Anda di halaman 1dari 25

TUGAS FARMAKOTERAPI

KEHAMILAN DAN GINEKOLOGI

Disusun oleh :
Abdul Solek (D1I 040145)
Ade Warsuha (D1I 040177)
Eka Damayanti (D1I 040171)
Heny Hasanah (D1I 040169)
Inayah (D1I 040167)
Rotua Uli Evawaty (D1I 040163)
Yuyun Wahyuni (D1I 040165)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
JATINANGOR
2005
GINEKOLOGI

Pendahuluan
Salah satu fungsi kehidupan adalah reproduksi, yang bertujuan untuk
keberlangsungan dan mempertahankan suatu spesies. Fungsi reproduksi akan
menghasilkan keturunan yang kemudian akan mengalami proses tumbuh kembang
yang diharapkan proses tersebut berjalan dengan baik. Ketelitian Sang Pencipta
dalam merekayasa pertumbuhan manusia mulai dari satu sel yang tumbuh dan
berkembang menjadi manusia.
Agar fungsi reproduksi berjalan baik dan menghasilkan generasi penerus
yang baik diperlukan sejumlah persyaratan, antara lain :
1. Alat reproduksi harus sehat
2. Sarana penunjang fungsi reproduksi optimal
3. Pengelolaan hasil reproduksi harus dipersiapkan sebaik-baiknya
sebelumnya.
Karenanya dalam mempelajari sistem reproduksi diperlukan berbagai
tinjauan, yaitu dari segi anatomi, histologi, fisiologi, biokimia dan lingkungan
kehidupan. Selain itu agar seluruh proses reproduksi berjalan dengan baik
diperlukan pengaturan sistem reproduksi melalui fungsi persyarafan dan hormonal
serta faktor penunjang yaitu nutrisi. Kesehatan reproduksi, termasuk
perkembangan selama kehamilan serta kemampuan menyusui adalah faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas tumbuh kembangnya individu yang dilahirkan.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi yang menjamin
bahwa fungsi reproduksi, khususnya proses reproduksi, dapat berlangsung dalam
keadaan sejahtera fisik, mental maupun sosial dan bukan saja terbebas dari
penyakit atau gangguan fungsi alat reproduksi.
Senada dengan itu, WHO menyebutkan kesehatan reproduksi menyangkut
proses, fungsi dan sistem reproduksi pada seluruh tahap kehidupan. Oleh karena
itu, dalam konsep kesehatan reproduksi terkandung asumsi, setiap individu dapat
memperoleh kehidupan seks yang bertanggung jawab, memuaskan dan aman.
Juga dapat mempunyai kapasitas reproduksi dan kebebasan untuk menentukan
jumlah anak, juga jarak dan waktu kapan memperoleh anak.
Dengan demikian, kesehatan reproduksi merupakan unsur yang penting
dalam kesehatan umum, baik perempuan maupun laki-laki. Kesehatan reproduksi
juga merupakan persyaratan yang esensial bagi kesehatan bayi dan anak-anak,
remaja dan orang yang berusia di luar masa reproduksi (baca: menopause).
Adapun pelaksanaan kesehatan reproduksi ini dapat dijalankan dalam
bentuk pelayanan: kesehatan ibu dan anak (Maternal and Child Health Care);
keluarga berencana (Family Planning) dan ginekologi (terutama infeksi, kanker
ginekologi, kelainan endokrin dan seksual).

1. Kesehatan Ibu dan Anak


Pelayanan ini ditujukan kepada ibu-ibu hamil dengan tujuan untuk
mengawasi dan mengamankan proses reproduksi sehingga kehamilan, persalinan
dan masa nifas dapat berlangsung secara aman.
Tolok ukur keberhasilannya ialah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Datanya di Indonesia angka AKI/AKB ini masih tinggi.
Yakni angka kematian ibu saat melahirkan yaitu 450 per 100 ribu kelahiran hidup.
Kematian ibu hamil yang tinggi tersebut disebabkan oleh terlambatnya
mendapat pertolongan tenaga medis, juga disebabkan oleh faktor-faktor yang
mengakar dalam keluarga dan masyarakat (baca: rendahnya pengetahuan keluarga
mengenai kesehatan reproduksi).
Dengan kata lain, kondisi hasil proses reproduksi kita masih tidak
memuaskan. Mengapa? Paling tidak, ada tiga faktor sebagai penyebabnya :
a) Karakteristik ibu hamil yang kurang baik. Hal ini dikarenakan
banyak kehamilan yang berisiko tinggi sehingga menimbulkan berbagai
penyakit. Dan banyak kehamilannya yang tidak dikehendaki/direncanakan,
sehingga meningkatkan upaya aborsi disengaja (abortus provokatus). Datanya
menunjukkan dari sekira 210 juta jiwa penduduk Indonesia terdapat dua
seperempat juta kasus aborsi per tahun.
b) Tidak semua ibu hamil mendapat cukup informasi dan akses
terhadap pelayanan kesehatan profesional secara tepat waktu.
c) Pelayanan profesional tentang KIA belum tersebar secara merata.

2. Keluarga Berencana (KB)


Pelayanan KB sebetulnya bermaksud untuk mengatur kesuburan. Mereka
yang terlalu subur, dijarangkan. Sedangkan yang tidak atau kurang subur diobati
agar mendapatkan keturunan.
Oleh karena itu, pada kenyataannya jenis pelayanan KB meliputi
pelayanan kontrasepsi dan pelayanan kemandulan. Dengan menggunakan
kontrasepsi secara baik, kita dapat menghindarkan dua hal buruk, yaitu kehamilan
risiko tinggi dan kehamilan yang tidak dikehendaki.

3. Ginekologi
Yakni ilmu yang mempelajari kelainan alat dan fungsi reproduksi di luar
kehamilan, seperti infeksi tumor/ kanker, kelainan endokrin, kelainan seksual, dll.
Dalam kaitan ini, ada dua jenis kelainan yang terpenting yaitu infeksi dan kanker
alat reproduksi.

Sistem Reproduksi Wanita


Organ utama dari sistem reproduksi wanita yaitu ovarium. Selain organ
utama dalam sistem reproduksi wanita juga terdapat organ pelengkap.
Uterus atau rahim, merupakan suatu ruangan berotot dengan bentuk dan
ukuran yang menyerupai buah pir. Di tempat inilah telur yang telah dibuahi
membenamkan diri dan tumbuh dewasa, yang dikenal sebagai proses
perkembangan kehamilan. Bayi yang sedang berkembang, untuk sementara
memperoleh makanan dari sang ibu melalui uterus.
Cervix, merupakan lubang atau celah yang dapat dilewati oleh sperma untuk
membuahi sel telur dan sebagai jalan yang dilalui bayi ketika meninggalkan
uterus.
Vagina, merupakan lintasan di antara uterus dan bagian luar tubuh. Vagina
merupakan kanal yang dilalui oleh bayi ketika dilahirkan.
Ovarium, adalah suatu struktur organ seukuran buah kenari yang terletak di
kedua sisi uterus, yang berperan dalam menghasilkan sel telur.
Tuba Fallopi, merupakan penghubung ovarium dan uterus. Sekitar 4 inchi
pada kedua sisi adalah sebagai jalan mask ke uterus dan dan pada bagian ujung
berbentuk menyerupai corong yang mengelilingi ovarium.

Gambar 1 Sistem Reproduksi Wanita

Siklus Reproduksi Wanita


Reproduksi wanita dimulai dengan perkembangan ovum dalam ovarium.
Satu ovum dilontarkan dari satu folikel ovarii masuk ke rongga abdomen pada
pertengahan siklus seksual setiap bulan. Ovum ini kemudian berjalan melalui
salah satu tuba Fallopi ke uterus, tempat ia berkembang menjadi fetus, plasenta
dan membran fetal.
Pada pubertas, dua ovarium mengandung sekitar 300.000 ovum. Ovum
dikelilingi oleh satu alpis sel epiteloid granulose dinamakan folikel primordial.
Selama tahun-tahun reproduksi wanita, hanya sekitar 400 folikel yang cukup
berkembang untuk melontarkan ovumnya, sisanya mengalami degenerasi.
Masa reproduksi normal wanita ditandai dengan perubahan berirama
dalam kecepatan sekresi hormon-hormon wanita dan perubahan yang sesuai pada
organ seks itu sendiri. Gambaran berirama ini dinamakan siklus seksual wanita.
Lama siklus rata-rata 28 hari. Siklus dapat sependek 20 hari atau selama 45 hari
bahkan pada wanita normal yang sama sekali, walau panjang siklus yang
abnormal kadang-kadang dihubungkan dengan fertilitas. Dua hasil bermakna
dalam siklus seksual, adalah :
1. Hanya satu ovum matang yang normal dikeluarkan dari ovarium setiap
bulan sehingga hanya satu fetus yang dapat mulai tumbuh saat ini.
2. Endometrium uterus dipersiapkan untuk implantasi ovum yang telah
dibuahi.
Sekitar sebulan sekali, endometrium atau lapisan dari uterus, mulai menebal
untuk mempersiapkan diri untuk menerima dan membenamkan sel telur yang
telah dibuahi. Sementara itu, beberapa folikel sel telur memulai proses
pematangan, tetapi biasanya hanya satu yang berkembang secara sempurna
dengan satu sel telur matang di dalamnya. Folikel sel telur ini bergerak ke
permukaan ovarium, kemudian folikel pecah dan melepaskan sel telur ke dalam
tuba Fallopi. Proses ini disebut ovulasi.
Beberapa hari kemudian, lapisan tuba Fallopi secara periodik melakukan
peremasan, mendorong sel telur masuk ke dalam uterus. Jika sel tidak dibuahi,
maka akan hancur di dalam uterus. Karena penebalan lapisan uterus tidak lagi
dibutuhkan, maka akan mengalami pelepasan/peluruhan selama satu periode (3
sampai 8 hari). Akan tetapi, jika sel telur dibuahi oleh sel sperma, maka sel telur
yang telah dibuahi tersebut akan membenamkan diri ke dalam lapisan uterus dan
memulai pertumbuhan.

