Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

CARSINOMA MAMAE ( KANKER PAYUDARA)

Oleh:
Erika Dwi Puspitasari
NIM: 201420100001

PROGAM STUDY S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BAKTI INDONESIA BANYUWANGI

2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Obstetri dan Ginekologi. Kemudian selawat
serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw. yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur'an dan sunah untuk keselamatan umat
di dunia.

Makalah ini merupakan satu di antara tugas mata kuliah Obstetri dan
Ginekologi. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Ayu Nikmah selaku dosen pembimbing dan kepada segenap
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan
makalah ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam


penulisan makalah ini maka itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banyuwangi, 13 Juni 2022

Erika Dwi Puspitasari

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

A. Latar Belakang .................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ............................................................................................5
C. Tujuan ..............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

A. Konsep Cersinoma Mamae..............................................................................6


1. Pengertian .................................................................................................6
2. Etiologi .....................................................................................................6
3. Tanda dan Gejala .....................................................................................7
4. Patofisiologi .............................................................................................8
5. Jenis Carsinoma.........................................................................................9
6. Pembagian
Stadium .................................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................11
8. Penatalaksanaan ......................................................................................13
9. Pencegahan ..............................................................................................14
B. Konsep SADARI.............................................................................................15

1. Definisi SADARI.....................................................................................15
2. Tujuan
SADARI.......................................................................................15
3. Sasaran ....................................................................................................16
4. Prosedur Pemeriksaan .............................................................................17

BAB III PENUTUP...............................................................................................18

A. Kesimpulan.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara umumnya terdiagnosa atau ditemui pada stadium
yang lebih lanjut. Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering
terjadi dan penyebab kematian utama karena kanker pada wanita walaupun
kanker payudara juga dapat menyerang pria namun pravelensi terbanyak
terjadi pada kaum wanita (Putra, 2015).
Kanker berawal dari pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang
dapat menyerang dan menyebar ke tempat yang jauh dari tubuh. Kanker
dapat menjadi penyakit yang parah dan merupakan penyebab utama
kematian di dunia (WHO, 2016).
Dari uraian diatas ternyata kanker payudara sangat berbahaya
khususnya pada kaum wanita selain dapat menyebar ke bagian tubuh
kanker payudara juga dapat menyebabkan kematian dan sangat di
disayangkan ketika kanker payudara di dapati pada stadium yang lebih
lanjut.
Di Indonesia jumlah kanker payudara cenderung meningkat dari
tahun ke tahun dengan adanya peningkatan. Sebagian besar keganasan
kanker payudara datang pada stadium lanjut prevalensi kanker di
Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk, data dilihat dari karakteristik
jenis kelamin penderita kanker di Indonesia, perempuan sebesar 2,2 per
1.000 berdasarkan estimasi (IARC, 2012 dalam Kemenkes RI, 2014).
Kanker payudara adalah jenis kanker dengan presentase kasus
tertinggi yang terjadi ke-3 (43,3%) dan presentase kematian tertinggi
akibat kanker payudara (12,9%) pada perempuan di dunia, berdasarkan
data dari sistem informasi rumah sakit tahun 2010, kanker payudara adalah
jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan maupun pasien

4
dengan rawat inap mencapai 12.014 orang (Kemenkes RI, 2014). Jumlah
kanker payudara di Indonesia terjadi di beberapa wilayah di Indonesia dan
data ini diambil dari 4 wilayah tertinggi dengan kejadian kanker payudara
yaitu Jawa Timur 9.688, Kalimantan Timur 1.879, Aceh 1.869, Bali 1.233
(Kemenkes RI, 2015).
Dilihat dari perkembangan teknologi dunia kedokteran, upaya yang
bisa dilakukan untuk mengendalikan kanker payudara adalah dengan
melakukan pencegahan primer seperti pengendalian faktor risiko dan
peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi. Pencegahan sekunder
dilakukan melalui deteksi dini kanker payudara yaitu pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) (Kemenkes RI, 2015). SADARI merupakan
metode pemeriksaan sederhana dan paling mudah yang dapat dilakukan
dengan menggunakan jari-jari tangan. Tindakan ini sangat penting karena
hampir 85% benjolan di payudara wanita ditemukan oleh penderita
sendiri. Caranya sangat mudah karena dilakukan oleh diri sendiri dan
tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun (Widiyaningrum, 2017).

B. Rumusan masalah
Bagaimana konsep kanker payudara dan penatalaksanaanya?

C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep dari kanker payudara
2. Menjelaskan penatalaksanaan dari kanker payudara
3. Menjelaskan konsep SADARI

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Carsinoma Mamae


1. Pengertian
Kanker payudara atau Carcinoma mamae merupakan kanker
ganas pada payudara atau salah satu payudara. Kanker ini adalah suatu
penyakit neoplasma ganas yang berasal dari parenchyma (bagian
organ
yang produktif). Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu,
saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Kanker payudara disebabkan oleh adanya kerusakan pada materi
genetik sel yang kemudian bersentuhan dengan bahan kimia yang
mempercepat pembiakan sel yang diperlukan untuk berkembang
menjadi sel kanker yang lebih ganas (Rozi Abdullah, 2012).
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan
payudara
yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker
payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara
yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga dapat
menyebar di antara jaringan atau organ di dekat payudara atau ke
bagian tubuh lainnya (Kementerian Kesehatan, 2016).

2. Etiologi
Penyebab kanker payudara sampai sekarang belum diketahui
namun semua itu dikaitkan dengan estrogen yang tinggi pada wanita
(Williams & Wilkins, 2012).
a. Faktor resiko
1) Kanker endometrial atau ovarium.

6
2) Terapi estrogen, antihipertensif, makanan kaya akan lemak,
dan obesitas.
3) Paparan radiasi ion tingkat rendah
4) Riwayat kanker payudara dikeluarga.
5) Kehamilan pertama usia 31 tahun.
6) Tidak pernah hamil.
7) Usia
8) Menstruasi yang lama: mulai menstruasi lebih awal dan
menopouse terlambat.
9) Kanker payudara unilateral.
Faktor risiko menurut (Smeltzer, 2016)
1) Gender (wanita) dan usia lanjut.
2) Kanker payudara sebelumnya
3) Riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara (ibu
saudara perempuan, anak perempuan).
4) Mutasi genetik (BRCA1 atau BRCA2) merupakan penyebab
paling besar terjadinya kanker payudara.
5) Faktor hormonal: menarke dini (sebelum usia 12 tahun),
pertama kali melahirkan dalam usia 30 tahun atau lebih,
menopouse lambat (setelah usia 55 tahun), terapi hormon
sebelumnya disebut terapi sulih hormon.
6) Faktor lain terkait pajanan radiasi ionisasi selama masa
remaja dan obesitas dimasa dewasa awal, merokok, asupan
alkohol (bir, anggur, atau cairan alkohol), dan diet tinggi
lemak (masih kontroversial, sehingga dibutuhkan lebih
banyak riset).
b. Faktor resiko kecil menurut Williams & Wilkins (2012)
1) Hamil sebelum usia 20 tahun.
2) Kehamilan multiple

3. Tanda Dan Gejala

7
Menurut Dewi dan Hendrati (2015) pasien biasanya sering
datang dengan keluhan sebagai berikut:
a. Terdapat benjolan pada payudara yang dapat diraba, semakin
mengeras,tidak beraturan, dan terasa nyeri.
b. Perubahan bentuk dan ukuran payudara, biasanya terjadi
pembengkakan di salah satu payudara.
c. Retraksi dan gatal pada puting susu.
d. Terjadi pengerutan kulit payudara sehingga menyerupai kulit
jeruk (peau d’orange)
e. Payudara mengeluarkan cairan abnormal berupa nanah, darah,
cairan encer atau air susu pada wanita yang tidak hamil maupun
tidak menyusui.
f. Pada stadium lanjut dapat dijumpai gejala seperti nyeri tulang,
pembengkakan lengan, ulserasi kulit, dan penurunan berat badan

4. Patofisiologi
Sel abnormal membentuk sebuah kelompok dan mulai
berproliferasi secara abnormal, membiarkan sinyal pengatur
pertumbuhan dilingkungan sekitarnya sel. Sel mendapatkan
karakteristik invasif sehingga terjadi perubahan jaringan sekitar. Sel
menginfiltrasi jaringan dan memperoleh akses kelimfe dan pembuluh
darah, yang membawa sel kearea tubuh yang lain. kejadian ini
dinamakan metastasis (kanker menyebar kebagian tubuh yang
lain).Sel- sel kanker disebut neoplasma ganas/ maligna dan
diklasifikasikan serta diberi nama berdasarkan tempat jaringan yang
tumbuhnya sel kanker tersebut. Kegagalan sistem imun untuk
menghancurkan sel abnormal secara cepat dan tepat tersebut
meneyebabkan sel-sel tumbuh menjadi besar untuk dapat ditangani
dengan menggunakan imun yang normal. Kategori agens atau faktor
tertentu yang berperan dalam karsinomagenesis (transpormasi
maligna) mencakup virus dan bakteri, agens fisik, agens kimia, faktor

8
genetik atau familial, faktor diet, dan agens hormonal (Smeltzer,
2016).
Neoplasma merupakan pertumbuhan baru. Menurut seorang
ankolog dari inggris menemakan neoplasma sebagai massa jaringan
yang abnormal, tumbuhan berlebih, dan tidak terkordinasi dengan
jaringan yang normal, dan selalu tumbuh meskipun rangsangan yang
menimbulkan sudah hilang. Proliferasi neoplastik menimbulkan massa
neoplasma sehingga menimbulkan pembengkakan atau benjolan pada
jaringan tubuh, sehingga terbentuknya tumor. Istilah tumor digunakan
untuk pembengkakan oleh sembaban jaringan atau perdarahan. Tumor
dibedakan menjadi dua yaitu jinak dan ganas. Jika tumor ganas
dinamakan kanker (Padila, 2013).

5. Jenis Carsinoma Mamae


Menurut (Pharmaceuticals, 2012), carsinoma mamae ada
beberapa jenis, yaitu :
a. Carsinoma in situ
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau
menyusup keluar dari tempat asalnya.
b. Carsinoma duktal
Carsinoma ini berasal dari sel-sel yang melapisi saluran
yang menuju ke puting payudara. Sebagian besar kanker
payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker ini bisa terjadi
sebelum maupun sesudah masa menopause. Kanker ini dapat
teraba dan pada pemeriksaan mammogram, tampak timbul
bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi).
Kanker ini biasanya 9 terbatas pada daerah tertentu di payudara
dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan.
Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan menderita
kanker invasif (biasanya pada payudara yang sama).
c. Carsinoma lobuler

9
Carsinoma ini mulai bertumbuh di dalam kelenjar susu,
biasanya terjadi setelah wanita menopause. Kanker ini tidak
dapat terlihat maksimal pada mammogram. Sekitar 25-30%
penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita
kanker invasif (terjadi pada payudara yang sama atau payudara
lainnya atau pada kedua payudara).

d. Kanker invasif
Kanker yang telah menyebar serta merusak jaringan
lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun
metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80%
kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah
kanker lobuler.

6. Pembagian stadium
Kanker payudara dapat didiagnosis pada stadium yang
berbedabeda. Kanker payudara yang lebih dini ditemukan
kemungkinan sembuh akan lebih besar. Adapun stadiumnya antara
lain: (Sofi Ariani, 2015)
a. Stadium I (Stadium dini)
Tumor tidak menyebar sampai kelenjar getah bening ketiak.
Diameter tumor kurang dari 2-2,25 cm. Kemungkinan sembuh
masih besar yaitu 70%.
b. Stadium II
Tumor sudah mengalami metastase sampai kelenjar getah
bening ketiak. Diameter memiliki ukuran lebih dari 2,25 cm.
Prediksi kesembuhan tergantung pada luas metastases sel
kanker dengan presetasi 30-40%. Pengangkatan sel kanker
pada stadium I dan II kemungkinan bisa dilakukan dengan
operasi kemudiana dilanjutkan dengan terapi penyinaran untuk
menentukan ada tidaknya sel kanker yang teringgal.
c. Stadium III

10
Tingkat kesembuhan pada stadium ini sangat sedikit karena
ukuran tumor sudah cukum membesar 3-5 cm, dan mulai
menyebar ke seluruh tubuh juga mempengaruhi organ lain.
Benjolan sudah pecah dan berdarah, penganganannya hanya
bisa dilakukan kemoterapi agar membunuh sel kanker atau
operasi pengangkatan payudara (Mastektomi).

d. Stadium IV
Stadium IV menurut pendapat Andra dan Yessie (2013)
sangat disayangkan karena pengobatan kanker payudara sudah
tidak berarti. Ukuran tumor sudah lebih dari 5 cm,
menyebabkan perdarahan yang cukup banyak sehingga
penderita bisa mengalami kelemahan, sel kanker sudah
menyebar keseluruh tubuh. Kemoterapi bisa dilakukan jika
penderita memenuhi syarat, selain kemoterapi bisa
menggunakan 14 terapi hormonal dengan Progesteron dan
Estrogen reseptor (PR/ER) positif.

Gambar 1. Kanker payudara stadium 0-4

11
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Wijaya dan Putri, (2013) pemeriksaan penunjang yang
dilakukan ialah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Morfologi sel darah
2) LED
3) Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma
4) Pemeriksaan sitologis

b. Monografi
Menemukan kanker insito yang kecil yang tida dapat dideteksi
dengan pemeriksaan fisik.
c. SCAN (CT, MRI, Galfum), ultra pasien
Untuk tujuan diagnostic, identfikasi metastatic, respon
pengobatan.
d. Biopsi (aspirasi, eksisi)
e. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto
protein, HCG asam fosfat). Dapat menambah dalam
mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai
prognosis/monitor terapeutik.
f. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah
g. Foto thoraks
h. USG
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan)
dengan benjolan padat.
i. Mammografi
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk
menemukan daerah yang abnormal pada payudara.
j. Termografi
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan
pada payudara.

12
k. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat
menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI
dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang
masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk
melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah 1 hari menstruasi.
Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan
saja tetapi secara rutin dilakukan setiap bulan (misalnya setiap
awal bulan).
8. Penatalaksanaan
Brunner & Suddarth (2018) mengatakan berbagai pilihan
penatalaksanaan tersedia. Pasien dan dokter dapat memutuskan
pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi atau terapi hormonal atau
kombinasi terapi.
a. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan
seluruh jaringan payudara, termasuk kompleks puting-aerola dan
bagian nodus limfe aksila.
b. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan
kompleks puting-aerola tetapi tidak mencakup diseksi nodus
limfe aksila (axillary lymph node dissection, ALND).
c. Pembedahan penyelamatan payudara
lumpektomi, mastektomi eksisi luas, parsial atau segmental,
kuadrantektomi dilanjutkan oleh pengangkatan nodus limfe
untuk kanker payudara invasif.
d. Biopsi nodus limfe sentinel dianggap sebagai standar asuhan
untuk terapi kanker payudara stadium dini.
e. Terapi radiasi sinar eksternal
biasanya radiasi dilakukan pada seluruh payudara, tetapi radiasi
payudara parsial (radiasi ke tempat lumpektomi saja) kini sedang
dievaluasi di beberapa institusi pada pasien tertentu secara
cermat.
f. Kemoterapi

13
Untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik penyakit
siklofosfamid (Cytoxan), metotreksat, fluorourasil, regimen
berbasis antrasiklin misalnya dokpasienrubisin (Adriamycin),
epirubisin (Ellence), taksans (paklitaksel seperti Taxol),
dosetaksel (Taxoter).
g. Terapi hormonal
Berdasarkan indeks reseptor estrogen dan progesteron
Tamoksifen (Pasienltamox) adalah agen hormonal primer yang
digunakan untuk menekan tumor yang bergantung hormonal
lainnya adalah inhibitor anastrazol (Arimidex), letrozo (Femara),
dan eksemestan (Aromasin).
h. Terapi target
Trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin).

9. Pencegahan
Promosi kesehatan dan deteksi dini merupakan pencegahan
yang paling efektif terhadap kejadian penyakit tidak menular. Begitu
pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain
berupa:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan usaha yang bertujuan agar
seseorang tidak menderita kanker payudara. Pencegahan primer
dapat dilakukan dengan cara mengurangi faktor-faktor resiko yang
diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker
payudara (Kemenkes RI, 2017). Salah satu pencegahan primer
yang mudah ilakukan ialah pemeriksaan payudara sendiri atau
disebut SADARI. Pemeriksaan SADARI yang rutin dilakukan
dapat memperkecil faktor resiko mengalami kanker payudara
(Dhanabalan, 2013).
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan melalui skrining
kanker payudara. Skrining kanker payudara merupakan

14
pemeriksaan untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada
kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak
memiliki keluhan. Tujuan dari skrining adalah untuk menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas kanker payudara (Kemenkes RI,
2017). Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk skrining
antara lain pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), pemeriksaan
payudara klinis (SADANIS), mammografi, dan MRI (Sun et al.,
2017).

c. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier umumnya diarahkan kepada individu
yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang
tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya
akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan
hidup penderita. Pencegahan tertier ini sangat penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan saat
ini yang dapat dilakukan berupa kemoterapi, imunoterapi (Sun et
al., 2017) dan operasi meskipun tidak berdampak banyak terhadap
ketahanan hidup penderita (Dhanabalan,2013)

B. Konsep SADARI
1. Definisi SADARI
SADARI atau dikenal sebagai pemeriksaan payudara sendiri
merupakan salah satu cara deteksi dini kanker payudara yang murah
dan mudah untuk dilakukan (Seftiani, 2012). Menurut Kemenkes RI
(2017) mendefinisikan SADARI sebagai pemeriksaan payudara yang
dilakukan oleh wanita itu sendiri untuk lebih mengenali dan
menemukan kelainan pada payudaranya dalam upaya deteksi dini
kanker payudara.

2. Tujuan SADARI

15
Tujuan dilakukannya SADARI antara lain :
a. Sebagai deteksi dini kanker payudara, bukan untuk mencegah
kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker
payudara dapat terdeteksi lebih awal sehinga pengobatan dini
akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker payudara
(Kemenkes RI, 2017)
b. Menurunakan angka kematian penderita karena kanker payudara
(Sari, 2017)

3. Sasaran
Berdasarkan Kemenkes RI (2017) menunjukkan bahwa sasaran
yang dianjurkan untuk melakukan SADARI yaitu :
a. Semua wanita yang berusia di atas 15 tahun (terutama di atas usia
35tahun)
b. Wanita yang memiliki riwayat keluarganya pernah atau sedang
menderita kanker payudara atau kanker jenis lainnya

4. Prosedur pemeriksaan SADARI


Pemeriksaan dilakukan setiap bulan pada hari ke 7-10 setelah hari
pertama haid atau pada tanggal yang sama setiap bulan pada wanita
yang telah menopause (Kemenkes RI, 2017). Hal ini dikarenakan pada
hari ke 7-10 pada siklus menstruasi terjadi penurunan kadar estrogen
dan progesteron (Sherwood, 2014) sehingga densitas payudara
menurun sehingga mudah untuk mendeteksi adanya benjolan pada
payudara (Humaera dan Mustofa, 2017).
Menurut Puspita (2016) prosedur pemeriksaan SADARI dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Memeriksa di depan cermin
1) Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus ke bawah, kemudian
amati apakah ada kelainan lekukan, kerutan dalam, atau
pembengkakan pada kedua payudara atau puting.

16
2) Kedua tangan diangkat ke atas kepala, kemudian amati
payudara dari berbagai sudut.
3) Tegangkan otot-otot bagian dada dengan meletakkan kedua
tangan di pinggang, kemudian amati apakah kelainan pada

kedua payudara atau puting.


4) Pijat puting payudara dan tekan payudara untuk melihat
apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting
payudara. Lakukan hal di atas pada payudara kanan maupun
kiri

b. Memeriksa dengan cara berbaring


1) Letakkan bantal di bahu kanan dan letakkan tangan kanan di
atas kepala. Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara
kanan, kemudian palpasi untuk mencari apakah ada
penebalan maupun benjolan.
2) Raba payudara dengan gerakan melingkar dari sisi luar
payudara ke arah puting. Buat sekurang-kurangnya dua
putaran kecil sampai ke puting payudara.
3) Raba payudara dengan gerakan lurus dari sisi luar ke sisi
dalam payudara. Gunakan jari telunjuk, tengah, dan jari
manis untuk merasakan perubahan. Ulangi langkah 1, 2, dan
3 pada payudara.

Apabila ditemukan kelainan, dianjurkan untuk melakukan hal-hal


sebagai berikut:

1. Jangan panik.
2. Berilah tanda atau mengingat tempat ditemukannya kelainan
sebagai bahan evaluasi bulan berikutnya.
3. Apabila pada bulan berikutnya masih ditemukan kelainan di tempat
yang sama maka segera periksakan diri ke dokter.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Carsinoma mamae atau kanker payudara disebabkan oleh metatase
sel yang tak terkendali, menjadi invasif dan bisa menyebar lewat limfe dan
aliran darah, sehingga dapat menyebabkan kematian sel, dan kerusakan
organ lainnya. Biasanya dilakukan penatalaksanaan berupa kemoterapi,
radiasi, ataupun biopsi sesuai dengan stadium penyebaran carsinoma.
Salah satu cara mencegahnya ialah melakukan pemeriksaan secara dini
(SADARI), dan pola hidup sehat. Lebih cepat mendeteksi maka risiko
kesembuhannya juga semakin besar.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Rozi. 2012. Buku Saku Kedokteran: Antibiotika. Jakarta: ECG


Alpusari, M., & Putra, R. A. (2015). The application of cooperative direct
learning (DL) model to increase the process science skills in class IV
elementry school number 81 Pekanbaru city. International Journal of
Science and Research (IJSR), 4(4), 2805-2808
Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ariani, Sofi (2016). Stop Gagal Ginjal dan Gangguan Ginjal Lainnya.
Yogyakarta: Istana Media.
Aulton, M.E., 2012, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design,
Educational Low-Proced Books Scheme, Hongkong, 644-645
Brunner & Suddarth. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Dewi, G. A. T., & Hendrati, L. Y. (2015). Analisis Risiko Kanker Payudara
Berdasar Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Usia
Menarche. Jurnal Berkala Epidemiologi. 3(1) : 12–23
Dhanabalan, V., 2013. Tingkat Pengetahuan Penderita dan Keluarga Penderita
Tentang Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik
Medan Tahun 2013. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Dr. Mahmudah Enny Widyaningrum.2011. Influence of motivation and culture on
organizational commitment and performence employee of Medical
Services: Academic Research International.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes RI. 2016. InfoDatin Bulan Peduli Kanker Payudara. 2016.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

19
Puspita Exa. (2016). Skripsi : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Berobat pada Penderita Hipertensi dalam Menjalani
Pengobtan di Puskesmas Gunungpati Kota Semarang.
Sari Yanita Nur Indah. 2017. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika
Setiani, Rury. 2012. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan
Tingkat Suku Bunga terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Volume 3 No 1. Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC;
2012.
Smeltzer., & Bare. (2015). Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Sun, et. al. (2017). Risk factors and preventions of breast cancer. International
Journal of Biological Sciences, 13(11), pp. 1387–1397. doi:
10.7150/ijbs.21635.
Wijaya, A. s., & Putri, Y. M. (2013). KMB1 (Keperawatan Medikal Bedah).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Williams., & Wilkins. (2012). Nursing:Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala
Penyakit. jakarta : PT Indeks.
World Health Organization (2017). Mental disorders fact sheets. World
Health Organization.

20

Anda mungkin juga menyukai