan Maternitas
pada siklus ketiga profesi keperawatan. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap
tercurah pada Nabi junjungan kita Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan
seluruh umatnya.

Dalam menyelesaikan makalah ini, Penulis telah banyak mendapat bantuan dan
masukan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi Tim Penulis.
Akhir kata Tim Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik
dan saran yang bersifat membangun akan Tim Penulis terima dengan senang hati.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Padang, November
2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian akibat kanker ginekologi


diAmerika Serikat, dengan puncak insidensi terjadi di awal 1980-an. Meskipun
pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium sering kali sulit dideteksi
karena biasanya terdapat jauh di dalam pelvis (Brunner, 2015). Tumor ovarium terbagi
atas tiga kelompok yaitu tumor jinak, bordeline (kanker diferensiasi sedang), dan tumor
ganas. Kanker ovarium diperkirakan 30 % terjadi dari seluruh kanker pada sistem
genitalia wanita (Arania & Windarti, 2015).
Menurut American Cancer Society tahun 2016, kanker ovarium menduduki
peringkat kelima dari seluruh kanker yang ditemukan pada wanita. Sekitar 22.280 kasus
baru kanker ovarium terdiagnosis dan 14.240 wanita meninggal karena kanker ovarium
di Amerika Serikat. Angka kelangsungan hidup 5 tahun hanya sekitar 46,2 %.
Berdasarkan laporan International Agency for Research on Cancer ( IARC ) tahun
2012, angka kejadian kanker ovarium pada tingkat global adalah 3,6/100.000 penduduk.
Kelangsungan hidup diperkirakan dalam 5 tahun pada stadium I, II, III, dan IV yaitu
masing-masingnya sekitar 90 %, 70 %, 39 %, dan 17 %. Data Globocan tahun 2012,
insiden dan mortalitas kanker ovarium di Asia menempati urutan kesembilan dari
penyakit-penyakit kanker yang menyerang pada saluran genitalia wanita. Insiden kanker
ovarium di Asia Tenggara sebanyak 47.689 kasus atau 5,2 % dari seluruh usia pada
wanita ( IARC tahun 2012).
Menurut data dari prevalensi dan estimasi jumlah penderita penyakit kanker pada
penduduk semua umur tahun 2013 di provinsi Sumatera Barat di diagnosis dokter
terdapat 1,7 % dengan estimasi jumlah absolut 8.560 (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2015).
Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami perubahan
pada tubuh yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena awal perubahannya di
dalam tubuh mengalami keputihan yang dianggap wanita itu hal biasa. Tetapi, pada
stadium lanjut yaitu stadium II-IV akan mengalami perubahan pada tubuh karena sudah
bermetastase ke jaringan luar pelvis misalnya jaringan hati, gastrointestinal dan paru-
paru sehingga akan menyebabkan anemia, asites, efusi pleura, nyeri ulu hati dan
anoreksia (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013). Asuhan keperawatan terdiri atas
pendidikan kesehatan, dukungan fisik dan emosi untuk mengatasi kecemasan dan
ketakutan. Selama hospitalisasi, perawat melakukan pemantauan fisiologis dan prosedur
teknis, serta memberikan tindakan kenyamanan. Perawat memberikan dukungan untuk
membantu keluarga berkoping dan menyesuaikan diri, memberikan kesempatan pada
mereka untuk menceritakan dan mengatasi rasa takut, serta membantu
mengkoordinasikan sumber dukungan bagi keluarga dan proses pemulihan (Reeder,
dkk, 2013).
Peran perawat pada kasus kanker ovarium yaitu melakukan asuhan keperawatan
mulai dari: (1) pengkajian keperawatan, data dapat diperoleh dari riwayat kesehatan,
keluhan utama pasien, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang; (2) diagnose
keperawatan, setelah pengkajian lengkap maka perawat merumuskan diagnose
keperawatan berdasarkan masalah yang muncul dari hasil pengkajian; (3) intervensi
keperawatan, perawat menentukan prioritas masalah, tujuan, kriteria hasil serta
merumuskan intervensi; (4) implementasi keperawatan, perawat melakukan tindakan
keperawatan secara mandiri (teknik non farmakologi untuk mengatasi nyeri) kolaborasi
(manajemen mengontrol kecemasan, menajemen nutrisi untuk menjaga keseimbangan
nutrisi); (5) evaluasi keperawatan, perawat memantau perkembangan kesehatan klien
(Moorhead. S, Dkk. 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teoritis penyakit kanker ovarium ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan kanker ovarium ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori penyakit kanker ovarium
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kanker Ovarium


Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada ovarium atau
indung telur, yaitu dua organ yang berada di sisi kanan dan kiri rahim. Kanker ini bisa
terjadi pada wanita berusia menengah maupun wanita yang telah lanjut atau pasca
menopause. Kanker ovarium adalah sebuah penyakit sel tumor ganas yang berada
didalam ovarium wanita dan merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan
pada organ reproduksi wanita. Dikarenakan jaringan di dalam ovarium dan
kompleksitas fungsi endokrin dan sulit mendeteksi apakah tumor tersebut jinak atau
ganas. Saat pasien datang dengan keluhan, diagnosis mayoritas sel kanker sudah
menyebar ke organ disekitarnya (Doubeni et al., 2016).