Siklus Menstruasi
Pendarahan haid terjadi secara ritmis mengikuti suatu siklus haid yang
normalnya satu siklus berkisar 25-31 hari sekali. Perdarahan haid adalah darah
yang keluar dari uterus perempuan sehat, lamanya 3-6 hari, warnanya kecoklatan,
ganti pembalut 2-5 kali pembalut perhari dan terjadi akibat penurunan kadar
progesteron, yaitu pada suatu siklus haid yang berovulasi.
Siklus haid dipengaruhi berbagai hormon. Hormon pelepas gonadotropin
(GnRH) memicu hipofisis anterior mengeluarkan hormon FSH. FSH memicu
pematangan polikel di ovarium, sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah
besar. Estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel endometrium, yang
dikenal dengan fase proliferasi atau fase folikuler. Estrogen yang tinggi ini
memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH. Pengeluaran
LH ini menyebabkan terjadinya ovulasi dan memicu korpus luteum untuk
mensintesis progesteron. Progesteron menyebabkan terjadinya perubahan
sekretorik pada endometrium, yang dikenal dengan fase sekresi (fase luteal). Fase
sekresi biasanya selalu tepat, yaitu 14 hari, sedangkan fase proliferasi dapat
berlangsung 7 hingga 12 hari.

Kelainan Menstruasi
Kelainan haid yang dijumpai dapat berupa ada tidaknya pendarahan,
kelainan siklus atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
pendarahan. Kelainan ini dapat berupa :
a) Amenorea
Adalah tidak terjadinya haid pada seorang wanita. Pada kondisi fisiologis
normal, amenorea dapat terjadi pada keadaan prapubertas, masa kehamilan,
masa laktasi dan pascamenopause. Amenorea dapat disebabkan karena :
Disfungsi hipotalamus
Disfungsi hipofisis
Disfungsi ovarium
Periferi tidak bereaksi
Adanya penyakit; TBC, kelainan fungsi tiroid, pankreas, hepar dan
ginjal kelainan gizi
Pengobatannya sangat bergantung pada etiologi, antara lain sebagai berikut :
o Hormon-hormon untuk merangsang ovulasi
Clomiphen untuk merangsang hipotalamus
Gonadotropin sebagai substitusi terapi
Progestin untuk rebound phenomen
o Iradiasi ovarium
o Pengobatan penyakit atau kelainan penyebab Amenorea

b) Pseudoamenorea
Pada keadaan ini haid ada, tetapi darah haid tidak keluar karena tertutupnya
serviks, vagina maupun hymen. Sebagian besar terjadi karena atresia
hymenalis dimana hymen tidak berlubang, atau terjadinya perlekatan saluran
serviks atau vagina karena peradangan.
Pengobatannya dengan melakukan operasi untuk mengalirkan penyumbatan
aliran darah haid.

c) Menstruatio Praecox
Adalah pendarahan pada anak muda kurang dari 8-10 tahun, yang disertai
dengan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder sebelum waktunya.
Dibedakan menjadi :
1) Pubertas praecox (terbentuk gonadotropin)
Hipofise lebih cepat menghasilkan gonadotropin
Kelainan otak; tumor otak, hydrocephalus
Tumor yang menghasilkan gonadotropin (choriocarcinoma
dari ovarium)
2) Pseudopubertas praecox (tidak ada gonadotropin)
Granulosa sel tumor
Gangguan kelenjar suprarenalis
Menjalani terapi hormonal
Terapi dengan mengobati kelainan atau tumor penyebabnya.

d) Metroragia
Adalah pendarahan yang tidak teratur dan yang tidak ada hubungannya
dengan menstruasi. Dapat dibedakan menjadi :
1) Metroragia yang disebabkan oleh adanya kehamilan
Abortus
Kehamilan ektopik
2) Metroragia di luar kehamilan
Adanya luka yang tidak sembuh
Haemorrhagis
Hormonal
Kelainan darah

Pengobatan :
Terapi substitusi estrogen
Kuretase
Terapi hormonal (progestin) pada wanita yang masih muda

e) Dismenorea
Adalah nyeri yang terjadi sewaktu haid, yang terasa di perut bagian bawah,
dan dapat terasa sebelum, selama dan sesudah haid. Penyebabnya antara lain :
Psikogen (kejiwaan)
Adanya kelainan, misalnya serviks sempit
Adanya infeksi
Endokrin
Endometriosis
Adanya anemia, TBC, keletihan
Pengobatannya :
o Psikoterapi
o Terapi hormonal
o Pemberian analgetika
o Pengobatan penyakit penyebab nyeri

f) Kelainan siklus dan jumlah darah yang dikeluarkan


Hipomenorea; haid teratur tetapi jumlah darahnya sedikit
Oligomenorea; haid jarang karena siklusnya panjang
Hipermenorea; haid teratur tetapi jumlah darahnya banyak
Polimenorea; haid teratur tetapi kerap datangnya, karena siklusnya
pendek

KEHAMILAN, LAKTASI, serta FISIOLOGI FETUS


dan NEONATUS

Pematangan Ovum
Segera sebelum ovum dikeluarkan dari folikel, masing-masing dari 23
pasang kromosom melepaskan salah satu pasangannya sehingga 23 kromosom
yang tidak berpasangan tetap berada di dalam ovum yang matang. Pada saat ini
terjadi ovulasi dan segera setelah itu timbul fertilisasi.

Fertilisasi Ovum
Setelah koitus, pertama kali sperma ditranspor melalui uterus ke ujung
ovarium tuba Fallopi dalam sekitar 5 menit. Ini merupakan pergerakan yang jauh
lebih cepat dari pergerakan yang dapat dilakukan sperma sendiri, yang
menunjukkan bahwa pergerakan mendorong uterus dan tuba Fallopi mungkin
berperanan banyak bagi pergerakan sperma, walaupun dengan ini dari juta
sperma yang diletakkan dalam vagina hanya 1000 sampai 3000 yang berhasil
melintasi tuba Falopi intuk mendekati ovum.
Hanya satu sperma diperlukan untuk fertilisasi ovum. Setelah sperma
masuk ovum, kepalanya membengkak cepat untuk membantuk pronukleus jantan.
Kemudian, 23 kromosom pronukleus jantan dan 23 dari pronekleus betina saling
bersekutu untuk membentuk kembali unsure 46 kromosom (23 pasang) dalam
ovum yang telah mengalami fertilisasi.
Transpor dan Implantasi Ovum
Bila terjadi ovulasi, ovum bersama dengan sel-sel granulose yang melekat
padanya, kumulus ooforus, dikeluarkan langsung ke dalam rongga peritoneum dan
kemudian masuk ke salah satu tuba Falopi. Ujung masing-masing tuba yang
berfimbriae secara alamiah menutupi ovarium, dan permukaan dalam tentakel
berfimbriae dibatasi oleh epitel bersilia, silia yang secara terus menerus bergerak
kearah ostium abdominalis tuba Falopi. Sebenarnya dapat dilihat adanya arus
cairan lambat yang menuju ke ostium. Dengan cara ini ovum masuk ke salah satu
tuba Fallopi atau ke tuba Fallopi sisi lainnya
Fertilisasi ovum dalam keadaan normal berlangsung segera setelah ovum
masuk tuba Fallopi. Setelah fertilisasi terjadi, normal dibutuhkan waktu tiga hari
lagi untuk mentranspor ovum melalui tuba ke dalam rongga uterus. Transpor ini
terutama dipengarughi oleh arus cairan yang lemah dalam tuba Falopi akibat dari
kerja epitel bersilia yang membatasi tuba, silia selalu bergetar ke arah uterus.
Kontraksi lemah tuba Falopi mungkin juga membantu perjalanan ovum. Transport
ovum melalui tuba Falopi yang berjalan lambat memungkinkan beberapa stadium
pembelahan terjadi sebelum ovum masuk uterus. Selama ini, dibentuk sekret
dalam jumlah besar oleh sel-sel sekretoris yang melapisi tuba Fallopi. Sekret ini
dipergunakan untuk memberi makan pada ovum yang sedang berkembang.
Setelah mencapai uterus, ovum yang sedang berkembang biasanya tetap dalam
rongga uterus empat sampai lima hari lagi sebelum mengadakan implantasi dalam
endometrium, yang berarti bahwa implantasi biasanya terjadi pada hari ketujuh
atau kedelapan setelah ovulasi. Selama ini ovum mendapatkan makanan dari
sekret endometrium, dinamakan susu uterus.
Implantasi terjadi akibat kerja sel-sel tropoblas yang berkembang pada
permukaan blastokista. Sel-sel ini mensekresi enzim-enzim proteolitik yang
mencernakan dan mencairkan sel-sel endometrium. Bersaman denganini, banyak
cairan dan zat gizi yang dikeluarkan secara aktif diabsorpsi ke dalam blastokista
sebagai akibat fagositosis oleh sel-sel tropoblas, zat yang diabsorpsi merupakan
makan bagi pertumbuhan blastokista lebih lanjut. Pada saat yang sama, sel-sel
tropoblas juga membentuk pita-pita sel yang masuk kedalam lapisan-lapisan
endometrium yang lebih dalam dan melekat padanya. Jadi, blastokista membuat
lubang dalam endometrium dan pada saat yang sama melekatkan diri padanya.
Setelah implantasi berlangsung, sel-sel tropoblas dan sel-sel yang terletak di
bawahnya berproliferasi dengan cepat, dan bersama sel-sel yang berasal dari
endometrium ibu membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan.
Waktu sel-sel tropoblas menginvasi endometrium, mencernakan dan
melarutkannya, zat-zat gizi yang disimpan dalam sel endometrium yang besar,
yang dinamai sel desidua digunakan oleh embrio untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang tepat. Selama minggu pertama setelah implantasi, ini
merupakan satu-satunya cara embrio dapat memperoleh setiap zat gizi apapun,
dan embrio terus memperoleh sebagian besar dari seluruh zat-zat gizinya selama 8
sampai 12 minggu dengan cara ini, walaupun plasenta juga mulai menyediakan
zat-zat gizi dalam jumlah kecil kira-kira hari ke 16 setelah fertilisasi.

Kehamilan Luar Kandungan (Kehamilan Ektopik)


Kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim (kavum uteri). Jika dibiarkan,
kehamilan ektopik akan menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir
menjadi kematian.
Etiologi, kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh terjadinya hambatan pada
perjalanan sel telur, dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Pada kasus
yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur
dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
Faktor risiko, infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan
pada motilitas saluran sel telur dan menimbulkan divertikel (penonjolan keluar
berbentuk kantung) sehingga menjadi semacam jebakan bagi sel telur. Penyakit
peradangan panggul (pelvic inflamatory disease), riwayat menderita kehamilan
ektopik sebelumnya, riwayat operasi tuba, endometriosis, pemakaian hormon
estrogen dan progesteron (misalnya, pada kontrasepsi) dan cacat bawaan
(abnormalitas kongenital) dari saluran telur.
Patofisiologi, dalam keadaan normal, setiap wanita (setelah menstruasinya yang
pertama) mempunyai siklus bulanan yang teratur, sampai mengalami menopause.
Dalam siklus bulanan ini, akan dilepas sel telur dari ovarium, yang siap untuk
dibuahi. Sel akan berjalan di sepanjang saluran telur (tuba falopi), menuju ke
dalam rahim. Umumnya pembuahan akan terjadi di daerah saluran telur yang
disebut ampula. Hasil perpaduan sperma dan sel telur dikenal dengan istilah zigot.
Zigot akan terus melaju untuk mencapai rongga rahim. Sesampainya dalam
rongga rahim, sel-sel ini akan menanamkan dirinya pada dinding rahim untuk
tumbuh berkembang lebih lanjut. Dalam perjalanan tersebut, bisa saja mengalami
hambatan, seperti terjadinya gangguan pada jumbai saluran telur (fimbriae),
sehingga tidak mampu mengambil telur masuk ke dalam saluran telur. Dan
terjadinya gangguan pada kemampuan peristaltik saluran telur, sehingga zigot
tidak dapat bergerak secara baik menuju rongga rahim. Dengan terjadinya
hambatan ini, maka hasil pembuahan (zigot) akan tumbuh berkembang di luar
tempat yang seharusnya. Zigot dapat tumbuh misalnya pada saluran telur (tuba
falopi), rongga perut (abdomen), indung telur (ovarium), kornu uteri dan leher
rahim (serviks uteri).
Gejala dan tanda klinis, tergantung dari lokasi tumbuh dan berkembangnya
mudigah (embrio). Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah adanya rasa nyeri
pada daerah perut.
Pemeriksaan, pemeriksaan fisik secara umum, daerah perut (abdomen), rongga
panggul (pelvis), pemeriksaan laboratorium (darah, kadar hormon progesteron,
dan golongan darah), pemeriksaan penunjang seperti kuldosentesis (pengambilan
cairan peritoneal dari ekskavasio rektouterina melalui tindakan fungsi dinding
vagina) dan ultrasonografi (USG).
Komplikasi, tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah. Misalnya
bila terjadi kehamilan tuba, komplikasi yang tersering adalah pecahnya tuba
falopi.
Terapi, umumnya berupa tindakan pembedahan.
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
SISTEM REPRODUKSI WANITA

1. Endometriosis
Endometriosis secara klinis diartikan sebagai jaringan endometrium yang
terdapat di luar kavum uteri, seperti di organ-organ geniatalia interna, vesika
urinaria, usus, peritoneum, paru-paru, umblikus bahkan dapat dijumpai di mata
dan otak. Di tempat yang salah ini, lesi-lesi endometriosis tersebut tetap saja
dipengaruhi oleh oleh hormone estrogen dan progesteron, dan mengalami
perubahan siklik seperti endometrium. Sebagian wanita yang mengalami
endometriosis akan merasakan nyeri haid yang hebat, karena darah haid tersebut
tidak dapat keluar melalui jalan yang semestinya, melalui kanalis servikalis dan
vagina.
Gambar 2 Chocolate Cyst (Endometriosis)

Epidemiologi
Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduktif. Meskipun
demikian, telah ditemukan pula endometriosis pada usis remaja dan
pascamenopause. Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja
maupun pada usia menopause perlu dipikirkan adanya endometriosis.

Etiologi
Hingga kini, penyebab endometriosis belum diketahui secara pasti, namun
terdapat beberapa teori yang ikut berperan dalam patogenesis endometriosis.
1) Teori regurgitasi dan implantasi haid
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927. Biasanya
darah haid keluar dari kavum uteri melalui vagina, namun kadang-kadang
darah haid mengalir dari kavum uteri melalui tuba Fallopi ke kavum
peritoneum, dan berimplantasi pada permukaan peritoneum.
2) Teori metaplasia
Lesi endometriosis terbentuk akibat metaplasia dari sel-sel epitel coelom yang
berasal dari saluran Muller. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi sel-sel
peritoneal dan sel-sel pada permukaan ovarium.
3) Teori induksi
Hampir sama dengan teori metaplasia, darah haid memicu sel-sel peritoneum,
sehingga terjadi perubahan sel-sel endometrium yang berdiferensiasi, dan
memiliki kemampuan untuk berimplantasi.

Diagnosis
Nyeri pelvik siklik, atau dismenorea, khas untuk endometriosis. Nyeri haid
ini muncul beberapa hari menjelang haid, dan mencapai puncaknya saat haid, dan
menghilang setelah berhenti haid. Tempat nyeri yang dirasakan oleh pasien dapat
diduga kira-kira di daerah mana lesi endometriosis tersebut berada, misalnya :
a) Endometriosis di peritoneum, rasa nyeri dirasakan biasanya di perut
bagian bawah.
b) Endometriosis di vagina/kavum Douglasi, menimbulkan rasa nyeri saat
senggama, atau saat melakukan pemeriksaan ginekologik.
c) Endometriosis di rongga pelvik, rasa nyeri terasa di seluruh perut dan
ditarik merata seperti tertarik-tarik, atau melilit-lilit yang kadang-kadang
disertai pingsan.
d) Endometriosis di usus, nyeri saat buang air besar, dan nyeri tersebut
dirasakan terutama di daerah usus buntu, kadang-kadang kotorannya berdarah.
e) Endometriosis di vesika urinaria, nyeri suprapubik dan saat berkemih,
serta air seninya bercampur darah.
f) Endometriosis di paru-paru, nyeri di dada, sesak dan kadang-kadang
disertai dengan batuk darah.
g) Endometriosis di otak, nyeri kepala yang sangat hebat yang dapat disertai
dengan pingsan.
h) Endometriosis di umbilicus, nyeri daerah umbilicus (pusar) disertai
dengan keluar darah.

Pengobatan Endometriosis
Pengobatan yang dilakukan biasanya merupakan kombinasi pembedahan
dan pengobatan hormonal, antara lain :
1) Pengobatan dengan analog GnRH (agonis/antagonis)
Analog GnRH menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga
kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita menopause.
Kombinasi pengobatan operatif dengan analog GnRH merupakan pengobatan
yang paling banyak dianut dan yang paling rendah angka residifnya.
2) Pengobatan dengan progesteron
Progesteron sangat efektif menghilangkan keluhan dismenorea, namun angka
residifnya relative tinggi. Cara kerjanya adalah dengan menekan sekresi
gonadotropin dan menyebabkan desidualisasi pada lesi endometriosis.
Metaloproteinase sangat berperan pada pertumbuhan endometriosis,
sedangkan progesterone dapat menghambat metaloproteinase.
3) Pil kontrasepsi
Pada wanita yang belum menginginkan anak, maka pil kontrasepsi sangat
efektif menghilangkan nyeri haid. Selain itu, pil kontrasepsi sangat baik
digunakan untuk mencegah residif dan menghilangkan nyeri. Telah terbukti
bahwa wanita yang menggunakan pil kontrasepsi jangka panjang lebih sedikit
menderita endometriosis.
4) Pengobatan dengan penghambat enzim aromatase
Pada kasus-kasus endometriosis yang resisten terhadap pengobatan standar,
maka dapat dicoba pemberian obat penghambat enzim aromatase, seperti
anastrozole, aminoglutemid, vorozole, dan letrozole, karena obat-obat ini tidak
hanya menghambat produksi estrogen di dalam jaringan endometrium, namun
juga menghambat produksi estrogen di jaringan lemak dan kulit.

2. Sexually Transmitted Diseases (STD)


Merupakan penyakit yang terjadi akibat hubungan kelamin, terutama
mengenai alat reproduksi, seperti vulva, vagina, serviks, rahim, tuba dan ovarium.
Istilah lainnya disebut penyakit infeksi akibat hubungan seksual. Penyebabnya,
mulai dari bakteri, jamur, parasit sampai berbagai jenis virus.
Penyakit tersebut dianggap penting, sebab selain merupakan fenomena
medis, juga berdampak terhadap aspek moral dan sosial. Sementara itu, di lihat
dari segi epidemologi, STD ini cenderung terus meningkat, disebabkan oleh
adanya perubahan norma kehidupan seksual yang lebih menjurus ke arah
kebebasan seks, kurangnya pendidikan seks yang sehat, dan masih banyaknya
persalinan yang tidak bersih.
Pada wanita, rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan
perantaraan tractus genitalis, yang berperan dalam pencegahan terjadinya infeksi
berdasarkan hal-hal berikut :
Vagina menghasilkan suatu cairan yang berfungsi sebagai lubrikan, dan
dengan mempertahankan keasamannya dapat melindungi terhadap terjadinya
infeksi.
Cairan vaginal terdiri dari cairan transudat, sel eksfoliat dari dinding
vagina dan mukus serviks. Jumlah mukus bervariasi, dipengaruhi oleh
sistem hormonal dan mengalami peningkatan pada saat kehamilan.
Vagina banyak mengandung berbagai organisme normal (Lactobacilli,
Bacteroides, E. coli, Streptococcus, Candida, Mycoplasma), termasuk
patogen yang potensial, tetapi keberadaannya tidak menunjukkan infeksi
sampai timbulnya suatu gejala. Lactobacilli dapat menghasilkan asam laktat,
yang dapat memelihara pH vagina kurang dari 4,5 dan mencegah
meningkatnya pertumbuhan patogen potensial.
Akan tetapi, karena pengaruh usia atau terjadinya infeksi, menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah cairan vaginal yang terkadang disertai iritasi, gatal-gatal, serta
timbulnya bau yang tidak sedap.

a) Vaginitis
Trichomonas vaginalis adalah protozoa berekor yang bermukim di saluran
genital manusia yang terinfeksi. Infeksi terjadi akibat kontak seksual dan pada
pria umumnya berlangsung tanpa gejala, hanya kadangkala terjadi radang saluran
kemih (urethritis). Pada wanita, gangguan ini menyebabkan radang vagina
(vaginitis), dengan gejala iritasi, rasa terbakar, keputihan kuning-hijau yang
berbusa dan berbau tidak sedap, gatal-gatal, dan sukar berkemih. Penyebab lain
vaginitis adalah ragi Candida albicans, serta ditunjang oleh terjadinya kehamilan,
hygiene yang tidak memadai, dan penggunaan pil antihamil dapat membantu
terjadinya infeksi.
Gambar 3 Trichomonas vaginalis

Pengobatan vaginitis hendaknya dilakukan juga pada pasangan pasien,


karena lazimnya juga dihinggapi infeksi yang sama. Obat-obat yang dapat
digunakan antara lain :
a) Senyawa imidazol: mikonazol, klotrimazol, ketokonazol, metronidazol.
b) Derivat triazol: itrakonazol, flukonazol.
c) Antibiotik: amfoterisin B, nistatin, natamisin

Gambar 4 Candida albicans

b) Sifilis
Infeksi sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Masa inkubasi
berlangsung selama 10-90 hari.
Gambar 5 Treponema pallidum

Gejala : setiap fase sifilis memiliki gejala yang berbeda, penyebaran penyakit
terjadi pada dua fase awal.
1) Fase primer
Timbul luka tanpa rasa sakit pada 10-90 hari setelah infeksi (umumnya 21
hari). Luka tersebut terbentuk pada vulva, vagina, serviks, lidah, bibir atau
bagian tubuh lainnya. Luka ini akan sembuh dengan atau tanpa
pengobatan.

Gambar 6 Luka Akibat Infeksi Sifilis

2) Fase sekunder
Dimulai 3-6 minggu setelah timbulnya luka, ditandai dengan timbulnya :
Ruam kulit yang kasar, bintik merah atau cokelat-
kemerahan pada telapak tangan dan kaki, biasanya tidak gatal
Luka pada leher, mulut atau serviks
Demam
Luka pada kelenjar limfa
Rontoknya rambut pada kepala dan bagian tubuh lainnya
Sakit kepala dan nyeri otot
Penurunan berat badan
Perasaan letih
Gejala-gejala ini dapat sembuh dengan atau tanpa pengobatan.

Gambar 7 Ruam Kulit pada Telapak Tangan dan Kaki

3) Fase laten
Fase selanjutnya adalah fase laten atau fase tersembunyi. Fase ini dimulai
dari 2-30 tahun setelah terjadinya infeksi. Setelah gejala fase sekunder
menghilang, keadaan tersebut dapat terjadi kembali. Meskipun dengan
pengobatan, penderita dapat mengalami perkembangan ke fase akhir atau
mengalami kesembuhan.
4) Fase akhir
Pada fase akhir sifilis, penderita dapat mengalami kerusakan otak, saraf,
mata, hati, pembuluh darah, hati, tulang, dan persendian. Fase ini dapat
bertahan selama satu tahun, beberapa penderita umumnya mengalami
kematian.
Pengobatan : penisilin, ampisilin, kotrimoksazol, sefotaksim, sefuroksim,
tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin.

c) Klamidia
Klamidia merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Chlamydia trachomatis, yang penularannya melalui kontak seksual dengan orang
yang terinfeksi. Klamidia dikenal sebagai silent disease karena pada sebagian
besar penderita yang terinfeksi, tidak terdapat gejala yang jelas. Kalaupun terdapat
gejala, biasanya muncul 1-3 minggu setelah terinfeksi, dengan adanya
pengeluaran cairan vaginal yang abnormal atau rasa terbakar pada saat buang air
kecil. Pada saat terjadi infeksi, mula-mula menyerang serviks dan uretra,
kemudian menyebar ke uterus dan tuba Fallopi, tanpa ada tanda dan gejala (kalau
ada, biasanya berupa nyeri pada perut bagian bawah, nyeri pinggang, mual,
demam, nyeri pada saat melakukan aktivitas seksual, dan pendarahan di antara
periode menstruasi).
Pada wanita, bakteri Chlamidia menginfeksi sel-sel pelvik, apabila tidak
diobati akan meluas ke uterus, tuba Fallopi, dan ovari, yang dapat menyebabkan
pelvic inflammatory disease dengan resiko terjadinya infertilitas, kehamilan
ektopik, dan nyeri pelvik kronis.
Faktor resiko :
Aktivitas seksual yang tidak aman
Hygiene yang kurang baik
Cuaca panas atau kondisi lain yang meningkatkan kelembaban organ
genital, yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme
Pengobatan : tetrasiklin, doksisiklin, azitromisin.

Gambar 8 Chlamidia trachomatis

d) Gonore
Adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh diplokokus Gram negative
Neisseria gonorrhoeae. Penularannya melalui kontak dengan vagina, penis, anus,
atau mulut penderita yang terinfeksi, atau melalui cairan semen dan cairan
vaginal.
Gejala :
Pada wanita, gejala jarang atau tanpa gejala
Nyeri atau rasa terbakar pada saat buang air kecil
Cairan vaginal berwarna kuning, kadang-kadang disertai darah
Pendarahan di antara periode menstruasi
Pendarahan yang hebat selama periode menstruasi
Nyeri pada saat melakukan aktivitas seksual
Diagnosis :
o Tes sampel organ yang terinfeksi
o Tes urin
o Tes pewarnaan Gram dan mikroskopik
Faktor resiko :
Aktivitas seksual dengan banyak pasangan
Prostitusi
Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual
Pengobatan : penisilin, ampisilin, tetrasiklin, amoksisilin, eritromisin,
kotrimoksazol, sefotaksim, seftriakson, sefiksim, azitromisin.

Gambar 9 Neisseria gonorrhoeae

e) Herpes Simpleks
Adalah suatu penyakit yang disebabkan infeksi Herpes Simplex Virus
(HSV).
Gejala :
Rasa terbakar, disertai gatal dan iritasi pada bibir vagina, serviks dan
uretra
Nyeri pada saat buang air kecil
Pembesaran kelenjar limfa
Demam
Faktor resiko :
o Penyakit yang menurunkan daya tahan tubuh
o Penggunaan obat imunosupresif atau antikanker
o Stress (menurunkan respon kekebalan)
Pengobatan : asiklovir, valasiklovir, 5-idoksuridin.

PUSTAKA
Badziad ali, 2003, Endrokrinologi Ginekologi, edisi kedua, Penerbit Media
Aesculapius FKUI, Jakarta
Bagian Obstetri dan Ginekologi, Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran, Bandung

Hayes, Peter C. and Mackay, Thomas W., 1997, Diagnosis dan Terapi, Alih
Bahasa dr. Devy H. Ronardy, Penerbit Buku Kedoteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai