Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS PANGAN

TUGAS KELOMPOK
METODE ANALISIS VITAMIN

OLEH :

KELOMPOK 6

ST HASRAWARI TAYANG G311130


KURNIATI TAJUDDIN G31113013
ERVAN TOGATOROP G31113302
DWI MULTI MAIGAWARTY G31113309
SILVI SUTRI INSANI G311135

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh.
Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan
dapatmelakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan
memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula
memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat
mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit,
tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolism di dalam tubuh kita akan
terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan
kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di samping itu, asupan vitamin
juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada
tubuh.
Dalam penentuan apakah makanan itu mengandung vitamin apa tidak,
diperlukan suatu pengujian agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada seperti
vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B8, B9, B12, C, D, E, dan K. Dengan mengetahui
kadar vitamin yang ada dalam bahan pangan, maka kita dapat mengetahui kadar
vitamin yang diperlukan oleh tubuh kita agar tidak terjadi kekurangan vitamin yang
dapat mengganggu kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu dibuatlah makalah ini untuk
mengetahui tentang metode analisis vitamin.
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh
makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal
sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam
bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi
penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam
anorganik . Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi
tidak atau belum semua. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua
golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.
Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam
tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan
umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral-mineral
yang dibutuhkan tubuh akan memiliki fungsi khas-nya masing-masing. Oleh karena
itu mineral sangat dinutuhkan oleh tubuh, baik mineral mikro maupun mineral makro.
I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana metode analisis vitamin dan mineral?

I.3 Maksud dan Tujuan

Maksud pembuatan makalah adalah untuk mengetahui apa saja vitamin,


mineral, struktur, dan prosesnya. Sedangkan tujuannya yaitu agar pembaca dapat
memperoleh informasi tentang vitamin dan mineral. Makalah ini digunakan untuk
memenuhi tugas analisa pangan agar memperoleh nilai yang baik.

BAB II

ISI

II.1 Pengertian
1. Vitamin dan Mineral

Istilah vitamin pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh Cashimir Funk
di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak beras yang mampu
menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa penyakit tersebut
disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari-hari. Zat ini sangat
dibutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung unsur nitrogen (amine), oleh sebab
itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa ada beberapa
jenis vitamin yang ternyata tidak merupakan amine. Oleh sebab itu, istilah “vitamine”
kemudian diubah menjadi vitamin (Almatsier, 2010).
Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011):
1. vitamin yang larut dalam air, meliputi vitamin B dan C. Menurut Kodicek
(1971), vitamin yang larut dalam air disebut prakoenzim (procoenzym).Vitamin-
vitamin ini dapat bergerak bebas dalam badan, darah, dan limfa. Karena sifat
kelarutannya, vitamin yang larut dalamair mudah rusak dalam pengolahan dan mudah
hilang atau terlarut bersama air selama pencucian bahan. Di dalam tubuh, vitamin ini
disimpan dalam julah terbatas dan kelebihan vitamin akan dikeluarkan atau
diekskresikan melalui urin. Oleh karena itu, untuk mempertahankan saturasi jaringan
vitamin ini harus sering di konsumsi.
2. vitamin yang larut dalam lemak, meliputi vitamin A, D, E, dan K. Golongan
vitamin yang larut dalam lemak disebut alosterin. Setelah diserap dalam tubuh,
vitamin akan disimpandalam jaringan-jaringan lemak, terutama hati. Karena sifatnya
tidak larut dalam air, vitamin-vitamin demikian tidak dieksresikan. Akibatnya,
didalam tubuh dapat disimpan dalam jumlah banyak, sehingga kemungkinan
terjadinya toksisitas jauh lebih besar daripada vitamin yang larut dalam air.
Mineral merupakan komponen inorganik yang terdapat dalam tubuh manusia
Mineral adalah zat organik yang diperlukan tubuh walau dalam jumlah yang tidak
banyak namun diperlukan dalam proses metabolism manusia. Mineral adalah unsur
kimia yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan. Mineral membantu tubuh
mencernakan makanan, menyerap nutrien, dan menjaga keseimbangan pH lebih
alkali, dari pada asam.
Mineral digolongkan kedalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral
makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,
sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah mienaral
mikro kurang dari 15 mg.
2. Klasifikasi Mineral

2.2.1 Mineral Makro


Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah
lebih dari 100 mg sehari. Contohnya : kalsium, fosfor, magnesium, natrium,
klorida, kalium.

2.2.2 Mineral Mikro


Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan kurang dari 100 mg
sehari. Jumlah mienaral mikro kurang dari 15 mg. Contohnya : besi, seng,
iodium, selenium, tembaga, mangan, kromium, molibden, fluor, dan kobalt.
3. Fungsi Mineral
1. sebagai kofaktor , sebagai aktifator atau terkait dalam peranan enzyme dan
hormon.