B. Gejala Kanker Ovarium

Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Oleh sebab itu,
kanker ovarium biasanya baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut atau
sudah menyebar ke organ lain. Gejala stadium lanjut dari kanker ovarium juga tidak
terlalu khas dan menyerupai penyakit lain. Beberapa gejala yang dialami oleh penderita
kanker ovarium adalah (Cancer Research UK, 2018) :

 Perut kembung
 Cepat kenyang
 Mual
 Sakit perut
 Konstipasi (sembelit)
 Pembengkakan pada perut
 Penurunan berat badan
 Sering buang air kecil
 Sakit punggung bagian bawah
 Nyeri saat berhubungan seks
 Keluar darah dari vagina
 Perubahan siklus menstruasi
 Penderita yang masih mengalami menstruasi

C. Penyebab Kanker Ovarium

Kanker ovarium terjadi karena adanya perubahan atau mutasi genetik pada sel-sel
ovarium. Sel tersebut menjadi abnormal, serta tumbuh dengan cepat dan tidak
terkontrol. Hingga saat ini, penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut belum diketahui
dengan pasti. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalaminya, yaitu (Doubeni et al., 2016).:

 Berusia di atas 50 tahun.


 Merokok.
 Menjalani terapi penggantian hormon saat menopause.
 Memiliki anggota keluarga yang menderita kanker ovarium atau kanker
payudara.
 Menderita obesitas.
 Pernah menjalani radioterapi.
 Pernah menderita endometriosis atau kista ovarium jenis tertentu.
 Menderita sindrom Lynch.

Ada banyak faktor risiko untuk kanker ovarium, yaitu:

 Wanita yang memiliki sedikit anak. Semakin sedikit anak yang dimiliki seorang
wanita, semakin tinggi risiko ia terkena kanker ovarium
 Wanita yang mengalami kanker payudara atau memiliki anggota keluarga yang
memiliki kanker payudara
 Wanita yang melakukan terapi pengganti estrogen selama lebih dari 5 tahun
 Wanita lanjut usia

Selain itu, kebiasaan sering menggunakan bedak pada vagina juga dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker ovarium. Namun, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
D. Patofisiologi Kanker Ovarium

Patofisiologi kanker ovarium berhubungan dengan adanya mutasi pada gen


BRCA1 dan BRCA2.
Mutasi Gen BRCA1 dan BRCA2
Kanker ovarium berkaitan dengan faktor genetik yaitu mutasi pada gen BRCA1
dan BRCA2. Gen BRCA1 berperan penting dalam perbaikan DNA, kontrol siklus
reproduksi sel, mitosis, remodelling kromatin dan regulasi transkripsi. Gen BRCA2
berperan penting dalam rekombinasi homolog dan perbaikan DNA. Mutasi genetik ini
dapat meningkatkan risiko perubahan sel epitel normal menjadi kanker. Selain mutasi
genetik, lingkungan mikro juga berpengaruh dalam patogenesis dari kanker epitel
ovarium. Vascular endothelial growth factor (VEGF) merupakan satu diantara faktor
angiogenesis yang penting dalam kanker ovarium. Faktor angiogenesis lain di antaranya
adalah fibroblast growth factor, angiopoietin, endothelin, Interleukin (IL)-6, IL-8,
protein makrofag kemotaksis dan platelet derived growth factors (Doubeni et al., 2016).

Patofisiologi Metastasis Kanker Ovarium


Secara makroskopik, morfologi kanker ovarium sebagian besar berbentuk
multikistik. Ketika kista tersebut ruptur maka sel kanker dapat menyebar secara
langsung ke rongga intraperitoneal dan berimplantasi pada omentum dan peritoneum.
Selain itu kanker ovarium dapat menyebar melalui ekstensi lokal, penyebaran secara
hematogen dan limfogen. Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari
semua tumor ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih
sering pada usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan
pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak.
Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai
keluhan samar- samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut
merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor
ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal
dan komplikasi tumor-tumor tersebut.

a. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut,
tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan
konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan
rasa sakit.

c. Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.

d. Akibat Komplikasi

1) Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau


tidak sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut.

2) Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui


ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan
menimbulkan rasa sakit.

3) Infeksi pada tumor

Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman
patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut

4) Robekan dinding kista

Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa
nyeri terus menerus.

5) Perubahan keganasan

Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,2005).
Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang beraneka ragam,
dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,
mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam, kira-
kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30% dalam masa reproduksi dan
10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara
limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk
selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan otak,
obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita
tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).
E. Pemeriksaan Penunjang Kanker Ovarium

Menurut NHS UK, (2017) pemeriksaan penunjang pasa pasien dengan kaker ovarium
yaitu :

 Pemindaian
Metode pemindaian awal yang dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium
adalah USG perut. Setelah itu, dapat dilakukan CT scan atau MRI. Pemeriksaan
ultrasonografi (USG) yang dilakukan untuk memeriksa perut bagian bawah serta
organ reproduksi. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui bentuk, ukuran, dan
struktur ovarium.
 Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mendeteksi protein CA-125, yang merupakan
penanda adanya kanker ovarium. Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan protein CA 125 dalam darah. Kadar CA 125 yang tinggi
bisa mengindikasikan kanker ovarium. Namun, tes ini tidak bisa dijadikan
patokan tunggal karena CA 125 bukan tes yang spesifik, kadarnya bisa
meningkat pada kondisi lain yang bukan kanker, dan tidak semua pengidap
kanker ovarium mengalami peningkatan kadar CA 125 dalam darah.
 Laboratorium
o Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutase gen yang
diwariskan
o Pemeriksaan laboratorium terhadap penanda tumor (antigen karsinoma
ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG) menunjukan abnormalitas
yang mengindikasikan komplikasi.
 Pemeriksaan lain : Laparatomi eksplorasi, termasuk evaluasi nodus limfe dan
reseksi tumor, dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium.

F. Stadium Kanker Ovarium


Berdasarkan tingkat keparahannya, kanker ovarium dibedakan menjadi 4 stadium, yaitu
(Light V, 2018) :
 Stadium1
Kanker hanya di ovarium, baik salah satu maupun kedua ovarium, dan belum
menyebar ke organ lain.
 Stadium2
Kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rongga panggul atau rahim.
 Stadium3
Kanker sudah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan
kelenjar getah bening di panggul atau perut.
 Stadium4
Kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, misalnya ginjal, hati,
atau paru-paru.

G. Pengobatan Kanker Ovarium


1) Penatalaksanaan Medis (Rauh-Hain et al.,2011)
Operasi

Operasi yang dilakukan adalah mengangkat ovarium, baik salah satu maupun
kedua ovarium, tergantung kondisi pasien. Selain hanya mengangkat ovarium, operasi
juga dapat dilakukan untuk mengangkat rahim (histerektomi) dan jaringan sekitarnya,
jika kanker sudah menyebar. Dokter akan menjelaskan manfaat dan risiko operasi yang
dilakukan. Beberapa jenis operasi dapat membuat seseorang tidak bisa memiliki anak
lagi. Diskusikan dengan dokter mengenai operasi yang akan dilakukan.
Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk membunuh sel


kanker. Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan operasi dan radioterapi, serta bisa
dilakukan sebelum atau setelahnya. Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi atau
radioterapi bertujuan untuk mengecilkan ukuran kanker. Sedangkan kemoterapi yang
diberikan setelah operasi atau radioterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker yang
masih tersisa.

Beberapa jenis obat-obatan untuk kemoterapi adalah:

 Carboplatin
 Paclitaxel
 Etoposide
 Gemcitabine

Radioterapi

Radioterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan sinar berenergi


tinggi. Radioterapi dapat dikombinasikan dengan kemoterapi atau operasi. Radioterapi
biasanya diberikan pada pasien kanker ovarium stadium awal, setelah operasi. Selain
itu, radioterapi juga dapat diberikan kepada pasien kanker ovarium stadium akhir,
dengan tujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang sudah menyebar ke jaringan tubuh
lain.

Terapi pendukung

Pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker ovarium juga akan diberikan
terapi pendukung, seperti obat pereda nyeri atau antimual, untuk meredakan gejala
kanker ovarium dan mengurangi efek samping dari metode pengobatan kanker. Terapi
tersebut diberikan agar pasien lebih nyaman dalam menjalani pengobatan. Makin cepat
kanker ovarium terdeteksi dan ditangani, peluang penderita untuk bertahan hidup pun
akan makin besar. Hampir separuh penderita kanker ovarium dapat bertahan setidaknya
selama 5 tahun setelah terdiagnosa, dan sepertiganya memiliki harapan hidup
setidaknya selama 10 tahun.
Penderita yang sudah sembuh dari kanker ovarium tetap berpotensi untuk kembali
memiliki kanker dalam beberapa tahun.

2) Penatalaksanaan Keperawatan
 Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini
 Memberi pengetahuan tentang keadaannya saat ini
 Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
serat dan antioksidan
 Serat memudahkan ibu untuk BAB ketika konstipasi dan antioksidan tinggi
meningkatkan imunitas dan memperlambat pertumbuhan sel kanker
 Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan tidur dengan posisi bantal
ditinggikan atau setengah duduk
 Istirahat yang cukup akan membantu pemulihan tubuh dan posisi setengah duduk
dapat melonggarkan jalan napas dan mengurangi sesak
 Melakukan informed consent
 Sebagai salah satu bentuk persetujuan tindakan medis untuk pasien
 Melakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut
 Dengan pemeriksaan diketahui diagnosis pasti kanker ovarium dan stadiumnya
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapie
 Sebagai fungsi dependent
 Kolaborasi dengan laborat
 Mengetahui kondisi ibu terutama untuk syarat pemberian terapi
 Menganjurkan ibu kontrol rutin
 Monitor keadaan pasien
H. Komplikasi Kanker Ovarium

Kanker ovarium dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika sudah memasuki


stadium lanjut. Komplikasi ini terjadi karena sel-sel kanker sudah menyebar ke organ
tubuh lainnya. Beberapa komplikasi tersebut adalah:

 Perforasi atau lubang pada usus


 Penimbunan cairan di selaput paru-paru (efusi pleura)
 Penyumbatan saluran kemih
 Penyumbatan usus
I. Pencegahan Kanker Ovarium

Kanker ovarium sulit untuk dicegah karena penyebabnya belum diketahui.


Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena kanker
ovarium, yaitu:

 Mengonsumsi pil KB kombinasi


 Tidak menggunakan terapi penggantian hormon
 Tidak merokok
 Menerapkan pola hidup sehat
 Menjaga berat badan ideal

Pada wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker ovarium, operasi
pengangkatan ovarium sebelum terkena kanker juga dapat dilakukan guna
meminimalkan risiko. Prosedur ini biasanya dianjurkan bagi wanita yang sudah
memutuskan untuk tidak memiliki keturunan lagi.

J. Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium


1) Pengkajian
a. Biodata

Nama : Ny. X

Umur : Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa
reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda

Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, maka pengetahuan ibu tentang


penyakitnya makin kecil sehingga kesadaran untuk deteksi dini dan memeriksakan diri
ke pelayanan kesehatan kurang

b. Keluhan utama

Pada Stadium Awal biasanya ibu mengeluhkan adanya gangguan haid (siklus tidak
teratur, peningkatan ketegangan premenstuasi, menoragi), Nyeri tekan payudara,
Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum), Sering berkemih (tumor
menekan vesika urinaria), Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium), Nyeri saat
bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul), pembesaran payudara atau
peningkatan pertumbuhan rambut. Pada Stadium Lanjut keluhan yang ada adalah
Perut membuncit, Kembung dan mual (rasa begah saat makan dalam jumlah
sedikit), Gangguan nafsu makan, Gangguan BAB dan BAK, Sesak nafas, Dyspepsia

c. Riwayat kebidanan

Menstruasi lebih awal, menopause terlambat, Anovulasi, kehamilan masa tua,


nuliparitas dan infertilitas dapat menjadi faktor risiko kanker ovarium

d. Riwayat KB

Penggunaan KB hormon estrogen dalam jangka waktu lama dapat mencegah


terjadinya kanker ovarium

f. Riwayat kesehatan

Riwayat adanya tumor ovarium jinak, endometriosis dan pernah menderita kanker
ovarium, kanker payudara, kanker kolon dan kanker endometrium dapat menjadi
faktor pemicu tumbuhnya tumor ovarium ganas (kanker ovarium)

g. Riwayat penyakit keluarga

Adanya ibu atau saudara perempuan yang menderita kanker ovarium dapat
menjadi faktor risiko terkena kanker ovarium

Suhu : Normal antara 360C-375 0C


Nadi : Normal 60-90 x/menit
Tekanan darah : Normal 110/70 – 120/80 mmHg
Pernafasan : Normal 18-24x/menit, pada stadium lanjut mengalami Sesak
BB : BB dapat turun
Pemeriksaan fisik

1) Wajah dan kepala

 Pada inspeksi mata (konjunctiva) dan muka dapat pucat jika ibu disertai
anemia
 Rambut dapat terjadi kerontokan pada saat ibu menjalani kemoterapi
 Kulit dapat menjadi lebih gelap saat menjalani kemoterapi
2) Dada

 Terdapat nyeri tekan pada payudara


 Perut nyeri tekan dan membesar
 Terdapat bunyi weezing saat bernapas
 Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae.
 Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot
bantu pernafasan.
 Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi
jantung, sakit dada.

3) Abdomen

 Terdapat bunyi pekak pada ibukanker ovarium dengan efusi pleura


 Terdapat meteorismus pada perut

4) Genetalia

Terdapat darah diantara 2 siklus menstruasi, dapat terlihat adanya bedak pada daerah
perineal.

Pola Fungsi kesehatan Gordon


1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker ovarium dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung
zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas
dari kanker ovarium gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang
dialami oleh pasien.
3. Pola Nutrisi.
Perubahan BB selama 6 bulan terakhir, IMT dibawah normal, tidak nafsu makan,
mual muntah
4. Pola Eliminasi.
Pola eliminasi yang dialami oleh ibu. Apakah ibu mengalami obstipasi, retensi
urine, poliuri yang dapat disebabkan metastase sel kanker.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada klien dengan kanker endometrium biasanya tidak terjadi gangguan pada pada
panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker endometrium, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Meskipun
penyakit ini tidak disebabkan dari berganti – ganti pasangan.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan
latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=
dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Pasien dengan kanker endometrium wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas
akibat dari asupan nutrisi yang berkurang akibat dari terapi yang dijalaninya, selain
itu pasien juga akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah
dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker
endometrium sehingga harus beristirahat total.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien
menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa
nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni)
serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan)
yang berbau busuk dari vagina. Kaji Riwayat penggunana kontrasepsi Menggali
jenis dan lama kontasepsi yang digunakan (pemakaian KB suntik 3 bulan lebih dari
6 tahun, KB IUD).
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.
10. Pola peran – hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya.
Pasien dengan kanker endometrium harus mendapatkan dukungan dari suami serta
orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada
yang menderita penyakit kanker endometrium.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.

2) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d prosedur invasif
2. Resiko infeksi b.d agen cedera biologis
3. Defisit nutrisi b.d mual muntah
Analisa Data
Analisa Data Etiologi Diagnosa
Do : klien tampak Post op Ca Ovarium Nyeri akut b.d prosedur
meringis, dan lemah invasive
Ds : Klien mengatakan Penekanan saraf ovarium
P : nyeri karena kanker oleh sel kanker
Q : nyeri terasa ngilu
R : nyeri dibagian luka Menekan pleksus lumbal
S : Nyeri skala .. sakralis
T : Nyeri tiba-tiba
Menstimulasi mediator
nyeri

Hipotalamus

Nyeri Akut
Do : Klien tampak kurus Post OP Kanker Ovarium Defisit Nutrisi b.d mual
Adanya penurunan BB 6 muntah
bulan terakhir Terasa penuh pada perut

Ds : Klien mengatakan Anoreksia


tidak nafsu makan karena
perut terasa penuh, dan Defisit Nutrisi
terdadang mual muntah
Do : luka tampak Post OP Kanker Ovarium Resiko infeksi b.d agen
kemerahan cedera biologis
Leukosit meningkat Erosi dinding vagina
Terdapat pus pada bekas
luka Laserasi

Ds : Klien mengatakan Resiko Infeksi


nyeri pada area bekas
operasi dan perut bagian
bawah
Rencana Asuhan Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Ekspektasi : Menurun a) Observasi :
Kriteria Hasil :  Identifikasi lokasi,
 Kemampuan karakteristik, durasi,
menuntaskan frekuensi, kualitas
aktivitas meningkat dan intensitas nyeri
 Keluhan nyeri  Identifikasi skala
menurun nyeri
 Meringis menurun  Identifikasi respon
 Sikap protektif nyeri nonverbal
menurun  Identifikasi faktor
 Kesulitan tidur memperberat dan
menurun meringankan nyeri
 Fungsi berkemih Terapeutik :
membaik  Berikan teknik
 Pola tidur membaik nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian analgetic
Pemberian Analgesik
Observasi :
 Identifikasi
karakteristik nyeri
 Identifikasi riwayat
alergi obat
 Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesic dengan
tingkat keparahan
nyeri
 Monitor ttv sebelum
dan sesudah
pemberian analgesic
Terapeutik:
 Diskusikan jenis
analgesic untuk
mencapai analgesia
yang optimal
 Tetapkan target
efektivitas analgesic
untuk
menggoptimalkan
respon klien
 Dokumentasikan
respon terhadap
respon analgesic
Edukasi :
 Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
Kolaborasi :
 Kolaborasikan
pemberian jenis dan
dosis sesuai indikasi

Defisit nutrisi Status Nutrisi Menejemen Nutrisi


Ekspektasi : Meningkat Observasi
 Posrsi makan yang 1. Identifikasi status
dihabiskan nutisi
membaik 2. Identifikasi alergi dan
 Berat badan intoleransi makanan
membaik 3. Identifikasi makanan
 Frekuensi makan yang disukai
membaik 4. Identifikasi kebutuhan
 Nafsu makan kalori dan jenis nutrien
membaik 5. Identifikasi perlunya
penggunaan NGT
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
labpratorium
Terapeutik
1. sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
2. berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
3. berikan suplemen
makanan jika perlu
4. hentikan pemberian
makanan melalui NGT
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Resiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
Ekspektasi : menurun Observasi
 Demam menurun  Mnitor tanda dan
 Kemerahan menurun gejala luka
 Nyeri menurun Terapeutik
 Benkak menurun  Berikan perawatan
 Cairan berbau busuk kulit pada area
menurun edema
 Letargi menurun  Cuci tangan
 Kadar sel darah putih sebelum dan
membaik sesuadah kontak
 Kultur darah dengan pasien
membaik  Pertahankjan
 Kultur area luka Teknik aseptic
membaik Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
 Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka operasi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi dan
ciran
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA MASALAH GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

I. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : Senin/08 November 2021
Oleh : Kelompok S (Patologi)

A. Identitas Pasien Penanggung Jawab :


Nama : Ny. N Nama: Tn. D
Umur : 34 Tahun Umur: 37 Tahun
Agama : Islam Agama: Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan: SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan: Buruh Tani
Alamat : Pesisir Selatan Alamat: Pesisir Selatan

Tanggal masuk RS: 08 November 2021


Tanggal Pengkajian: Senin/ 08 November 2021

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut, perut semakin
membengkak dan terasa sesak.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Saat pengkajian klien mengeluh perut semakin membengkak dan terasa nyeri
pada perut bagian bawah sekitar ari ari. Nyeri dirasakan hilang timbul dan
seperti ditusuk tusuk dengan skala nyeri 6.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien didiagnosa memiliki penyakit kista sejak 3 bulan yang lalu. Klien tidak
memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, jantung, paru, dan ginjal
sebelumnya. Klien memiliki riwayat penyakit maag sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama sebelumnya

5. Riwayat Obstetri sebelumnya


Status klien menikah dengan jumlah 1 kali, lama perkawinanan lebih kurang 12
tahun, Klien memiliki 3 orang anak dengan P3A0H3

6. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 13tahun
- Siklus Haid : Teratur (28-30 hari)
- Lama Haid : 5 – 10 hari
- Frekuensi : Mengganti 1 – 2 kali pembalut setiap hari
- Haid Terakhir : 16 Oktober 2021

