KANKER PAYUDARA
Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
2019
1
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Farmakoterapi Terapan ibu Prof. Dr. Elin Yulinah Sukandar, Apt dan teman-teman
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
Penulis
2
Daftar Isi
Bab 1 Pendahluan
2.6 Patofisiologis.............................................................................................. 10
2.7 Diagnosis.................................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, yang tidak hanya
terdapat pada manusia tetapi pada hewan dan tumbuh-tumbuhan, akibat adanya
kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Salah satu sebab
kerusakan itu ialah adanya mutasi gen. Mutasi gen adalah suatu keadaan ketika sel
mengalami perubahan sebagai akibat adanya paparan sinar ultraviolet, sinar UV, bahan
Kanker adalah salah satu penyakit yang paling banyak menimbulkan kesakitan
dan kematian pada manusia. Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai
4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah
penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan tiga juta di antaranya ditemukan
yang terjadi akibat kegagalan dalam koordinasi fungsi gen. Saat ini, kanker payudara
merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker leher
rahim dan merupakan kanker yang paling banyak ditemui diantara wanita. Berdasarkan
data dari American Cancer Society, sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis menderita
kanker payudara, sedangkan sejak tahun 1990 angka kematian penderita kanker
payudara menurun, hal ini disebabkan oleh adanya deteksi dini dan terapi kanker 2
payudara yang baik. Akan tetapi kanker payudara ternyata bukan monopoli kaum
wanita, kaum pria pun bisa mengalaminya. Meski insendensinya relatif kecil yakni
hanya sekitar 1%. Kanker payudara pada pria harus di waspadai sejak dini karena
4
Peningkatan insiden kanker payudara disebabkan oleh adanya perubahan keadaan
sosial ekonomi, perubahan gaya hidup, serta perubahan pola menstruasi pada wanita.
Sedangkan resiko kanker payudara disebakan oleh beberapa faktor, yang meliputi
riwayat keluarga, genetik, usia saat menstruasi pertama, dan faktor-faktor lainnya. Obat
antikanker merupakan obat spesialistik, dimana indeks terapi obat sempit sehingga
perubahan sejumlah kecil dosis obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak
diinginkan atau bahkan efek toksik berat, yang dapat menyebakan kematian baik secara
langsung maupun tidak langsung. Karena obat antikanker umumnya bekerja pada sel
yang sedang aktif, maka efek sampingnya terutama mengenai jaringan dengan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan, yang
terusb menerus tumbuh berlipat ganda, yang merupakan keganasan pada jaringan
payudara, dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara biasa
bermula dari saluran air susu atau dari lobulus kemudian menyebar ke jaringan lemak
yang ada di payudara, lalu masuk ke dalam aliran darah. Biasanya menyebar di kelenjar
getah bening yang ada di ketiak. Berupa benjolan dan disertai bengkak.
2.2 Epidemiologi
a. Faktor resiko yang paling kuat untuk kanker payudara adalah jenis kelamin wanita
genetik (contohnya sejarah personal atau kelurga, mutasi gen supressor tumor, dan
b. Sel kanker payudara sering menyebar tidak terdeteksi oleh penularan, saluran
limfa, dan melalui darah pada tahap awal penyakit, menyebabkan penyakit
metastatik setelah terapi lokal. Tempat metastatis yang paling umum adalah nodus
2.3 Prevalensi
kasus baru tertinggi (43,3%) dan persentase kematian tertinggi (12,9%) pada
Wanita di dunia.
6
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap yakni mencapai
Sejak tahun 2007-2013 deteksi dini yang telah dilakukan oleh perempuan sebanyak
644.951 orang (1,75%) dengan penemuan suspek benjolan (tumor) payudara 1.682
cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat, seperti kanker payudara. Setiap jaringan
pada payudara dapat membentuk kanker, biasanya timbul pada saluran atau kalenjar
susu (Sukardja, 2000). Pada tahap awal kanker payudara, biasanya penderita tidak
merasakan sakit atau tidak ada tanda-tandanya sama sekali, namun ketika tumor
f) Nyeri pada payudara yang menetap pada satu posisi dan tidak terpengaruh pada
siklus menstruasi.
7
2.5 Faktor Resiko
jenis suntikan dan pil. Kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan adalah
kelenjar payudara. Wanita yang menggunakan hormon ini dengan waktu yang lama
dari 30 orang (76,7%) beresiko tinggi terkena kanker payudara (Nani, 2009).
risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita dengan riwayat tumor jinak
Dengan aktivitas fisik atau berolahraga yang cukup akan dapat dicapai
keseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang keluar. Aktivitas fisik /
berolahraga yang cukup akan mengurangi risiko kanker payudara tetapi tidak ada
mekanisme secara biologik. Olahraga dihubungkan dengan rendahnya lemak tubuh dan
rendahnya semua kadar hormon yang berpengaruh terhadap kanker payudara dan akan
8
4. Pola Konsumsi makanan berlemak
Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
Makanan yang masuk dapat memberikan efek resiko negatif atau positif terhadap
perkembangan sel-sel kanker. Pola makan merupakan salah satu faktor terbesar dalam
perkembangan etiologi kanker, adanya hubungan langsung antara pola makan tidak
sehat dan gaya hidup dengan peningkatan tumor dan risiko kanker. Untuk alasan ini,
status gizi yang baik berdasarkan diet seimbang merupakan salah satu faktor
Wanita dengan yang memiliki riwayat kanker payudara pada keluarga memiliki
risiko lebih besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang
tidak memiliki riwayat kanker payudara pada keluarga. Gen BRCA yang terdapat
dalam DNA berperan untuk mengontrol pertumbuhan sel agar berjalan normal. Dalam
kondisi tertentu gen BRCA tersebut dapat mengalami mutasi menjadi BRCA1 dan
lingkungan, semakin muda usia anak mendapat menstruasi pertama. Jika menarche
terjadi di atas usia 13 tahun, risiko kanker turun dengan 35% dibanding anak perempuan
berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita
9
(Vernet.J,2016). Menache awal akan menyebabkan banyaknya jumlah siklus haid dan
2.6 Patofisiologi
Kanker payudara terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara
kerusakan DNA. Bila terjadi mutasi gen p53 maka fungsi sebagai pendeteksi kerusakan
jumlah sel tidak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau
kanker. Tumor jinak biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam
suatu wadah yang menyerupai kantong. Lewat aliran darah maupun sistem getah
bening, sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan keluar dari kumpulannya dan menyebar
Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru,
yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru. Keganasan
kanker payudara ini dengan menyerang sel-sel nomal disekitarnya, terutama sel-sel
yang lemah. Sel kanker akan tumbuh pesat sekali, sehingga payudara penderita akan
Pertumbuhan dimulai dari dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut
karsinoma noninvasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjar
di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma
invasif. Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh
10
di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler atau supraklavikuler
metastasis paling jauh yaitu tulang, hati, paru, pleura, dan otak (Heffner, 2005).
2.7 Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
.Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis (tanda vital-
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang (supine), lengan
ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal. Kedua payudara dipalpasi
secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun radial. Palpasi
aksila dilakukan dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan pemeriksa
menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan supraklavikula.
Gambar 1. Teknik melakukan inspeksi payudara dan daerah sekitarnya dengan lengan di
samping, di atas kepala, dan bertolak pinggang
11
Gambar.2. Teknik melakukan palpasi parenkim payudara untuk identifikasi tumor primer dan
palpasi aksila, infraklavikula, dan supraklavikula untuk identifikasi pembesaran getah bening
regional.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu diulang untuk follow up Pemeriksaan
Pencitraan.
a. Mamografi Payudara
interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan
bertujuan skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol
dalam pengobatan.
12
Tanda primer berupa:
2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan
4. Gambaran stelata.
2. Bertambahnya vaskularisasi.
b. USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran
USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya adalah permukaan tidak
rata, taller than wider, tepi hiperekoik, echo interna heterogen, vaskularisasi meningkat,
tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90 derajat. Penggunaan
USG untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya sampai 7,4 %. Namun USG
tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas skrining oleh karena didasarkan
13
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun
secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan
memerlukan waktu pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan
pada wanita muda dengan payudara yang padat atau pada payudara dengan implant,
kelenjar getah bening aksila sentinel sewaktu operasi. (Kelenjar getah bening sentinel
adalah kelenjar getah bening yang pertama kali menerima aliran limfatik dari tumor,
radiocolloid, maupun kombinasi keduanya. Bahan radioaktif dan atau blue dye
disuntikkan disekitar tumor; Bahan tersebut mengalir mengikuti aliran getah bening
menuju ke kelenjar getah bening ( senitinel ). Ahli bedah akan mengangkat kelenjar
getah bening tersebut dan memintah ahli patologi untuk melakukan pemeriksaan
histopatologi. Bila tidak ditemukan sel kanker pada kelenjar getah bening tersebut
Perbandingan rerata identifikasi kelenjar sentinel antara blue dye dan teknik
kombinasi adalah 83% vs 92%. Namun biopsi kelenjar sentinel dapat dimodifikasi
menggunakan teknik blue dye saja dengan isosulfan blue ataupun methylene blue.
Jika pada akhir studi ini diperoleh angka identifikasi sekitar 90% maka methylene blue
14
sebagai teknik tunggal untuk identifikasi kelenjar sentinel dapat menjadi alternatif
Tru-cut biopsi dan core biopsy akan menghasilkan penilaian histopatologi. Tru-
cut biopsi atau core biopsy dikerjakan dengan memakai alat khusus dan jarum khusus
Biopsi terbuka dengan menggunakan irisan pisau bedah dan mengambil sebagian atau
h. Pemeriksaan Immunohistokimia
antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue
sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam
berperan dalam membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
adalah:
15
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR)
2. HER2
3. Ki-67
core biopsy dan eksisi), dan dapat juga dari hapusan sitologi atau cell block.
Pemeriksaan harus dilakukan pada spesimen yang difiksasi dengan Neutral Buffer
Formalin (NBF) 10%.Hasil dinyatakan positif apabila > 1% inti sel terwarnai (baik
HER2). Pemeriksaan HER2 harus dilakukan pada blok paraffin dari jaringan yang
difiksasi dengan NBF 10% dan tidak dapat dilakukan dari hapusan sitologi. Hasil
3. Pembagian Stadium
Stadium didasarkan pada ukuran tumor primer (T1-3), adanya dan meluasnya
keterlibatan nodus limfa (N1-3) dan ada atau tidaknya metastatis jauh (M0-1). dinyatakan
dasar.
16
Stadium III : biasnya suatu tumor besar dengan keterlibatan nodus meluas yang
mana nodus atau tumor terfiksasi pada dinding dada, juga termasuk kanker
Operasi/Pembedahan/Mastektomi
kanker payudara stadium dini (stadium I dan II), kanker payudara stadium lanjut lokal
dengan persyaratan tertentu, keganasan jaringan lunak pada payudara. Terapi kanker
payudara banyak menggunakan operasi, hampir 92% dari total terapi yang digunakan.
Terapi menggunakan operasi dapat dikombinasikan dengan terapi lain, seperti terapi
pada kanker payudara. Operasi yang akan digunakan tergantung pada stadium kanker,
ukuran tumor, ukuran payudara, dan keterlibatan nodus limfe (American Cancer
Society, 2007).
1. Lumpektomi
jaringan yang terkena kanker kecil/sedikit. Lumpectomy biasanya diikuti dengan terapi
radiasi. Terapi radiasi dapat dilakukan ke seluruh area payudara atau hanya pada bagian
17
Kelebihan Lumpectomy yaitu payudara dapat dipertahankan, sedangkan
menghilangkan kanker
Operasi ini ditujukan untuk kanker payudara stadium I dan II. Pada beberapa
kasus, stadium lanjut juga bisa memilih lumpectomy tetapi harus dilakukan kemoterapi
sebelum operasi untuk mengurangi ukuran tumor dan mencegah kesepatan kanker
termasuk puting susu, beberapa dari nodus limfe di bawah ketiak seringkali diambil
pada prosedur ini untuk dilakukan biopsi. Kadang-kadang operasi dilakukan untuk
kedua payudara (double mastectomy) yang dilakukan sebagai upaya preventif untuk
wanita dengan risiko tinggi kanker payudara. Operasi pembentukkan payudara setelah
total mastectomy jauh lebih mudah dibandingkan modified radical dan radical
18
3. Mastektomi Radikal
aksila, dan otot pektoral (dinding dada) di bawah payudara. Operasi ini pernah menjadi
operasi yang sering digunakan karena anggapan bahwa mengambil otot di bawah
mastectomy tidak meningkatkan prognosis dan tidak perlu dilakukan operasi ini jika
kanker ditemukan lebih dini (early stage). Juga karena efek samping yang ditimbulkan
dan bisa memilih modified radical mastectomy yang sama efektifnya dengan radical
mastectomy, sehingga radical mastectomy saat ini jarang digunakan (Bland, 2006).
lymphedema
tetapi otot pektoral masih dipertahankan. Operasi ini paling banyak dilakukan untuk
Radiasi
19
Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar atau partikel berenergi
sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar
getah bening (kelenjar limfe) regional yang tidak dapat disekresikan pada kanker lanjut;
pada metastasis tulang, metastasis kelenjar limfe aksila. Ini dilakukan pada pasien yang
telah menjalani operasi untuk tumor yang terlokalisasi pada suatu area. Radiasi
memberikan efek samping berupa peradangan otot, kelelahan, kulit menjadi gatal,
kering, dan kemerahan. Efek samping radiasi yang jarang terjadi adalah cacat paru-paru,
Terapi radiasi disebut juga radioterapi merupakan salah satu cara penanganan
kanker payudara yang memiliki ketepatan target dan keefektifan yang tinggi dalam
menghancurkan sel kanker yang tidak terangkat setelah operasi. Radiasi dapat
mengurangi risiko timbulnya kanker kembali hingga 50–66 %. Terapi radiasi ini relatif
mudah untuk ditoleransi oleh tubuh dan kemungkinan munculnya efek samping
terbatas pada daerah yang terkena radiasi saja. Sinar radiasi yang berenergi tinggi
diarahkan ke daerah payudara yang terkena kanker. Radiasi ini kemungkinan dapat ikut
merusak sel atau jaringan yang terlewati oleh sinar. Meskipun demikian, efek radiasi
terhadap sel kanker lebih buruk daripada sel normal karena sel kanker lebih sensitif
terhadap radiasi daripada sel normal. Pertahanan sel kanker lemah karena aktivitas sel
kanker difokuskan pada pertumbuhan dan pembuatan sel kanker baru. Selain itu
pengaturan di dalam sel kanker tidak sebaik sel normal sehingga lebih sulit bagi sel
kanker untuk memperbaiki kerusakan sel yang timbul akibat radiasi. Dengan demikian
sel kanker mudah hancur sementara sel normal yang sehat dapat memperbaiki
20
Mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan terutama yang mengandung vitamin C
Mengurangi lemak.
Membatasi makanan yang diolah dengan suhu tinggi dan lama atau dengan
yang diasinkan, diasap, dibakar, dipanggang sampai keluar arang (gosong) . Yang
1. Kemoterapi
Kemoterapi lebih disukai dari terapi endokrin untuk wanita dengan tumor
reseptor hormon negatif, keterlibatan paru-paru, hati, atau sumsum tulang yang
digunakan sebagai terapi adjuvan dapat diulang kecuali kanker muncul kembali
dalam 1 tahun. Agen tunggal dihubungkan dengan angka respon yang lebih rendah
daripada terapi kombinasi namun waktu untuk berkembang dari KK adalah mirip.
21
Agen tunggal ditoleransi dengan baik, suatu pertimbangan penting dalam
b. Regimen kombinasi menghasilkan respon objektif pada kira-kira 60% pasien yang
sebelumnya tidak terpapar kemoterapi, namun respon lengkap muncul pada kurang
dari 10% pasien. Durasi tengah respon adalah 5 hingga 12 bulan; keselamatan
c. Antrasiklin dan taksan menghasilkan angka respon 50% hingga 60% ketika
digunakan sebagai terapi lini pertama pada KPM. Agen tunggal kapesitabin,
vinorelbin atau gemcilabin memiliki angka respon 20% hingga 25% ketika
kapesitabin saja.
antralgia.
AC AC Paklitasel
Siklofosfamid 600 mg/m2 i.v hari 1 Siklofosfamid 600 mg/m2 i.v hari 1
Ulangi siklus tiap 21 hari untuk 4 siklus Ulangi siklus tiap 21 hari untuk 4 siklus
Diikuti dengan :
22
Ulangi siklus tiap 21 hari untuk 4 siklus
FAC TAC
Fluorourasil 500 mg mg/m2 i.v hari 1 dan Dosetaksel 75 mg/m2 i.v hari 1
Siklofosdamid 500 mg/m2 i.v hari 1 Ulangi siklus tiap 21-28 hari untuk 6
Ulangi siklus tiap 21 hari untuk 6 siklus. siklus (harus diberikan dengan
Doksorubisin 60 mg/m2 bolus i.v hari 1 Paklitaksel 80 mg/m2 i.v tiap minggu
Fluorourasil 600 mg/m2 i.v hari 1 selama 1 jam tiap minggu untuk 12
selama 72 jam
siklus
FEC CMF
Fluorourasil 500 mg/m2 i.v hari 1 Siklofosfamid 500 mg/m2 per hari secara
23
Siklofosfamid 500 mg/m2 i.v hari 1 Metotreksat 40 mg/m2 i.v hari 1 dan 8
Ulangi siklus tiap 21 hari untuk 6 siklus Fluorourasil 600 mg/m2 i.v hari 1 dan 8
Atau
Epirubisin 60 mg/m2 i.v hari 1 dan 8 Ulangi siklus tiap 14 hari untuk 4 siklus
Fluorourasil 600 mg/m2 i.v hari 1 dan 8 (harus diberikan dengan pendukung
faktor pertumbuhan)
Paktisel Vinorelbin
Paklitaksel 175 mg/m2 i.v lebih dari 3 Vinorelbin 30 mg/m2, hari 1 dan 8
Atau Atau
24
Paklitaksel 80 mg/m2 i.v tiap minggu Ulangi siklus tiap 7 hari (sesuaikan dosis
Doksetasel Gemsitabin
Doksetasel 30-35 mg/m2 tiap minggu i.v membutuhkan untuk menunda dosis hari
Kapesitabin 2000-2500 mg/m2 per hari Doksorubisin liposomal 30-50 mg/m2 i.v
Doksetasel 75 mg/m2 i.v diatas 1 jam, Paklitaksel 175 mg/m2 i.v lebih dari 3
Kapesitabin 2000-2500 mg/m2 per hari Gemsitabin 1250 mg/m2 i.v hari 1 dan 8
secara oral dibagi menjadi dua kali sehari Ulangi siklus tiap 21 hari
selama 14 hari
25
2. Terapi Biologi
menghasilkan tingkat respon 15-20% ketika digunakan sebagai agen tunggal dan
sebesar 5% dengan agen tunggal transtuzumab dan sangat tinggi dengan antrasiklin.
c. Lapatinib merupakan inhibitor tirosin kinase yang menargetkan HER2 dan reseptor
3. Terapi Endokrin
metastase reseptor hormone positif pada jaringan lembut, tulang, pleura, atau jika
Pilihan terapi endokrin didasarkan utamanya pada toksisitas dan pilihan pasien tapi
estrogen pada perempuan postmenopause. Agen yang lebih baru lebih selektif dan
26
dan exemestan disetujui sebagai terapi lini kedua karena mampu memperbaiki
Sebagai terapi lini pertama, anastrozol dan letrozol meningkatkan waktu untuk
tumornya positif reseptor hormon, kecuali jika metastase muncul dalam 1 tahun
dideskripsikan untuk terapi adjuvan, tumor flare atau hiperkalsemia muncul pada
Toremifen memiliki efikasi dan tolerabilitas yang mirip dengan tamoksifen dan
keamanan yang mirip ketika dibandingkan dengan anastrozol pada pasien yang
27
Tabel 2. Terapi Endokrin Digunakan untuk Kanker Payudara Metastatik
1 mg per hari
Inhibitor Anastrozol
secara oral
aromatase Hot flushes,artral-gia,
2,5 mg per hari
non steroidal Letrozol mialgia, sakit kepala,
secara oral
diare, mual sedang
25 mg per hari
Steroidal Eksemestan
secara oral
tromboembolisme
(formula yang
3,75 mg i.m tiap
Triptorelin diperluas tidak
28 hari
direkomendasikan
28
untuk penanganan
kanker payudara)
Suara memberat,
alopsia, hirsutisme,
jerawat fasial/pada
10 mg dua kali
Androgen Fluoksimesteron badan, retensi cairan,
sehari secara oral
ketidakteraturan
menstrual, jaundice,
kolestatik
29
2.10 Algoritma Terapi
Masektomi Lumpektomi
Masektomi Lumpektomi
Kemoterapi Kemoterapi
(Sebelum/sesudah (Sebelum/sesudah
pembedahan) pembedahan)
30
3. Kanker Payudara Stadium Lanjut
Radiasi
31
Digoksin Kadar serum digoksin menurun
4. Paklitaksel Siklosporin
Valspodar
Diazepam
Metabolism peliktaksel mungkin
Felodipin dapat menurun melalui inhibisi
Midazolam CYP2C8 oleh salah satu obat
tersebut
Asam retinoat
32
Antikoagulan Meningkatkan efek
hipoprotombinemik
Fenobarbital
Menurunkan konsentrasi steady-
Fenitoin
state pada serum
Karbamazepin
Tujuan terapi adjuvan pada penyakit tahap awal adalah keembuhan. Karena tidak
terdapat bukti klinis penyakit ketika terapi adjuvan diberikan, penilaian tujuan ini
idak dapat sepenuhnya dievaluasi selama beberapa tahun setelah didiagnosa awal
dan penanganan.
33
Kemoterapi adjuvan dapat menyebabkan toksiistas yang substansial. Karena
pertumbuhan.
Tujuan kemoterapi adjuvan pada kanker payudara yang berkembang secara lokal
pasien dengan KPM. Banyaknalat yang valid dan dapat diandalkan tersedia untuk
Terapi yang paling tidfak toksik digunakan pada tahap awal, dengan terapi yang
Respon tumor diukur dengan kimia klinis (contohnya peningkatan enzim hati pada
Peni,aian status klinis dan kontrol gejalah pada pasien seringkali mencakupi untuk
dikompresi
34
MRI (Magnetic Resonance Imaging) : pencitraan menggunakan medan magnet dan
Metastasis : perpindahan penyakit dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain
2.14 Kasus
1. Studi Kasus
Berikut Contoh kasus :
Nn. iva berumur 21 tahun awalnya mengeluh ada benjolan dibawah ketiak dan juga ada
benjolan di payudara sebelah kanan. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata benjolan
di payudara sudah sebesar lebih dari 5 cm. Hasil diagnosanya adalah breast cancer
stadium III.
1. Pertanyaan : bagaimana tatalaksana terapi kasus ini? Selesaikan dengan metode
SOAP!
2. Informasi apa yang perlu diberikan mengenai penggunaan obatnya?
3. Bagaimana monitoring terhadap keberhasilan terapi ?
Penyelesaian Kasus :
35
Perlu obat : ada
Pasien mendapat terapi yang tidak perlu : tidak ada
Salah obat : tidak ada
Dosis terlalu rendah : tidak ada
Pasien mengalami ROTD : tidak ada
Dosis terlalu tinggi : tidak ada
Pasien tidak patuh : tidak ada
Plan :
Terapi farmakologi
1. Terapi Neoajuvan
Paklitaksel
Dosis 135-175 mg/ m²/24 jam infus
2. Pembedahan
Dilakukan pembedahan lumpectomy
3. Terapi Radiasi
Untuk menghilangkan sisa sel sel kanker setelah pembedahan
4. Antiemetik
Ondansetron
Indikasi : mual muntah, pasca kemoterapi, paska radioterapi & sebelum dan
sesudah operasi.
Dosis: 16 mg diberi satujam sebelum pemberian anastesi
8mg 1-2 jam sebelum radioterapi
24mg 30 menit sebelum terapi
5. Sistemik ajuvan
Doksorubisin
- Dosis : 10-30 mg/ m² sekali seminggu
- Indikasi: pengobatan karsinoma payudara
Tamoksifen
- Indikasi : pengobatan valiatif kanker payudara
- Kontra indikasi : wanita hamil
- Dosis : 20mg/hari
36
Lakukan pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan
Hindari penggunaan BH yang terlalu lama dan ketat
Hindari makanan yang berlemak
Monitoring
Memantau kepatuhan pasien dalam menjalani terapi
Mengontrol perubahan kondisi pasien setelah mendapatkan terapi
Memantau kepatuhan pasien dalam menjalani terapi non farmakologi
Kesimpulan
Pada kasus di atas dapat disimpulkan Nn. Iva mengidap penyakit kanker stadium 3 ,
dan dari kelompok kami memberikan obat Paklitaksel sebagai terapi neoadjuvan,
pembedahan untuk mengangkat sel kanker, radiasi untuk menghindari
mikrometastase sel, anti emetic untuk mengatasi mual muntah serta Tamoksifen
untuk mengurangi resiko kekambuhan.
37
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Kanker payudara biasa bermula dari saluran air susu atau dari lobulus
kemudian menyebar ke jaringan lemak yang ada di payudara, lalu masuk
ke dalam aliran darah. Biasanya menyebar di kelenjar getah bening yang
ada di ketiak berupa benjolan dan disertai bengkak.
2. Faktor resiko yang paling kuat untuk kanker payudara adalah jenis
kelamin wanita dan peningkatan usia. Faktor resiko tambahan termasuk
faktor endokrin (menstruasi dini), penggunaan kontrasepsi oral,
makanan berlemak, kurang olahraga, dan genetik (riwayat keluarga).
3. Kanker payudara terbagi atas beberapa stadium yaitu kanker payudara
stadium awal yang terdiri dari stadium 0, I, dan II, lalu kanker payudara
yang berkembang secara lokal ( stadium III), dan terakhir kanker
payudara stadium lanjut/metastasis (satdium IV)
4. Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan adalah operasi seperti
lumpektomi, mastektomi total/sederhana, mastektomi radikal,
mastektomi lokal termodifikasi, radiasi, dan pola hidup yang sehat.
Terapi farmakologi untuk kanker payudara seperti kemotrapi, terapi
biologi, dan terapi endokrin.
3.2 Saran
Setiap wanita beresiko mengalami kanker payudara, oleh karena itu, kenali dan
pahami payudara Anda. Untuk mencegah terjadinya kanker payudara maka perlu
dilakukan deteksi dini terhadap kanker payudara yakni dengan cara SADARI (periksa
payudara sendiri). Bila perlu lakukan pengecekan pada tenaga kesehatan atau
mamografi yakni pemeriksaan menggunakan X-ray pada payudara.
38
Daftar Pustaka
American Cancer Society. Breast Cancer Facts & Figures 2015-2016. Atlanta: American
Cancer Society, Inc. 2015.
Anand, P., Kunnumakara, A. B., Sundaram, C., Harikumar, K. B., Tharakan, S. T., Lai, O.
S.,Aggarwal, B. B. (2008). Cancer is a preventable disease that requires major
lifestyle changes. Pharmaceutical Research, Vol.25(No: 9): Hal. 2097–2116.
https://doi.org/10.1007/s11095-008-9661-9 diakses 14 maret 2019
Depkes RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Pusat Data Dan Informasi Departemen
Kesehatan RI sem 2: Hal : 1–6.
Kemenkes RI. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: Kemenkes
RI. 2015.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Jakarta: Kemenkes RI. 2015.
Lindley,Celeste and Laura Boehnke Michau. 2005. Breast Cancer in Pharmacotherapy,
A Patophysiology Approach, 6th edition. Joseph T. DiPiro (Editor). page 2340-
2342.
MedlinePlus. 2006. Medical Encyclopedia, Lumpectomy. Available online at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/17030.htm
Price Sylvia, A. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jilid 2, Edisi 4.
Jakarta: EGC. 2013.
Sukandar, Elin Y dkk. Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan. 2008.
Vernet, J. R. (2016). Fiestas cívicas en larevolución liberal: entusiasmoy
popularidad del régimen. Historia Social, Vol.1(No.86), Hal:71–90.
Winda, M., (2018). Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dan Riwayat
Keluarga Terhadap Kejadian Kanker Payudara Di RSUD Dr.Pirngadi
Medan Tahun 2017. Jurnal Medika Respati,Vol.13.No.2
Yayasan Kanker Payudara Indonesia. http://pitapink-ykpi.or.id/.
39
Yulianti, I., S, H. S., & Sutiningsih, D. (2016). Faktor-Faktor Resiko Kanker Payudara
(Studi Kasus Pada Rumah Sakit Ken Saras Semarang). Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), Vol.4 (No:4), Hal : 401–409. Retrieved from http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm%0A diakses 15 Maret 2019.
40