OVARIUM
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Maternitas
Yang dibina oleh Ibu Dra. Goretti Maria Sindarti, M.Kes
Oleh
Kelompok 4/Tingkat 2A
Ida shiva ariani (P17211191003)
Alfina Nur Alifah (P17211191009)
Nurul Azizah (P17211191011)
Putri Naila F H (P17211191022)
Fera Ilmawati (P17211193029)
Iswandi (P17211193054)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa memberikan hidayat,
sehingga saya dapat menyusun sebuah makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Ovarium”.
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan
maternitas. Rasa terima kasih tidak lupa saya ucapkan kepada pembiming
yang bertangung jawab untuk pemenuhan tugas ini, kepada Ibu Dra. Goretti
Maria Sindarti, M.Kes. Harapannya penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca untuk mengetahui tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Kanker Ovarium”.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
ii
BAB 3 PENUTUP........................................................................................53
DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………….. 54
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker ovarium atau kanker induk telur adalah kanker yang terdapat pada
reproduksi wanita tepatnya diorgan ovarium. Kanker ovarium merupakan
keganasan ginekologi yang menempati urutan keempat dari semua jenis
kanker ginekologi yang paling sering terjadi diseluruh dunia dan merupakan
penyebab kematian utama (47% dari semua kematian akibat kanker
ginekologi) (Ferlay et al., 2013). Kanker ini ditempatkan sebahai kanker
mematikan bagi wanita. Menurut World Health Organization (WHO)
kasus kanker ovarium meliputi 30% dari keganasan yang dijumpai pada organ
reproduksi wanita atau sekitar 204 ribu kasus per tahun.
Tumor ovarium diperkirakan 30% dari seluruh kanker pada sistem
genitalia wanita. Haltersebut dibuktikan terhapat penelitian sampel dari
penderita kanker ovarium di RSUD dr. H. Abdul Moeloek (RSAM) Bandar
Lampung dari tahun 2009-2013. Didapatkan sampel sebanyak 24 orang. usia
penderita kanker ovarium di RSAM Bandar Lampung yang terbanyak adalah
berusia 31-40 tahun yaitu 10 orang (41,7%).
Kanker ovarium ini kebanyakan sulit dideteksi pada awal menderita.
Hampir kebanyakan penderita kanker ovarium mengetahui penyakitnya ketika
sudah menjalar ke perut dan pinggul. Dalam sebuah penelitian di RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Ukuran kanker ovarium yang terbanyak yaitu berukuran 10
cm dan 15 cm yaitu masing-masing sebanyak 8 orang (33,3%). Jenis kanker
yang terbanyak adalah karsinoma epitelial yaitu 16 orang (66,7%) dengan
jenis terbanyak adalah adenokarsinoma jenis serosum sebanyak 5 orang
(20,8%). Simpulan, sebagian besar penderita penyakit kanker ovarium di
RSAM Bandar Lampung periode 2009-2013 berusia 31-40 tahun, dengan
diameter 10 cm dan 15 cm. Jenis kanker yang paling sering dijumpai adalah
karsinoma epitelial yaitu adenokarsinoma jenis serosum.
Berbahaya dan mematiannya kanker ovarium ini seolah menjadi hal yang
menakutkan oleh kalangan wanita. Sehingga, peran tenaga medis sangat
1
2
dibutuhkan disini. Baik saat menjaga kesehatan dan terlebih saat menangani
pasien.
Saat kanker ovarium diderita oleh wanita bukun hanya kekurangan fisik
yang dideritanya melainkan juga psikis, sosial bahkan spiritualnya. Disini
peran perawat sangat diperlukan. Sebab seorang perawat tentunya akan
memberikan asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan menangain
pasien kanker oavarium. Asuhan keperawatan tersebut tentunya ada banyak
tindakan serta manfaat untuk seorang pasien.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan dari pembentukan makalah ini adalah dapat melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami kanker ovarium.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan kanker ovarium
2. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kanker
ovarium
3. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium
4. Menyusun tindakan keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium
5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan kanker ovarium
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
4
bilasan peritoneum
Ic Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium
dengan satu dari tanda-tanda sebagai berikut :
kapsul pecah, tumor pada permukaan luar
kapsul, sel kanker positif pada cairan asites atau
bilasan peritoneum
Stadium II Tumor mengenai satu atau dua oavrium dengan
perluasan ke pelvis
IIa Perluasan dan implan ke uterus atau tuba falopi.
Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan
peritoneum
IIb Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel
kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum
IIc Tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker
positif pada cairan asites atau bilasan peritoneum
III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara
mikroskopik di luar pelvis atau metastasis ke
kelenjar getah bening regional
IIIa Metastasis peritoneum mikroskopik di luar
pelvis
IIIb Metastasis peritoneum makroskopik di luar
pelvis dengan diameter terbesar 2 cm atau
kurang
IIIc Metastasis peritoneum di luar pelvis dengan
diameter terbesar lebih dari 2 cm atau metastasis
kelenjar getah bening regional
IV Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila
terdapat efusi pleura, maka cairan pleura
mengandung sel kanker positif. Termasuk
metastasis pada parenkim hati
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena
itu, apabila ada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista
tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium). Pemeriksaan
diagnostik kanker ovarium menurut Brunner (2015), sebagai berikut.
a. Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125
sangat bermanfaat untuk wanita yang bersiko tinggi.
b. Pemeriksaan pra operasi dapat mencakup enema barium atau
kolonoskopi, serangkaian pemeriksaan GI atas, MRI, foto ronsen
dada, urografi IV, dan pemindaian CT scan.
f. Terapi/penatalaksanaan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor biologis.
c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan
kandung kandung kemih.
d. Disfungsi sesksual berhubungan dengan perubahan
fungsi/struktur tubuh.
e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
15
Kolaborasi :
Tingkatan nyeri yang dialami pasien tentu beragam,
mulai dari ringan, sedang, dan berat. Pada nyeri ringan
dan sedang teknik mengurangi rasa nyeri bisa
menggunakan beberapa teknik relaksasi atau
pengunaan obat analgetik pada nyeri sedangpun
dosisnya tidak tinggi. Namun, apabila nyeri berat harus
dibantu dengan pemberian obat analgetik untuk
membantu mengurangi nyeri yang dirasakan, tentu
dengan dosis yang lebih tinggi dibanding nyeri sedang.
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
berhubungan intervensi, maka -Identifikasi status gizi -Identifikasi status gizi pasien dilakukan untuk
dengan faktor status nutrisi -Identifikasi makanan yang disukai mengetahui apakah status gizi pasien
biologis membaik dengan -Identifikasi perlunya penggunaan selang kelebihan/cukup/kekurangan gizi. Sehingga
kriteria hasil: nasogastrik implementasi yang dipilih dapat disesuaikan dengan
-Porsi makan yang -Monitor berat badan status gizi pasien
dihabiskan Terapeutik: -Identifikasi makanan yang disukai pasien dilakukan
meningkat -Fasilitasi menentukan pedoman diet untuk mengetahui makanan apa yang disukai/tidak
-Nyeri abdomen -Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah disukai oleh pasien, sehingga dalam pemberian
18
Terapeutik:
-Pemberian makanan tinggi serat kepada pasien adalah
untuk mencegah terjadinya konstipasi pada pasien.
Sehingga tidak menimbulkan komplikasi dalam proses
perawatannya.
-Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein
adalah untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan
19
Edukasi:
Diet yang dilakukan kepada pasien adalah diet untuk
meningkatkan berat badan. Sehingga dengan pasien
melakukan semua diet yang telah diprogramkan
diharapkan berat badan pasien meningkat secara
perlahan.
Kolaborasi:
Pemberian medikasi yaitu obat analgesik sebelum
makan dilakukan pada pasien yang seringkali
merasakan nyeri perut ketika akan makan. Dengan
demikian diharapkan nafsu makan pasien meningkat
karena rasa nyeri dapat dihilangkan sementara dengan
pemberian obat analgesik sebelum makan.
Gangguan Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
eliminasi urin intervensi -Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan -Distensi kandung kemih yang berlebihan
berhubungan keperawatan, maka palpasi/perkusi menyebabkan buruknya kontraktilitas otot detrusor,
dengan eliminasi urin -Monitor intake dan output cairan sehingga mengganggu urinary. Maka perlu dilakukan
20
penekanan membaik dengan -Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urin monitor tingkat distensi kandung kemih dengan
kandung kriteria hasil : -Identifikasi tanda-tanda risiko palpasi/perkusi.
kemih -Desakan berkemih ketidakseimbangan cairan -Intake dan output cairan harus balance/seimbang.
(urgensi) menurun -Monitor efek agen farmakologis. Maka perlu dilakukan monitor intake dan output cairan
-Frekuensi BAK Terapeutik: dengan harapan intake dan output balance.
membaik. Pasang kateter urine -Urin yang sehat harus dalam batasan/karakteristik
-Sensasi berkemih Edukasi: normal dari aspek jumlah, warna, dan berat jenis.
meningkat. -Anjurkan pasien atau keluarga mencatat output Maka perlu dilakukan monitor jumlah, warna, dan
-Berkemih tidak urine berat jenis untuk memantau urin agar selalu dalam
tuntas menurun. batasan normal.
-Karakteristik urin -Ketidak seimbangan cairan dapat menyebabkan
membaik terjadinya hypervolemia atau hipovolemia. Maka perlu
dilakukan identifikasi tanda-tanda risiko
ketidakseimbangan cairan untuk mengantisipasi
terjadinya hypervolemia atau hypovolemia.
-Obat-obatan dapat menyebabkan produksi urin
meningkat. Maka dari itu kita harus memonitor efek
samping obat-obatan .
Terapeutik:
21
-Verbalisasi penyakit disfungsi seksual memfasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan
aktivitas seksual -Informasikan pentingnya modifikasi aktivitas agar tidak terjadi kesalahpahaman dan juga agar
berubah menurun. seksual kondisi pasien tidak semakin parah.
-Setelah perawat mengkomunikasikan beberapa hal
kepada pasien dan pasangan, maka selanjutnya
diharapkan pasien dan pasangan membicarakan
permasalahan yang dialami, sehingga harapannya
adalah pasien dan pasangan sama-sama dapat
menerima kondisi yang ada saat ini.
-Perawat tidak hanya cukup untuk memberikan
edukasi kepada pasien dan pasangan, namun perawat
juga bisa menyampaikan beberapa saran yang dapat
dijadikan sebagai pilihan untuk memecahkan
permasalahan yang sedang dialami, tentunya dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan
pasangannya.
Edukasi:
-Pengobatan yang diberikan kepada pasien tentu
memiliki efek samping terhadap beberapa hal, salah
23
khawatir akibat -Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, penting dilakukan untuk mengetahui tingkat ansietas
kondisi yang jika memungkinkan yang dialami pasien.
dihadapi menurun -Pahami situasi yang membuat ansietas Terapeutik:
-Perilaku gelisah -Dengarkan dengan penuh perhatian -Menciptakan suasana terapeutik yang nyaman penting
menurun -Gunakan pendekatan yang tenang dan dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan antara
-Pola tidur membaik meyakinkan pasien dengan perawat sehingga pasien dapat terbuka
Edukasi: menceritakan apa yang dialami kepada perawat.
-Informasikan secara factual mengenai diagnosis, -Jika pasien yang mengalami ansietas memiliki teman
pengobatan, dan prognosis untuk bercerita maka kecemasan yang dialami akan
-Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien berkurang karena ada seseorang yang berada
-Latihan teknik relaksasi disampingnya yang mau mendengarkan keluh
Kolaborasi: kesahnya sehingga tidak lagi dipendam sendiri.
Kolaborasi pemberian obat antiansietas -Memahami situasi ansietas penting dilakukan untuk
menghindari kesalahan dalam memberikan saran dan
membuat pasien tidak mudah tersinggung. Karena jika
kita tidak memahami situasi ansietas maka akan
memperburuk keadaan.
-Mendengarkan dengan penuh perhatian penting
dilakukan karena dengan begitu pasien akan merasa
25
1) Tujuan tercapai
Tujuan ini dikatakan tercapai apabila pasien kanker
ovarium menunjukkan kemajuan yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan
tidak tercapai secara keseluruhan sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan sehingga masih perlu dicapai.
3) Tujuan tidak tercapai
Tujuan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan
kemajuan kearah kriteria yang telah ditetapkan.
29
B. ANAMNESE
1. Diagnosa Medis : Kanker Ovarium Stadium 2a
2. Keluhan Utama : Nyeri abdomen
3. Keluhan Saat Pengkajian : Nyeri abdomen dan perdarahan
pervaginam
4. Riwayat Penyakit Sekarang : Ny.S yang berusia 30 tahun mengeluh
nyeri abdomen yang disertai perdarahan pervaginam yang abnormal
pasca sengga sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit, perut
membesar dan terasa kembung sejak 2 minggu yang lalu, pasien
30
mengeluh mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu, pasien juga
mengatakan bahwa siklus menstruasinya tidak teratur dan merasakan
nyeri hebat ketika menstruasi. Kemudian, pada hari Senin, tanggal 03
Agustus 2020 Ny.S dibawa ke Rumah Sakit pada pukul 22.00 WIB.
Sesampainya di Rumah Sakit Ny.S kemudian melakukan pemeriksaan
fisik, USG ginekologi, dan biopsi.
5. Riwayat Penyakit yang Lalu: tidak ditemukan masalah kesehatan
6. Riwayat Kesehatan Keluarga: Bu de pasien oernah menderita penyakit
kanker ovarium
7. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Kelas 6 SD Umur: 13 tahun
b. Siklus : Antara 27-30 hari
c. Jumlah : 30-80 cc
d. Lamanya : 5-7 hari
e. Keteraturan : Tidak teratur
f. Desmenorhea : Ada, dengan skala nyeri 7
g. Masalah khusus : Tidak ada
8. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : Kawin 1 kali
b. Dengan suami : Tn.P
c. Lama perkawinan : 5 tahun
9. Riwayat KB : Menggunakan KB suntik
10. Pola Aktivitas Sehari-Hari
a. Makan dan minum : Makan 3 kali sehari (makan nasi dan lauk
1 porsi habis) dan minum 7-8 kali sehari (minum 7-8 gelas air putih
perhari)
b. Pola eliminasi : BAB 4x/minggu (550 cc) dan BAK
6x/hari (800 cc)
c. Pola istirahat dan tidur : Pasien beristirahat dengan cukup (tidur
malam 7 jam dan tidur siang 1 jam) dan pasien tidur dengan nyenyak
d. Kebersihan diri : Personal hygiene pasien baik, sehingga
tidak timbul permasalahan dalam hal personal hygiene
31
11. Terapi/penatalaksanaan :
1) Dua kolf infus 500 cc dengan tetesan 20 tetes/menit
2) Pemberian obat analgetik tablet morfin 15 mg 3x1hari
(Dinda Amalia)
33
Jam
Selasa, Data Subjectif : Sel-sel Nyeri Akut
4 berdiferensiasi
Klien mengeluh nyeri
Agustu abnormal
di daerah abdomen
s 2020
bagian bawah.
Terjadi proses
10.00
Data Objectif : hiperplasia dan
a. P : asites metaplasia
b. Q : seperti di
tusuk - tusuk Menjadi Tumor/Kista
c. R : abdomen
d. S :7 Kanker ovarium
e. T : setiap 3 jam
sekali selama 3 hari Seluler hipoksia
yang lalu
f. Tampak meringis Menyebar ke
peritonium parietal
g. Frekuensi nadi
meningkat hingga
Asites
110x/menit
Hari/
Tgl/ DATA PENYEBAB MASALAH
Jam
Selasa, Data Subjectif : Kanker ovarium Defisit Nutrisi
4
Klien mengeluh nafsu
Agustu
makan berkurang,
s 2020 Metastase ke
mual, dan muntah
peritonium
10.00
Data Objectif :
a. Bising usus
Asites
hiperaktif mencapai
40x/menit
tampak pucat
Merangsang aktivator
simpatis
Asupan makan
menurun
Defisit nutrisi
Selasa, Data Subjectif : Kanker ovarium Perfusi perifer
4 tidak efektif
Klien mengalami
35
Hari/
Tgl/ DATA PENYEBAB MASALAH
Jam
Agustu perdarahan pervaginal Perdarahan
s 2020 setelah bersenggama. pervaginal
b. Klien mengeluh
nyeri pada vagina Pendarahan
biasanya.
Hari/
Tgl/ DATA PENYEBAB MASALAH
Jam
sejak 3 hari yang lalu
39
penyebab, yang memerlukan monitor akan
periode, dan efek samping obat, sehingga
pemicu nyeri perawat dapat menilai
b. Jelaskan strategi keefektifan dari obat analgetik
meredakan nyeri yang diberikan
c. Anjurkan Terapeutik:
menggunakan Terdapat beberapa strategi untuk
analgetik secara meredakan nyeri, untuk itu perlu
tepat dilakukan pengkajian yang
Kolaborasi: mendalam mengenai jenis dan
Kolaborasi pemberian sumber nyeri, agar tindakan strategi
analgetik meredakan nyeri yang dilakukan
dapat bekerja secara efektif
Edukasi:
a. Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga mengenai hal-hal yang
bisa menimbulkan nyeri dan
memperparah nyeri yang
dirasakan agar dapat melindungi
dan mengawasi pasien untuk
tidak melakukan hal tersebut.
b. Menjelaskan beberapa strategi
yang dapat dilakukan untuk
membantu mengurangi nyeri
agar pasien dapat mengontrol
nyeri sehingga nyeri yang
40
dirasakan dapat berkurang
c. Penggunaan analgetik harus
dalam pengawasan dokter dan
perawat juga harus mengedukasi
penggunaan analgetik kepada
pasien agar obat tersebut tidak
disalahgunakan
Kolaborasi:
Tingkatan nyeri yang dialami pasien
tentu beragam, mulai dari ringan,
sedang, dan berat. Pada nyeri ringan
dan sedang teknik mengurangi rasa
nyeri bisa menggunakan beberapa
teknik relaksasi atau pengunaan obat
analgetik pada nyeri sedangpun
dosisnya tidak tinggi. Namun,
apabila nyeri berat harus dibantu
dengan pemberian obat analgetik
untuk membantu mengurangi nyeri
yang dirasakan, tentu dengan dosis
yang lebih tinggi disbanding nyeri
sedang.
2. Selasa, Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
4 berhubungan intervensi selama 2x24 a. Identifikasi status a. Identifikasi status gizi pasien
Agustus dengan faktor jam, maka Status Nutrisi gizi dilakukan untuk mengetahui
2020 psikologis Membaik dengan kriteria b. Identifikasi apakah status gizi pasien
41
keengganan hasil: makanan yang kelebihan/cukup/kekurangan
10.00 untuk makan a. Porsi makan yang disukai gizi. Sehingga implementasi
yang dibuktikan dihabiskan sedang c. Identifikasi yang dipilih dapat disesuaikan
dengan nyeri b. Nyeri abdomen sedang perlunya dengan status gizi pasien
abdomen, c. Berat badan sedang penggunaan b. Identifikasi makanan yang
bising usus d. Nafsu makan cukup selang nasogastrik disukai pasien dilakukan untuk
hiperaktif, dan membaik d. Monitor berat mengetahui makanan apa yang
membran e. Bising usus cukup badan disukai/tidak disukai oleh
mukosa tampak membaik Terapeutik: pasien, sehingga dalam
pucat. a. Berikan makanan pemberian makanan dapat
tinggi serat untuk disesuaikan dengan kesukaan
mencegah pasien dan diharapkan nafsu
konstipasi makan pasien membaik.
b. Berikan makanan c. Identifikasi kemampuan pasien
tinggi kalori dan dalam menerima nutrisi secara
tinggi protein oral. Jika pasien tidak mampu
menerima nutrisi secara oral,
maka akan dipasang selang
NGT untuk membantu pasien
memenuhi kebutuhan
Edukasi: nutrisinya.
Anjurkan diet yang d. Monitor berat badan pasien
diprogramkan dibutuhkan untuk melihat
Kolaborasi: perubahan atau fluktuasi berat
Kolaborasi pemberian badan pasien, sehingga perawat
medikasi sebelum makan dapat menilai keefektifan dari
42
yaitu analgesik tindakan yang diberikan kepada
pasien.
Terapeutik:
a. Pemberian makanan tinggi serat
kepada pasien adalah untuk
mencegah terjadinya konstipasi
pada pasien. Sehingga tidak
menimbulkan komplikasi dalam
proses perawatannya.
b. Pemberian makanan tinggi
kalori dan tinggi protein adalah
untuk membantu pasien
memenuhi kebutuhan energi
dan untuk menggantikan zat-zat
tubuh yang hilang akibat dari
perdarahan yang terjadi.
Edukasi:
Diet yang dilakukan kepada pasien
adalah diet untuk meningkatkan berat
badan. Sehingga dengan pasien
melakukan semua diet yang telah di
programkan untuknya, diharapkan
berat badan pasien meningkat secara
perlahan.
Kolaborasi:
Pemberian medikasi yaitu obat
43
analgesik sebelum makan dilakukan
pada pasien yang seringkali
merasakan nyeri perut ketika akan
makan. Dengan demikian diharapkan
nafsu makan pasien meningkat
karena rasa nyeri dapat dihilangkan
sementara dengan pemberian obat
analgesik sebelum makan.
44
2.3.4 Implementasi Keperawatan
45
adalah nyeri akut yang terletak
pada abdomen bagian bawah
yang terasa seperti ditusuk-tusuk.
15.45 Memberikan obat analgetik
morfin 15 mg setiap 8 jam,
didapatkan hasil sebagai berikut:
P : asites
Q : seperti di tusuk - tusuk
R : abdomen
S :5
T : setiap 1 jam sekali
2. 4 Agustus 16.00 Memonitor berat badan klien.
2020 Berat badan klien saat ini adalah
50 kg.
16.10 Mengkaji status gizi, makanan
yang di sukai, dan perlunya Dinda
penggunaan selang nasogastrik.
Status gizi yang dimiliki pasien
kurang baik, tetapi pasien tidak
memerlukan selang nasogastric
karena pasien masih bisa makan
dan minum melalui oral.
16.40 Menganjurkan diet yang telah
diprogramkan kepada klien.
Hasil yang di dapatkan adalah
klien mau mengikuti semua
program diet yang telah
direncanakan untuknya.
16.50 Memberikan obat tablet analgetik
morfin 15 mg sebelum makan.
Hasil yang di dapatkan adalah
pasien tidak mengalami nyeri
abdomen ketika akan makan dan
tidak terdapat tanda-tanda alergi
46
terhadap obat tersebut.
17.00 Memberikan makanan yang
tinggi serat, kalori, dan protein
kepada klien.
Klien menghabiskan setengah
porsi makanannya
3. 4 Agustus 18.30 Memeriksa sirkulasi perifer.
Dinda
2020 Klien tidak merasakan nyeri
ekstremitas.
18.50 Pemasangan dua kolf infus 500 cc
dengan tetesan 20 tetes/menit.
Pasien bersikap kooperatif selama
pemasangan infus.
19.10 Menganjurkan klien program diet
untuk memperbaiki sirkulasi.
Klien mengikuti program diet
yang telah di rencanakan.
19.30 Mengobservasi tanda-tanda vital
setelah aktivitas, didapatkan hasil
sebagai berikut:
RR : 18 x/m
S : 37 º C
N : 105 x/m
TD : 160/80 mmHg
Nadi perifer teraba kuat, klien
berkeringat dan masih pucat pada
wajah.
47
4. 5 Agustus 07.30 Mengobservasi tanda-tanda vital
2020 setelah aktivitas, didapatkan hasil
sebagai berikut:
RR : 17 x/m
S : 37 º C
N : 95 x/m
TD : 160/80 mmHg
48
09.15 Menjelaskan efek pengobatan dan
kesehatan klien.
Klien bisa menerima terkait efek
pengobatan terhadap
kesehatannya.
09.40 Menginformasikan pentingnya
modifikasi aktivitas seksual
Dinda
kepada klien dan pasangannya.
Klien dan suami bisa memahami
mengenai bagaimana aktivitas
seksual yang bisa dilakukan tanpa
membuat klien merasa sakit atau
tidak nyaman.
49
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Hari/ No. Diagnosa dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal Diagnosa
Selasa/ D.0077 Jam :13.40
4 Agustus Nyeri akut berhubungan S : Klien mengeluh nyeri abdomen
2020 dengan agen pencedera O : Mengidentifikasi nyeri yang
fisiologi yaitu neoplasma dirasakan
yang dibuktikan dengan a. P : asites
mengeluh nyeri, tampak b. Q : seperti di tusuk -
meringis, frekuensi nadi tusuk
meningkat, tekanan darah c. R : abdomen
meningkat, dan nafsu d. S :5
makan berubah. e. T : setiap 1 jam sekali
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
3 dan 5
D.0019 Jam : 17.00
Defisit nutrisi S : Klien mengeluh tidak nafsu makan
berhubungan dengan O :
faktor psikologis a. Membran mukosa klien tampak
keengganan untuk makan sedikit pucat
yang dibuktikan dengan b. Bising usus klien 35x/menit
nyeri abdomen, bising c. Makanan yang diberikan tidak
usus hiperaktif, dan habis
membran mukosa tampak A : Masalah belum teratasi
pucat. P : Lanjutkan tindakan keperawatan 2
dan 5
D.0009 Jam : 19.30
Perfusi perifer tidak S : Klien mengeluh badan terasa
efektif berhubungan lemah
dengan kekurangan O :
volume cairan yang a. Mengobservasi tanda-tanda vital
dibuktikan dengan setelah aktivitas
50
pengisian kapiler >3 1) RR : 18 x/m
detik, warna kulit pucat, 2) S : 37 º C
nadi perifer menurun, dan 3) N : 95 x/m
akral terasa dingin 4) TD : 160/80 mmhg
b. Nadi perifer teraba kuat
c. Klien tampak kelelahan dan
berkeringat
d. Akral sudah mulai terasa
hangat
e. Pengisian kapiler selama 3
detik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan tindakan keperawatan 2
dan 3
Rabu/ D.0071 Jam : 08.50
5 Agustus Pola seksual tidak efektif S : Klien mengeluh aktivitas seksual
2020 berhubungan dengan berubah
hambatan hubungan O :
dengan pasangan yang a. Klien dengan pasangan masih
dibuktikan dengan bersikap canggung
mengeluh sulit untuk b. Klien menatap pasangan saat
melakukan aktivitas saling berbicara
seksual, mengungkapkan A : Masalah belum teratasi
aktivitas seksual berubah, P : Lanjutkan tindakan keperawatan 3
dan mengungkapkan dan 4
hubungan dengan
pasangan berubah
51
BAB 3
PENUTUP
52
DAFTAR RUJUKAN
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Dokumentasi Keperawatan Indonesia
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Jakarta: DPP PPNI
Ayu Chandranita Manuaba, Ida, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC.
Brunner. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 12. Jakarta
: EGC.
Reeder, Martin & Koniak-Griffin. 2013. Keperawatan Maternitas Vol edisi 18.
Jakarta : EGC.
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Ovarian
-Cancer_Indonesian.pdf?ext=.pdf
53
https://www.alodokter.com/kanker-ovarium
54