7. Riwayat KB
Klien menggunakan KB Suntik 1 kali 3 bulan.

C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
- Kulit: bersih, tidak ada luka disekitar kulit.
- Kesadaran: Compos Mentis (GCS 15)
- Status kesehatan: Baik
b. Tanda-tanda vital
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 78x/menit
- Nafas : 18x/menit
- Suhu : 36,0°C
c. Pengukuran Antropometri
- TB : 150cm
- BB : 40kg
- IMT : 17,7
d. Pemeriksaan Head to Toe :
1) Kepala
- Bentuk : Bulat
- Simetris : Simetris
- Luka : Tidak ada luka
- Nyeri : Tidak ada nyeri
2) Rambut
- Warna : Hitam
- Struktur rambut : Halus
- Kondisi rambut : Rambut sehat, sedikit rontok sesekali, tidak
ada ketombe
3) Mata
- Simetris : Simetris kiri dan kanan,
- Reflek pupil : Normal
- Palpebra : Normal
- Edema : Tidak ada
- Sklera : Tidak ikterik
- Konjungtiva : sedikit anemis
- Penglihatan : Normal, tidak memakai kacamata
4) Hidung
Simetris : Simetris antara batang hidung dan kiri,
mancung
Tulang hidung : Normal, tidak bengkok
Sekret : Tidak ada
Polip : Tidak ada
Penciuman : Normal
5) Telinga
Daun telinga : Normal
Liang telinga : Normal
Membran tympani : Normal
6) Mulut
Mukosa bibir sedikit kering, Tidak terdapat sariawan,
7) Leher
tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
8) Dada dan thorax
Inspeksi : dada simetris kiri-kanan, pernafasan dada
tanpa otot bantu pernafasan, tidak ada luka dan pembengkakan pada dada
klien.
a. Paru-paru :
i. Inspeksi : simetris kiri dan kanan
ii. Palpasi : vocal fremitus kiri sama dengan kanan
iii. Perkusi : sonor
iv. Auskultasi : suara nafas vesikuler normal
b. Jantung
i. Inspeksi : ictus cordis teelihat
ii. Palpasi : ictus cordis teraba
iii. Perkusi : berbunyi pekak
iv. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal lup dup, tidak
ada mur-mur.
c. Payudara
i. Inspeksi : payudara simetris kiri-kanan, puting susu
menonjol, areola tidak melebar berwarna kecoklatan, tidak
ada luka
ii. Palpasi : tidak teraba masa dan bengkak, tidak ada
pengeluaran asi
9) Abdomen
a. Inspeksi : perut terlihat membuncit (20cm)
b. Palpasi : terasa nyeri tekan pada perut dengan skala 6 dan perut
teraba tegang
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : Bising usus +
10) Eksremitas atas/bawah
a. Inspeksi kuku : kulit normal dan bersih
b. Palpasi : CRT < 2 detik, akral teraba hangat, tidak ada edema,
tidak ada nyeri tekan
c. Kemampuan otot:
5555 5555
5555 5555
11) Genitalia
Normal

e. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien telah ikhlas menerima penyakitnya dan berusaha menjalani
pengobatan dengan baik agar segera sembuh. Sebelumnya pasien telah
memeriksakan kondisi kesehatannnya dan mengetahui menderita kista
sejak 3 bulan yang lalu dan merasakan perutnya semakin membuncit.
Klien kembali memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit dan dirujuk ke
m.djamil padang
2) Pola nutrisi dan metabolik
Saat ini klien mengatakan nafsu makannya menurun. Klien merasa mual
saat makan namun tidak muntah. Klien hanya makan 2 sendok. Sebelum
sakit pasien makan 3 kali sehari dan menghabiskan porsi makannya.
3) Pola eliminasi
Klien mengatakan BAB normal 1 kali sehari berwarna kuning dan lunak.
BAK klien sering sekitar 5-8 kali sehari namun sedikit sedikit dan
berwarna kekuningan.
4) Pola istirahat dan tidur
Klien saat ini mengeluh tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun saat
tidur. Klien tidur malam hari sekitar 5-7 jam dan siang sekitar 1-2 jam.
5) Pola persepsi sensori dan kognitif
Ny. R dalam keadaan sadar, berkomunikasi bahasa indonesia, dan bahasa
minang lancar, penglihatan, pendengaran normal.

6) Persepsi dan konsep diri


Saat ini klien mengatakan merasa cemas tentang penyakit yang sedang
doderitanya. Klien tampang tegang dan cemas menghadapi tindakan yang
akan dilakukan.
7) Pola hubungan dengan orang lain
Sistem pendukung klien saat ini yaitu suami dan anak anaknya. Biasanya
klien mengikuti kegiatan social dilingkungannya
8) Pola reproduksi dan seksual
klien mengatakan pola menstruasi dalam sebulan sekali, dengan lama
menstruasi 5 – 10 hari. Ny. Klien tidak ada memeriksa payudara dan
papsmear sesecara mandiri
9) Pola mekanisme koping
klien mengatakan jika ada sebuah masalah maka klien memilih sabar dan
berdoa kepada Allah untuk mempermudah mencari jalan keluarnya.
Pasien selalu bercerita kepada suami jila sedang menghadapi suatu
masalah
10) Pola nilai dan keyakinan
Klien beragama islam dan tidak ada pantangan saat beribadah.
11) Pola Aktivitas dan latihan
Saat ini klien dapat beraktivitas secara mandiri
D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium : 6/11/2021

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 12.9 12.0 - 14.0
Leukosit 10.37 5.0 - 10.0
Trombosit 291 150 - 400
Hematokrit 39 37.0 - 43.0
Eritrosit 4.54 4.00 - 4.50
MCV 85 82.0 - 92.0
MCH 28 27.0 - 31.0
MCHC 33 32.0 - 36.0

Kesimpulan :

Leukosit sedikit meningkat.

Terapi obat :

1. Dexametason
2. Ranitidine
3. Ondansetron
4. Foncoac
5. Cisplatin
6. PCT
E. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. Ds : Penekanan saraf-saraf Nyeri Akut
a. Klien mengeluh nyeri ovarium oleh sel-sel
pada perut bagian kanker
bawah sekitar ari-ari
b. Klien mengatakan Menekan pleksus lumbal
nyeri yang dirasakan sakralis
hilang timbul dengan
skala 6 Menstimulasi mediator
c. Klien mengatakan nyeri
perutnya semakin
membengkak
d. Klien mengatakan
sulit tidur karena rasa
nyeri yang sering
hilang timbul
Do :
a. Klien terlihat lemas dan
meringis

Pengkajian nyeri
lengkap :
P : nyeri akibat poroses
penyakit
Q : nyeri yang terasa
hilang timbul seperti
tertusuk - tusuk
R : perut bagian bawah
sekitar ari- ari
S : skala 6
T: nyeri hilang timbul

TTV :
TD : 110/70 mm Hg
N : 78x/mnt
P : 18x/mnt
S : 36 C
2. Ds : Ca Ovarium Defisit Nutrisi
a. Klien mengatakan
tidak nafsu makan. Sekresi cairan yang
b. Klien mengeluh mual bersifat serous musin
c. Selama dirumah sakit
klien hanya Asites
menghabuskan dua
sendok makan saja. Penekanan pada traktus GI
Do : Anoreksi
a. Klien terlihat lemas dan
pucat.
b. Mukosa bibir klien
sedikit kering
c. Rambut klien sedikit
rontok

Pengukuran antropometri
BB : 40 Kg
TB : 150 Cm
IMT : 17.7
3. Ds : Perubahan fungsi tubuh Ansietas
a. Klien mengatakan
cemas dengan
kondisinya sekarang.
b. Klien mengatakan
juga sulit tidur
Do :
a. Klien terlihat tegang
dan gelisah

TTV :
TD : 110/70 mm Hg
N : 78x/mnt
P : 18x/mnt
S : 36 C
RENCANA KEPERAWATAN

NO TANGGAL DIAGNOSA SLKI SIKI


1. 8 November 2021 Nyeri Akut Berhubungan  Tingkat Nyeri Manajemen nyeri
dengan Proses penyakit 1) Keluhan nyeri menurun
observasi
(penekanan/kompresi) 2) Meringis menurun
jaringan pada organ 3) Sikap protektif menurun
1) Lakukan pengkajian nyeri
ruang abdomen 4) Gelisa menurun
secara komprehensif termasuk
5) Kesulitan tidur menurun
lokasi, karakteristik, durasi,
6) Perasaan takut mmenurun
frekuensi, kualitas dan faktor
7) Mual menurun
presipitasi
8) Nafsu makan membaik
2) Identifikasi skala nyeri
9) Pola tidur membaik
3) Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
4) Identifikasi memperberat dan
memperingan nyeri
Terapetik
1) Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2) Control lingkungan yang
memperberat nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dn
peicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri
secaara mandiri
4) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik
2. 8 November 2021 Defisit Nutrisi  Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I. 03119)
(D.0019) bd keengganan
1) Porsi makanan yang Observasi:
untuk makan
dihabiskan 1) Identifikasi status nutrisi
2) Berat Badan atau IMT 2) Identifikasi alergi dan
3) Frekuensi makan intoleransimakanan
4) Nafsu makan 3) Monitor asupan makanan

4) Monitor berat
badan

Terapeutik:
1) Sajikan makanan secara menarik
dansuhu yang sesuai
Edukasi

1) Ajarkan diet yang


diprogramkanKolaborasi
2) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi

1) Identifikasi kemungkinan
penyebabBB kurang
2) Monitor berat
badan
Terapeutik
1) Sediakan makanan yang tepat
sesuaikondisi pasien
2) Berikan pujian kepada pasien
untukpeningkatan yang dicapai
Edukasi
1) Jelaskan jenis makanan yg bergizi
tinggi, terjangkau.
3 8 November 2021 Ansietas Berhubungan  Tingkat Ansietas Anxiety Reduction (penurunan
dengan proses penyakit 1) Verbalisasi kebingungan kecemasan)
menurun Observasi
2) Verbalisasi khawatir akibat 1) Identifikasi saat tingkat ansietas
kondisi yang dihadapi berubah
menurun 2) Identifikasi kemampuan
3) Perilaku gelisa menurun mengambil keputusan
4) Perilaku tegang menurun 3) Monitor tanda-tanda ansietas
5) Keluhan pusing menurun Terapeutik
6) Konsentrasi membaik 1) Ciptakan suasana terapeutik
7) Pola tidur membaik untuk menumbuhkan
8) Kontak mata membaik kepercayaan
9) Orientasi membaik 2) Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
3) Pahami situasi yang membuat
ansietas
4) Dengarkan dengan penuh
perhatian
5) Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
Edukasi
1) Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin dialami
2) Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan,dan prognosis
3) Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
4) Anjurkan untuk mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5) Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
6) Latih teknik relaksasi
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI TANDA
TANGAN
8 November 1) Melakukan pengkajian S :
2021 nyeri secara 1) Klien mengatakan
komprehensif termasuk masih merasa nyeri
lokasi, karakteristik, pada perut bagian
durasi, frekuensi, kualitas bawah sekitar ari-ari
dan faktor presipitasi O:
2) Mengajarkan klien teknik 1) Klien mampu
manajemen nyeri, teknik mempraktekkan
relaksasi dan distraksi teknik napas dalam
3) Memonitoring Tanda- 2) Skala nyeri berkurang
tanda vital dari 6 menjadi skala 4
4) Mengatur posisi yang A : masalah teratasi sebagian
nyama P : Lanjutkan intervensi
5) Penatalaksanaan 1) Mengajarkan klien
pemberian antianalgetik teknik manajemen
nyeri, teknik
relaksasi dan distraksi
2) Memonitoring Tanda-
tanda vital
3) Mengatur posisi yang
nyaman

8 November 1) Mengidentifikasi status S : klien mengatakan


2021 nutrisi mencoba untuk makan
2) Monitor asupan sering tetapi masih mual
makanan O:
3) Monitor berat badan  klien tamak lemas
4) Mengidentifikasi  berat badan masih
penyebab BB kurang kurang
5) Menganjurkan untuk A : Masalah belum teratasi
makan sedikit tapi P : Lanjutkan Intervensi
sering
8 November 1) Menggunakan S:
2021 pendekatan yang 1) Klien mengatakan
menenangkan Cemas dengan
2) Menjelaskan semua kondisinya
prosedur dan apa yang O :
dirasakan selama 1) Klien Nampak gelisah
prosedur 2) TTV :
3) Memberikan informasi TD : 110/70 mmHG
faktual mengenai P : 18x/menit
tindakan prognosis N : 78x/menit
4) Memberikan informasi S : 360C
tentang kondisi klien A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1) Klien memahami
tentang penyakitnya
dan penyebab serta
tindakan yang akan
dilakukan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada ovarium atau indung
telur, yaitu dua organ yang berada di sisi kanan dan kiri rahim. Kanker ini bisa terjadi pada
wanita berusia menengah maupun wanita yang telah lanjut atau pasca menopause. Kanker
ovarium adalah sebuah penyakit sel tumor ganas yang berada didalam ovarium wanita dan
merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan pada organ reproduksi wanita.

Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami perubahan pada tubuh
yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena awal perubahannya di dalam tubuh mengalami
keputihan yang dianggap wanita itu hal biasa. Tetapi, pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV
akan mengalami perubahan pada tubuh karena sudah bermetastase ke jaringan luar pelvis
misalnya jaringan hati, gastrointestinal dan paru-paru sehingga akan menyebabkan anemia,
asites, efusi pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013).

B. Saran

Sebagai seorang perawat sebaiknya memahami dan mengerti baik secara teoritis maupun
praktek tentang kanker ovarium agar dapat melakukan tindakan keperawatan dengan benar.
Setelah melakukan tindakan jangan lupa untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Doubeni, et al. (2016). Diagnosis and Management of Ovarian Cancer. Am Fam Physician.
93(11), pp. 937-944.
Rauh-Hain, et al. (2011). Ovarian Cancer Screening and Early Detection in the General
Population. Rev Obstet Gynecol. 4(1), pp. 15–21.
Cancer Research UK (2018). Ovarian Cancer.
Cancer Research UK. Does the Contraceptive Pill Increase Cancer Risk?
NHS UK (2017). Health A-Z. Ovarian cancer.
Mayo Clinic (2014). Diseases & Conditions. Ovarian cancer.
Lights, V. Healthline (2018). Ovarian Cancer
Fayed, L. Very Well Health (2019). Symptoms of Ovarian Cancer.
WebMD (2019). What Is Ovarian Cancer? What Causes It?
Boughman dan Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC
Brunner, L dan Suddarth, D. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H. Kuncara, A.
Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). (Ed.8) Vol 1. Jakarta : EGC.
Harahap R.E. Carcinoma Ovarii. 1984. Kanker Ginekologi edisi II. Jakarta:Gramedia
Bottsford-Miller, J. N., Coleman, R. L. & Sood, A. K. Resistance and escape from
antiangiogenesis therapy: clinical implications and future strategies. J. Clin. Oncol. 30,
4026–4034 (2012).

Furuyo, M. Ovarian Cancer Stroma: Pathophysiology and the Roles in Cancer Development.
Cancers (Basel). 2012; 4(3): 701-724

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai