Anda di halaman 1dari 34

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN IBU HAMIL

DI PUSKESMAS MANGKUBUMI KOTA TASIKMALAYA

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu Tugas Akhir pada Program Studi S1
Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

ANGGIH ZULKIFLI

31115121

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
TASIKMALAYA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak

konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Masa kehamilan di mulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin (Wiknjosastro, 2008). Lamanya kehamilan normal

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid

terakhir.Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan

yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu, dan

selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya janin sesuai usia

kehamilan dan setiap dilakukan pemeriksaan kehamilan (Manuaba, 2010).

Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan

kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun hal ini kadang tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan

terjadi masalah. Lima penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, infeksi,

eklamsia, partus lama, dan komplikasi abortus (Uliyah dan Hidayat, 2008). Sedangkan

penyebab tidak langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit,

yang bukan komplikasi obstetrik, yang berkembang atau bertambah berat akibat

kehamilannya atau persalinan seperti anemia dan kejadian Kekurangan Energi Kronik

(KEK) (Winkjosastro, 2008).

1
2

Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) tahun 2014 di

seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 210 per 100.000 kehamilan per tahun dan

kematian bayi khususnya neonatus sebesar 34 per 1000 kelahiran per tahun. Kematian

ibu dan bayi terutama banyak terjadi di negara berkembang yaitu sebesar 90%.

Kendati jumlahnya sangat besar, tetapi hal ini tidak menarik perhatian karena

kejadiannya tersebar di berbagai negara. Obat dapat menyebabkan efek yang tidak

dikehendaki pada janin selama masa kehamilan. Seorang ibu dapat mengalami

berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu hamil

yang menggunakan obat dan suplemen pada periode organogenesis sedang

berlangsung sehingga risiko terjadi cacat janin lebih besar (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Penggunaan Obat Pada Pasien Ibu Hamil di Puskesmas Mangkubumi.Pada

penelitian ini penggunaan obat mengacu pada kategori keamanan obat yang ditetapkan

oleh Food & Drug Administration (FDA), yang mengkategorikan obat- obat menjadi 5

kategori yaitu kategori A, B, C,D, dan X. Uraian tersebut sampai saat ini masih dipakai

sebagai rujukan atau acuan di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

1.2 Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang profil penggunaan obat pada pasien ibu hamil di

Puskesmas Mangkubumi Tahun 2018. Adapun kerangka pikir penelitian ini ditunjukan

pada Gambar 1.1 dibawah ini :


3

1.Usia 1. Jumlah penggunaan obat


2. Golongan obat yang di
2.Paritas gunakan
3. Kategori obat menurut
3.Usia Kehamilan DIH dan BNF

Gambar 1.1 Skema Parameter Pengamatan

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana profil penggunaan obat, jenis obat, interaksi obat, kategori obat

jumlah obat yang diberikan pada pasien ibu hamil di Puskesmas Mangkubumi?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui jumlah penggunaan obat, jenis obat-obatan, interaksi obat, golongan obat

yang di berikan pada pasien ibu hamil dan penggunaan obat pada pasien ibu hamil di

puskesmas mangkubumi berdasarkan kategori FDA.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas maka manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti

Data dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

informasi dalam pemberian, pemilihan atau penggunaan kategori obat-obatan

berdasarkan FDA dan dalam upaya mengoptimalkan obat yang tidak berbahaya

terhadap janin pada pasien ibu hamil dan juga sebagai evaluasi terhadap peresepan

obat-obatan yang di berikan pada pasien ibu hamil di puskesmas mangkunumi.


4

b. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Kota

Tasikmalaya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan

terutama mengenai gambaran informasi terkait obat-obatan yang aman di berikan

pada pasien ibu hamil, juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dan

pengayaan materi ilmu kefarmasian khususnya dalam bidang farmasi klinik.

c. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian dapat menyumbangkan masukan dalam pengobatan yang

aman untuk pasien ibu hamil.

d. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat bahwa

pengetahuan tentang obat – obatan yang aman untuk ibu hamil sangat dibutuhkan

agar terhindar dari kesalahan pengunaan obat - obatan untuk ibu hamil.
5

1.6 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota

Tasikmalaya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2019 sampai bulan Juni 2019.