2. Sebagai kompenen utama tubuh (structural element) atau penyusun


kerangka tulang, gigi dan otot-otot. Ca, P, Mg, Fl dan Si untuk pembentukan
dan pertumbuhan gigi sedang P dan sekolah luar biasa untuk penyusunan
protein jaringan
3. Merupakan unsur dalam cairan tubuh atau jaringan, sebagai elektrolit yang
mengatur tekanan osmuse (Fluid balance), menegatur keseimbangan basa
asam dan permeabilitas membran. Contoh adalah Na, K, Cl, Ca dan Mg

II.2 Metode Analisis Vitamin dan Mineral

1. Analisis Vitamin

Beberapa metode pengukur vitamin secara langsung dan memberikan


pengukuran kuantitatif. Ini direkomendasikan untuk digunakan terutama untuk
vitamin yang berguna secara klinis. Namun ini mahal dan tidak semua laboratorium
dapat memberikan tes tersebut. Metode ini meliputi:
• HPLC (metode referensi)
• Immunoassays (ELISA, RIA, FIA)
• Colorimetric dan Spektrofotometri tes
• Fluorometric assay & Chemiluminescence assay
• amperometri assay
Karena vitamin berfungsi sebagai ko-faktor dan substrat dalam berbagai
reaksi tubuh, beberapa metode memanfaatkan properti ini dan secara tidak langsung
mengukur vitamin dengan mengukur aktivitas enzim di bawah pengaruh. Metode ini
relatif lebih murah dan bisa menjadi semi-kuantitatif atau kualitatif. Namun beberapa
metode ini digunakan saat ini untuk penelitian saja dan ini termasuk:
• Tes Metabolit pemuatan
• enzim aktivasi eritrosit assay
• Tes kerapuhan Eryhtrocyte
• Waktu Prothrombin
• metode mikrobiologi
• Bioassay (in-vivo & in-vitro)
2.Analisis Mineral
Analisis mineral dapat dilakukan dengan melakukan penentuan mineral total
(dengan menggunakan kadar abu) dan dengan melakukan penentuan masing-masing
komponen mineral (jika di kehendaki) dengan spektofotometri serapan atom (SSA).
a. Analisis Kandungan Mineral Total (kadar abu)
Untuk analisis kandungan abu (mineral) dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara
kering dan cara basah.
1. Cara kering
Metode ini digunakan untuk penetapan kadar abu (mineral total) dalam makanan
secara gravimetri sampai diperoleh bobot konstan (bobot yang diperoleh dari 2 kali
penimbangan dengan selisih ≤ 0,5 mg/g sampel).
Prinsip : abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan penimbangan sisa
mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 550ºC.
Note : untuk sampel cairan dilakukan penguapan terlebih dahulu diatas penangas
air sampai kering.
2. Cara basah
Prinsip : bahan organik dimusnahkan dan dioksidasi dengan bantuan campuran asam
pengoksidasi kuat yang didihkan bersama-sama dalam labu kjeldahl. Pereaksi yang
digunakan asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, asam perklorat, atau hydrogen
peroksida (H2O2) 30 % (perhidrol).

b. Analisa mineral dengan Spektroskopi Serapan Atom (SSA)


SSA digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah
kelumit (trace) dan ultra kelumit (ultra trace). Cara analisis ini memberikan kadar
total unsur logam dalam suatu cuplikan dan tidak tergantung pada bentuk molekul
dari logam dalam cuplikan tersebut. Kurva baku dalam SSA dibuat dengan
memasukan sejumlah tertentu konsentrasi larutan dalam system dan dilanjutkan
dengan pengukuran absorbnsinya. Unsur hara Fe, Mn, Cu, Se dan Zn dalam air dapat
d ukur lgsung dengan SSA.
Prinsip : setelah bahan organik dalam sampel dimusnahkan melalui pengabuan
kering atau pengabuan basah sisa abu dilarutkan dalam asam encer. Logam yang
diatomisasi dalam nyala akan menyerap energy tertentu yang diemisikan oleh lampu
katoda. Jumlah energy terserap oleh logam sebanding dengan konsentrasi mineral
dalam sampel. Logam-logam tertentu seperti Na, K, dan Ca dapat ditetapkan dengan
pengukuran emisi yang terjadi setelah logam tersebut tereksitasi dalam nyala.
Prosedur :
Lakukan tahapan a atau b. tahapan b dilakukan apabila tidak tersedia sampel dalam
bentuk abu.

-Tahapan a.

-Tahapan b.
-Penetapan sampel

-Perhitungan

% fosfor dalam sampel (P2O5)


= C x 2,5/W

Dimana :

C = konsentrasi
fosfor dalam
sampel (mg/100ml)
yang terbaca dari
kurva standar.

W = berat sampel yang


digunakan.

c. Analisa Mineral Mikro


lainnya
1. Analisa Besi

Kandungan besi total dalam bahan pangan dapat ditetapkan dengan mereaksikan
dengan senyawa kompleks berwarna yang dapat diukur secara spektofotometri
vesibel.

-Penetapan besi metode 1

Prinsip : kandungan besi dalam bahan


pangan dianalisa dengan mengkonversi besi dari bentuk fero menjadi feri dengan
menggunakan oksidator sepeti K2S2O5 (potassium tiosianat) sehingga membentuk feri
tiosianat yang berwarna merah. Warna yang terbentuk dapat di ukur absorbansinya
pada spektofotometer dengan panjang gelombang 480 nm.

Prosedur : reaksi

-Penetapan besi metode II

Prinsip : besi (II) bereaksi dengan 1.10 penantrolin membentuk kompleks


[(C12H8N2) Fe]2+ yang berwarna merah orange. Intensitas warna yang di terbentuk
tidak tergantung pada
keasaman pada selang pH 2-
9 dan stabil untuk waktu
yang lama. Besi (III) dapat
direduksi oleh
hidroksilamonium klorida
atau hidrokuinon menjadi
besi (II). Intensitas warna
kompleks besi penantrolin
ini dapat diukur pada
panjang gelombang 515 nm.
Beberapa logam dapat menggangu penetapan besi dengan metode ini seperti Ag, Bi,
Cu, Ni, dan Co, demikian juga perklorat, sianida, molibdat, dan tungset.

2. Analisa Iodium (I)

Metode Iodometri

Prinsip : Iodium dalam KIO3 akan dibebaskan oleh


H2SO4,I2 yang dibebaskan akan dititrasi dengan Na2S2O3.

II.3 Metode Langsung untuk Penentuan Vitamin

II.3.1 High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Kromatografi adalah metode suatu proses fisik yang digunakan untuk


memisahkan komponen-komponen dari suatu campuran senyawa kimia. Dalam
kromatografi, campuran tersebut dibuat sebagi zona yang sempit (kecil) pada salah
satu ujung media porus seperti adsorben, yang disebut alas atau landasan
kromatografi. Zona campuran kemudian digerakan dengan larutan suatu cairan atau
gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus tersebut, yang berupa
partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga akibatnya
masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi) secara
tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat
selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan
yang berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung
lain dari alas tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah
pemisahan diantara komponen-komponen yang ada.
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen
campuran yang berdasarkan distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel
diantara dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang
dimana fasa gerak dan fasa diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) atau didalam bahasa Indonesia disebut KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada
prakteknya, metode pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan
data yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi standar. Oleh karena itu,
dilakukan dengan  menggunakan teknik kurva kalibrasi.
HPLC yang modern telah mucul akibat pertemuan dari kebutuhan, keinginan
manusia untuk meminimalis pekerjaan, kemampuan teknologi, dan teori untuk
memandu pengembangan pada jalur yang rasional. Jelas sebelum era peralatan yang
modern bahwa LC (Liquid Chromatography) memiliki kekuatan pemisahan yang
sangat ampuh, bahkan untuk komponen-komponen yang berhubungan sangat erat. LC
harus ditingkatkan kecepatannya, diotomasasi, dan harus disesuaikan dengan sampel-
sampel yang lebih kecil, waktu elusi yang beberapa jam (Underwood, Day. 2002 :
553).
HPLC berbeda dari kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal
digunakan bahan pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai
3-5 μm (1μm = 10-6 m). Sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai

20.000 Kpa (  200 atmosfir) untuk mengalirkan fasa gerak melalui kolom tersebut.
Ternyata, penggunaan bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan
saja  telah memperbaiki kecepatan analisis, tapi (dari ini yang lebih penting) ialah
telah menghasilkan suatu teknik dengan daya pisah yang tinggi. HPLC mempunyai
kelemahan- kelemahan yang diantaranya, peralatannya lebih rumit, tidak murah, dan
perlu pengalaman. Untuk beberapa jenis zat, metode ini kurang sensitif. Selain itu
sampel disyaratkan harus stabil dalam larutan.  
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a)      Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun
disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel
silika yang sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah kolom sederhana
memiliki diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang dari nilai ini) dengan
panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom
akan melekat lebih lama pada silika yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa
non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat
melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam lebih polar daripada fasa geraknya
maka sistem ini disebut HPLC fase normal.
b)      Fase Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi
menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada
permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini,
akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam
campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat interaksi antara
rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa diam) dan molekul-
molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-molekul polar akan lebih cepat
bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non polar akan bergerak
lambat karena interaksi dengan gugus hidrokarbon.
Prinsip kerja instumentasi HPLC
HPLC menggunakan fasa gerak untuk memisahkan komponen dari sebuah
campuran komponen (analit). Prinsip keja HPLC adalah pemisahan setiaap
komponen dalam sampel berdasarkan kepolarannya. Yang paling membedakan
HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi
untuk mendorong fasa gerak. Fasa diam yang biasa digunakan (pada kolom) HPLC
jenis fasa terbalik adalah RMe2SiCl, dimana R adalah rantai alkana C-18 atau C8.
Sementara fasa geraknya berupa larutan yang diatur komposisinya (gradien elusi),
misalnya : air:asetonitril (80:20), hal ini bergantung pada kepolaran analit yang akan
dipisahkan. Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan waktu
retensinya akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang punsak-puncaknya
terpisah.
Prinsip dasar HPLC adalah pemisahan komponen-komponen terjadi karena
perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Keunggulan
menggunakan HPLC dibandingkan kromatografi gas yaitu terletak pada
kemampuannya untuk menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil pada suhu
tinggi. HPLC tidak terbatas pada senyawa organik tapi mampu menganalisis senyawa
anorganik, mampu menganalisis cuplikan yang mempunyai molekul tinggi
(beratnya), mampu menganalisis cuplik yang mempunyai titik didih yang sangat
tinggi seperti polimer.
Cara kerja instumentasi HPLC
Prinsip kerja alat HPLC adalah pertama fasa gerak dialirkan melalui kolom
kedetektor dengan bantuan pompa. Kemudian cuplikan dimasukan ke dalam aliran
fasa gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-
komponen campuran karena perbedan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap
fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar
dari kolom terlebih dahulu. Sebaliknya solut-solut yang interaksinya kuat dengan fasa
diam akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen yang campuran yang
keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram.
Keuntungan menggunakan metode HPLC
- Langsung
- kuantitatif
- Precise & akurat
- Sensitif dan spesifik
- Otomatis
- Tinggi melalui put
Kerugian dalam menggunakan metode ini adalah
- Membutuhkan pretreatment sampel seperti ekstraksi & filtrasi
- Membutuhkan perhatian untuk memilih fase gerak & sampel laju pemompaan
- Awalnya membutuhkan optimasi. Dalam rangka untuk mendapatkan resolusi tinggi
dasar rendah dan kembali ketingkat noise yang rendah harus dipertahankan
- Membutuhkan standar internal, kalibrator dan reagen HPLC kelas
- Mahal untuk membeli dan biaya pemeliharaan yang tinggi

II.3.2 Immunoassays

Ada beberapa jenis immunoassays seperti:


- Enzim Linked Sorbant Immuno Assay yang memanfaatkan antibodi terkait dengan
enzim.
- Radio-immunoassay bukannya memanfaatkan radio-isotop dan karena pelepasan
radioaktif menyangkut ini sekarang keluar tanggal.
- Immunoassays Fluorescent menggunakan antibodi berlabel dengan fluorophore
tetapi tidak memiliki kepekaan dibandingkan dengan dua sebelumnya.
Vitamin B12 dan Vitamin-D-dapat dianalisis dengan immunoassay. Tes ini
tergantung pada ketersediaan antibodi monoklonal yang menentukan spesifisitas dan
sensitivitasnya. Untuk beberapa sampel immunoassays dianggap mahal tetapi biaya
dapat dikurangi jika sampel yang cukup adalah 'batch' dianalisis pada 96 format yang
baik. Immunoassays adalah metode kedua yang paling dapat diandalkan untuk
pengukuran vitamin setelah HPLC.
II.3.3 Kolorimetri dan Spektrofotometri tes

Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada


tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar
dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metoda ini
didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu
larutan.
Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun
komponen yang belum bewarna, namun dengan menggunakan reagen pewarna yang
sesuai dapat menghasilkan senyawa bewarna yang merupakan fungsi dari kandungan
komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti jumlah molekul zat
penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini dijadikan
dasar perhitungan.
kolorimetri terbagi atas 2 metoda, yaitu :
a. Kolorimetri visual, menggunakan mata sebagai detektor.
b. Fotometri, menggunakan fotosel sebagai detektornya.
Metoda kolorimetri visual merupakan metoda yang konvensional dan sudah
jarang digunakan karena tidak akurat. Hal ini disebabkan karena mata hanya sebagai
detektor untuk melihat kesamaan warna, bukan sebagai alat ukur intensitas absorbsi.
Metoda kolorimetri visual adalah sebagai berikut :
a. Tinggi larutan konstan (Constant Depht Methods), terbagi menjadi dua
metoda.
            1.  Tabung Nessler 
Pada metoda ini digunakan beberapa tabung reaksi berbentuk
silinder. Masing-masing tabung diisi dengan larutan standar dengan
konsentrasi terukur dan bervariasi dengan tinggi larutan yang sama. Tabung
ini disusun pada rak tabung bercat hitam yang tidak mengkilat, agar tidak
memantulkan sinar yang datang pada tabung. Kemudian larutan sampel
dengan tinggi yang sama diletakkan di sela tabung-tabung tersebut dan
bandingkan warna larutan standar dan sampel dengan melihat dari atas tabung
(vertikal). Jika ada warna larutan standar yang sama dengan sampel, berarti
konsentrasi sampel sama dengan larutan standar tersebut. Atau jika warnanya
berada diantara 2 warna larutan standar yang berdekatan, berarti konsentrasi
sampel berada dalam range dari konsentrasi kedua larutan tersebut.
2.   Bajerum Comparator
Pada alat ini, untuk mencapai kesamaan warna antara larutan sampel
dengan larutan standar dilakukan dengan cara menggeser larutan sampel
disepanjang skala yang berada di atas bajerum. Bajerum comparator ini
merupakan suatu kotak transparan persegi panjang yang dibagi dua menurut
diagonal bidangnya. Bagian depan dimana skala tertera, diisi dengan larutan
standard an bagian lainnya diisi dengan blanko. Pengamatan dialakukan dari
bagian depan (horizontal).
b. Tinggi larutan berbeda (Variable Depth Methods), terbagi menjadi dua
metoda
1.   Tabung Herner 
Tabung Herner berupa sepasang silinder dengan keran untuk
mengeluarkan larutan dari dalam silinder yang warna larutannya lebih pekat
sehingga tingginya berubah, agar didapatkan warna yang sama pada kedua
silinder.
2.   Kolorimeter Dubosq 
Pada alat ini kesamaan warna didapatkan dengan cara mengatur tinggi
rendahnya pemberat (plunger), agar tinggi larutan dalam bejana berubah
sehingga didapatkan intensitas warna yang sama pada spiltfield.
Syarat-syarat warna pada metoda kolorimetri antara lain :
a. Warna yang terbentuk harus stabil dan merupakan fungsi dari konsentrasi.
b.   Reaksi pewarnaan harus selektif.
c.   Larutan harus transparan.
d.   Reproducibilty (ketepatan ulang yang tinggi).
Reaksi kimia antara chromogen dan vitamin menyebabkan
perubahan warna. Perkembangan warna menunjukkan adanya vitamin,
analisis kualitatif. Untuk mengukur metode ini, spektrofotometer digunakan
untuk mengukur intensitas warna 'end point', di mana intensitas warna
sebanding dengan konsentrasi vitamin. Terutama digunakan untuk penentuan
vit-C (asam askorbat).
Keuntungan dalam menggunakan metode calorimeter adalah
- Sebuah uji kuantitatif langsung
- Membutuhkan volume sampel kecil
- Otomatis
- Cepat turn-sekitar waktu
- Bisa diterapkan untuk sampel tunggal atau beberapa pada satu waktu Kerugian
- Sensitivitas dan spesifisitas rendah maka beberapa zat lainnya dapat mengganggu
chromogen atau enzim yang digunakan.
- Tidak bisa digunakan untuk semua jenis vitamin
- Kontrol yang tepat dan kalibrator harus digunakan

II.3.4 Fluorometric assay & Chemiluminescence assay

Vitamin tertentu memiliki kemampuan untuk menghasilkan fluoresensi ketika


direaksikan dengan fluorophore a. Fluoresensi ini berbanding lurus dengan
konsentrasi vitamin. Dalam tes Chemiluminescence, luminol digunakan untuk
bereaksi dengan vitamin bunga. Campuran disuntikkan pada tingkat dikontrol melalui
kapiler di mana 'reaksi kinetik' diukur dan diberikan pengukuran kuantitatif.
Keuntungan dan kerugian yang mirip dengan tes kolorimetri dan Spektrofotometri.
II.3.5 Tes amperometri

Beberapa vitamin dapat mengalami oksidasi elektro-kimia. Reaksi ini pada


penyebab elektroda perubahan potensial listrik yang berbanding lurus dengan
konsentrasi vitamin dalam sampel. Kerugian utama dari metode ini adalah kurangnya
spesifisitas dan jarang digunakan, kadang-kadang secara paralel dengan HPLC untuk
konfirmasi hasil tertentu.
II.4 Metode tidak langsung untuk penentuan vitamin

II.4.1 Metabolit pemuatan uji

Tes ini telah sangat populer di masa lalu. Ini adalah sebuah assay tidak
langsung yang menentukan aktivitas vitamin digunakan sebagai kofaktor untuk
metabolit tertentu.
Langkah-langkah yang terlibat adalah sebagai berikut :
- Pasien diberikan secara oral besar, diukur dosis metabolit tertentu yang digunakan
oleh vitamin menarik untuk konversi.
- Darah atau urin sampel diperoleh dari pasien setelah ~ 6 jam menelan.
- Metabolit yang sama diukur dalam sampel ini: Peningkatan metabolit di atas
kisaran normal menunjukkan kekurangan vitamin
Secara signifikan mengurangi metabolit menunjukkan aktivitas vitamin yang normal
Misal : Tryptophan adalah metabolit pemuatan untuk vit B6-dan Histidin adalah
untuk folat

Keuntungan menggunakan metode metabolit pemuatan uji adalah


- Metode Murah
- Efek samping Minimum
Kerugian menggunakan metode metabolit pemuatan uji adalah
- Metode tidak langsung
- In-vivo karena itu tidak dapat diandalkan karena gangguan oleh faktor-faktor lain
- Tidak berlaku untuk semua vitamin
- Invasif

II.4.2 Uji aktivasi enzim eritrosit

- Hemolysates seluruh darah atau RBC disiapkan


- Aktivitas enzim di bawah pengaruh langsung dari vitamin bunga diukur. Aktivitas
enzim ini dikenal sebagai Activity Koefisien (AC).
- Sejumlah vitamin jenuh tertentu ditambahkan.
- Aktivitas enzim ini diukur kembali dan dibandingkan dengan aktivitas enzim
sebelum penambahan.
- Peningkatan AC menunjukkan kekurangan vitamin. Dalam kasus vitamin normal
atau bahkan vitamin jenuh, AC tidak akan berubah.
- Misal : Kegiatan transketolase diukur untuk mengevaluasi tingkat tiamin,
Glutathione reduktase diukur untuk mengevaluasi riboflavin status dan aspartat
transaminase (AST) aktivitas diukur untuk analisis vit B6-

II.4.3 Uji fragilitas eritrosit

Digunakan khusus untuk penilaian tingkat vitamin-E. Vitamin ini


bertanggung jawab untuk stabilitas membran RBC.
Langkah-langkah yang terlibat:
- Sampel Pasien dibagi menjadi dua aliquot.
- Sel darah merah dalam satu aliquot dicuci dengan 2% H 2O2 (membran racun radikal
bebas), sedangkan sel darah merah dari 2 aliquot dicuci dengan dist. H2O.
- Setelah 3 jam inkubasi, hemoglobin diukur di kedua aliquot.
- Jika hemolisis sel darah merah dalam aliquot 1 (dicuci dengan H 2O2) adalah 20%
lebih dari hemolisis dalam 2 aliquot (sel darah merah dicuci dengan dist.H 2O), ini
akan menunjukkan kekurangan vitamin-E.

II.4.4 prothrombin Waktu

Metode Ini adalah metode spesifik, namun tidak langsung assay untuk
penilaian kegiatan vit-K. Sejak vit-K bertanggung jawab untuk aktivasi faktor
pembekuan (II, VII, IX, X, protein C, S & Z) meningkat PT> 2 min menunjukkan
defisiensi vit-K. Hal ini dianggap sebagai tes skrining, namun untuk mengkonfirmasi
HPLC atau analisis spektrofotometri dianjurkan.
II.4.5 Metode Mikrobiologi (digunakan penelitian saja)

Beberapa mikro-organisme misalnya Lactobacillus Casel dan Lactobacillus


Plantoides tergantung pada vitamin tertentu untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
ini tumbuh dalam kaldu atau kultur agar yang mengandung sampel dengan
konsentrasi yang tidak diketahui dari vitamin. Sebuah kontrol negatif yang tidak
memiliki vitamin sama sekali juga digunakan. Inkubasi selama beberapa hari
Kepadatan pertumbuhan diukur dengan turbidimetri Pembentukan asam laktat juga
dapat dikuantifikasi yang berbanding lurus dengan konsentrasi vitamin dalam sampel
II.4.6 Bioassay untuk vitamin

Adalah alat penelitian saja dan jarang digunakan secara klinis untuk analisis
vitamin. Untuk mengukur enzim dibawah pengaruh vitamin dan efek kekurangan
fenotipik. Ada dua jenis bio-tes:
1. In-vivo Bioassays
• Membutuhkan hewan hidup lebih kecil dalam ukuran seperti tikus atau ayam
• sifat fisik hewan seperti berat, perilaku, laju respirasi, denyut nadi, anggota tubuh
dan gerakan mata dan pengamatan fisik lainnya dicatat.
• Aktivitas enzim di bawah pengaruh langsung dari vitamin yang akan dianalisis
ditentukan dalam sampel darah spektrofotometri (nilai puncak).
• hewan tersebut kemudian kekurangan diet yang mengandung vitamin tertentu untuk
jangka waktu tertentu.
• Saat hewan ini mulai mengembangkan penyakit yang terkait dengan kekurangan
vitamin, sampel darah yang lain diambil dan aktivitas enzim diukur ulang. Ini adalah
nilai dasar. Gejala fisik lainnya yang direkam selama keadaan penyakit.

• Kemudian dosis dihitung dan secara bertahap meningkatkan vitamin diumpankan ke


hewan pada titik waktu tertentu.
• Aktivitas enzim yang kembali dan gejala fisik mulai membaik.
• Sampel darah diambil pada interval waktu tertentu dan aktivitas enzim diukur
sampai puncak (optimal) aktivitas kembali dan gejala penting hewan ini telah
sepenuhnya pulih.
• Uji ini memungkinkan konsentrasi vitamin vs aktivitas enzim kurva standar.
• Kurva standar yang sama sekarang dapat digunakan untuk menganalisis vitamin
yang sama dalam berbagai model binatang karena aktivitas enzim dapat diukur dan
menggunakan kurva, konsentrasi vitamin yang diharapkan dapat diperoleh. misalnya
tikus ketika kekurangan vit-D untuk beberapa waktu, akan mengembangkan rakhitis.
Vit-D aktivitas enzim 25-hidroksilase dipengaruhi, yang memanfaatkan vit-D sebagai
substrat. Hal ini memicu kaskade kejadian yang menyebabkan cacat tulang pada tikus
ini. Namun ketika dosis dihitung tertentu vit-D diumpankan gejala sembuh. Aktivitas
enzim diukur pada setiap titik waktu dosis dan kurva standar dirumuskan.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah
- Dekat dengan realitas
- Bisa menyebabkan menerobos dalam penelitian
Kerugian
- Metode tidak langsung
- Membutuhkan pemantauan yang cermat
- Sulit untuk mempertahankan data yang konsisten karena gangguan oleh faktor-
faktor lain
- Tidak berlaku untuk semua vitamin
- Mahal karena manajemen hewan
- Memakan Waktu
- Tidak memiliki aplikasi klinis

2. In-vitro Bioassays

• Tes ini melibatkan menargetkan jalur sel tertentu atau jaringan dalam media kultur.
• Mempengaruhi vitamin dipelajari pada pertumbuhan, proliferasi dan diferensiasi
sel.
• Faktor-faktor lain atau bahan kimia seperti: protein, imunoglobulin, kalsium, fosfor
yang diproduksi oleh sel-sel & jaringan setelah terpapar vitamin juga diukur.
Misalnya efek anti-oksidatif vit-C dan E yang didirikan oleh tes ini
Keuntungan dalam menggunakan metode ini adalah
- Lebih mudah dari in-vivo
- Lebih baik monitoring & control kondisi
- Kurang memakan waktu & murah
- Dapat digunakan untuk menganalisis efek dari beberapa vitamin
Kerugian dalam menggunakan metode ini adalah
- Tidak Langsung
- Tidak dekat dengan realitas

- Jaringan dan sel kultur beresiko kontaminasi


II.5 Fungsi Mineral Dalam Tubuh

1. Besi (Fe)

Besi dalam badan terletak dalam sel-sel darah merah (Cairan Intraseluler)
sebagai home, suatu pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi. Dalam
sebuah melekul hemoglobin terdapat empat home. Besi juga terdapat dalam sel-
sel otot, khususnya dalam mioglobin. Berbeda dengan hemoglobin, myoglobin
terdiri dari satu pigmen heme untuk setiap protein. . Tubuh manusia mengandung
lebih kurang 3,5 - 4,5 gram zat besi, di mana duapertiganya ditemukan di dalam
darah, sementara sisanya ditemukan di dalam hati, sumsum tulang, otot. Dan
defisiensinya dapat menyebabkan anemia (dengan gejala cepat lelah dan pucat)
serta konstipasi.

Fungsi :

Berperan sebagai komponen pembentuk warna darah ( hemoglobin ).

Hemoglobin berperan dalam mengikat oksigen.

Meningkatkan kualitas darah dan meningkatkan ketahanan terhadap steres


dan penyakit.

Pembentukan formasi myoglobin yang terdapat pada otot.

2. Iodium (I)

Jumlah iodium dalam tubuh orang dewasa diperkirakan antara 9-10


mg,duasepertiga dari jumlah tersebut terkumpul pada kelenjar tiroid (Cairan
ekstraseluler). Tiroksin merupakan hormone utama yang dikeluarkan oleh
kelenjar tiroid.

Fungsi :
Sebagai komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid.

Peranan tiroksin adalah meningkatkan laju oksidasi dalam sel-sel tubuh


sehingga meningkatkan BMR (Basal Metabolic Rate).

Tiroksin menyebabkan mitokondria sel-sel tubuh membesar baik bentuk


maupun jumlahnya,dan meningkatkan permeabilitas membrane
mitokondria sehingga memudahkan masuk keluarnya zat-zat yang
terlibat dalam kegiatan respirasi dan pemindahan energy.

3. Mangan (Mn)

Didalam tubuh,mangan hanya berjumlah 10-20 mg,yang terutama


berada didalam tulang dan kelenjar (cairan ekstraseluler). Mangan sangat mudah
diserap kedalam tubuh,dan dalam darah mangan berikatan dengan sebuah molekul
protein.

Fungsi :

Mangan diperlukan untuk pembentukan tulang rangka dan jaringan


pengikat.

Mangan berperan sebagai kofaktor berbagai enzim yang membantu


bermacam proses metabolism.

Mangan merupakan bagian struktur dan fungsi mitokondria (yang


berfungsi dalam pelepasan energi)

4. Tembaga (Cu)

Tembaga dalam tubuh sebanyak 50-120 mg. Didalam tubuh banyak


terdapat pada cairan ekstraseluler, sekitar 40% ada didalam otot,15% didalam
hati, dan 10% di dalam otak dan selebihnya di dalam tulang,ginjal dan jaringan
tubuh lain. Sebagian kecil,tembaga terdapat di cairan imtraseluler sekitar 6%
didalam darah.

Fungsi :

Sebagai bagian dari enzim.

Sebagian besar tembaga di dalam sel darah merah terdapat sebagai


metaloenzim superoksida dismutase yang terlibat dalan pemunahan
radikal bebas (sebagai antioksidan)

Tembaga memegang peranan dalam mencegah anemia dengan cara


membantu absorpsi besi,merangsang sintesis hemoglobin dan melepas
simpanan besi dari feritin .

5. Fluor (F)

Flurr terdapat dalam tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Hanya sedikit
sekali ada didalam tubuh manusia, namun perananya penting. Terdapat dalam
cairam ekstra seluler (CES). Konsumsi fluor yang dianggap cukup dan aman
adalah 1,5 – 4,0 mg/sehari. Hendaknya air minum mengalami fluorodisasi
sehingga mengandung 1 bagian flour/ 1 juta bagin air (1 ppm), yang berarti 1
mg/L air. Kekurangan fluor akan menyebabkan kerusakan gigi/ karies gigi.
Melalui fluoropatit air minum masyarakat terutama anak-anak akan terlindung
dari karies gigi ini. Penmabahan fluoride pada pasta gigi juga melindungi
masyarakat terhadap karies gigi. Fluor diduga dapat mencegah osteoporosis
(tulang keropos) pada orang dewasa dan orang tua

Fungsi fluor :

Berperan dalam mineralisasi tulang dan pengerasan email gigi.

Pada saat gigi dan tulang dibentuk, pertama terbentuk kristal


hidrokstapatit yang terdiri atas kalsium dan fosfor.

6. Seng( Zn)
Tubuh mengandung 2-2,5 gram seng yang tersebar di hampir semua
sel.sekitar tiga perempat bagian Zn yang terkandung dalam tubuh terdapat tulang
rangka.sebagian besar seng berada didalam hati, pankreas,ginjal,otot dan tulang.
Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian-bagian mata, kelenjer
prostat,spermatozoa,kulit, rambut dan kuku.di dalam tubuh seng merupakan
cairan intraseluler .seng di dalam plasma hanya merupakan 0,1 % dari seluruh
seng di dalam tubuh yang mempunyai masa pergantian yang tepat.
Fungsi :
Berperan sebagai antioksidan
Sintesis protein
Mempertahankan keseimbangan asam dan basa
Pembentukan organ reproduksi
7. Selenium (se)
Selenium termasuk zat gizi esensial yang merupakan bagian dari enzim
glutation peroksidase.Jumlah selenium dalam tubuh sebanyak 3-30 mg ,
bergantung pada kandungan selenium dalam tanah dan konsumsi
makanan.konsumsi orang dewasa berkisar antara 20-30 mg, bergantung pada
kandungan tanah.
Fungsi :
Enzim glutation peroksidase berperan sebagai katalisator
Sebagai antioksidan
Mencegah tejadinya radikal bebas
Mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lainnya
Membantu reaksi oksigen dan hidrogen pada akhir rantai metabolism
Membantu sintesis imunoglobulin dan ubiginon
8. Krom (Cr)
Krom merupakan mineral esensial yang berperan dalam metabolisme
karbohidrat dan lipida.Seperti hal nya besi , krom berada dalam berbagai bentuk
dengan jumlah muatan berbeda . krom paling mudah di absorpsi dan paling
efektif bila berada dalam bentuk Cr3+.absorpsi krom naik, bila konsumsi rendah ,
dan turun bila konsumsi tinggi.krom yang diserap usus halus dari pangan yang
dikonsumsi dapat terakumulasi dalam kulit , otot dan kelabihan nya akan
dikeluarkan melalui urine.
Fungsi :
Membantu pengikatan insulin pada sel
Metabolisme karbihidrat dan lipida
Memudahkan masuk nya glukosa dalam sel-sel

9. Molibden (Mo)

Molibden bekerja sebagai kofaktor berbagai enzim, antara lain xantin, at


oksidase , aldehid oksidase yang mengkatalisis reaksi-reaksi oksidasi reduksi
seperti oksidase aldehid purin dan pirimidin serta xantin dan sulfit. Oksidasi sulfit
berperan dalam pemecahan sistein dan metionin, serta mengkatalisis
pembentukan sulfat dan sulfit. Molibden terdapat dalam jumlah sedikit dalam
tubuh, segera diabsopsi dari saluran cerna, dan diekskresi melalui urin. Konsumsi
yang dianggap aman adalah sebanyak 75 – 250 µg sehari untuk orang dewasa dan
15 – 20 µg sehari untuk anak-anak.

Didalam tubuh Mo terkonsentrasi dalam hati, ginjal, kelenjer adrenal dan sel
darah merah. Mo merupakan bagian dari dua macam enzim, yaitu santin oksidase
dan aldehid oksidase. Santin oksidase terlibat dalam pembentukan asam urat dari
purin, dan membantu memobilisasi Fe dari hati (Fe cadangan ). Aldehid oksidase
diperlukan untuk mengoksidase aldehid yang terbentuk dalam tubuh. Terdapat
dalam cairan intra seluler (CIS).
Fungsi molibden

Dapat mencegah kerusakan (pembusukan) gigi dengan cara

meningkatkan retensi fluor pada email.

10. Kobal (Co)

Sebagian besar kobal dalam tubuh terikat dalam vitamin B12. Plasma darah
mengandung kurang lebih 1μg kobal / 100 ml. Absorpsi kobal terjadi pada bagian
atas usus halus mengikuti mekanisme absorpsi besi. Absorpsi meningkat bila
konsumsi besi rendah. Sebanyak 85% eksresi kobal dilakukan melalui urin,
selebihnya memalui feses dean keringat. Terdapat pada cairan intra seluler(CIS).

Fungsi kobal

Vitamin ini diperlukan untuk mematangkan sel darah merah

menormalkan fungsi semua sel.

Kobal mungkin juga berperan dalam fungsi berbagai enzim.


Daftar Pustaka

Bassett, J., R.C. Denney, G.H. Jeffery, dan J. Mendham, 1994, Kimia


Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Day, R.A dan Underwood, A.L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif,


Erlangga, Jakarta.

Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.

Prawirokusumo, Soeharto, Prof. Dr. M.Sc., 1991, Biokimia Nutrisi dan


Vitamin, BPFE, Yogyakarta.

Underwood, A.L. dan R.A. Day. 1999. Analisa kimia kuantitatif. Edisi ke-5. Erlangga
:Jakarta. Hal 490 – 542.

Vogel. 1994.  Kimia analisis kuantitatif anorganik. Edisi ke-4. Penerbit EGC :Jakarta. Hal.
243 – 253. 
No Nama Moderator Jubir Studi Pembahasan Penyiapan Pembuatan PPT
Pustaka
makalah

1 ST Hasrawati - - -   
Tayang

2 Kurniati - -    

Tajuddin
3 Ervan  -    

Togatorop
4 Dwi Multi -     

Maigawarty
5 Silvi Sutri - - -   

Insani

Anda mungkin juga menyukai