Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER

OVARIUM

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Maternitas
Yang dibina oleh Ibu Dra. Goretti Maria Sindarti, M.Kes

Oleh
Kelompok 4/Tingkat 2A
Ida shiva ariani (P17211191003)
Alfina Nur Alifah (P17211191009)
Nurul Azizah (P17211191011)
Putri Naila F H (P17211191022)
Fera Ilmawati (P17211193029)
Iswandi (P17211193054)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
Oktober 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa memberikan hidayat,
sehingga saya dapat menyusun sebuah makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Ovarium”.
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan
maternitas. Rasa terima kasih tidak lupa saya ucapkan kepada pembiming
yang bertangung jawab untuk pemenuhan tugas ini, kepada Ibu Dra. Goretti
Maria Sindarti, M.Kes. Harapannya penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca untuk mengetahui tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Kanker Ovarium”.

Malang, 13 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI..........................................................................3


2.1 Konsep Kanker Ovarium.........................................................................3
2.1.1 Pengertian Kanker Ovarium.................................................................3
2.1.2 Penyebab Kanker Ovarium..................................................................3
2.1.3 Tanda Gejala Kanker Ovarium.............................................................4
2.1.4 Patofisiologi Kanker Ovarium..............................................................5
2.1.5 Klasifikasi Histologi Kanker Ovarium................................................10
2.1.6 Klasifikasi Stadium Ovarium..............................................................10
2.1.7 Penatalaksanaan Kanker Ovarium.......................................................12
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Ovarium..........................................13
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium...................................13
2.2.1 Pengkajian...........................................................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................15
2.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................16
2.2.3 Implementasi Keperawatan.................................................................28
2.2.4 Evaluasi...............................................................................................28
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kanker Ovarium..............................30
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.....................................................................30
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................34
2.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................40
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................46
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................51

ii
BAB 3 PENUTUP........................................................................................53

DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………….. 54

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker ovarium atau kanker induk telur adalah kanker yang terdapat pada
reproduksi wanita tepatnya diorgan ovarium. Kanker ovarium merupakan
keganasan ginekologi yang menempati urutan keempat dari semua jenis
kanker ginekologi yang paling sering terjadi diseluruh dunia dan merupakan
penyebab kematian utama (47% dari semua kematian akibat kanker
ginekologi) (Ferlay et al., 2013). Kanker ini ditempatkan sebahai kanker
mematikan bagi wanita. Menurut World Health Organization (WHO)
kasus kanker ovarium meliputi 30% dari keganasan yang dijumpai pada organ
reproduksi wanita atau sekitar 204 ribu kasus per tahun.
Tumor ovarium diperkirakan 30% dari seluruh kanker pada sistem
genitalia wanita. Haltersebut dibuktikan terhapat penelitian sampel dari
penderita kanker ovarium di RSUD dr. H. Abdul Moeloek (RSAM) Bandar
Lampung dari tahun 2009-2013. Didapatkan sampel sebanyak 24 orang. usia
penderita kanker ovarium di RSAM Bandar Lampung yang terbanyak adalah
berusia 31-40 tahun yaitu 10 orang (41,7%).
Kanker ovarium ini kebanyakan sulit dideteksi pada awal menderita.
Hampir kebanyakan penderita kanker ovarium mengetahui penyakitnya ketika
sudah menjalar ke perut dan pinggul. Dalam sebuah penelitian di RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Ukuran kanker ovarium yang terbanyak yaitu berukuran 10
cm dan 15 cm yaitu masing-masing sebanyak 8 orang (33,3%). Jenis kanker
yang terbanyak adalah karsinoma epitelial yaitu 16 orang (66,7%) dengan
jenis terbanyak adalah adenokarsinoma jenis serosum sebanyak 5 orang
(20,8%). Simpulan, sebagian besar penderita penyakit kanker ovarium di
RSAM Bandar Lampung periode 2009-2013 berusia 31-40 tahun, dengan
diameter 10 cm dan 15 cm. Jenis kanker yang paling sering dijumpai adalah
karsinoma epitelial yaitu adenokarsinoma jenis serosum.
Berbahaya dan mematiannya kanker ovarium ini seolah menjadi hal yang
menakutkan oleh kalangan wanita. Sehingga, peran tenaga medis sangat

1
2

dibutuhkan disini. Baik saat menjaga kesehatan dan terlebih saat menangani
pasien.
Saat kanker ovarium diderita oleh wanita bukun hanya kekurangan fisik
yang dideritanya melainkan juga psikis, sosial bahkan spiritualnya. Disini
peran perawat sangat diperlukan. Sebab seorang perawat tentunya akan
memberikan asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan menangain
pasien kanker oavarium. Asuhan keperawatan tersebut tentunya ada banyak
tindakan serta manfaat untuk seorang pasien.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan dari pembentukan makalah ini adalah dapat melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami kanker ovarium.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan kanker ovarium
2. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kanker
ovarium
3. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium
4. Menyusun tindakan keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium
5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan kanker ovarium
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit Kanker Ovarium


2.1.1 Pengertian Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan
sebab pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak
ada tes screening awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada
tanda-tanda awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami
ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak (Digiulio, 2014).
Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh di sel ovarium, kanker
ovarium terdiri dari sel yang terus tumbuh dan sel ini dapat
menghancurkan jaringan disekitarnya, sel kanker dapat menyebar
(bermetastasis) ke bagian tubuh yang lain, kanker ovarium juga
merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan menjadi tiga
jenis utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan
epithelial ovarium cancer (Canadian Cancer Society, 2017).
2.1.2 Penyebab Kanker Ovarium
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor
resiko terjadinya kanker ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai
berikut.
1. Faktor lingkungan
Insiden terjadinya ovarium umumnya terjadi di negara industri.
2. Faktor reproduksi
a. Meningkatnya siklus ovulatory berhubungan dengan tingginya
resiko menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya
perbaikan epitel ovarium.
b. Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat
meningkatkan resiko dua sampai tiga kali.
c. Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat
mengurangi resiko terjadinya kanker.

3
4

d. Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50% jika


dikonsumsi selama lima tahun atau lebih.
e. Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI.
3. Faktor genetik
a. 5-10% adalah herediter.
b. Angka resiko terbesar 5% pada penderita satu saudara dan
meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang
menderita kanker ovarium.
2.1.3 Tanda dan Gejala Kanker Ovarium
Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium
sebagai berikut.
1. Perut membesar/merasa adanya tekanan
2. Dispareunia
3. Berat badan meningkat karena adanya massa/asites
Menurut Brunner (2015), tanda dan gejala kanker ovarium yaitu:
1. Peningkatan lingkar abdomen
2. Tekanan panggul
3. Kembung
4. Nyeri punggung
5. Konstipasi
6. Nyeri abdomen
7. Urgensi kemih
8. Dyspepsia
9. Perdarahan abnormal
10. Flatulens
11. Peningkatan ukuran pinggang
12. Nyeri tungkai
13. Nyeri panggul
5

2.1.4 Patofisiologi Kanker Ovarium


Kanker ovarium disebabkan oleh zat-zat karsinogenik sehingga
terjadi tumor primer, di mana akan terjadi infiltrasi di sekitar jaringan
dan akan terjadi implantasi. Implantasi merupakan ciri khas dari tumor
ganas ovarium. Gejala yang terjadi pada kanker ovarium adalah gejala
samar dan ascites. Ascites adalah kelebihan volume cairan di rongga
perut, sedangkan gejala samarnya, yaitu perut sebah, makan sedikit
tapi cepat kenyang, sering kembung, dan nafsu makan menurun.
Manifestasi klinik terutama berupa rasa tidak enak di perut bagian
bawah atau tenesmus. Pada stadium awal dapat timbul acites; dengan
cepat kanker tumbuh melampaui kavum pelvis hingga teraba massa,
menstruasi tidak teratur, dapat timbul pendarahan per vagina. Tanda
dan gejala pada pasien kanker ovarium bervariasi dan tidak spesifik.
Pada stadium awal berupa menstruasi yang tidak teratur, ketegangan
menstrual yang meningkat, menoragia, nyeri tekan pada payudara,
menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dyspepsia, tekanan
pada pelvis, sering berkemih, flatulenes, rasa begah setelah makan
makanan kecil, lingkar abdomen yang terus meningkat.
6
7
8
9

2.1.5 Klasifikasi Histologi Kanker Ovarium


Menurut Price & Wilson (2012), kanker ovarium belum ada
keseragamannya, namun belum ada perbedaan sifat yang begitu
berarti. Kanker ovarium dibagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan
jaringan asal tumor yaitu sebagai berikut.
1. Tumor-tumor epiteliel
Tumor-tumor epiteliel menyebabkan 60% dari semua neoplasma
ovarium yang diklarifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan
ganas, dan ganas. Keganasan epitel yang paling sering adalah
adenomakarsinoma serosa.
2. Tumor stroma gonad
Tumor ovarium stroma berasal dari jaringan penyokong ovarium
yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor
ini jarang ditemukan.
3. Tumor-tumorl germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum,
umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi
ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma,
disgermioma dan tumor sinus endodermal.

2.1.6 Klasifikasi Stadium Kanker Ovarium


Menurut Prawirohardjo (2014), klasifikasi stadium menurut FIGO
(Federation International de Gynecologis Obstetrics) 1998 sebagai
berikut.
Stadium FIGO Kategori
Stadium I Tumor terbatas pada ovarium
Ia Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh,
tidak ada tumor pada permukaan luar, tidak
terdapat sel kanker pada cairan asites atau pada
bilasan peritoneum
Ib Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul
utuh, tidak terdapat tumor pada permukaan luar,
tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau
10

bilasan peritoneum
Ic Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium
dengan satu dari tanda-tanda sebagai berikut :
kapsul pecah, tumor pada permukaan luar
kapsul, sel kanker positif pada cairan asites atau
bilasan peritoneum
Stadium II Tumor mengenai satu atau dua oavrium dengan
perluasan ke pelvis
IIa Perluasan dan implan ke uterus atau tuba falopi.
Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan
peritoneum
IIb Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel
kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum
IIc Tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker
positif pada cairan asites atau bilasan peritoneum
III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara
mikroskopik di luar pelvis atau metastasis ke
kelenjar getah bening regional
IIIa Metastasis peritoneum mikroskopik di luar
pelvis
IIIb Metastasis peritoneum makroskopik di luar
pelvis dengan diameter terbesar 2 cm atau
kurang
IIIc Metastasis peritoneum di luar pelvis dengan
diameter terbesar lebih dari 2 cm atau metastasis
kelenjar getah bening regional
IV Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila
terdapat efusi pleura, maka cairan pleura
mengandung sel kanker positif. Termasuk
metastasis pada parenkim hati

2.1.7 Penatalaksanaan Kanker Ovarium


1. Penatalaksanaan medis
a) Pembedahan
11

Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker ovarium


sampai stadium IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi,
akan tetapi mempunyai keunggulan dapat meninggaklan ovarium
pada pasien usia pramenopouse. Kanker ovarium dengan diameter
lebih dari 4 cm menurut beberapa peneliti lebih baik diobati dengan
kemoradiasi daripada operasi.
b) Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama
mulai stadium IIB sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang
lebih kecil tetapi bukan kandidat untuk pembedahan. Penambahan
cisplatin selama radio terapi whole pelvic dapat memperbaiki
kesintasan hidup 30% sampai 50%.
c) Kemoterapi
Terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi
lanjutan atau untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi
yang paling aktif adalah ciplastin. Carboplatin juga mempunyai
aktivitas yang sama dengan cisplatin.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Selama hopstitalisasi, perawat melakukan pemantauan fisiologis
dan prosedur teknis, serta memberikan tindakan kenyamanan. Perawat
memberikan dukungan untuk membantu keluarga berkoping dan
menyesuaikan diri, memberi kesempatan untuk menceritakan dan
mengatasi rasa takut, serta membantu mengoordinasikan sumber
dukungan bagi keluarga dan proses pemulihan.
Apabila pasien menderita penyakit terminal, alternatif asuhan,
seperti hospice care, perawatan di rumah, dan fasilitas asuhan
multilevel yang dapat mendukung kualitas kehidupan dan kematian
yang damai mulai digali. Alternatif ini meningkatkan fungsi selama
mungkin, meredakan nyeri, mendorong interaksi dengan orang yang
dcintai, dan memberikan dukungan emosional dan spritual.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Ovarium


12

Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena
itu, apabila ada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista
tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium). Pemeriksaan
diagnostik kanker ovarium menurut Brunner (2015), sebagai berikut.
a. Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125
sangat bermanfaat untuk wanita yang bersiko tinggi.
b. Pemeriksaan pra operasi dapat mencakup enema barium atau
kolonoskopi, serangkaian pemeriksaan GI atas, MRI, foto ronsen
dada, urografi IV, dan pemindaian CT scan.

2..2 Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium


2.2.1 Pengkajian
a. Data umu klien, meliputi nama lengkap, usia, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami,
umur, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan alamat
tempat tinggal. Keganasan kanker ovarium dijumpai pada
usia 45 tahun atau sebelum menarche.
b. Anamnese, meliputi diagnosa medis, keluhan utama,
keluhan saat pengkajian, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit yang lalu (pernah memilki kanker kolon,
kanker payudara, dan kanker endometrium), riwayat
kesehatan keluarga (pernah mengalami kanker payudara
dan kanker ovarium yang berisiko 50%), riwayat
menstruasi (biasanya akan mengalami nyeri hebat pada saat
menstruasi dan terjadi gangguan siklus menstruasi), riwayat
perkawinan, riwayat KB, pola aktivitas sehari-hari, dan
riwayat psikososial.
c. Riwayat obstetric, biasanya wanita yang tidak memiliki
anak karena ketidakseimbangan sistem hormonal dan
wanita yang melahirkan anak pertama di usia >35 tahun
(Padila, 2015).
13

d. Pemeriksaan fisik, meliputi kesadaran, pemeriksaan kepala,


rambut, telinga, leher, thoraks, wajah, paru-paru, jantung,
payudara, abdomen, genitalia, dan ekstremitas.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan/atau perkusi.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Menurut Ritu Salani (2011) yang harus dilakukan pada
kanker ovarium yaitu :
a. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan
mutase gen yang abnormal.
b. Penanda atau memastikan tumor menunjukkan
antigen karsinoma ovarium, antigen
karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan
abnormal atau menurun yang mengarah ke
komplikasi.
2. Pencitraan
USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan
ukuran tumor. Pada stadium awal tumor berada di
ovarium, stadium II sudah menyebar ke rongga
panggul, stadium III sudah menyebar ke abdomen, dan
stadium IV sudah menyebar ke organ lain seperti hati,
paru-paru, dan gastrointestinal.
3. Prosedur diagnostik
Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak
khas. Pada stadium III kanker ovarium cairan asites
positif sel kanker.
4. Pemeriksaan lain
Laparotomi eksplorsai, termasuk evalusai nodus limfe
dan reaksi tumor, dibutuhkan untuk diagnosis yang
akurat dan penetapan stadium berapa kanker ovarium
tersebut.
14

f. Terapi/penatalaksanaan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor biologis.
c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan
kandung kandung kemih.
d. Disfungsi sesksual berhubungan dengan perubahan
fungsi/struktur tubuh.
e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
15

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Dx Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
berhubungan intervensi -Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, -Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang
dengan agen keperawatan, maka frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. berhubungan dengan nyeri merupakan suatu hal yang
pencedera tingkat nyeri -Identifikasi skala nyeri sangat penting untuk dikaji untuk memilih
fisiologis menurun dengan -Monitor efek samping penggunaan analgetik implementasi yang cocok dan untuk mengevaluasi
kriteria hasil: Terapeutik : keefektifan dari terapi yang diberikan.
-Keluhan nyeri Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam -Identifikasi skala nyeri berhubungan dengan tingkat
menurun pemilihan strategi meredakan nyeri. nyeri yang dirasakan oleh pasien sehingga dapat
-Gelisah menurun Edukasi : dipilih implementasi yang sesuai dengan tingkat nyeri
-Frekuensi nadi -Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri. yang dirasakan oleh pasien.
membaik -Jelaskan strategi meredakan nyeri. -Pemberian obat analgetik untuk membantu
-Tekanan darah -Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat mengurangi nyeri yang dirasakan pasien merupakan
membaik Kolaborasi : salah satu tindakan yang memerlukan monitor akan
-Nafsu makan Kolaborasi pemberian analgetik. efek samping obat, sehingga perawat dapat menilai
membaik keefektifan dari obat analgetik yang diberikan.
Terapeutik :
16

Terdapat beberapa strategi untuk meredakan nyeri,


untuk itu perlu dilakukan pengkajian yang mendalam
mengenai jenis dan sumber nyeri, agar tindakan
strategi meredakan nyeri yang dilakukan dapat bekerja
secara efektif
Edukasi :
-Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai
hal-hal yang bisa menimbulkan nyeri dan
memperparah nyeri yang dirasakan agar dapat
melindungi dan mengawasi pasien untuk tidak
melakukan hal tersebut.
-Menjelaskan beberapa strategi yang dapat dilakukan
untuk membantu mengurangi nyeri agar pasien dapat
mengontrol nyeri sehingga nyeri yang dirasakan dapat
berkurang
-Penggunaan analgetik harus dalam pengawasan
dokter dan perawat juga harus mengedukasi
penggunaan analgetik kepada pasien agar obat tersebut
tidak disalahgunakan
17

Kolaborasi :
Tingkatan nyeri yang dialami pasien tentu beragam,
mulai dari ringan, sedang, dan berat. Pada nyeri ringan
dan sedang teknik mengurangi rasa nyeri bisa
menggunakan beberapa teknik relaksasi atau
pengunaan obat analgetik pada nyeri sedangpun
dosisnya tidak tinggi. Namun, apabila nyeri berat harus
dibantu dengan pemberian obat analgetik untuk
membantu mengurangi nyeri yang dirasakan, tentu
dengan dosis yang lebih tinggi dibanding nyeri sedang.
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
berhubungan intervensi, maka -Identifikasi status gizi -Identifikasi status gizi pasien dilakukan untuk
dengan faktor status nutrisi -Identifikasi makanan yang disukai mengetahui apakah status gizi pasien
biologis membaik dengan -Identifikasi perlunya penggunaan selang kelebihan/cukup/kekurangan gizi. Sehingga
kriteria hasil: nasogastrik implementasi yang dipilih dapat disesuaikan dengan
-Porsi makan yang -Monitor berat badan status gizi pasien
dihabiskan Terapeutik: -Identifikasi makanan yang disukai pasien dilakukan
meningkat -Fasilitasi menentukan pedoman diet untuk mengetahui makanan apa yang disukai/tidak
-Nyeri abdomen -Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah disukai oleh pasien, sehingga dalam pemberian
18

menurun konstipasi makanan dapat disesuaikan dengan kesukaan pasien


-Berat badan -Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi dan diharapkan nafsu makan pasien membaik.
membaik protein.
-Identifikasi kemampuan pasien dalam menerima
-Nafsu makan Edukasi:
nutrisi secara oral. Jika pasien tidak mampu menerima
membaik Anjurkan diet yang diprogramkan
nutrisi secara oral, maka akan dipasang selang NGT
- Bising usus Kolaborasi:
untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan
membaik Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
nutrisinya.
yaitu analgesik
-Monitor berat badan pasien dibutuhkan untuk melihat
perubahan atau fluktuasi berat badan pasien, sehingga
perawat dapat menilai keefektifan dari tindakan yang
diberikan kepada pasien.

Terapeutik:
-Pemberian makanan tinggi serat kepada pasien adalah
untuk mencegah terjadinya konstipasi pada pasien.
Sehingga tidak menimbulkan komplikasi dalam proses
perawatannya.
-Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein
adalah untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan
19

energi dan untuk menggantikan zat-zat tubuh yang


hilang akibat dari perdarahan yang terjadi.

Edukasi:
Diet yang dilakukan kepada pasien adalah diet untuk
meningkatkan berat badan. Sehingga dengan pasien
melakukan semua diet yang telah diprogramkan
diharapkan berat badan pasien meningkat secara
perlahan.
Kolaborasi:
Pemberian medikasi yaitu obat analgesik sebelum
makan dilakukan pada pasien yang seringkali
merasakan nyeri perut ketika akan makan. Dengan
demikian diharapkan nafsu makan pasien meningkat
karena rasa nyeri dapat dihilangkan sementara dengan
pemberian obat analgesik sebelum makan.
Gangguan Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
eliminasi urin intervensi -Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan -Distensi kandung kemih yang berlebihan
berhubungan keperawatan, maka palpasi/perkusi menyebabkan buruknya kontraktilitas otot detrusor,
dengan eliminasi urin -Monitor intake dan output cairan sehingga mengganggu urinary. Maka perlu dilakukan
20

penekanan membaik dengan -Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urin monitor tingkat distensi kandung kemih dengan
kandung kriteria hasil : -Identifikasi tanda-tanda risiko palpasi/perkusi.
kemih -Desakan berkemih ketidakseimbangan cairan -Intake dan output cairan harus balance/seimbang.
(urgensi) menurun -Monitor efek agen farmakologis. Maka perlu dilakukan monitor intake dan output cairan
-Frekuensi BAK Terapeutik: dengan harapan intake dan output balance.
membaik. Pasang kateter urine -Urin yang sehat harus dalam batasan/karakteristik
-Sensasi berkemih Edukasi: normal dari aspek jumlah, warna, dan berat jenis.
meningkat. -Anjurkan pasien atau keluarga mencatat output Maka perlu dilakukan monitor jumlah, warna, dan
-Berkemih tidak urine berat jenis untuk memantau urin agar selalu dalam
tuntas menurun. batasan normal.
-Karakteristik urin -Ketidak seimbangan cairan dapat menyebabkan
membaik terjadinya hypervolemia atau hipovolemia. Maka perlu
dilakukan identifikasi tanda-tanda risiko
ketidakseimbangan cairan untuk mengantisipasi
terjadinya hypervolemia atau hypovolemia.
-Obat-obatan dapat menyebabkan produksi urin
meningkat. Maka dari itu kita harus memonitor efek
samping obat-obatan .
Terapeutik:
21

-Pemasangan kaeteter urin untuk mengosongkan


kandung kemih dan membantu kandung kemih
berfungsi sebagaimana mestinya.
Edukasi:
-Pencatatan output urin oleh keluarga perlu dilakukan
agar eliminasi urin selalu terpantau.
Disfungsi Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
seksual tindakan Monitor stres, kecemasan, depresi, dan penyebab Pada pasien dengan kanker ovarium perlu dilakukan
berhubungan keperawatan disfungsi seksual monitor terhadap stress, kecemasan, depresi, dan lain-
dengan selama, maka fungsi Terapeutik: lain. Hal ini dikarenakan pasien pasti akan mengalami
perubahan seksual membaik -Fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan gangguan pada proses dan pola hubungan seksualnya.
fungsi/struktur dengan kriteria -Berikan kesempatan kepada pasangan untuk Maka dari itu perlu dilakukan monitor terhadap
tubuh hasil: menceritakan permasalahan seksual beberapa hal agar perawat bisa membuat pasien
-Kepuasan -Berikan pujian terhadap perilaku yang benar menjadi relax dan tidak banyak pikiran lagi.
hubungan seksual -Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan Terapeutik:
meningkat. dengan menggunakan bahasa yang mudah -Pasien tentu akan merasakan beberapa hal yang
-Verbalisasi fungsi diterima, dipahami, dan tidak menghakimi kurang nyaman saat berhubungan seksual akan tetapi
seksual berubah Edukasi: di satu sisi pasien juga tidak bisa menolak permintaan
menurun. -Jelaskan efek pengobatan, kesehatan, dan pasangannya, maka dari itu perawat perlu
22

-Verbalisasi penyakit disfungsi seksual memfasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan
aktivitas seksual -Informasikan pentingnya modifikasi aktivitas agar tidak terjadi kesalahpahaman dan juga agar
berubah menurun. seksual kondisi pasien tidak semakin parah.
-Setelah perawat mengkomunikasikan beberapa hal
kepada pasien dan pasangan, maka selanjutnya
diharapkan pasien dan pasangan membicarakan
permasalahan yang dialami, sehingga harapannya
adalah pasien dan pasangan sama-sama dapat
menerima kondisi yang ada saat ini.
-Perawat tidak hanya cukup untuk memberikan
edukasi kepada pasien dan pasangan, namun perawat
juga bisa menyampaikan beberapa saran yang dapat
dijadikan sebagai pilihan untuk memecahkan
permasalahan yang sedang dialami, tentunya dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan
pasangannya.

Edukasi:
-Pengobatan yang diberikan kepada pasien tentu
memiliki efek samping terhadap beberapa hal, salah
23

satunya yaitu penampilan fisiknya yang akan berubah


seiring dengan pengobatan kemoterapi yang dijalani.
Maka dari itu penting untuk dilakukan
edukasi/pemberian penjelasan kepada pasien dan
pasangan mengenai efek dari pengobatan yang
dilakukan terhadap status kesehatan dan terhadap
penyakit pasien.
-Modifikasi seksual perlu dilakukan sebagai salah satu
cara untuk mengatasi permasalahan yang sedang
dialami oleh pasien dan juga agar hubungan antara
pasien dan pasangannya tidak canggung

Ansietas Setelah dilakukan Observasi: Observasi


berhubungan intervensi -Identifikasi saat tingkat ansietas berubah -Tingkat ansietas dapat berubah karena stress oleh
dengan kurang keperawatan, maka -Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non karena itu identifikasi saat tingkat ansietas berubah
terpapar tingkat ansietas verbal) penting dilakukan untuk menentukan implementasi
informasi menurun dengan Terapeutik: yang cocok.
kriteria hasil: -Ciptakan suasana terapeutik untuk -Tanda-tanda ansietas dapat berupa ungkapan perasaan
-Verbalisasi menumbuhkan kepercayaan atau mimik wajah. Monitor tanda-tanda ansietas
24

khawatir akibat -Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, penting dilakukan untuk mengetahui tingkat ansietas
kondisi yang jika memungkinkan yang dialami pasien.
dihadapi menurun -Pahami situasi yang membuat ansietas Terapeutik:
-Perilaku gelisah -Dengarkan dengan penuh perhatian -Menciptakan suasana terapeutik yang nyaman penting
menurun -Gunakan pendekatan yang tenang dan dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan antara
-Pola tidur membaik meyakinkan pasien dengan perawat sehingga pasien dapat terbuka
Edukasi: menceritakan apa yang dialami kepada perawat.
-Informasikan secara factual mengenai diagnosis, -Jika pasien yang mengalami ansietas memiliki teman
pengobatan, dan prognosis untuk bercerita maka kecemasan yang dialami akan
-Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien berkurang karena ada seseorang yang berada
-Latihan teknik relaksasi disampingnya yang mau mendengarkan keluh
Kolaborasi: kesahnya sehingga tidak lagi dipendam sendiri.
Kolaborasi pemberian obat antiansietas -Memahami situasi ansietas penting dilakukan untuk
menghindari kesalahan dalam memberikan saran dan
membuat pasien tidak mudah tersinggung. Karena jika
kita tidak memahami situasi ansietas maka akan
memperburuk keadaan.
-Mendengarkan dengan penuh perhatian penting
dilakukan karena dengan begitu pasien akan merasa
25

nyaman ketika bercerita dan merasa tidak terabaikan.


-Emosi seseorang ketika mengalami ansietas mudah
berubah. Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang
meyakinkan dan menenagkan sehingga pasien dapat
menerima pendapat yang diberikan.
Edukasi:
-Menginformasikan secara factual terkait diagnosis,
prognosis, dan pengobatan penting dilakukan sehingga
pasien mengetahui status kesehatannya saat ini.
-Jika keluarga tetap bersama pasien maka kecemasan
yang dialami akan berkurang karena ada dukungan
dari keluarga.
-Relaksasi merupakan salah satu teknik yang
digunakan untuk mengurangi kecemasan dan
ketegangan. Pada saat tubuh dan pikiran rileks,
seringkali secara otomatis stress yang menjadi
penyebab otot-otot tegang terabaikan.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat antiansietas dilakukan pada
26

ansietas ringan hingga berat. Obat-obatan antiansietas


bekerja dengan cara mempengaruhi sistem saraf pusat
yang memberikan efek menenangkan atau mengantuk.
27

2.2.3 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien
kanker ovarium yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan pada pasien kanker
ovarium. Tindakan keperawatan tersebut melipu tindakan
mandiri dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah
tindakan berdasarkan kesimpulan perawat sendiri. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan yang bekerjasama dengan dokter,
ahli gizi, dan lain-lain. Bekerjasama dengan dokter misalnya
tindakan pemberian obat dan tindakan pembedahan.
Bekerjasama dengan ahli gizi misalnya menentukan diet pasien
kanker ovarium.
2.2.4 Evaluasi
Evaluasi keperawatan yaitu melihat respon pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan pada pasien kanker ovarium
dengan cara melakukan identifikasisejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi keperawatan kita harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan memahami respon
pasien serta menggambarkan kesimpulan tujuan yang dicapai
dalam menghubungkan tindakan keperawatan dengan kriteria
hasil. Ada 2 jenis evaluasi yaitu:
a. Evaluasi formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat melakukan
tindakan keperawatan dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif
Merupakan hasil observasi dan analisis status pasien
kanker ovarium berdasarkan tujuan yang direncanakan.
Evaluasi juga sebagai alat ukur apakah tujuan sudah
tercapai, tercapai sebagian atau tidak tercapai.
28

1) Tujuan tercapai
Tujuan ini dikatakan tercapai apabila pasien kanker
ovarium menunjukkan kemajuan yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan
tidak tercapai secara keseluruhan sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan sehingga masih perlu dicapai.
3) Tujuan tidak tercapai
Tujuan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan
kemajuan kearah kriteria yang telah ditetapkan.
29

2.3 Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kanker Ovarium


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
FORMAT PENGKAJIAN GANGGUAN REPRODUKSI

Askep : Pasien yang mengalami kanker ovarium


Tanggal Pengkajian : 04 Agustus 2020
Ruang/RS : Mawar/ RS Siti Fatimah

A. DATA UMUM KLIEN


1. Nama Klien : Ny. S
2. Usia : 30 tahun
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Kawin
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tanggga
6. Pendidikan Terakhir: SMA
7. Nama suami : Tn. P
8. Umur : 32 tahun
9. Agama : Islam
10. Pekerjaan : Karyawan Swasta
11. Pendidikan terakhir: S1
12. Alamat : Jalan Dahlia, Desa Kebonsari, Lawang

B. ANAMNESE
1. Diagnosa Medis : Kanker Ovarium Stadium 2a
2. Keluhan Utama : Nyeri abdomen
3. Keluhan Saat Pengkajian : Nyeri abdomen dan perdarahan
pervaginam
4. Riwayat Penyakit Sekarang : Ny.S yang berusia 30 tahun mengeluh
nyeri abdomen yang disertai perdarahan pervaginam yang abnormal
pasca sengga sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit, perut
membesar dan terasa kembung sejak 2 minggu yang lalu, pasien
30

mengeluh mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu, pasien juga
mengatakan bahwa siklus menstruasinya tidak teratur dan merasakan
nyeri hebat ketika menstruasi. Kemudian, pada hari Senin, tanggal 03
Agustus 2020 Ny.S dibawa ke Rumah Sakit pada pukul 22.00 WIB.
Sesampainya di Rumah Sakit Ny.S kemudian melakukan pemeriksaan
fisik, USG ginekologi, dan biopsi.
5. Riwayat Penyakit yang Lalu: tidak ditemukan masalah kesehatan
6. Riwayat Kesehatan Keluarga: Bu de pasien oernah menderita penyakit
kanker ovarium
7. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Kelas 6 SD Umur: 13 tahun
b. Siklus : Antara 27-30 hari
c. Jumlah : 30-80 cc
d. Lamanya : 5-7 hari
e. Keteraturan : Tidak teratur
f. Desmenorhea : Ada, dengan skala nyeri 7
g. Masalah khusus : Tidak ada
8. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : Kawin 1 kali
b. Dengan suami : Tn.P
c. Lama perkawinan : 5 tahun
9. Riwayat KB : Menggunakan KB suntik
10. Pola Aktivitas Sehari-Hari
a. Makan dan minum : Makan 3 kali sehari (makan nasi dan lauk
1 porsi habis) dan minum 7-8 kali sehari (minum 7-8 gelas air putih
perhari)
b. Pola eliminasi : BAB 4x/minggu (550 cc) dan BAK
6x/hari (800 cc)
c. Pola istirahat dan tidur : Pasien beristirahat dengan cukup (tidur
malam 7 jam dan tidur siang 1 jam) dan pasien tidur dengan nyenyak
d. Kebersihan diri : Personal hygiene pasien baik, sehingga
tidak timbul permasalahan dalam hal personal hygiene
31

11. Riwayat Psikososial : Tidak ditemukan masalah


C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Compos mentis
2. Tanda-Tanda Vital : S = 37oC, N = 110 x/menit, T = 165/90
mmHg, RR = 20 x/menit
3. Pemeriksaan kepala dan leher: bentuk kepala bulat, kulit kepala
bersih, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri. Tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, tidak ada peningkatan JVP, dan tidak ada nyeri tekan
4. Dada dan thorax : Simetris, tidak ada nyeri tekan
5. Payudara : Bentuk kedua payudara simetris, kondisi
payudara bersih, dan tidak terdapat nyeri tekan
6. Abdomen : teraba masa kistik campur padat
berukuran 15 cm x 15 cm dengan batas tegas, terdapat shifting
dullnes, distensi abdomen, dan asites yang masif
7. Genetalia : Serviks dan uterus dapat terdorong pada
satu sisi, porsio berdungkul, rapuh, dan mudah berdarah.
8. Ekstremitas : Simetris, tidak terdapat odema, tidak
terdapat varises, tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak bisa bergerak
bebas karena nyeri abdomen.
9. Pemeriksaan neurologis : tidak dilakukan pemeriksaan
10. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Cancer Antigen 125 (CA 125) yang hasilnya
kurang dari 35 U/ml yang mana kadar tersebut ditemukan meningkat
pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium.
32

Pemeriksaan USG Ginekologi

11. Terapi/penatalaksanaan :
1) Dua kolf infus 500 cc dengan tetesan 20 tetes/menit
2) Pemberian obat analgetik tablet morfin 15 mg 3x1hari

Malang, 4 Agustus 2020

(Dinda Amalia)
33

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


ANALISIS DATA
Nama pasien : Ny. S
No RM : 124xxxx
Hari/
Tgl/ DATA PENYEBAB MASALAH

Jam
Selasa, Data Subjectif : Sel-sel Nyeri Akut
4 berdiferensiasi
Klien mengeluh nyeri
Agustu abnormal
di daerah abdomen
s 2020
bagian bawah.
Terjadi proses
10.00
Data Objectif : hiperplasia dan

a. P : asites metaplasia

b. Q : seperti di
tusuk - tusuk Menjadi Tumor/Kista

c. R : abdomen
d. S :7 Kanker ovarium

e. T : setiap 3 jam
sekali selama 3 hari Seluler hipoksia
yang lalu
f. Tampak meringis Menyebar ke
peritonium parietal
g. Frekuensi nadi
meningkat hingga
Asites
110x/menit

h. Tekanan darah Nyeri akut pada


meningkat hingga abdomen
165/90 mmHg

i. Nafsu makan berubah


34

Hari/
Tgl/ DATA PENYEBAB MASALAH

Jam
Selasa, Data Subjectif : Kanker ovarium Defisit Nutrisi
4
Klien mengeluh nafsu
Agustu
makan berkurang,
s 2020 Metastase ke
mual, dan muntah
peritonium
10.00
Data Objectif :

a. Bising usus
Asites
hiperaktif mencapai
40x/menit

b. Membran mukosa Nyeri abdomen

tampak pucat

Merangsang aktivator
simpatis

Efek pada sistem


pencernaan

Mual dan muntah

Asupan makan
menurun

Defisit nutrisi
Selasa, Data Subjectif : Kanker ovarium Perfusi perifer
4 tidak efektif
Klien mengalami
35

Hari/
Tgl/ DATA PENYEBAB MASALAH

Jam
Agustu perdarahan pervaginal Perdarahan
s 2020 setelah bersenggama. pervaginal

10.00 Data Objectif :

a. Pengisian kapiler 4 Kehilangan darah


detik

b. Warna kulit klien


Jumlah sel darah
terlihat pucat
merah menurun
c. Nadi perifer menurun

d. Akral terasa dingin


Jaringan kekurangan
oksigen dan nutrisi

Perfusi perifer tidak


efektif
Selasa, Data Subjectif: Kanker ovarium Pola seksual
4 tidak efektif
a. Klien mengeluh sulit
Agustu
untuk melakukan
s 2020 Terasa nyeri di
aktivitas seksual karena
daerah vagina
10.00 asites

b. Klien mengeluh
nyeri pada vagina Pendarahan

menjadikan aktivitas pervaginal pasca

seksual tidak seperti senggarama

biasanya.

b. Klien mengatakan Penurunan fungsi


tidak bersenggama organ
36

Hari/
Tgl/ DATA PENYEBAB MASALAH

Jam
sejak 3 hari yang lalu

Data Objectif: Pola seksual tidak


efektif
Dari pemeriksaan
vagina didapatkan
porsio berdungkul,
rapuh, dan mudah
berdarah
37

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. S


No RM : 124xxxx
No Dx Diagnosis Keperawatan Tanggal Tanggal
ditemuka teratasi
n
D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan Agen 4 Agustus 5 Agustus
pencedera fisiologi yaitu neoplasma yang 2020 2020
dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak
meringis, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, dan nafsu makan
berubah

D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor 4 Agustus 5 Agustus


psikologis keengganan untuk makan yang 2020 2020
dibuktikan dengan nyeri abdomen, bising
usus hiperaktif, dan membran mukosa
tampak pucat
D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan 4 Agustus 5 Agustus
dengan kekurangan volume cairan yang 2020 2020
dibuktikan dengan pengisian kapiler >3
detik, warna kulit pucat, nadi perifer
menurun, dan akral terasa dingin
D.0071 Pola seksual tidak efektif berhubungan 4 Agustus 5 Agustus
dengan hambatan hubungan dengan 2020 2020
pasangan yang dibuktikan dengan
mengeluh sulit untuk melakukan aktivitas
seksual, mengungkapkan aktivitas seksual
berubah, mengungkapkan hubungan
38

dengan pasangan berubah, dan dari


pemeriksaan vagina didapatkan porsio
berdungkul, rapuh, dan mudah berdarah
2.3.3 Intervensi Keperawatan

No. Hari/ Diagnosa SLKI SIKI Rasional


tanggal/ keperawatan (Standar Luaran (Standar Intervensi
jam Keperawatan Indonesia) Keperawatan
Indonesia)
1. Selasa, Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
4 berhubungan intervensi selama 2x24 a. Identifikasi lokasi, a. Identifikasi karakteristik nyeri
Agustus dengan agen jam, maka Tingkat Nyeri karakteristik, dan faktor yang berhubungan
2020 pencedera Menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, dengan nyeri merupakan suatu
fisiologi yaitu hasil: kualitas, intesitas hal yang sangat penting untuk
10.00 neoplasma yang a. Keluhan nyeri nyeri dikaji untuk memilih
dibuktikan sedang b. Identifikasi skala implementasi yang cocok dan
dengan b. Meringis cukup nyeri untuk mengevaluasi keefektifan
mengeluh menurun c. Monitor efek dari terapi yang diberikan
nyeri, tampak c. Frekuensi nadi samping b. Identifikasi skala nyeri
meringis, membaik penggunaan berhubungan dengan tingkat
frekuensi nadi d. Tekanan darah analgetik nyeri yang dirasakan oleh pasien,
meningkat, cukup membaik Terapeutik: sehingga dapat dipilih
tekanan darah e. Nafsu makan Pertimbangkan jenis dan implementasi yang sesuai
meningkat, dan cukup membaik sumber nyeri dalam dengan tingkat nyeri yang di
nafsu makan pemilihan strategi rasakan pasien.
berubah. meredakan nyeri c. Pemberian obat analgetik untuk
Edukasi: membantu mengurangi nyeri
yang dirasakan pasien
a. Jelaskan
merupakan salah satu tindakan

39
penyebab, yang memerlukan monitor akan
periode, dan efek samping obat, sehingga
pemicu nyeri perawat dapat menilai
b. Jelaskan strategi keefektifan dari obat analgetik
meredakan nyeri yang diberikan
c. Anjurkan Terapeutik:
menggunakan Terdapat beberapa strategi untuk
analgetik secara meredakan nyeri, untuk itu perlu
tepat dilakukan pengkajian yang
Kolaborasi: mendalam mengenai jenis dan
Kolaborasi pemberian sumber nyeri, agar tindakan strategi
analgetik meredakan nyeri yang dilakukan
dapat bekerja secara efektif
Edukasi:
a. Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga mengenai hal-hal yang
bisa menimbulkan nyeri dan
memperparah nyeri yang
dirasakan agar dapat melindungi
dan mengawasi pasien untuk
tidak melakukan hal tersebut.
b. Menjelaskan beberapa strategi
yang dapat dilakukan untuk
membantu mengurangi nyeri
agar pasien dapat mengontrol
nyeri sehingga nyeri yang

40
dirasakan dapat berkurang
c. Penggunaan analgetik harus
dalam pengawasan dokter dan
perawat juga harus mengedukasi
penggunaan analgetik kepada
pasien agar obat tersebut tidak
disalahgunakan
Kolaborasi:
Tingkatan nyeri yang dialami pasien
tentu beragam, mulai dari ringan,
sedang, dan berat. Pada nyeri ringan
dan sedang teknik mengurangi rasa
nyeri bisa menggunakan beberapa
teknik relaksasi atau pengunaan obat
analgetik pada nyeri sedangpun
dosisnya tidak tinggi. Namun,
apabila nyeri berat harus dibantu
dengan pemberian obat analgetik
untuk membantu mengurangi nyeri
yang dirasakan, tentu dengan dosis
yang lebih tinggi disbanding nyeri
sedang.
2. Selasa, Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
4 berhubungan intervensi selama 2x24 a. Identifikasi status a. Identifikasi status gizi pasien
Agustus dengan faktor jam, maka Status Nutrisi gizi dilakukan untuk mengetahui
2020 psikologis Membaik dengan kriteria b. Identifikasi apakah status gizi pasien

41
keengganan hasil: makanan yang kelebihan/cukup/kekurangan
10.00 untuk makan a. Porsi makan yang disukai gizi. Sehingga implementasi
yang dibuktikan dihabiskan sedang c. Identifikasi yang dipilih dapat disesuaikan
dengan nyeri b. Nyeri abdomen sedang perlunya dengan status gizi pasien
abdomen, c. Berat badan sedang penggunaan b. Identifikasi makanan yang
bising usus d. Nafsu makan cukup selang nasogastrik disukai pasien dilakukan untuk
hiperaktif, dan membaik d. Monitor berat mengetahui makanan apa yang
membran e. Bising usus cukup badan disukai/tidak disukai oleh
mukosa tampak membaik Terapeutik: pasien, sehingga dalam
pucat. a. Berikan makanan pemberian makanan dapat
tinggi serat untuk disesuaikan dengan kesukaan
mencegah pasien dan diharapkan nafsu
konstipasi makan pasien membaik.
b. Berikan makanan c. Identifikasi kemampuan pasien
tinggi kalori dan dalam menerima nutrisi secara
tinggi protein oral. Jika pasien tidak mampu
menerima nutrisi secara oral,
maka akan dipasang selang
NGT untuk membantu pasien
memenuhi kebutuhan
Edukasi: nutrisinya.
Anjurkan diet yang d. Monitor berat badan pasien
diprogramkan dibutuhkan untuk melihat
Kolaborasi: perubahan atau fluktuasi berat
Kolaborasi pemberian badan pasien, sehingga perawat
medikasi sebelum makan dapat menilai keefektifan dari

42
yaitu analgesik tindakan yang diberikan kepada
pasien.
Terapeutik:
a. Pemberian makanan tinggi serat
kepada pasien adalah untuk
mencegah terjadinya konstipasi
pada pasien. Sehingga tidak
menimbulkan komplikasi dalam
proses perawatannya.
b. Pemberian makanan tinggi
kalori dan tinggi protein adalah
untuk membantu pasien
memenuhi kebutuhan energi
dan untuk menggantikan zat-zat
tubuh yang hilang akibat dari
perdarahan yang terjadi.
Edukasi:
Diet yang dilakukan kepada pasien
adalah diet untuk meningkatkan berat
badan. Sehingga dengan pasien
melakukan semua diet yang telah di
programkan untuknya, diharapkan
berat badan pasien meningkat secara
perlahan.
Kolaborasi:
Pemberian medikasi yaitu obat

43
analgesik sebelum makan dilakukan
pada pasien yang seringkali
merasakan nyeri perut ketika akan
makan. Dengan demikian diharapkan
nafsu makan pasien meningkat
karena rasa nyeri dapat dihilangkan
sementara dengan pemberian obat
analgesik sebelum makan.

44
2.3.4 Implementasi Keperawatan

No. TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD


PERAWAT
1. 4 Agustus 12.00 Membina hubungan saling
2020 percaya dengan keluarga dan
klien, dengan cara menyapa klien
dan memperkenalkan diri serta
menjelaskan maksud dan tujuan,
mendengarkan keluhan yang
dirasakan klien
13.00 Mengobservasi tanda-tanda vital
pasien, di dapatkan hasil sebagai
berikut:
RR : 20 x/m
S : 37 º C
N : 110 x/m
TD : 165/90 mmHg
Nadi teraba lemah dan tidak
teratur   
Dinda
13.40 Mengidentifikasi nyeri yang
dirasakan, didapatkan hasil
sebagai berikut:
P : asites
Q : seperti di tusuk - tusuk
R : abdomen
S :7
T : setiap 3 jam sekali
selama 3 hari yang lalu
15.15 Mempertimbangkan jenis nyeri
dan sumber nyeri dalam
pemberian tindakan untuk
meredakan nyeri yang dialami.
Jenis nyeri yang di alami pasien

45
adalah nyeri akut yang terletak
pada abdomen bagian bawah
yang terasa seperti ditusuk-tusuk.
15.45 Memberikan obat analgetik
morfin 15 mg setiap 8 jam,
didapatkan hasil sebagai berikut:
P : asites
Q : seperti di tusuk - tusuk
R : abdomen
S :5
T : setiap 1 jam sekali
2. 4 Agustus 16.00 Memonitor berat badan klien.
2020 Berat badan klien saat ini adalah
50 kg.
16.10 Mengkaji status gizi, makanan
yang di sukai, dan perlunya Dinda
penggunaan selang nasogastrik.
Status gizi yang dimiliki pasien
kurang baik, tetapi pasien tidak
memerlukan selang nasogastric
karena pasien masih bisa makan
dan minum melalui oral.
16.40 Menganjurkan diet yang telah
diprogramkan kepada klien.
Hasil yang di dapatkan adalah
klien mau mengikuti semua
program diet yang telah
direncanakan untuknya.
16.50 Memberikan obat tablet analgetik
morfin 15 mg sebelum makan.
Hasil yang di dapatkan adalah
pasien tidak mengalami nyeri
abdomen ketika akan makan dan
tidak terdapat tanda-tanda alergi

46
terhadap obat tersebut.
17.00 Memberikan makanan yang
tinggi serat, kalori, dan protein
kepada klien.
Klien menghabiskan setengah
porsi makanannya
3. 4 Agustus 18.30 Memeriksa sirkulasi perifer.
Dinda
2020 Klien tidak merasakan nyeri
ekstremitas.
18.50 Pemasangan dua kolf infus 500 cc
dengan tetesan 20 tetes/menit.
Pasien bersikap kooperatif selama
pemasangan infus.
19.10 Menganjurkan klien program diet
untuk memperbaiki sirkulasi.
Klien mengikuti program diet
yang telah di rencanakan.
19.30 Mengobservasi tanda-tanda vital
setelah aktivitas, didapatkan hasil
sebagai berikut:
RR : 18 x/m
S : 37 º C
N : 105 x/m   
TD : 160/80 mmHg
Nadi perifer teraba kuat, klien
berkeringat dan masih pucat pada
wajah.

47
4. 5 Agustus 07.30 Mengobservasi tanda-tanda vital
2020 setelah aktivitas, didapatkan hasil
sebagai berikut:
RR : 17 x/m
S : 37 º C
N : 95 x/m
TD : 160/80 mmHg

08.00 Memonitor stres, kecemasan,


dan depresi pada klien.
Klien mengatakan bahwa dirinya
tidak dalam keadaan stress,
cemas, dan depresi.
08.20 Memfasilitasi komunikasi antara
pasien dan pasangan.
Pasien selalu didampingi oleh
suami dan keluarganya dalam
Dinda
setiap perawatan.
08.50 Memberikan kesempatan kepada
pasangan untuk menceritakan
permasalahan seksual.
Suami pasien bisa menerima
keadaan kesehatan pasien.
09.00 Memberikan saran yang sesuai
kebutuhan pasangan dengan
menggunakan bahasa yang
mudah dipahami, mudah
diterima, dan tidak menghakimi.
Pasien dan suami sama-sama bisa
menerima saran yang diberikan
oleh perawat.

48
09.15 Menjelaskan efek pengobatan dan
kesehatan klien.
Klien bisa menerima terkait efek
pengobatan terhadap
kesehatannya.
09.40 Menginformasikan pentingnya
modifikasi aktivitas seksual
Dinda
kepada klien dan pasangannya.
Klien dan suami bisa memahami
mengenai bagaimana aktivitas
seksual yang bisa dilakukan tanpa
membuat klien merasa sakit atau
tidak nyaman.

49
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Hari/ No. Diagnosa dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal Diagnosa
Selasa/ D.0077 Jam :13.40
4 Agustus Nyeri akut berhubungan S : Klien mengeluh nyeri abdomen
2020 dengan agen pencedera O : Mengidentifikasi nyeri yang
fisiologi yaitu neoplasma dirasakan
yang dibuktikan dengan a. P : asites
mengeluh nyeri, tampak b. Q : seperti di tusuk -
meringis, frekuensi nadi tusuk
meningkat, tekanan darah c. R : abdomen
meningkat, dan nafsu d. S :5
makan berubah. e. T : setiap 1 jam sekali
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
3 dan 5
D.0019 Jam : 17.00
Defisit nutrisi S : Klien mengeluh tidak nafsu makan
berhubungan dengan O :
faktor psikologis a. Membran mukosa klien tampak
keengganan untuk makan sedikit pucat
yang dibuktikan dengan b. Bising usus klien 35x/menit
nyeri abdomen, bising c. Makanan yang diberikan tidak
usus hiperaktif, dan habis
membran mukosa tampak A : Masalah belum teratasi
pucat. P :  Lanjutkan tindakan keperawatan 2
dan 5
D.0009 Jam : 19.30
Perfusi perifer tidak S : Klien mengeluh badan terasa
efektif berhubungan lemah
dengan kekurangan O :
volume cairan yang a. Mengobservasi tanda-tanda vital
dibuktikan dengan setelah aktivitas

50
pengisian kapiler >3 1) RR : 18 x/m
detik, warna kulit pucat, 2) S : 37 º C
nadi perifer menurun, dan 3) N : 95 x/m
akral terasa dingin 4) TD : 160/80 mmhg
b. Nadi perifer teraba kuat
c. Klien tampak kelelahan dan
berkeringat
d. Akral sudah mulai terasa
hangat
e. Pengisian kapiler selama 3
detik
A : Masalah teratasi sebagian 
P :  Lanjutkan tindakan keperawatan 2
dan 3
Rabu/ D.0071 Jam : 08.50
5 Agustus Pola seksual tidak efektif S : Klien mengeluh aktivitas seksual
2020 berhubungan dengan berubah
hambatan hubungan O :
dengan pasangan yang a. Klien dengan pasangan masih
dibuktikan dengan bersikap canggung
mengeluh sulit untuk b. Klien menatap pasangan saat
melakukan aktivitas saling berbicara
seksual, mengungkapkan A : Masalah belum teratasi
aktivitas seksual berubah, P :  Lanjutkan tindakan keperawatan 3
dan mengungkapkan dan 4
hubungan dengan
pasangan berubah

51
BAB 3
PENUTUP

Demikian makalah “Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Kanker


Ovarium” ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan maternitas dengan dosen
pembimbing Ibu Dra. Goretti Maria Sindarti, M.Kes. Dengan adanya tugas ini
diharapkan dapat menjadi acuan bagi kami dalam melaksanakan praktek
lapangan. Hal-hal yang terkait dengan makalah ini telah dijabarkan pada masing-
masing bab, mulai dari bab 1 (pendahuluan), bab 2 (tinjauan teori), dan bab 3
(penutup). Harapan penyusun, semoga materi mengenai kanker ovarium dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium dalam makalah ini dapat
memberikan informasi lengkap kepada teman-teman dan Ibu Dra. Goretti Maria
Sindarti, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah menuntun dan mengarahkan
kami dalam meyusun makalah “Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Kanker
Ovarium” sehingga nantinya dapat terimplementasi sesuai dengan tahapan dan
prosesnya.

52
DAFTAR RUJUKAN

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Dokumentasi Keperawatan Indonesia
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Jakarta: DPP PPNI
Ayu Chandranita Manuaba, Ida, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC.

Brunner. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 12. Jakarta
: EGC.

Digiulio, Mary, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha


Publishing.

Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi.


Jakarta : Trans Info Media.

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta : EGC.

Reeder, Martin & Koniak-Griffin. 2013. Keperawatan Maternitas Vol edisi 18.
Jakarta : EGC.

Canadian Cancer Society. 2017. Canadian cancer statistics. Toronto: Canadian


Cancer. [diunduh 17 agustus 2018]. Tersedia dari:
http://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-
type/ovarian/ovariancancer/?region=on.

https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Ovarian
-Cancer_Indonesian.pdf?ext=.pdf

53
https://www.alodokter.com/kanker-ovarium

54

Anda mungkin juga menyukai