Table 1.1 Jadwal Penelitian

Waktu Penelitian
No Kegiatan Tahun 2018 bulan ke- Tahun 2019 bulan ke-
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Penelusuran
1 pustaka
Penyusunan
2 naskah
Pengajuan
3 usulan
penelitian
Pelaksanaan
4 penelitian
Pengolahan
5 data
Penyusunan
6 laporan
penelitian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

Kehamilan normal biasanya berlangsung kira – kira 10 bulan atau 9 bulan atau 40

minggu atau 280 hari, dengan kondisi ibu normal, tidak mempunyai riwayat obstetrik,

tinggi fundus uteri sesuai kehamilan, denyut jantung janin normal 121/160 kali/menit,

gerakan janin terasa setelah 18 – 20 minggu hingga melahirkan, tekanan darah dibawah

140/90 mmHg. Penambahan berat badan minimal 9kg selama kehamilan, edema hanya

pada ekstermitas. Sebagian besar manusia, proses kehamilan berlangsung sekitar 40

minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang

berlangsung antara 20 – 38 minggu disebut kehamilan preterm, sedangkan bila lebih

dari 42 minggu disebut kehamilan postterm. Menurut usianya, kehamilan ini dibagi

menjadi 3 yaitu kehamilan trimester pertama 0 – 14 minggu, kehamilan trimester kedua

14 – 28 minggu dan kehamilan trimester ketiga 28 – 42 minggu (Kusmiyati dan Yuni,

2009).

Gangguan pada kehamilan yaitu :

 Mual dan muntah

 Liur melimpah

 Tekanan pada dada

 Lemah dan pusing

 Sariawan

6
7

 Gangguan buang air besar

 Varises

 Wasir atau ambeien

 Kejang kaki

 Keputihan

2.1.1 Perubaha Fisik Selama Kehamilan

Kehamilan merupakan proses fisiologis dan alamiah, proses kehamilan

merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari konsepsi, nidasi, adaptasi ibu

terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan hormon sebagai persiapan

menyongsong kelahiran bayi (Varney, 2007).

Kehamilan melibatkan perubahan fisik, perubahan system pencernaan, system

respirasi, system traktus urinarius, sirkulasi darah serta perubahan psikologis. Selain

menyebabkan perubahan fisik dan psikologis dari ibu, kehamilan juga menyebabkan

perubahan social didalam keluarga dalam meyambut anggota keluarga baru.

Kehamilan pada umumnya berkembang normal, namun kadang tidak sesuai dengan

yang diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu akan bermasalh selama kehamilan atau

baik-baik saja. Oleh karena itu perlu pemantauan perubahan perubahan fisiologis

yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga meendeteksi dan

menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal (Varney, 2007).


8

Tiga periode berdasarkan lamanya kehamilan, yaitu:

Kehamilan trimester I : 0-12 minggu

Kehamilan trimester II : 12-28 minggu

Kehamilan trimester III : 28-40 minggu

1. Trimester pertama

Tanda-tanda fisik yang kadang dapat terjadi pada ibu adalah pendarahan

sedikit (spotting) sekitar 11 hari setelah konsepsi, yakni pada saat embrio

melekat pada lapisan uterus. Pendarahan ini biasanya kurang dari jumlah haid

yang normal. Perubahan-perubahan fisik berikutnya biasanya adalah nyeri dan

pembesaran payudara, kadang diikuti oleh rasa lelah yang sangat dan sering

kencing. Gejala ini akan dialami sampai 3 bulan berikutnya. “Morning

siknees”(sakit di pagi hari) berupa mual dan muntah biasanya dimulai sekitar 8

minggu dan mungkin berakhir sampai 12 minggu. Setelah 12 minggu

pertumbuhan janin dalam uterus dapat dirasakan ibu diatas simpisis pubis. Ibu

akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama kehamilan

trimester pertama.

2. Trimester kedua

Uterus akan membesar, setelah 16 minggu uterus biasanya berada pada

pertengahan antara simpisis pubis dan pusat. Berat badan ibu bertambah sekitar

0,4-0,5 kg /minggu. Ibu akan mulai merasa mempunyai banyak energy. Pada

20 minggu fundus uteri berada dekat dengan pusat atau sekitar 2-3 jari dibawah

pusat. Payudara mulai mengeluarkan kolostrum. Ibu mulai merasakan gerakan


9

janinnya,tampak perubahan kulit yang normal,berupa cloasma, linea nigra, dan

striae gravidarum.

3. Trimester ketiga

Pembesaran uterus terus bertambah. Pada minggu ke 28 fundus uteri

berada 3 jari diatas pusat antara pusat dan processus xipoideus (PX). Pada

minggu ke 32, fundus uteri berada pada pertengahan pusat dan PX. Minggu ke

36, fundus uteri mencapai 3 jari bawah PX. Payudara terasa penuh dan lunak.

Kembali terjadi sering sakit punggung dan sering kencing meningkat akibat

tekanan uterus terhadap kandung kencing. Tidur mungkin menjadi sulit. Terasa

kontraksi Braxton Hicks (his palsu) yang meningkat.

2.1.2 Perubahan Psikologis Selama Kehamilan

Perubahan psikologis selama masa kehamilan, yaitu:

1. Perubahan Psikologi Trimester Pertama

Pada trimester pertama (13 minggu pertama kehamilan) sering timbul rasa

cemas bercampur rasa bahagis, rasa sedih, rasa kecewa, sikap penolakan,

ketidakyakinan atau ketidakpastian, sikap ambivalen (bertentangan), perubahan

seksual, fokus pada diri sendiri, stres dan goncangan psikologis sehingga

menimbulkan rasa tidak nyaman dan pertengkaran (Janiwarty dan Pieter, 2013)

2. Perubahan Psikologi Trimester Kedua

Bentuk perubahan psikologi ibu hamil pada trimester kedua seperti rasa

khawatir, perubahan emosional dan terjadi peningkatan libido.Trimester

keduakehamilan dibagi menjadi dua fase, yaitu pre-quickening(sebelum gerakan


10

janin dirasakan oleh ibu) dan post-quickening(setelah gerakan janin dirasakan

oleh ibu). Fase pre-quickening merupakan fase untuk mengetahui hubungan

interpersonal dan dasar pengembangan interaksi sosial ibu dengan janin,

perasaan menolak dari ibu yang tampak dari sikap negatif seperti tidak

mempedulikan dan mengabaikan, serta ibu yang sedang mengembangkan

identitas keibuannya. sedangkan, fase post-quikening merupakan fase dimana

identitas keibuan semakin jelas. Ibu akan fokus pada kehamilannya dan lebih

mempersiapkan diri untuk menghadapi peran baru sebagai seorang ibu.

Kehidupan psikologis ibu hamil tampak lebih tenang, tetapi perhatian mulai

beralih pada perubahan bentuk tubuh, keluarga, dan hubungan psikologis dengan

janin. Pada fase ini, sifat ketergantungan ibu hamil terhadap pasangannya

semakin meningkat seirig dengan pertumbuhan janin (Janiwarty dan Pieter,

2013).

3. Perubahan Psikologi Trimester Ketiga

Pada trimester ketiga kehamilan, perubahan psikologis ibu hamil semakin

kompleks dan meningkat dibandingkan trimester sebelumnya akibat kondisi

kehamilan yang semakin membesar. Beberapa kondisi psikologis yang terjadi,

seperti perubahan emosional dan rasa tidak nyaman, sehingga ibu hamil

membutuhkan dukungan dari suami, keluarga dan tenaga medis. Perubahan

emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tidak terkontrol.

Perubahan emosi tersebut akibat dari adanya perasaan khawatir, rasa takut,

bimbang dan ragu dengan kondisi kehamilannya (Janiwarty dan Pieter, 2013).
11

2.1.3 Kategori Obat pada ibu hamil menurut FDA

Kategori A : Adalah obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil

tanpa disertai kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya.

Contoh : Parasetamol, Penisilin, Eritromisin, Glikosida jantung, Isoniazid serta bahan-

bahan hemopoetik seperti besi dan asam folat.

Kategori B : Meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita

hamil masih terbatas, tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin.

B1 : Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage). Contoh : Simetidin, Dipiridamol, dan Spektinomisin.

B2 : Data dari penilitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin. Contoh : Ikarsilin, Amfoterisin, Dopamin,

Asetilkistein, dan Alkaloid Belladonna.

B3 : Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin, tetapi

belum tentu bermakna pada manusia. Contoh : Karbamazepin, Pirimetamin,

Griseofulvin, Trimetoprim, dan Mebendazol.

Kategori C : Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada

janin tanpa disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya.

Umumnya bersifat reversibel (membaik kembali).

Contoh : Analgetik-narkotik, Fenotiazin, Rifampisin, Aspirin, Antiinflamasi non-

steroid dan Diuretika.


12

Kategori D : Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian

malformasi janin pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat

ireversibel (tidak dapat membaik kembali). Obat-obat dalam kategori ini juga

mempunyai efek farmakologik yang merugikan terhadap janin.

Contoh : Androgen, Fenitoin, Pirimidon, Fenobarbiton, Kinin, Klonazepam, Valproat,

Steroid Anabolik, dan Antikoagulansia.

Kategori X : Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah

terbukti mempunyai resiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap

(irreversibel) pada janin jika diminum pada masa kehamilan. Obat dalam kategori ini

merupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan (Depkes RI, 2008).

Contoh : Isotretionin dan Dietilstilbestrol.

2.2 Penggunaan Obat pada Kehamilan

Pemakaian obat-obat bebas dan obat resep perlu diperhatikan sepanjang

kehamilan sampai masa nifas. Pemakaian fisiologik pada ibu yang terjadi selama

masa kehamilan mempengaruhi kerja obat dan pemakaianya. Termasuk pengaruh

dari hormon-hormon steroid yang beredar dalam sirkulasi pada metabolisme obat

dalam hati, ekskresi obat melalui ginjal yang lebih cepat karena peningkatan filtrasi

glomerulus dan peningkatan perfusi ginjal, pengenceran obat karena jumlah darah

dalam sirkulasi ibu yang meningkat, dan perubahan–perubahan dalam klirens obat

pada akhir kehamilan menyebabkan penurunan kadar serum dan konsentrasi obat

dalam jaringan dengan demikian obat yang diresepkan secara terapetik tidak dapat

diberikan dengan dosis yang lebih rendah (Hayes, 2013). Pedoman pemberian obat

selama kehamilan harus memperhatikan bahwa keuntungan yang didapat dengan


13

pemberian jauh melebihi resiko jangka pendek maupun panjang terhadap ibu dan

janin.Perlu dilakukan pemilihan obat secara hati hati dan pemantauan untuk

mendapatkan dosis efektif terendah untuk interval yang pendek dengan

mempertimbangkan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan fisiologi kehamilan

(Hayes, 2013).

2.2.1 Teratogenik

Prinsip-prinsip dari teratologi yang diajukan oleh James Wilson pada tahun 1959

dan dalam bukunya monografi Lingkungan dan Lahir Cacat. Prinsip-prinsip panduan

studi dan pemahaman tentang agen teratogenik dan pengaruhnya terhadap organisme

berkembang:

1. Kerentanan terhadap teratogenesis tergantung pada genotipe konsepsi dan cara

dimana ini berinteraksi dengan faktor lingkungan yang merugikan.

2. Kerentanan terhadap teratogenesis bervariasi dengan tahap perkembangan pada

saat terkena pengaruh yang merugikan. Ada periode kritis dari kerentanan

terhadap agen dan sistem organ terpengaruh oleh agen ini.

3. Agen teratogenik bertindak dengan cara tertentu pada pengembangan sel dan

jaringan untuk memulai urutan peristiwa perkembangan abnormal.

4. Akses pengaruh yang merugikan pada jaringan berkembang tergantung pada

sifat mempengaruhi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan teratogen

untuk kontak konsepsi berkembang, seperti sifat dari agen itu sendiri, rute dan

tingkat eksposur ibu, laju perpindahan plasenta dan penyerapan sistemik, dan

komposisi genotipe ibu dan embrio / janin.


14

5. Ada empat manifestasi pengembangan menyimpang (Kematian, malformasi,

Retardasi Pertumbuhan dan Cacat Fungsional).

Manifestasi meningkatkan pembangunan menyimpang di frekuensi dan gelar

sebagai meningkatkan dosis dari No diamati Pengaruh Buruk Level (NOAEL) dengan

dosis memproduksi 100% Lethality (LD100).

2.2.2 Teratologi pada manusia

Aspek yang paling penting dalam masalah ini adalah pengaruh obat-obat pada

saat tertentu selama pembuahan sampai dengan kehamilan. Periode pertumbuhan hasil

konsepsi dibagi menjadi :

1. Periode ovum, yakni sejak saat fertilisasi sampai dengan implantasi.

2. Periode embrionik, yakni sejak minggu kedua sampai dengan minggu kedelapan

setelah fertilisasi.

3. Periode fetal (janin), yakni setelah 8 minggu sampai dengan aterm. Periode

embrionik adalah periode yang paling kritis oleh karena saat ini sedang dalam

fase pembentukan organ-organ (organogenesis). Pada periode fetal atau janin,

terutama trimester III, pengaruh antibiotika yang diberikan pada ibu hamil tidak

akan mempengaruhi pembentukan organ (malformasi/dismorfogenik). Pengaruh

obatobatan terhadap janin berkaitan dengan jumlah bahan didalam peredaran

darah (serum), absorbsi dalam usus, metabolisme, ikatan dengan protein (protein

binding), penyimpanan dalam sel, uuran molekul dan kelarutan bahan tersebut

dalam lemak yang merupakan faktor yang menentukan kemampuan obat untuk

menembus barier plasenta. Beberapa jenis obat memang telah diketahui

memberikan efek teratogenik pada dosis yang relatif rendah pada saat yang tepat
15

misalnya alkohol, thalidomide, antagonis asam folat dan lain-lainnya, akan tetapi

yang penting diketahui adalah bahwa pemakaian obat-obat tersebut meskipun

mempunyai efek teratogenik bila diberikan setelah periode yang kritis tersebut

tidak lagi memberikan kelainan-kelainan (Sri Sulastri, 2016).

2.2.3 Kerja Obat Teratogenik.

Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat mempengaruhi struktur

janin pada saat terpapar. Thalidomid adalah contoh obat yang besar pengaruhnya pada

perkembangan anggota badan (tangan, kaki) segera sesudah terjadi pemaparan.

Pemaparan ini akan berefek pada saat waktu kritis pertumbuhan anggota badan yaitu

selama minggu ke empat sampai minggu ke tujuh kehamilan. Mekanisme berbagai

obat yang menghasilkan efek teratogenik belum diketahui dan mungkin disebabkan

oleh multi factor (Sri Sulastri, 2016).

 Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak langsung

mempengaruhi jaringan janin.

 Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta

sehingga mempengaruhi jaringan janin.

 Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan janin,

misalnya vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan pada jaringan

normal. Dervat vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah teratogenik yang

potensial.

 Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada

abnormalitas. Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan dapat


16

menurunkan insiden kerusakan pada selubung saraf yang menyebabkan

timbulnya spina bifida.

 Paparan berulang zat teratogenik dapat menimbulkan efek kumulatif. Misalnya

konsumsi alkohol yang tinggi dan kronik pada kehamilan, terutama pada

kehamilan trimester pertama dan kedua akan menimbulkan fetal alcohol

syndrome yang berpengaruh.

2.3 Farmakokinetik Obat pada Kehamilan

Selama kehamilan dosis obat yang diberikan harus diusahkan serendah mungkin

untuk meminimalkan potensi efek toksik terhadap janin. Bila pengobatan harus

diberikan, maka penting untuk menurunkan sampai kadar terendah yang masih efektif

sesaat sebelum terjadi konsepsi pada kehamilan yang direncanakan, atau selama

trimester pertama. Bila obat berpotensi menyebabkan efek putus obat pada janin, dosis

dapat diturunkan mencapai akhir masa kehamilan, contohnya pengobatan dengan anti

psikotik dan antidepresan.Namun, perubahan farmakokinetika selama kehamilan

mungkin memerlukan peningkatan dosis bagi obat-obat tertentu. Pemahaman yang baik

terhadap perubahan ini penting untuk menetukan dosis yang paling tepat bagi pasien

yang sedang hamil (Aslam, 2003).

Respon ibu dan janin terhadap obat selama kehamilan dipengaruhi oleh dua factor

yaitu :

1) Perubahan absorbsi, distribusi, dan eliminasi obat dalam tubuh wanita hamil.
17

2) unit plasental-fetal yang mempengaruhi jumlah obat yang melewati sawar

plasenta, persentase obat yang dimetabolisme oleh plasenta, distribusi dan

eliminasi obat oleh janin.

2.3.1 Perubahan Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal

1. Absorbsi saluran cerna

Pada wanita hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung (40%

dibandingkan wanita tidak hamil), disertai peningkatan sekresi mukus, kombinasi

kedua hal tersebut akan menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapasitas

buffer. Secara klinik hal ini akan mempengaruhi ionisasi asam-basa yang

berakibat pada absorbsinya.

2. Absorbsi paru

Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi,

dan aliran darah paru. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan peningkatan

absorbsi alveolar, sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat inhalan.

3. Distribusi

Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan

akibat peningkatan jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah

jantung akan berakibat peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir

trimester I, dan peningkatan aliran darah uterus yang mencapai puncaknya pada

aterm (36-42 L/jam); 80% akan menuju ke plasenta dan 20% akan mendarahi

myometrium. Akibat peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar

puncak obat (Cmax) dalam serum.


18

4. Pengikatan protein

Sesuai dengan perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah,

tetapi tidak diikuti dengan peningkatan produksi albumin, sehingga

menimbulkan hipoalbuminemia fisiologis yang mengakibatkan kadar obat bebas

akan meningkat. Obat-obat yang tidak terikat pada protein pengikat secara

farmakologis adalah obat yang aktif, maka pada wanita hamil diperkirakan akan

terjadi peningkatan efek obat.

5. Eliminasi oleh hati

Fungsi hati dalam kehamilan banyak dipengaruhi oleh kadar estrogen dan

progesteron yang tinggi. Pada beberapa obat tertentu seperti phenytoin,

metabolisme hati meningkat mungkin akibat rangsangan pada aktivitas enzim

mikrosom hati yang disebabkan oleh hormon progesteron; sedangkan pada obat-

obatan seperti teofilin dan kafein, eliminasi hati berkurang sebagai akibat

sekunder inhibisi komfetitif dari enzim oksidase mikrosom oleh estrogen dan

progesterone.

6. Eliminasi ginjal

Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat

yang dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoksin, dan

lithium menunjukkan peningkatan eliminasi dan konsentrasi serum steady state

yang lebih rendah.


19

2.3.2 Efek kompartemen fetal-plasental

Jika pemberian obat menghasilkan satu kesatuan dosis maupun perbandingan

antara kadar obat janin: ibu maka dipakai model kompartemen tunggal. Tetapi jika

obat lebih sukar mencapai janin maka dipakai model dua kompartemen di mana rasio

konsentrasi janin: ibu akan menjadi lebih rendah pada waktu pemberian obat

dibandingkan setelah terjadi distribusi (Ganiswara, 1995).

1. Efek protein pengikat

Protein plasma janin mempunyai afinitas yang lebih rendah dibandingkan

protein plasma ibu terhadap obat-obatan. Tetapi ada pula obat-obatan yang lebih

banyak terikat pada protein pengikat janin seperti salisilat. Obat-obat yang tidak terikat

(bebas) adalah yang mampu melewati sawar plasenta.

2. Keseimbangan asam-basa

Molekul yang larut dalam lemak dan tidak terionisasi menembus membran

biologis lebih cepat dibandingkan molekul yang kurang larut dalam lemak dan

terionisasi selain itu PH plasma janin sedikit lebih asam dibandingkan ibu. Dengan

demikian basa lemah akan lebih mudah melewati sawar plasenta. Tetapi setelah

melewati plasenta dan mengadakan kontak dengan darah janin yang relatif lebih asam,

molekul-molekul akan lebih terionisasi. Hal ini akan berakibat penurunan konsentrasi

obat pada janin dan menghasilkan gradien konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai

ion trapping.

3. Eliminasi obat secara feto-placental drug eliminaton


20

Terdapat bukti-bukti bahwa plasenta manusia dan fetus mampu memetabolisme

obat. Semua proses enzimatik, termasuk fase I dan fase II telah ditemukan pada hati

bayi sejak 7 sampai 8 minggu pasca pembuahan tetapi proses tersebut belum matang,

dan aktivitasnya sangat rendah. Kemampuan eliminasi yang berkurang dapat

menimbulkan efek obat yang lebih panjang dan lebih menyolok pada janin. Sebagian

besar eliminasi obat pada janin dengan cara difusi obat kembali ke kompartemen ibu.

Tetapi kebanyakan metabolit lebih polar dibandingkan dengan asal-usulnya sehingga

kecil kemungkinan mereka akan melewati sawar plasenta, dan berakibat penimbunan

metabolit pada jaringan janin. Dengan pertambahan usia kehamilan, makin banyak

obat yang diekskresikan ke dalam cairan amnion, hal ini menunjukkan maturasi ginjal

janin.

4. Keseimbangan Obat Maternal-fetal

Jalur utama transfer obat melalui plasenta adalah dengan difusi sederhana. Obat

yang bersifat lipofilik dan tidak terionisasi pada pH fisiologis akan lebih mudah

berdifusi melalui plasenta. Kecepatan tercapainya keseimbangan obat antara ibu dan

janin mempunyai arti yang penting pada keadaan konsentrasi obat pada janin harus

dicapai secepat mungkin, seperti pada kasus-kasus aritmia atau infeksi janin

intrauterin, karena obat diberikan melalui ibunya.

2.3.3 Mekanisme Transfer Obat Melalui Plasenta

Obat-obatan yang diberikan kepada ibu hamil dapat menembus sawar plasenta

sebagaimana halnya dengan nutrisiyang dibutuhkan janin, dengan demikian obat

mempunyai potensi untuk menimbulkan efek pada janin. Perbandingan konsentrasi


21

obat dalam plasma ibu dan janin dapat memberi gambaran pemaparan janin terhadap

obat-obatan yang diberikan kepada ibunya (Nindya, 2001).

Faktor-faktor yang mempengaruhi transfer obat melalui plasenta antara lain

adalah:

 Berat molekul obat.

Pada obat dengan berat molekul lebih dari 500D akan terjadi transfer tak

lengkap melewati plasenta.

 PKa (pH saat 50% obat terionisasi).

 Ikatan antara obat dengan protein plasma.

Mekanisme transfer obat melalui plasenta dapat dengan cara difusi, baik aktif

maupun pasif, transport aktif, fagositosis, pinositosis, diskontinuitas membran dan

gradien elektrokimiawi (Nindya, 2001).

2.4 Farmakodinamika pada Kehamilan

Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus, dan kelenjar susu, pada kehamilan

kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan. Efek obat

pada jaringan tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak berubah, walau terjadi

perubahan misalnya curah jantung, aliran darah ginjal. Perubahan tersebut kadang

menyebabkan wanita hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat

tidak hamil. Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada

kehamilan karena peningkatan beban jantung pada kehamilan atau insulin yang
22

dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang diinduksi oleh

kehamilan (Depkes RI, 2006).

2.4.1 Mekanisme kerja obat ibu hamil

Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada kehamilan

kadang dipengaruhi oleh honnon-homion sesuai dengan fase kehamilan. Efek obat

pada jaringan tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak berubah, walau terjadi

perubahan misalnya curah jantung, aliran darah ke ginjal. Perubahan tersebut kadang

menyebabkan wanita hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak

hamil. Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan

karena peningkatan beban jantung pada kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan

untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang diinduksi oleh kehamilan (Depkes

RI, 2006).

Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang dengan

pesat, yang berkaitan dengan pemberian obat pada wanita hamil yang ditujukan untuk

pengobatan janin walaupun mekanismenya masih belum diketahui jelas. Contohnya

kortikosteroid diberikan untuk merangsang matangnya paru janin bila ada prediksi

kelahiran prematur. Contoh lain adalah fenobarbital yang dapat menginduksi enzim

hati untuk metabolisme bilirubin sehingga insidens jaundice (bayi kuning) akan

berkurang. Selain itu fenobarbital juga dapat menurunkan risiko perdarahan

intrakranial bayi kurang umur. Anti aritmia juga dibelikan pada ibu hamil untuk

mengobati janinnya yang mendenta antmia jantung (Depkes RI, 2006).


23

2.5 Puskesmas

Pengertian Puskesmas menurut Azrul Azwar (1988 : 61) adalah unit

pelaksanaan fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat

pembinaan masyarakat, serta sebagai pusat pelayanan kesehatan, tingkat pertama

untuk masyarakat di wilayah kerjanya yang dalam melaksanakan berbagai

kegiatannya diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu. Dari beberapa

pengertian Puskesmas di atas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas merupakan

kerjasama antara unit-unit fungsional dalam suatu wilayah tertentu serta mempunyai

tujuan bersama, yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya. Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah

kecamatan. Dari uraian singkat tentang pengertian diatas jelas bahwa Puskesmas

adalah satu satuan organisasi yang diberikan kewenangan kemandirian oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melaksanakan tugas-tugas operasional

pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan (Azwar, 1998).

2.5.1 Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas menurut Suyono Yahya, 1987, dalam laporan tahunan Dinas

Kesehatan Tingkat I Lampung 2013 adalah : “Dalam rangka meningkatkan

kemampuan setiap orang/keluarga untuk dapat memecahkan masalah kesehatannya

sendiri dalam mewujudkan hidup sehat dengan sasaran untuk peningkatan dan

pemanfaatan upaya kesehatan, tidak hanya dilakukan pada hirarkhi-hirarkhi

profesional saja tetapi perlu dikembangkan jaringan pelayanan masyarakat dan

keluarga yang akan menampung saat-saat tinggal landasnya pembangunan kesehatan


24

seperti Puskesmas”. Dengan fungsi yang seperti ini Puskesmas diharapkan dapat

mengatur, membimbing, membantu dan mengawasi berbagai pelayanan kedokteran

dasar (Yahya, 1987).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian retrospective

observation. Penelitian retrospective observation adalah penelitian dengan mengkaji

informasi atau mengambil data–data yang telah lalu (Notoatmodjo, 2010). Penelitian

ini dilakukan dilakukan dengan mengumpulkan data–data rekam medis pasien ibu

hamil di Puskesmas Mangkubumi Tasikmalaya periode Januari 2008 – Desember

2018.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam

masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk

membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi

pada situasi sekarang atau yang sedang terjadi (Notoatmodjo, 2010). Kuantitatif

adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan (Sugiyono, 2011).

25
26

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medis

pasien ibu hamil di Puskesmas Mangkubumi. Sampel yang dipilih harus

memenuhi kriteria inklusi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan di teliti. Semua pasien ibu

hamil yang pernah datang ke puskesmas mangkubumi masuk ke dalam sampel

penelitian.

3.4 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi yaitu rekam medis pasien

ibu hamil di Puskesmas Mangkubumi dalam periode Januari 2008 – Desember 2018.

Rekam medis yang digunakan, terdiri dari: nomor rekam medis, usia pasien ibu

hamil, usia kehamilan, jenis paritas, dan obat.


27

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Profil penggunaan obat kehamilan adalah gambaran tentang pola

penggunaan obat ibu hamil yang dinilai berdasarkan usia, usia

kehamilan, jenis paritas, dan jenis obat yang diberikan.

b) Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu

hidup di luar rahim dengan usia kehamilan 28 minggu.

c) Usia kehamilan adalah total waktu hidup janin berada dalam rahim.

3.6 Alur Penelitian


28

Gambar 3.1 : Alur Penelitian


29

3.7 Teknik Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data dari rekam medis yang menuliskan

obat untuk pasien ibu hamil yang dilayani di Puskesmas Mangkubumi. Data yang

diperlukan dicatat pada lembar pengumpulan data yaitu nomor rekam medis, usia

pasien, usia kehamilan, paritas, jenis obat dan jumlah obat yang digunakan.

3.8 Analisis Data

a. Data-data yang telah dihasilkan selanjutnya dianalisis meliputi :

1. Demografi pasien meliputi pendidikan, pekerjaan, umur, tinggi badan,

berat badan, umur kandungan.

2. Profil obat ini mengenai obat-obatan yang digunakan pada pasien ibu hamil

selama periode 2008-2018, berdasarkan kategori obat A, B, C, D, X, dan

berdasarkan golongan obat.

3. Data di olah menggunakan Excel.

b. Kategorisasi obat :

1. Kategori obat A yaitu studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan

adanya resiko bagi janin pada trimester pertama kehamilan dan tidak ada

bukti mengenai resiko pada trimester kedua dan ketiga. Kemungkinan

adanya bahaya terhadap janin rendah. Contohnya asam folat.

2. Kategori B yaitu studi tentang reproduksi binatang percobaan yang tidak

memperlihatkan adanya resiko pada janin tetapi belum ada studi terkontrol

pada ibu hamil atau sistem reproduksi binatang percobaan yang

menunjukkan efek samping, dimana tidak ada penegasan dengan studi


30

kontrol pada wanita saat trimester pertama dan tidak ada bukti resiko janin

pada trisemester berikutnya. Contohnya beberapa antibiotika seperti

amoksisilin dan eritromisin.

3. Kategori C yaitu studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek

samping pada janin (teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada

wanita dan binatang yang tersedia. Obat dalam kategori ini hanya boleh

diberikan kepada ibu hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari

resiko yang mungkin terjadi pada janin. Contohnya asam mefenamat dan

aspirin.

4. Kategori D yaitu obat-obatan yang terbukti beresiko pada janin manusia,

tapi keuntungan penggunaan bagi wanita hamil boleh dipertimbangkan

(terjadi situasi yang dapat mengancam ibu hamil, dimana obat lain tidak

dapat digunakan atau tidak efektif). Contohnya karbamazepin.

5. Kategori X yaitu obat-obatan yang studi pada binatang percobaan atau

manusia telah memperlihatkan adanya kelainan janin (abnormalitas) atau

terbukti beresiko terhadap janin. Resiko penggunaan obat pada wanita

hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori x

merupakan kontraindiasi bagi wanita hamil. Contohnya simvastatin.


31

3.9 Langkah Penelitian

Cara pengambilan data yang dilakukan untuk pengumpulan data rekam medis

pasien adalah:

a) Meminta rekomendasi dari Kampus STIKes Bakti Tunas Husada untuk dapat

melakukan penelitian di Puskesmas Mangkubumi.

b) Menghubungi kepala bidang pendidikan dan penelitian untuk mendapatkan

izin melakukan penelitian dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas.

c) Mengumpulkan semua data rekam medis yang masuk dari bulan Januari 2008 -

Desember 2018 di Puskesmas Mangkubumi Kota Tasikmalaya.


DAFTAR PUSTAKA

Aslam, M. 2003. Penggunaan Obat pada Masa Kehamilan dan Menyusui, dalam:
Aslam, M., dan Tan, C. K. Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy). Jakarta: Elex
Media Komputindo.

Azwar, A. 1988. Pengantar Administrasi Kesehatan, edisi kedua. Yogyakarta: PT. Bina
Rupa.

Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui.
Jakarta: Depkes RI. hal 1,2,7.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas & Klinik. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi
untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta: Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI.

Ganiswara, SG. 1995. Farmakologi dan Terapi,edisi IV. Jakarta: Farmakologi FKUI.

Hayes, K. 2013. Oxford Handbook of Obstetrics and Gynaecology. 3rd ed. UK: Oxford
University Press.

James, W. 1959. Reproductive and Developmental Toxicology. North Carolina:


National Institute Of Enviromental Healty Science.

Janiwarty & Pieters. 2013. Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori dan
Terapannya. Yogyakarta: Rapha Publishing

Kusmiyati & Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Penidikan Bidan, Ed. 2. Jakarta: EGC.

Nindya, S. 2001. Perubahan Farmakokinetik Obat Pada Wanita Hamil dan Implikasinya
secara Klinik. http://www.cerminduniakedokteran,com. Diakses tanggal 19
Desember 2018.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sri Sulastri. 2016. Buku Pintar Bayi. Jakarta: Pustaka Bunda.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: CV Alfa Beta.


Yahya. 1987. Keterpaduan Pelayanan Kesehatan Profesional Dan Masyarakat. Jakarta:
Pustaka Book Publisher

Uliyah & Hidayat, A. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik: Aplikasi
Dasar dasar Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, ed. 4. vol 2. Jakarta: EGC.

Winkjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

WHO. 2014. Maternal Mortality. World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai