Anda di halaman 1dari 85

Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Daun Seledri (Apium graveolens L.

) sebagai
Insektisida terhadap Nyamuk

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelengkapan Berkas
Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Farmasi

Oleh

RENDY DWI JAYANTO PALAY


8214 12 034

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STRATA 1 FARMASI
2018

i
ii
Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Daun Seledri (Apium graveolens L.) sebagai
Insektisida terhadap Nyamuk

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelengkapan Berkas
Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Farmasi

Oleh

RENDY DWI JAYANTO PALAY


8214 12 034

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STRATA 1 FARMASI
2018

iii
iv
v
vi
vii
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang


kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa
pedihnya rasa sakit”

(Ali bin Abi Thalib)

“Cara terbaik untuk menemukan dirimu sendiri adalah dengan


kehilangan dirimu dalam melayani orang lain”

(Mahatma Gandhi)

“Waktumu terbatas. Jangan menyia-menyiakan dengan menjalani hidup orang


lain”

(Steve Jobs)

“Setiap makhluk hidup merupakan mesin penggerak alam semesta”

(Nikola Tesla)

“Hal besar yang ada dalam diri kita selalu bermanfaat bagi masyarakat dan diri
kita sendiri”
“Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa dan selalu ada harapan bagi mereka
yang selalu berusaha”

(Rendy Dwi Jayanto Palay)

Dengan ini saya persembahkan karya saya kepada kedua orang tua tercinta yang
senantiasa memberikan saya jenjang Pendidikan yang sangat berguna bagi kehidupan
saya. dan ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen-dosen yang
telah membimbing saya dari awal perkuliahan.
Teman-teman seperjuangan saya Farmasi UNG angkatan 2012 yang tidak bisa
disebutkan satu per satu, khususnya Farmasi A 2012 terimakasih untuk kalian semua
karena telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

ALMAMATERKU TERCINTA
TEMPATKU MENEMUKAN JATI DIRI DAN MENIMBA ILMU
SERTA PENGALAMAN HIDUP
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018

ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatu.
Alhamdulillahhirobbil’alamin selalu penulis panjatkan puji syukur atas
nikmat dan berkah yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak Metanol
Daun Seledri (Apium graveolens L.) sebagai Insektisida terhadap Nyamuk ).
Skripsi ini disusun guna untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh
derajat S-1 Farmasi Fakultas Olah Raga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta
bimbingan dari dosen pembimbing, untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih
kepada Nurain Thomas, S.Si, M,Si, Apt selaku dosen pembimbing I,
Mohamad Adam Mustafa,S.Si, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang selalu
mengarahkan, membimbing, serta memasukkan saran dalam penyelesaian skripsi
ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sama penulis haturkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas
Negeri Gorontalo, terima kasih atas sarana dan prasarana yang telah
diberikan selama kuliah di Universitas Negeri Gorontalo.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.P selaku Wakil Rektor I,
Bapak Supardi Nani, SE.,M.Si selaku Wakil Rektor II, Bapak Dr. Fence M.
Wantu, SH.,MH selaku Wakil Rektor III dan Prof. Dr. Hasanuddin Fatsah,
M.Hum selaku Wakil Rektor IV, terima kasih atas fasilitas yang telah
disediakan dan kebijakan-kebijakan kampus selama kuliah di Universitas
Negeri Gorontalo
3. Ibu Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, terima kasih atas kebijakan-kebijakan fakultas yang telah
diberikan selama saya menempuh pendidikan di Fakultas Olahraga dan
Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.
4. Ibu Risna Podungge, S.Pd., M.Pd selaku Wakil Dekan I, Ibu dr. Zuhriana K.
Yusuf, M.Kes selaku Wakil Dekan II dan Bapak Ruslan, S.Pd., M.Pd selaku

x
Wakil Dekan III yang telah memberikan bantuan selama saya menempuh
pendidikan di Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri
Gorontalo.
5. Seluruh staf di lingkungan Fakultas Olahraga dan Kesehatan, terima kasih
atas segala bantuannya selama ini.
6. Ibu Dr. Widysusanti Abdulkadir, M.Si., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi
serta Penasehat Akademik saya, terima kasih atas nasehat, kasih sayang dan
arahan selama ini sehingga saya mampu menjalani proses dan menikmati
hasil akhir dari perjalanan saya di Jurusan Farmasi.
7. Ibu Madania, S.Farm, M.Sc, Apt selaku penguji I dan Ibu Juliyanty Akuba,
S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku penguji II, terima kasih telah menambah
pengetahuan saya dan meluangkan waktu serta membimbing saya dalam
proses penyelesaian skripsi ini
8. Dr. Teti S Tuloli, M.Si., Apt selaku dosen penasehat akademik terima kasih
atas arahan, dukungan dan motivasinya selama ini.
9. Seluruh dosen-dosen Farmasi UNG tanpa terkecuali, terima kasih banyak
atas jasa-jasa yang takkan terbalaskan karena telah mengajarkan banyak hal
kepada saya baik agama, pendidikan, moral dan hal-hal penting lainnya.
10. Staf Tata Usaha di lingkungan Jurusan Farmasi, Kak Wiwin, Kak Rionaldi
Yahya, S.Pd, yang telah memberikan banyak bantuan secara administrasi dan
informasi akademik selama ini.
11. Laboran: kak Wiji Iswandiyanto, S.Pd dan kak Windarti Yalida, S.Farm,
terima kasih telah membantu banyak dan memberikan arahan terbaik selama
penelitian.
12. Keluarga Besar Palay: Bapak Agusnawi Palay, Ibu Olis Dali, Kakak Alfri
Palay, Adik Yogi Ade Putra Palay, terima kasih telah mencintai, menyayangi
dan memberikan dukungan baik moril maupun materil serta menghibur
dengan canda tawa.
13. Angkatan Terhebat ^Famous Legend’12^, terima kasih atas kekompakan,
dukungan dan semangat terbaik kalian hingga saat ini, semoga visi misi luar

xi
biasa kita akan segera terealisasikan dan jalinan persaudaraan ini tidak akan
pernah putus hingga tua nanti.
14. Teristimewa untuk Dhesy Nento yang senantiasa selalu menemani,
memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.
15. Teman-teman Farmasi Reguler angkatan 2012, Kelas A (Abdi, Winda, Vira,
Tia, Nada, Tiwi, Puput, Non, Bitha, Arista, Yuni, Esy, Tissa, Wiby, Tari,
Ajeng, Nina, Rahmat, Lia, Kurniawan, Fadli, Cici, Gita, Zein, Maryam,
Simon, Aci, Findy, Rini), Kelas B (Nurfa, Cimot, Asri, Yadi, Ayu, Megawati,
Uk, Mega rahayu, Listiya, Fitri, Nangsih, Jeje, Widi, Kartin, Wulan,
Tutriyanti, Andi, Kiki, Arif, Khina, Nanan, Nani, Nena, Dian hardianti, Dian
dalu, Tari, Nia, Yati, Lian, Cici, Lilis, Novi, Yeyen, Khoyi) Kelas C (Prisca,
Kia, La medi, Upik, Ayu wulandari, Fara, Ela, Niar, Widi, Intan primasari,
Yulita, Intan nono, Atma, Ria, Rosma, Yathi, Niar, Serlin, Yulin, Osin, Ista,
Yani), Teman-teman Angkatan 2013 dan Angkatan 2014
16. Senior-senior yang senantiasa membantu saya dalam proses pengerjaan
skripsi ( Kak Eka, Kak Ichad, Kak Fandi, Kak Anti, Kak Andre), serta junior
yang selalu memberikan semangat dan dorongan selama penyusunan (Azis
Datau, Arif Rahman, Firman Suut, King Pauweni dan Mamad Nento).
17. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu yang telah
ikut banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang masih jauh dari sempurna. Namun
demikian diharapkan tetap bermanfaat dalam menambah pengetahuan bagi
pembaca dan masyarakat pada umumnya dan mahasiswa Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, serta Universitas Negeri Gorontalo pada
khususnya.
Barakallah fiikum. Wasslamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatu
Gorontalo, Desember 2017
Penulis

Rendy Dwi Jayanto Palay


NIM: 821412034

xii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
LOGO UNG................................................................................................ ii
HALAMAN JUDUL.................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
ABSTRACT................................................................................................ viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... ix
KATA PENGANTAR................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL...................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 4
1.3 Tujuan penelitian................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5
2.1 Uraian Tanaman Seledri...................................................... 5
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Seledri .................................... 5
2.1.2 Nama Daerah.............................................................. 5
2.1.3 Morfologi Tanaman ................................................. 5
2.1.4 Ekologi Tanaman....................................................... 6
2.1.5 Kandungan................................................................. 6
2.1.6 Kegunaan Seledri....................................................... 8
2.2 Nyamuk............................................................................... 9
2.2.1. Morfologi Nyamuk ................................................... 9

xiii
2.2.2 Jenis – Jenis Nyamuk ............................................... 9
2.3 Ekstraksi.............................................................................. 10
2.4 Insektisida............................................................................ 12
2.4.1. Definisi Insektisida ................................................... 12
2.4.2 Jenis – Jenis Insektisida............................................. 12
2.4.3 Bentuk dan Sifat Insektisida ..................................... 14
2.4.4 Cara Kerja Insektisida................................................ 15
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 17
3.1 Lokasi Dan Penelitian.......................................................... 17
3.1.1 Lokasi Penelitian…………..................................... 17
3.1.2 Waktu Penelitian...................................................... 17
3.2 Alat dan Bahan.................................................................... 17
3.2.1 Alat Penelitian…………......................................... 17
3.2.2 Bahan Penelitian...................................................... 17
3.3 Hewan Uji............................................................................ 17
3.4 Tahapan Kerja...................................................................... 17
3.4.1 Pengambilan Sampel.................................................. 17
3.4.2 Pengolahan Daun Seledri........................................... 18
3.4.3 Pembuatan Ekstrak Daun Seledri............................... 18
3.4.4 Uji Skrining................................................................ 18
3.4.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Seledri........... 19
3.4.6 Uji Aktivitas Ekstrak Daun Seledri............................ 19
3.4.7 Pengamatan Waktu Dan Kematian Nyamuk.............. 20
3.5 Analisis Data........................................................................ 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 21
4.1 Hasil Penelitian.................................................................... 21
4.1.1 Presentase Randemen................................................. 21
4.1.2 Skrining Fitokimia..................................................... 21
4.1.3 Uji Insektisida Terhadap Nyamuk............................. 22
4.1.4 Analisis Data .......................................................... 23
4.2 Pembahasan......................................................................... 25

xiv
4.2.1 Proses Ekstraksi......................................................... 25
4.2.2 Skrining Fitokimia...................................................... 26
4.2.3 Uji Insektisida Terhadap Nyamuk............................. 26
4.2.4 Analisis Data .......................................................... 29
BAB V PENUTUP................................................................................. 31
5.1 Simpulan............................................................................... 31
5.2 Saran..................................................................................... 31
Daftar Pustaka ...................................................................................... 32
Lampiran................................................................................................... 35
Curiculum Vitae........................................................................................ 66

xv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Persen Rendamen Ekstrak Metanol


Daun Seledri.......................................................................... 21
Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia Senyawa Minyak Atsiri
Pada Daun Seledri (Apium graveolens Linn). ..................... 21
Tabel 4.3 Jumlah Rata-rata Kematian Nyamuk Pada Setiap
Perlakuan/(sekon) Uji Aktivitas Insektisida Ekstrak
Metanol Daun Seledri (Apium graveolens L.)...................... 22
Tabel 4.4 Presentase Kematian Nyamuk Uji Aktivitas Ekstrak
Metanol Daun Seledri (Apium graveolens L.)...................... 23
Tabel 4.5 Hasil Uji Anova One Way Aktivitas Insektisida
Ekstrak Metanol Daun Seledri (Apium graveolens L.)......... 24
Tabel 4.6 Rerata dan standar deviasi nilai keragaman terhadap
kematian nyamuk pada kelompok perlakuan dan
kontrol (sekon)...................................................................... 24

xvi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


Gambar 2.1 Seledri (Apium graveolens L.) ............................................. 5
Gambar 2.2
................................................................................................Kompo
nen Volatile oil ..................................................................... 7
Gambar 4.1 Proses penyemprotan larutan ujibdari masing-masing sisi.... 28

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Metanol Daun


Seledri dan Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Daun
Seledri (Apium graveolens Linn.) terhadap Nyamuk............. 35
Lampiran 2 Tabel Hasil perhitungan Rendamen Ekstrak
Metanol Daun Seledri (Apium graveolens Linn.).................. 36
Lampiran 3 Tabel Jumlah Kematian Nyamuk Di Setiap
Perlakuan................................................................................ 37
Lampiran 4 Gambar Uji Skrining Fitokimia Senyawa Minyak
Atsiri Pada Ekstrak Metanol Daun Seledri (Apium
graveolens L.)........................................................................ 38
Lampiran 5 Gambar Proses penyemprotan larutan uji dari
masing-masing sisi................................................................. 39
Lampiran 6 Gambar Kurva Regresi Aktivitas Insektisida
Ekstrak Metanol Daun Seledri Terhadap Mortalitas
Nyamuk ............................................................................... 40
Lampiran 7 Surat Keterangan Bebas Plagiat............................................. 41
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian................................................... 42
Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................... 43
Lampiran 10 Surat Keterangan Bebas Laboratorium.................................. 44
Lampiran 11 Surat Keterangan Bebas Perpustakaan Jurusan
Farmasi................................................................................... 45
Lampiran 12 Surat Bebas Perpustakaan Fakultas Olahraga dan
Kesehatan............................................................................... 46
Lampiran 13 Surat Keterangan Bebas Perpustakaan Universitas
Negeri Gorontalo.................................................................... 47
Lampiran 14 Analisis Statistik One Way ANOVA ................................... 48

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dalam penelitian bahan alam mengalami kemajuan yang
semakin cepat dengan ditemukannya teknik-teknik pemisahan secara
kromatografi dan penentuan struktur molekul secara spektroskopi pada
pertengahan abad ke-20. Indonesia termasuk salah satu negara “megadiversity”
yang kaya akan keanekaragaman hayati. Atun (2010), mengatakan, di dunia
terdapat kurang lebih 250.000 jenis tumbuhan tinggi, dan lebih dari 60 % dari
jumlah ini merupakan tumbuhan tropika.
Saat ini para peneliti banyak melakukan penelitian pada tanaman-tanaman
obat sebagai alternatif bahan kimia yang sudah ada. Penelitian yang dilakukan
oleh Majidah (2014) mengatakan salah satu tanaman tanaman yang dapat
digunakan sebagai obat adalah seledri (Apium graveolens L.).
Seledri merupakan salah satu tumbuhan yang terdapat di Indonesia yang
mempunyai manfaat atau kegunaan sebagai bahan alam yang dijadikan sebagai
tanaman obat. Di daerah Gorontalo penggunaan Seledri juga masih kurang
populer sebagai tanaman pengusir nyamuk, karena tanaman seledri lebih dikenal
dimasyarakat sebagai tanaman sayuran atau sebagai pelengkap sup. Hal ini
disebabkan, kurangnya pengetahuan mengenai pemanfaatan tanaman seledri
tersebut sebagai obat serta zat yang terkandung dalam tanaman ini yang
berkhasiat sebagai pengusir ataupun pembunuh nyamuk.
Daun seledri mengandung senyawa-senyawa organik, yakni flavonoid,
saponin, tanin, minyak atsiri, flavo-glukosida (apiin), apigenin. Yongkhamcha
(2010), mengatakan seledri juga mengandung berbagai senyawa bioaktif
konstituen seperti phthalides, kumarin, flavonoid, seskuiterpenoid, dan aromatik
glukosida. Senyawa- senyawa kimia yang merupakan senyawa metabolit
sekunder seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin mampu
bekerja sebagai racun pada larva baik sebagai racun kontak maupun racun perut
dan juga diduga dapat berfungsi sebagai insektisida. Pada beberapa penelitian
1
yang telah dilakukan, saponin dan alkaloid memiliki cara kerja sebagai racun
perut dan menghambat kerja enzim kolinesterase pada larva sedangkan flavonoid
dan minyak atsiri berperan sebagai racun pernapasan.
Hasil penelitian Choochote, dkk. tahun 2004 menyebutkan bahwa ekstrak
biji seledri (Apium graveolens L.) mampu membunuh larva nyamuk Aedes
aegypti dengan LC50 sebesar 81,0 mg/L dan LC95 sebesar 176,8 mg/L. Akan
tetapi, penggunaan daun seledri sebagai insektisida terhadap nyamuk belum
diketahui. Ekstrak daun seledri memiliki potensi sebagai insektisida terhadap
nyamuk. Akan tetapi, efek ekstrak daun seledri terhadap nyamuk sejauh ini
belum diketahui. Masalah lain yang muncul dari hasil penelitian tersebut adalah
biji seledri sangat sulit diperoleh sehingga pembuatan insektisida nabati dari biji
seledri kurang memungkinkan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba
mengembangkan pembuatan insektisida nabati dari daun seledri.
Menurut Mukti,S (2015) Kandungan senyawa aktif yang diduga sebagai
larvasida adalah alkaloid, tanin dan flavonoid. Tanin berfungsi untuk
menghambat sintesis protein sel yang mengakibatkan larva kelaparan dan mati
sedangkan flavonoid dapat mempengaruhi sistem pernafasan nyamuk yang
mengakibatkan nyamuk tidak bisa bernafas dan akhirnya mati
Penelitian Zeinab (2014), telah membuktikan bahwa efektivitas tanaman
yang mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti saponin, steroid,
isoflavonoid, minyak atsiri, alkaloid dan tanin sebagai potensi larvasida nyamuk
dan juga sebagai insektisida terhadap nyamuk.
Nyamuk merupakan ektoparasit pengganggu yang merugikan kesehatan
manusia, hewan, dan lingkungan. Hal ini dikarenakan kemampuannya sebagai
vector berbagai penyakit. Nyamuk merupakan golongan serangga yang cukup tua
di alam dan telah mengalami proses evolusi serta seleksi alam yang panjang
sehingga menjadikan serangga ini menjadi insekta yang sangat adaptif dan
tinggal bersama manusia.
Didaerah beriklim sedang atau beriklim tropis, nyamuk lebih dianggap
sebagai hama pengganggu, ada sekitar 3000 spesies nyamuk dan dimana sekitar
100 adalah vektor penyakit pada manusia. Penyebab utama munculnya vektor
2
penyakit tersebut adalah perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk sebagai
vektor penyakit yang tidak terkendali.
Salah satu daerah beriklim sedang atau daerah tropis yaitu indonesia dan
menjadi satu di antara tempat perkembangan beberapa jenis nyamuk sebagai
penyebab munculnya bebera vektor penyakit yang membahayakan bagi kesehatan
manusia dan hewan. Khususnya di daerah kota Gorontalo perkembangbiakan dan
penyebaran nyamuk banyak mengganggu kehidupan masyarakat setempat. Hal
ini diakibatkan kurangnya perhatian terhadap lingkungan dan merupakan salah
satu faktor bertambahnya populasi perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk.
Menurut Andriani (2015), Keberadaan nyamuk yang berdekatan dengan
kehidupan manusia dan hewan yang dapat menimbulkan masalah yang cukup
serius, karena nyamuk bertindak sebagai vektor beberapa penyakit yang sangat
penting, dengan tingginya tingkat kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya
Sehingga nyamuk merupakan salah satu serangga yang dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit pada manusia baik anak-anak maupun
dewasa. Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada
seperti suhu, kelembapan, curah hujan, salinitas, derajat keasaman, oksigen
terlarut, tumbuhan air dan hewan air lainnya.
Pada manusia nyamuk Anopheles berperan sebagai vektor penyakit
malaria, sedangkan Culex sebagai vektor Japanese enchepalitis, Aedes aegypti
sebagai vektor penyakit demam Berdarah Dengue (DBD), serta beberapa genus
nyamuk yaitu Culex, Aedes, dan Anopheles dapat juga menjadi vector penyakit
flariasis. Nyamuk juga menularkan beberapa penyakit pada hewan. Nyamuk
Culex sebagai vektor Diroflaria immitis (cacing jantung pada anjing).
Menurut Jacob (2014), World Health Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia
Tenggara. Dari jumlah keseluruhan kasus tersebut, sekitar 95% terjadi pada anak
di bawah 15 tahun. Pada dasarnya nyamuk bersifat “antrofilik” yang artinya
hewan yang lebih menyenangi mengisap darah manusia dari pada mengisap darah
hewan, nyamuk-nyamuk yang banyak mengisap darah adalah nyamuk betina,
karena darah membantu proses pematangan telur nyamuk.
3
Hingga sekarang pengendalian terhadap nyamuk belum optimal, sehingga
perlu dilakukan penelitian untuk menguragi tingkat populasi terhadap
perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian terhadap daun seledri yang diduga karena memiliki
senyawa yang bersifat dapat membunuh nyamuk. Penelitian-penilitian selama ini
hanya melakukan uji coba pada pembunuhan larva, inilah yang menjadi tolak
ukur dan berkeinginan untuk melakukan uji coba langsung pada nyamuk serta
untuk mengetahui apakah daun seledri dapat mempengaruhi aktivitas dan
membunuh nyamuk. Maka dilakukan penelitian uji aktivitas ekstrak metanol
daun seledri sebagai insektisida terhadap nyamuk. Penelitian ini diharapkan
memberikan manfaat untuk mengurangi tingkat populasi nyamuk dengan
penggunaan yang alami tanpa memberikan efek samping.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka ditarik suatu rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana aktivitas ekstrak metanol daun seledri (Apium
graveolens L.) sebagai insektisida terhadap nyamuk ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah aktivitas ekstrak
metanol daun seledri (Apium graveolens L.) sebagai insektisida terhadap nyamuk
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk mengurangi populasi nyamuk serta untuk
mendapatkan penggunaan bahan alami sebagai insektisida terhadap nyamuk.
Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan bagi peneliti lainnya dalam
mengembangkan penggunaan bahan alam sebagai obat-obatan. Terutama di
Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan. Universitas Negeri Gorontalo
mengenai pemanfaatan tanaman obat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Seledri
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)
Klasifikasi tanaman seledri terdiri dari: (Fazal dan singla, 2012)
Devisi : Magnoliophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens
Gambar 2.1 Seledri (Apium graveolens L.)
2.1.2 Nama Daerah
Tanaman seledri dikenal dengan nama lain seperti Apium celleri Gartner,
Apium decumbens Ecklon&Zeyher, Apium lobatum Gilib, Apium maritium
Salisb, Apium vulgare Bubani, Celeri graveolens Britton, Selenium graveolens
E.H.L.Krause, Seseli graveolens Scop, Sium graveolens Vest, Smymium laterale
Thunb. Tanaman seledri di Inggris dikenal dengan celery, di Perancis dengan
sebutan celeri, di Italia dengan sebutan seleri, dan di Jerman lebih dikenal dengan
selinon atau parsley. Di Indonesia lebih dikenal dengan seledri. atau seldrai
(Anonim, 2006).
2.1.3 Morfologi Tanaman
Tanaman seledri, tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatik
yang khas. Batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak,
berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai.
Anak daun bertangkai yang panjangnya 1 -2,7 cm, helaian daun tipis dan rapuh,
pangkal dan ujung runcing, tepi beringgit, panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm,
pertulangan menyirip, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga majemuk
berbentuk payung 8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih, mekar secara bertahap.
Buahnya buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau
kekuningan (Anonim, 2006).
5
2.1.4 Ekologi Tanaman
Seledri ditemukan di Eropa, dari Inggris hingga dataran rendah di selatan
Rusia, dari Asia barat hingga Asia timur atau India, Afrika utara dan selatan, serta
Amerika utara. Dibudidayakan di Meksiko, Argentina, Jerman, Polandia dan
Honggaria. Seledri merupakan tumbuhan dataran tinggi, yang ditemukan pada
ketinggian di atas 900 m dpi. Di daerah ini seledri yang tumbuh memiliki tangkai
daun yang menebal. Untuk pertumbuhannya, seledri memerlukan cuaca yang
lembab. Seledri juga bisa ditanam di dataran rendah. Hanya saja ukuran
batangnya menjadi lebih kecil dan digunakan sebagai penyedap masakan
(Anonim, 2006).
2.1.5 Kandungan
Seledri mengandung minyak menguap 2-3%. Banyak komponen termasuk
limonene (60%) dan selinine (10-15%), dan berbagai sesquiterpene alkohol
(1-3%), mis. A-eudesmol dan b-eudesmol, santalol. (12, 13) Senyawa phthalide,
3-n-butyl phthalide dan sedanenolide, memberikan bau khas minyak (adanya
sedanolide dan anhidrida sedanonic yang disengketakan) (Barnes,J. Anderson,
L.A. and Phillipson, J.D, 2007).
Daun seledri banyak mengandung apiin, apigenin, manitol, inositol,
asparagin, alutamin, kholin, dan linamarose disamping substansi diuretik yang
bermanfaat untuk meningkatkan jumlah air seni (Sukandar, 2006). Seledri juga
mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya herba seledri mengandung
flavonoid, saponin, tanin, apiin, minyak atsiri, apigenin, kolin, vitamin A, B, C,
zat pahit asparagin, apigenin dan akarnya mengandung asparagin, manit, zat pati,
lendir minyak atsiri pentosa, glutamin dan tirosin serta bijinya mengandung a iin,
minyak atsiri, apigenin dan alkaloid. Kemudian seledri juga mengandung gizi
berupa air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, besi, riboflavin,
nikotinamida dan asam askorbat (Nadinah, 2008).

6
apigenin

Gambar 2.2 Komponen Volatile oil

Seledri mengandung phenols dan furocoumarins. Furocoumarins terdiri


atas celerin, bergapten, apiumoside, apiumetin, apigravrin, osthenol,

7
isopimpinellin, isoimperatorin, celereoside, dan 8-hydroxy methoxypsoralen.
Phenols (155.41-177.23mg/100g) terdiri atas graveobioside A and B, flavanoids
(apiin, apigenin), isoquercitrin, tannins (3.89-4.39 mg /100 g) dan phytic acid
(19.85-22.05mg/g) (Arisandi R dkk. 2016).
Biji seledri, batang dan daun (2,5-3,5%) mengandung minyak atsiri,
alkohol seskuiterpen (1-3%) dan asam lemak, senyawa yang diisolasi terdiri atas
selenine (10-15%), limonene (60%), β- pinene, camphene, simen, limonen,
α-thuyene, α-pinene, β-phellendrene, p-cymene, γ-terpinene, sabinene terpinolene,
myristicic, miristat, linoleat, petroselinic, palmitoleat, palmitat, oleat, miristoleat,
asam stearat, santalol, β-eudesmol, α-eudesmol, sedanenolide, 3-nbutil phthalide
dan phthalide. Akar seledri juga mengandung Methoxsalen (8- methoxypsoralen),
5-methoxypsoralen dan profilin alergen (Al-snafi, 2014).
2.1.6 Kegunaan Seledri
Seledri (Apium graveolens) diidentifikasi berpotensi sebagai anti-nyamuk,
termasuk larvasida, adulticidal, dan repellent terhadap nyamuk (Al-snafi, 2014).
Senyawa kimia yang merupakan metabolit sekunder seperti minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin mampu bekerja sebagai racun pada larva
baik sebagai racun kontak maupun racun perut (Handayani, 2013).
Senyawa-senyawa seperti sianida, saponin, tanin, flavonoid, steroid,
alkaoid dan minyak atsiri diduga dapat berfungsi sebagai insektisida. (Minarni E,
2013). Minyak atsiri memiliki spektrum yang luas dari kegiatan biologis
termasuk anti-mikroba, fungisida, insektisida, serangga repellant, herbisida,
acaricidal, dan nematicidal Sejak abad pertengahan, minyak esensial telah banyak
digunakan untuk bakterisida, insektisida, fungisida, antiparasiticidal, obat dan
kosmetik aplikasi terutama di industri farmasi, sanitasi, kosmetik, pertanian dan
makanan (Noutcha, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Choochate et al. (2004) mengenai biji
seledri yang diekstraksi dengan etanol 95% sebagai larvasida nabati
menyebabkan kematian larva nyamuk Aedes aeypti sebesar 50% pada
konsentrasi 81,0 mg/L,20 sedangkan konsentrasi 176,8 mg/L dapat menyebabkan
kematian 95%. Penelitian yang dilakukan oleh Yongkhamcha dan Indrapichate
8
(2012) mengungkapkan bahwa ekstrak etanol 70% biji seledri membunuh 50%
larva nyamuk Aedes aegypti pada konsentrasi 25,230 mg/L.
2.2 Nyamuk
2.2.1 Morfologi Nyamuk
Nyamuk merupakan ektoparasit pengganggu yang merugikan kesehatan
manusia, hewan, dan lingkungan. Hal ini dikarenakan kemampuannya sebagai
vector berbagai penyakit. Nyamuk tergolong serangga yang cukup tua di alam
dan telah mengalami proses evolusi serta seleksi alam yang panjang sehingga
menjadikan insekta ini sangat adaptif tinggal bersama manusia (Harfriani, 2012).
Dinegara-negara beriklim sedang nyamuk lebih dianggap sebagai hama
pengganggu, ada sekitar 3000 spesies nyamuk dimana sekitar 100 adalah vektor
penyakit pada manusia (Tehri and Singh, 2015). Kehidupan nyamuk sangat
ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada seperti suhu, kelembapan, curah
hujan, salinitas, derajat keasaman, oksigen terlarut, tumbuhan air dan hewan air
lainnya (Pratama, 2015).
Nyamuk bersifat “antrofilik” artinya lebih menyenangi mengisap darah
manusia dibandingkan dengan mengisap darah hewan. Nyamuk yang mengisap
darah adalah nyamuk betina, karena darah diperlukan dalam proses pematangan
telur (Kardinan A., 2007).
2.2.2 Jenis-jenis Nyamuk dan Masalah yang ditimbulkannya
Nyamuk termasuk dalam flum Arthropoda, ordo Diptera, family Culicidae,
dengan tiga sub famili yaitu Toxorhynchitinae (Toxorhynchites), Culicinae
(Aedes, Culex, Mansonia, Armigeres,) dan Anophelinae (Anopheles). Nyamuk
Anopheles berperan sebagai vektor penyakit malaria, sedangkan Culex sebagai
vektor Japanese enchepalitis, Aedes aegypti sebagai vektor penyakit demam
Berdarah Dengue (DBD), serta beberapa genus nyamuk yaitu Culex, Aedes, dan
Anopheles dapat juga menjadi vector penyakit flariasis. Nyamuk juga
menularkan beberapa penyakit pada hewan. Nyamuk Culex sebagai vektor
Diroflaria immitis (cacing jantung pada anjing) (Harfriani, 2012).

9
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa
aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Anonim, 2000).
Prinsip kerja ekstraksi terdiri atas 2 fase yakni (Voight, 2010):
Fase pembilasan : pada saat cairan ekstraksi kontak dengan material
simplisia maka sel-sel yang rudak atau tidak utuh lagi akibat operasi penghalusan
langsung bersentuhan dengan bahan pelarut. Dengan demikian komponen sel
yang terdapat didalamnya lebih mudah diambil atau dibilas kedalam pelarut.
Semakin halus serbuk simplisia, akan semakin optimal pembilasannya
Fase ekstraksi : yang lebih kompleks adalah proses selanjutnya, oleh
karena bahan pelarut untuk melarutkan komponen dalam sel yang tidak terluka
harus mampu mendesak lebih dulu kedalmnya. Membran sel yang mengering,
mengkerut didalam simplisia mula-mula harus diubah kondisinya sehingga
memungkinkan bahan pelarut masuk bagian dalam sel. Hal itu terjadi melalui
pembengkakan, dimana membrane mengalami pembesaran volume akibat
masuknya sejumlah molekul kedalam pelarut. Kemampuan zat perancah selulosa
untuk mengikat molekul cairan, menyebabkan longgarnya struktur perancah
tersebut sehingga terbentuk ruang antar miselar, yang memungkinkan bahan
ekstraksi masuk keruang dalam sel. Proses pembengkakan ini dalam skala tinggi
dapat disebabkan oleh air. Campuran alcohol-air, yang banyak digunakan untuk
membuat sediaan farmasetika, terbukti pula dapat menyebabkan hal serupa
(Voight,R. 2010).
Pada saat pengeringan tumbuhan segar, protoplasma akan semakin
mengkerut. Akan tetapi tumbuhan dalam kondisi simplisia berada dalam bentuk
lapisan tipis. Bahan kandungan sel akan diendapkan dan berada dalam bentuk
kristalin atau amorf. Dengan mengalirnya bahan pelarut ke dalam ruang sel,
protoplasma akan membengkak dan kandungan sel akan terlarut sesuai dengan
10
tingkat kelarutannya. Mereka akan mengembang sejauh bentuknya tetap sebagai
terlarut molecular, melalui proses difusi melalui ruang antar miselar. Gaya yang
bekerja disebabkan oleh perbedaan konsentrasi antara larutan dalam sel dengan
cairan pengekstrasi disekitarnya yang mula-mula belum mengandung bahan aktif.
Bahan kandungan sel akan terus masuk kedalam cairan disebelah luar sampai
difusi melintasi membrane mencapai keseimbangannya, yakni pada saat
konsentrasi antara larutan disebelah dalam dan sebelah luar sel, sama besar.
Seberapa jauh koloid dapat diangkut melintasi membrane sel, sangat bergantung
dari lubang porinya (Voight, R. 2010).
Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia (senyawa aktif)
dari simplisia tertentu dengan pelarut organik atau anorganik (cairan penyari),
sesuai dengan senyawa aktif yang diinginkan dapat terlarut. Proses ekstraksi
dipengaruhi oleh metode penyarian dan cairan penyari yang digunakan (Voigt,
R.1995).
Maserasi adalah metode ekstraksi dengan cara perendaman simplisia
menggunakan cairan penyari dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruang. Maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung zat aktif mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel.
Perbedaan konsentrasi antara cairan penyari dengan isi sel tanaman
menyebabkan terjadinya proses difusi senyawa aktif. Maserasi merupakan
ekstraksi dengan pengadukan yang dilakukan secara kontinyu. Maserasi
melibatkan proses remaserasi yaitu pengulangan penambahan cairan penyari
setelah dilakukan penyarian maserat yang pertama dan selanjutnya.
Beberapa peneliti menggunakan metanol sebagai penyari karena
kelebihan cairan penyari metanol yaitu bersifat universal karena dapat menarik
senyawa yang bersifat polar dan semi polar dengan sedikit bahan pengotor yang
terlarut dan memiliki titik didih rendah (Voigt, 1995).
Metanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga dapat
melarutkan analit yang bersifat polar dan nonpolar (Astarina, N. W. G., Astuti, K.
W., Warditiani, N. K., 2013).
11
2.4 Insektisida
2.4.1 Definisi Insektisida
Dalam Peraturan Pemerintah nomor & tahun 1973 tentang Pengawasan
atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Insektisida, insektisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad retnik, serta virus yang dipergunakan
untuk memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia (Anonim, 2012).
Insektisida kesehatan masyrakat adalah insektisida yang digunakan untuk
pengendalian vector penyakit dan hama pemukiman seperti nyamuk, serangga
pengganggu lain (lalat, kcoak/lipas), tikus, dan lain-lain yang dilakukan di daerah
pemukiman endemis, pelabuhan, bandara, dan tempat-tempat umum lainnya
(Anonim, 2012).
2.4.2 Jenis-Jenis Insektisida
Adapun jenis insektisida untuk pengendalian vector adalah: (Anonim,
2012)
1. Organofosfat (OP)
Insektisida ini bekerja dengan menghambat enzim kholinesterase. OP
banyak digunakan dalam kehiatan pengendalian vector, baik untuk space
spraying, IRS, maupun larvasidasi. Contoh: malation, fenitrotion, temefos,
metil-pirimifos, dan lain-lain.
2. Karbamat
Cara kerja insektisida ini identik dengan OP, namun bersifat reversible
(puloh kembali) sehingga relative lebih aman dibandingkan OP. Contoh:
Bendiocarb, propoksur, dan lain-lain.
3. Piretroid (SP)
Insektisida ini lebih dikenal sebagai synthetic pyretroid (SP) yang bekerja
mengganggu sistem syaraf. Golongan SP banyak digunakan dalam
pengendalian vector untuk serangga dewasa (space spraying dan IRS),
kelambu celup atau Insecticide Treated Net (ITN), Long Lasting Insectisidal
(LLIN), dan berbagai formulasi Insektisida rumah tangga. Contoh:

12
metoflutrin, transflutrin, d-fenotrin, lamda-sihalotrin, permetrin, sipermetrin,
deltametrin, etofenproks, dan lain-lain.
4. Insect Growth Regulator (IGR)
Kelompok senyawa yang dapat mengganggu proses perkembangan dan
pertumbuhan serangga.
5. Mikroba
Kelompok Insektisida ini berasal dari mikroorganisme yang berperan
sebagai insektisida. Contoh: Bacillus thuringiensis var israelensis (Bti),
Bacillus sphaericus (BS), abamektin, spinosad, dan lain-lain.
BTI bekerja sebagai racun perut, setelah tertelan Kristal endotoksin
larut yang mengakibatkan sel epitel rusak dan serangga berhenti makan lalu
mati. BS bekerja sama dengan BTI, namun bakteri ini diyakini mampu
mendaur ulang diri di air akibat poliferasi dari spora dalam tubuh serangga,
sehingga mempunyai residu jangka panjang. BS stabil pada air kotor atau air
dengan kadar bahan organik tinggi.
Abamektin adalah bahan aktif insektisida yang dihasilkan oleh bakteri
tanah Streptomyces avermitillis. Sasaran dari abamektin adalah reseptor γ-
aminobutiric acid (GABA) pada sistem saraf tepi. Insektisida ini merangsang
pelepasan GABA yang mengakibatkan kelumpuhan pada serangga. Spinosad
dihasilkan dari fermentasi jamur aktinomisetes Saccharopolyspora spinosa,
sangat toksik terhadap larva aedes dan anopheles dengan residu cukup lama.
Spinosad bekerja pada postsynaptic nicotinic acetylcholine dan GABA
reseptor yang mengakibatkan tremor, paralisis dan kematian serangga.
6. Neonikotinoid
Insektisida ini mirip dengan nikotin, bekerja pada sistem saraf pusat
serangga yang menyebabkan gangguan pada reseptorpost synaptic
acetilcholin. Contoh: imidakloprid, tiametoksan, klotianidin dan lain-lain.
7. Fenilpirasol
Insektisida ini bekerja memblokirmcelah klorida padaneuron yang diatur
oleh GABA, sehingga berdampak perlambatan pengaruh GABA pada sistem
saraf serangga. Contoh: fipronil dan lain-lain
13
8. Nabati
Insektisida nabati merupakan kelompok insektisida yang berasal daari
tanaman. Contoh: piretrum atau piretrin, nikotin, rotenone, limonene,
azadirachtin, sereh wangi dan lain-lain.
9. Repelen
Repelen adalah bahan yang diaplikasikan langsung kekulit, pakiaian atau
lainnya untuk mencegah kontak dengan serangga. Contoh: DEET,
etil-butil-asetilamino propionate dan ikardin. Repelen dari bahan alam adalah
minyak sereh/sitronela (citronella oil) dan minyak eukaliptus (lemon
eucalyptus oil).
2.4.3 Bentuk dan Sifat Insektisida
1. Bentuk Insektisida
Umumnya bentuk insektisida terdiri dari empat golongan sebagai berikut
(Siregar, 2008):
1. Dust (serbuk) berkode “D”
Dapat ditaburkan pada tanaman yang terserang hama atau dilarutkan dalam
air untuk selanjutnya dimanfaatkan dalam penyemprotan-penyemprotan.
2. Emulsion concentrated (cairan) berkode “EC”
Dibuat secara cairan yang dilarutkan dalam sejenis minyak. Penggunaanya
harus dilarutkan dalam air a gar tercapai kepekatan tertentu sesuai dengan
kebutuhan.
3. Granular (butiran) berkode “G”
Digunakan dengan menaburkan diatas larikan-larikan tanah atau pada tanah
sekitar tanaman, kemudian ditutup atau ditimbun tanah. Pada waktu
terjadinya hujan atau saat penyiraman, butiran ini akan hancur dan meresap
kedalam tanah sehingga hama akan terbasmi.
4. Fumigan (gas/asap) berkode “F”
Digunakan dalam penyemprotan/fumigasi untuk membasmi hama tanaman
missalnya BHC Methylbromida dan lain-lain.

14
2. Sifat Insektisida
Sifat insektisida dapat dikategorikan dalam Sembilan golongan berikut
(Siregar, 2008):
1. Yang melakukan kontak dan racun kontak segera bereaksi pada urat saraf
serangga atau hama tanaman sehingga menimbulkan kematian,
2. Yang mematikan lambung dan racun perut segera bereaksi pada alat
pencernaan serangga atau hama tanaman sehingga menimbulkan kematian,
3. Yang menggangu atau mematikan sistem pernafasan serangga atau hama
tanaman,
4. Yang efek residunya tahan lama, insektisida ini yang disemprotkan daya
bunuhnya tetap akan aktif walaupun disemprotkan hanya satu kali yang
bertahan sampai satu minggu,
5. Insektisida yang sistemik, apabila dilarutkan akan diserap oleh tanaman
sehingga hama tanaman yang menghisap zat cair akan mati,
6. Yang daya penyerapan atau pemasukannya kedalam jaringan daun lebih aktif
daripada insektisida lainnya,
7. Insektisida yang dapat mematikan bakal serangga atau ulat sejak masih
dalam kandungan telur (ovisda),
8. Insektisida yang khusus dapat mematikan tungau (acarisida),
9. Insektisida yang dapat mematikan nematode (nematisida).
2.4.4 Cara Kerja Insektisida
Cara kerja Insektisida dalam tubuh serangga dikenal mode of action.
Mode of action adalah kemampuan pestisida dalam mematikan hama atau
penyakit sasaran menurut cara masuknya bahan beracun ke jasad hama atau
penyakit sasaran dan menurut sifat dari bahan kimia tersebut (Hudayya dkk.
2012).
Cara kerja insektisida yang digunakan dalam pengendaliaan vector terbagi
dalam 5 kelompok yaitu (Anonim, 2012):
1. Mempengaruhi sistem saraf,
2. Menghambat produksi energy,
3. Mempengaruhi sistem endokrin,
15
4. Menghambat produksi kutikula, dan
5. Menghambat keseimbangan air.
Pengetahuan mengenai cara kerja ini bermanfaat bagi para pelaku
pengendalian veektor dalam memilih dan merotasi insektisida yang ada untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam rangka pengelolaan resistensi (resistance
management).
Berdasarkan cara masuknya ke dalam jasad sasaran, insektisida
digolongkan menjadi (Hudayya dkk. 2012):
1. Racun perut/lambung merupakan bahan beracun pestisida yang dapat
merusak sistem pencernaan jika tertelan oleh serangga
2. Racun kontak merupakan bahan beracun pestisida yang dapat membunuh
atau mengganggu perkembangbiakan serangga, jika bahan beracun tersebut
mengenai tubuh serangga.
3. Racun nafas merupakan bahan racun pestisida yang biasanya berbentuk gas
atau bahan lain yang mudah menguap (fumigan) dan dapat membunuh
serangga jika terhisap oleh sistem pernafasan serangga tersebut.
4. Racun saraf merupakan pestisida yang cara kerjanya mengganggu sistem
saraf jasad sasaran.
5. Racun protoplasmik merupakan racun yang bekerja dengan cara merusak
protein dalam sel tubuh jasad sasaran.
6. Racun sistemik merupakan bahan racun pestisida yang masuk ke dalam
sistem jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman,
sehingga bila dihisap, dimakan atau mengenai jasad sasarannya bisa
meracuni.

16
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas
Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. Waktu penelitian
berlangsung dari November 2016 sampai dengan Januari 2017.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Aluminium
Foil, Batang pengaduk, botol vial, cawan porselin, evaporator, gelas kaca, gelas
kimia (pyrex), gelas ukur (pyrex), gunting, kain saring, kulkas, kurungan nyamuk
ukuran 20x20x20 cm, penjepit tabung reaksi, pipet tetes, pisau, rak tabung reaksi,
sendok tanduk, sikat tabung, tabung reaksi (pyrex), timbangan Ohaus, toples,
wadah stainless.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunkan dalam penelitian ini antara lain : Alkohol,
aquadest, simplisia daun seledri (Apium graveolens Linn.), kertas saring, pelarut
metanol 70% dan tissue.
3.3 Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah nyamuk.
3.4 Tahapan Kerja
3.4.1 Pengambilan Sampel
Sampel daun seledri (Apium graveolens Linn.) diambil di Kecamatan
Tenggela, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Waktu pengambilan sampel
dilakukan pada pagi hari pukul 07:00 - 09:00 WITA. Seledri (Apium graveolens
Linn.) dicabut beserta akarnya kemudian dicuci dengan air yang mengalir
sehingga kotoran dan sisi-sisa tanah yang masih menempel pada akar seledri
tidak mengenai bagian yang lain dan di letakkan diwadah yang bersih.
3.4.2 Pengolahan Daun Seledri (Apium graveolens Linn.)
Seledri (Apium graveolens Linn.) yang sudah dipanen dicuci kembali
untuk meneghilangkan kotoran dan sisa-sisa tanah yang masih melekat pada daun

17
seledri (Apium graveolens Linn.) selama proses pengambilan, setelah itu daun
dipisahkan dari tangkainya dan dilakukan sortasi basah dengan memilih daun
yang masih segar dan tidak rusak, kemudian daun seledri dikeringkan di ruang
yang terbuka dengan cara di angin-anginkan. Pengeringan dilakukan sampai daun
benar-benar kering sehingga kandungan air dalam daun seledri habis, setelah
kering daun seledri (Apium graveolens Linn.) di sortasi kering untuk memilih
daun yang masih bagus, dan kemudian dibentuk haksel dan disimpan dalam map
coklat.
3.4.3 Pembuatan Ekstrak Daun Seledri (Apium graviolens L.)
Menurut Choochote dkk (2004) Simplisia daun seledri (Apium graveolens
Linn.) yang diperoleh diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan
ketentuan kering sebanyak 2 kg diekstraksi tiga kali berturut-turut, dengan 3 L
etanol 95% pada suhu kamar selama 2 hari. Pada penelitian ini digunakan sampel
kering daun sebanyak 150 g diekstrasi menggukan metanol 70% sebanyak 2,1 L
selama 2 hari berturut-turut. Hasil ekstrasi yang diperoleh menurut Aminah (2008)
disevaporasi pada suhu 60 oC supaya tidak merusak bahan aktif, dan akhirnya
akan diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental yang diperoleh kemudian dihitung persen rendamennya
dengan cara :
Berat ekstrak yang diperoleh
Rendemen = x 100 %
Berat simplisia awal

3.4.4 Uji Skrining


Uji skrining merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui kandungan
senyawa kimia spesifik seperti minyak atsiri dan Flavonoid secara kualitatif.
Metode yang digunakan yaitu metode yang dikemukakan Harbone (1987)
(Yousmillah, 2003).
Uji Minyak Atsiri: Sampel serbuk diekstraksi dengan 20 ml eter
selanjutnya ekstrak eter yang terjadi dipanaskan, bila terbentuk bau/aroma yang
khusus, maka dilarutkan dengan 5 ml etanol. Jika baunya tetap maka hal tersebut
menunjukan adanya senyawa golongan minyak atsiri.

18
3.4.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens
Linn.)
Konsentrasi ekstrak Seledri (Apium graveolens Linn.) yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu 5%, 10% dan 15% b/v. Menurut Choochote dkk,
konsentrasi yang digunakan yang memenuhi LD50 dan LD95 yaitu 6.6 dan 66.4
mg/cm2. Untuk membuat larutan ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.)
dengan konsentrasi 5% b/v, ditimbang ekstrak kental daun seledri (Apium
graveolens Linn.) sebanyak 5 g kemudian dilarutkan sedikit demi sedikit dalam
air telah dipanaskan sebelumnya dengan suhu 65oC. selanjutnya dicukupkan
hingga 100 mL. Kemudian dimasukkan kedalam botol semprot. Untuk
konsentrasi 10% dan 15% dilakukan hal sama dengan konsentrasi 5% b/v.
Untuk kontrol positif digunakan Baygon semprot dan untuk kontrol negatif
digunakan air
3.4.6 Uji Aktivitas Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens Linn.) terhadap
Nyamuk
Uji aktivitas ekstrak daun seledri dilakukan dengan cara di semprotkan
pada nyamuk yang berada dalam kurungan. Dengan ketentuan menurut
Yousmillah (2013) kurungan yang digunakan berukuran 20x20x20 cm, kurungan
dibuat sebanyak 5 buah. Setiap kurungan berisi 10 ekor nyamuk dewasa betina.
Nyamuk yang sudah terisi didalam kurungan disemprotkan dengan larutan
uji yang terdiri dari : Kurungan I disemprotkan dengan air sebagai kontrol negatif,
kurungan II disemprotkan dengan Baygon semprot sebagai kontrol positif
sedangkan kurungan III, IV dan V sebagai kelompok perlakuan uji ekstrak daun
seledri (Apium graveolens Linn.) dengan masing-masing perlakuan diulangi
sebanyak 3 kali sehingga total perlakuan sebanyak 15 kali perlakuan.
Penyemprotan dilakukan dengan cara memasukan masing-masing larutan
kedalam botol semprot baik air sebagai kontrol negatif, baygon sebagai kontrol
positif serta masing-masing larutan ekstrak 5% b/v, 10% b/v dan 15% b/v.
Penyemprotan pada setiap kurungan dilakukan sebanyak 8 kali semprotan
yaitu 2 kali dari sisi kiri kandang, 2 kali dari sisi kanan kandang, 2 kali dari depan
kandang dan 2 kali dari belakang kandang.

19
3.4.7 Pengamatan Waktu dan Kematian Nyamuk
Pengamatan waktu dan kematian nyamuk di dalam kurungan dilakukan
pada tiap masing-masing kurungan, pengamatan dilakukan setiap 2 menit sampai
20 menit. dihitung jumlah nyamuk mati. Hasil penghitungan dimasukkan dalam
tabel. Kemudian dilanjutkan pengamatan selama 24 jam untuk mengetahui
kematian nyamuk secara keseluruhan. Menurut Kandita, R.T dkk (2015)
Kematian nyamuk akibat ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens L.)
dapat dihitung dengan ketentuan, apabila jumlah kematian nyamuk pada
kelompok kontrol negatif kurang dari 5% maka diabaikan, jika persentase
mortalitas kematian nyamuk kontrol negatif lebih dari 20% maka pengujian
dianggap gagal dan harus diulang kembali. Apabila mortalitas nyamuk kontrol
sebesar 5-20% maka dilakukan koreksi persentase dengan menggunakan rumus
Abbot :

Po − Pc
P = ------------- × 100%
100 − Pc

P : Persentasi mortalitas setelah koreksi


Po : Persentasi mortalitas kematian nyamuk uji
Pc : Persentasi mortalitas kematian nyamuk kontrol

3.5 Analisis Data


Setelah diperoleh data dari penelitian dilakukan analisis data secara
statistika dengan ANOVA one way dengan tingkat kepercayaan 99% untuk
melihat perbedaan yang signifikan disetiap perlakuan. Uji statistic anova
ditentukan nilai signifikan (α) yang diperoleh. Nilai α yang diperoleh <0.01
menunjukan adanya aktivitas insektisida yang berbeda pada setiap konsentrasi
larutan uji. Kemudian di uji post hoc test untuk membuktikan hasil yang
diperoleh pada analisis varian Anova.

20
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Presentase Rendamen
Pengujian efektivitas insektisida pada ekstrak daun seledri belum banyak
dilakukan sebelumnya. Perhitungan rendemen ekstrak kasar dilakukan untuk
mengetahui jumlah senyawa yang dapat terekstrak oleh pelarut tertentu.Ekstrak
tersebut kemudian dilakukan uji fitokimia secara kualitatif. Penentuan persen
rendamen berdasarkan Ditjen POM (2000) yaitu berkisar 10%-15%. Ekstrak
kental yang di peroleh dari proses ekstraksi haksel daun seledri (Apium
graveolens L.) menggunakan metode maserasi sebanyak 18.13 gram dengan
persentase rendamen sebesar 12.09 %, dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 4.1 Hasil Perhitungan Persen Rendamen Ekstrak Metanol Daun Seledri
Berat Sampel
Haksel Daun Pelaru Metanol Berat Ekstrak Rendamen
Seledri (mL) (g) (%)
(g)
150 2100 18.13 12.09
Berdasarkan persyaratan range persen rendamen oleh Ditjen POM (2000)
menunjukkan bahwa proses ekstraksi telah memenuhi syarat dan dapat dikatakan
ekstraksi telah berlangsung dengan baik.
4.1.2 Skrining Fitokimia
Pengujian skrining fitokimia dilakukan dengan melakukan penambahan
beberapa pereaksi pada ekstrak dan memberikan hasil yang positif, ditandai
dengan adanya perubahan warna maupun bau yang khas.
Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia Senyawa Minyak Atsiri Pada Daun Seledri
(Apium graveolens Linn.)
Sampel Pereaksi Hasil Senyawa
Daun Seledri Eter + Etanol + Bau/Aroma Positif (+)
(Apium graveolens Pemanasan Harum yang Khas Minyak Atsiri
Linn.)
Pengujian skrining fitokimia yang diharapkan mendapatkan hasil positif yang
terkandung dalam ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens L.) yaitu
21
senyawa minyak atsiri. Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia yang menunjukan
bahwa adanya senyawa minyak atsiri yang terkandung dalam seledri (Apium
graveolens L.) maka dapat dilakukan pengujian ekstrak metanol daun seledri
sebagai Insektisida nyamuk.
4.1.3 Uji Insektisida Terhadap Nyamuk
Pengujian mengenai pengaruh ekstrak metanol daun seledri (Apium
graveolens) sebagai insektisida terhadap nyamuk, menunjukkan hasil adanya
mortalitas kematian nyamuk setelah diberi perlakuan ekstrak metanol daun
seledri dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Masing-masing konsentrasi yang
disemprotkan diamati setiap 2 menit sampai menit ke 20, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.3 Jumlah Rata-rata Kematian Nyamuk Pada Setiap Perlakuan/(sekon)
Uji Aktivitas Insektisida Ekstrak Metanol Daun Seledri (Apium
graveolens L.)
Perlakuan Kontrol Kontrol Konsentrasi
(menit) Positif Negatif 5% 10% 15%
2 10 0 2 3 5
4 - 0 4 5 6
6 - 0 4 6 7
8 - 0 5 6 8
10 - 0 6 7 8
12 - 0 6 7 8
;14 - 0 7 8 9
16 - 0 8 9 10
18 - 0 9 10 -
20 - 0 10 - -
Huruf superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% (p<0.01).
Menurut Widiarti, Damar TB, Barodji, Mujiyono (2005) Tingat kerentanan
vektor ditentukan berdasarkan persentase kematian nyamuk uji setelah periode
pengamatan/pemeliharaan 24 jam yaitu:

22
jumlah nyamuk yang mati
% Kematian = ----------------------------------- × 100%
jumlah nyamuk yang diuji
Keterangan:
1. kematian nyamuk uji < 90% dinyatakan resisten tinggi
2. kematian nyamuk uji 90 - <98 % adalah resisten moderat
3. sedangkan kematian 98 - 100 % adalah rentan
catatan:
Jika hasil uji 90 – < 98 % maka dicurigai adanya resisten genetik
sehingga perlu dilakukan uji lanjutan secara genetik/biokimia.
Dapat dilihat pada tabel berikut bahwa ekstrak metanol daun seledri sangat
rentan terhadap kematian nyamuk
Tabel 4.4 Presentase Kematian Nyamuk Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Daun
Seledri (Apium graveolens L.)
%Kematian Nyamuk Pada Tiap Konsentrasi
Perlakuan Jumlah
(Menit) nyamuk uji Kontrol Kontrol
5% 10% 15%
Positif Negatif
2 10 100% 0 20% 30% 50%
4 10 0 0 40% 50% 60%
6 10 0 0 40% 60% 70%
8 10 0 0 50% 60% 80%
10 10 0 0 60% 70% 80%
12 10 0 0 60% 70% 80%
14 10 0 0 70% 80% 90%
16 10 0 0 80% 90% 100%
18 10 0 0 90% 100%
20 10 0 0 100%
Perbedaan konsentrasi 5%, 10% dan 15% dapat memberikan kematian
pada nyamuk sebesar 100% pada setelah 20 menit. Namun, kematian nyamuk
tersebut pada waktu yang berbeda yang dapat dilihat pada tabel 4.3. Dimana,
konsentrasi 15% lebih cepat memberikan kematian sebesar 100% pada menit ke
16 sedangkan konsentrasi 5 dan 10% dapat memberikan kematian 100% pada
menit ke 18 dan 20.

23
Hasil uji perlakuan yang dilakukan menunjukan adanya aktivitas
insektisida dari ekstrak metanol daun seledri pada setiap perbedaan konsentrasi,
dimana pada konsentrasi 15% menunjukan aktvitas insektisida tertinggi dengan
rata-rata pada menit ke 15 jumlah kematian berjumlah 10 berbeda dengan
konsentrasi 5% dan 10% yang menunjukan aktivitas insektisida pada menit ke
20. dari hasil uji perlakuan menunjukan bahwa ekstrak metanol daun seledri
rentan terhadap nyamuk
4.1.4 AnalisisData
Data hasil uji aktivitas insektisida di analisis secara statistika untuk
melihat perbedaan yang signifikan disetiap perbedaan masing-masing konsentrasi
larutan uji. Analisis statistic menggunakan anova berdasarkan nilai signifikan (α)
yang diperoleh α<0.01.
Tabel 4.5 Hasil Uji Anova One Way Aktivitas Insektisida Ekstrak Metanol
Daun Seledri (Apium graveolens L.)

ANOVA
Kons.
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 122.033 9 13.559 10.994 .000
Within Groups 24.667 20 1.233
Total 146.700 29
Berdasarkan hasil uji One Way Anova menunjukan aktivitas insektisida
ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens L.) memiliki perberbedaan yang
nyata pada setiap masing-masing konsentrasi pada taraf 5% dengan p<0.01 atau
signifikan.
Tabel 4.6 Rerata dan standar deviasi nilai keragaman terhadap kematian nyamuk
pada kelompok perlakuan dan kontrol (sekon)
Sumber Mean
df squares f value Pr>f
keragaman square
model 9 122.033 13.559 10.994 <.00001
error 20 24.667 1.233
Corrected total 29 146.700
Hasil Rerata dan standar deviasi menunjukkan nilai F = 10.994 dengan
nilai signifikasi sebesar 0,0001 (sig < 0.01) yang artinya bahwa terdapat pengaruh

24
konsentrasi ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens) sebagai insektisida
terhadap nyamuk.
Berdasarkan hasil uji regresi aktivitas ekstrak metanol daun seledri (Apium
graveolens L.) sebagai insektisida terhadap motalitas nyamuk pada
masing-masing dapat dilihat pada lampiran 6.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Proses ekstraksi
Pada penilitian ini proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut metanol. Penggunaan metode maserasi ini berdasarkan
pada jenis sampel daun seledri (Apium graveolens L.) yang memiliki tekstur
lunak. Selain itu menurut Bombaderlli (1991), digunakan pelarut metanol sebagai
cairan penyari karena metanol digunakan banyak peneliti untuk mengekstrak
suatu senyawa dan diketahui memiliki kelebihan sebagai pelarut yang bersifat
universal yang dapat mengikat komponen kimia sehingga dapat melarutkan analit
baik yang bersifat semi polar, polar dan nonpolar pada tumbuhan. Proses
ekstraksi dilakukan dengan merendam sampel haksel daun seledri (Apium
graveolens L.) sebanyak 150 gram ke dalam 2100 mL pelarut metanol 70%
sambil diaduk selama 24 jam. Pengadukan yang dilakukan selama proses
ekstraksi membantu untuk mempercepat proses ekstraksi sehingga senyawa
terekstrak dengan sempurna. Menurut Choochote dkk (2004) proses ekstraksi
dilakukan selama 2 hari berturut-turut.
Setelah itu hasil ekstraksi di saring menggunakan bahan penyaring untuk
memisahkan filtrat dan residu. Filtrat yang didapatkan selanjutnya dievaporasi
(diuapkan) dengan tujuan untuk memisahkan pelarut dari ekstraknya. Suhu yang
digunakan dalam proses evaporasi (penguapan) menurut Aminah (2008) pada
suhu 60 oC atau dibawah titik didih senyawa untuk menjaga senyawa dengan
titik didih rendah yang ada dalam ekstrak tidak mengalami degradasi dan tidak
merusak bahan aktif. Setelah dievaporasi akan menghasilkan ekstrak kental
berwarna kuning kecoklata. Ekstrak kental yang didapat seberat 18.13 gram
dengan persen rendamen sebesar 12.09%. Proses maserasi ini dapat dikatakan
proses ekstraksi yang sempurna karena berdasarkan Ditjen POM (2000)
25
penentuan proses ekstraksi yang baik berada pada range persen rendamen
berkisar 10%-15%.
4.2.2 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
kandungan senyawa kimia secara kualitatif yang terdapat pada tanaman.
Pengujian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya senyawa minyak atsiri di
dalam daun seledri.
Pada penelitian ini uji skrining fitokimia dilakukan dengan cara ekstrak
kental daun seledri ditambahkan 20 ml eter, selanjutnya ekstrak eter yang terjadi
dipanaskan, bila terbentuk bau/aroma yang khusus, maka dilarutkan dengan 5 ml
etanol dan dipanaskan kembali. Hasil pemanasan mengeluarkan aroma bau harum
yang khas menunjukan adanya minyak atisiri.
Berdasarkan gambar 4.1 setelah dipanaskan ekstrak kental daun seledri
mengeluarkan bau aroma harum yang khas sehingga membuktikan adanya
kandungan minyak atsiri didalam ekstrak methanol daun seledri (Apium
graveolens L.). Menurut Al-snafi (2014) seledri mengandung senyawa minyak
atsiri sebanyak 2,5-3,5%.
Senyawa minyak atsiri merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder
yang terdapat pada daun seledri yang dapat berperan memberikan aktivitas
pembunuh terhadap nyamuk. Senyawa minyak atsiri merupakan senyawa
menguap yang dapat berperan sebagai insektisida terhadap nyamuk yang bersifat
racun pernafasan. Minyak atsiri mampu bekerja sebagai racun pada larva maupun
nyamuk baik sebagai racun kontak maupun racun perut (Handayani, 2013).
4.2.3 Uji Insektisida Terhadap Nyamuk
Uji aktivitas Insektisida dilakukan untuk mengetahui besar kemampuan
dari daun seledri (Apium graveolens L.) untuk membunuh nyamuk. Uji dilakukan
berdasrkan standar WHO dengan pengamatan dilakukan selama 20 menit.
Uji aktivitas ekstrak daun seledri dilakukan dengan cara menyiapkan
kurungan yang berukuran 20x20x20 cm, kurungan dibuat sebanyak 5 buah.
Setiap kurungan berisi ±10 ekor nyamuk dewasa untuk 1x kali pengujian
(Yousmillah, 2013). Pengujian menurut WHOPES (2009) dilakukan minimal
26
dengan 3 kali pengulangan. Untuk mendapatkan hasil yang baik pengujian kedua
dan ketiga dilakukan pada hari yang berbeda, yaitu hari berikutnya pada waktu
uji yang sama dengan nyamuk yang digunakan pada setiap ulangan merupakan
sampel yang berbeda dari sampel nyamuk yang digunakan pada pengujian
sebelumnya sehingga total seluruh nyamuk yang digunakan ± 150 ekor nyamuk.
Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan ekstrak
daun Seledri (Apium graveolens Linn.) konsentrasi 5%, 10% dan 15% b/v.
Pembuatan larutan ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.) dengan
konsentrasi 5% b/v, ditimbang ekstrak kental daun seledri (Apium graveolens
Linn.) sebanyak 5 gram, kemudian dilarutkan sedikit demi sedikit dalam air telah
dipanaskan sebelumnya dengan suhu 65oC. selanjutnya dicukupkan hingga 100
mL. Kemudian dimasukkan kedalam botol semprot. Untuk konsentrasi 10% dan
15% dilakukan hal sama dengan konsentrasi 5% b/v. Untuk kontrol positif
digunakan Baygon semprot sedangkan kontrol negatif digunakan air.
Setelah pembuatan konsetrasi siap penyemprotkan pada nyamuk yang
berada dalam kurungan dilakukan pada malam hari. Hal ini disebabkan jenis
nyamuk yang tidak tahan terhdap pemanasan sehingga dilakukan pada malam
hari untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Penyemprotan dilakukan dengan
cara memasukan masing-masing larutan uji konsentrasi 5% b/v, 10% b/v dan
15% b/v kedalam botol semprot baik air sebagai kontrol negatif, baygon sebagai
kontrol positif. Nyamuk yang sudah terisi didalam kurungan disemprotkan
dengan larutan uji yang terdiri dari : Kurungan I disemprotkan dengan air sebagai
kontrol negatif, kurungan II disemprotkan dengan Baygon semprot sebagai
kontrol positif sedangkan kurungan III, IV dan V sebagai kelompok perlakuan uji
ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.). Penyemprotan pada setiap
kurungan dilakukan sebanyak 8 kali semprotan yaitu 2 kali dari sisi kiri kandang,
2 kali dari sisi kanan kandang, 2 kali dari depan kandang dan 2 kali dari belakang
kandang.

27
Gambar 4.1: Proses penyemprotan larutan dari masing-masing sisi

Setelah dilakukan penyemprotan dilakukan Pengamatan waktu dan


kematian nyamuk di dalam kurungan dilakukan pada tiap masing-masing
kurungan, pengamatan dilakukan setiap 2 menit sampai 20 menit. Hasil
pengamatan pada masing-masing perlakuan dihari yang berbeda seperti yang
tertera pada tabel 4.3.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan rerata fungsi
insektisida antara kelompok ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens) 5%,
10% dan 15%. Peningkatan rerata insektisida disebabkan karena adanya
peningkatan konsentrasi ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens) dan
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi, semakin besar kadar
bahan aktif yang berfungsi sebagai anti nyamuk. Daya insektisida ekstrak
metanol daun seledri (Apium graveolens) disebabkan oleh kandungan senyawa
kimiawi minyak atsiri 0,33%. Wijayanti dan Mulyaningsih (1997), menyatakan
bahwa minyak atsiri memiliki daya repelan terhadap nyamuk dengan durasi 1 jam
dalam konsentrasi 25%. Senyawa minyak atsiri merupakan senyawa menguap
yang dapat berperan sebagai insektisida terhadap nyamuk yang bersifat racun
pernafasan. Minyak atsiri mampu bekerja sebagai racun pada larva maupun
nyamuk baik sebagai racun kontak maupun racun perut (Handayani, 2013).
Menurut Cania dan Setyaningrum (2010), ekstrak bekerja dengan masuk
ke dalam tubuh larva melalui sistem pernafasan yang kemudian akan
menimbulkan kerusakan pada sistem pernafasan. Gandahusada (2000)
menyatakan cara masuknya racun ke dalam tubuh serangga dibagi dalam tiga
cara,yaitu: racun kontak (contact poison), racun perut (stomach poison) dan racun
pernapasan (fumigants). Pada penelitian ini, zat ekstraktif daun seledri ini

28
digunakan sebagai racun pernapasan terhadap nyamuk, yaitu melalui proses
penyemprotan ekstrak metanol daun seledri yang memiliki aroma yang tajam
dan bau yang khas pada konsentrasi tertentu. Pengunaan zat ekstraktif daun
seledri sebagai racun pernapasan bertujuan untuk menghindari kontak secara
langsung dengan manusia.
4.2.4 Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan semakin tinggi konsentrasi maka semakin
tinggi pula rata-rata kematian nyamuk. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula kandungan bahan aktif
yang ada pada ekstrak daun seledri. Selain itu, waktu/lama kontak dengan bahan
uji juga berpengaruh terhadap kematian nyamuk. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin lama waktu kontak nyamuk terhadap ekstrak daun seledri yang diberikan
maka jumlah kematian nyamuk semakin meningkat. Semakin lama waktu
perlakuan, persentase kematian nyamuk semakin tinggi atau semakin cepat, hal
ini menunjukkan adanya peningkatan yang bervariasi sesuai besarnya konsentrasi,
sehingga kematian nyamuk berbanding lurus dengan lama waktu kontak dan
besarnya konsentrasi yang diberikan (Widajat et al. 2008 ; Wardani et al. 2010).
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan One-Way Anova
menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun seledri konsentrasi 5%, 10% dan 15%
berpengaruh dalam membunuh nyamuk. Hasil uji One Way Anova menunjukan
aktivitas insektisida ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens L.) memiliki
perberbedaan yang signifikan pada setiap masing-masing konsentrasi pada taraf
5% dengan p<0.01 yaitu α=0.0001 seperti yang tertetera pada tabel 4.5 dan tabel
4.6. Hasil analisis data dengan Post-Hoc Tukey’s test, menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan konsentrasi 5%, 10% dan 15% . Hasil penelitian ini menunjukkan
ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens) konsentrasi 5%, 10% dan 15%
mempunyai daya insektisida terhadap nyamuk.
Berdasarkan hasil uji regresi insektisida nyamuk pada kurva Gambar 4.2,
Gambar 4,3 dan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa ekstrak seledri pada
konsentrasi 5% dan 10 % menunjukkan persentase kematian nyamuk terendah
29
dengan lama kontak 20 menit. Sementara itu, konsentrasi 15%
menyebabkan kematian tertinggi dengan lama kontak 16 menit. Hasil kurva
diatas menunjukkan bahwa insektisida ekstrak metanol daun seledri dengan
konsentrasi 5 %, 10% dan 15% meningkat secara signifikan dari 2 - 20 menit.
Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan yang sangat nyata antar
kelompok perlakuan (sig < 0,01) yang disebabkan karena aktivitas insektisida
nyamuk ekstrak metanol daun seledri berbanding lurus dengan konsentrasinya.
Penelitian ini membuktikan bahwa golongan senyawa kimia yang terdapat dalam
daun seledri dapat membunuh nyamuk.

30
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengujian aktivitas
ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolnes Linn) pada konsentrasi 5%, 10%
dan 15% dapat bekerja sebagai insektisida pembunuh nyamuk. Perbedaan
konsentrasi yang dilakukan memberikan varian waktu yang berbeda terhadap
jumlah nyamuk yang mati. Perbedaan terlihat pada konsentrasi 15% dapat
membunuh seluruh nyamuk pada menit ke 16, sedangkan konsentrasi 5% menit
ke-20 dan 10% pada menit ke 18.
5.2 Saran
a) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui varian konsentrasi
yang dapat memberikan dampak waktu kematian tercepat dari ekstrak
metanol daun seledri (Apium graveolens Linn.) sebagai insektisida dalam
mematikan nyamuk
b) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan formulasi ekstrak
ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens Linn.) dalam bentuk sediaan
sebagai insektisida hayati yang lebih aplikatif sehingga penggunaannya lebih
mudah dan praktis.
c) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas ekstrak
ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens Linn.) sebagai insektisida
hayati pada ruang yang lebih luas atapun pada ruang terbuka.

31
DAFTAR PUSTAKA

Al-Snafi, A.E.2014.International Journal for Pharmaceutical Research Scholars,


The Pharmacology of Apium graveolens.Department of Pharmacology.
College of Medicine. Thi qar University. Nasiriyah

Aminah, L. 2008. Efek Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium graveolens Linn.)
terhadap Kadar Kolesterol dan Non HDL-Kolesterol Tikus Tua.
Universitas Islam Malang. Malang

Andriani, L dkk. 2015. Uji Aktivitas Larvasida Terhadap Larva Culex sp dan
Aedes sp Dari Ekstrak Daun Alpukat. STIKES Harapan Ibu. Jambi

Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat dan Makanan.
Direktorat Jendral POM-Depkes RI. Jakarta

Anonim. 2006. Acuan Sediaan Herbal Volume 2 edisi 1. Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta

Anonim. 2012. Pedoman Penggunaan Insektisida (Perstisida) Dalam


Pengendalian Vektor. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Arisandi,R dkk. 2016. Seledri (Apium graveolens L) sebagai Agen Kemopreventif


bagi Kanker. Fakultas kedokteran. Universitas Lampung

Astarina, N. W. G., Astuti, K. W., Warditiani, N. K. 2013. Skrining Fitokimia


Ekstrak Metanol Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurusan
Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Udayana

Atun, S. 2010. Pemanfaatan Bahan Alam Indonesia menuju Riset yang


berkualitas Internasional. FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta

Barnes, J. Anderson, L.A. and Phillipson, J.D. 2007. Herbal Medicines Third
edition. Published by The Pharmaceutical Press. 1 Lambeth High Street,
London

Choochote, W dkk. 2004. Potensial of Crude Seed Extract of Celery (Apium


graveolens L.) againt The Mosquito Aedes aegypti L. (Diptera: Culicidae).
Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Ciang May Universitiy.
Thailand

English, L.M. 2011. Organic Gardening-Natural Insecticides. New Mexico State


University. Mexico

32
Fazal, S.S and Singla, R.K. 2012. Review on The Pharmacognostical and
Pharmacological Characterization of Apium graveolens Linn. Indo
Global Journal of Pharmaceutical Science, Sadbhavna College of
Management and Technology. India

Handayani, dkk. 2013. Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper batle L.) sebagai
Bioinsektisida terhadap Kematian Nyamuk Aedes aegypti. FKM UNHAS.
Makassar

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia & Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan K Padmawinata & I. Sudiro. Penerbit ITB.
Bandung

Harfriani, H. 2012. Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Sirsak Dalam Membunuh


Jentik Nyamuk. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri
Semarang. Semarang

Hudayya, A dan Jayanti, H. 2012. Pengelompokkan Pestisida Berdasarkan Cara


Kerjanya (Mode of Action). Yayasan BINA TANI Sejahtera. Bandung
Barat

Jacob, A dkk. 2014. Ketahanan Hidup dan Pertumbuhan Nyamuk Aedes sp pada
Jenis Air Perindukan. Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi.
Manado

Kandita, R.T dkk. 2015. Uji Efektivitas Ekstrak Buah Leunca (Solanum Nigrum
L.) sebagai Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti dan Anopheles
Aconitus. Student of Faculty of Medicine. Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Kardinan, A. 2007. Potensi Selasih Sebagai Repellen terhadap Nyamuk Aedes


aegypti. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor

Kurniawati, N. 2010. Sehat & Cantik Alami: Berkat Bumbu Dapur.


(https://books.google.co.id/books?id=FOR8AwAAQBAJ&pg=PT1&dq=
Sehat+%26+Cantik+Alami:+Berkat+Bumbu+Dapur&hl=id&sa=X&redir
_esc=y#v=onepage&q=seledri&f=false) diakses 17 November 2016 pukul
10.00 WITA

Majidah, D. 2014. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.)
terhadap Pertumbuhan Streptococus mutans sbagai Alternatif Obat
Kumur. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember. Jember

Minarni, E dkk. 2013. Daya Larvasida Ekstrak Etil Asetat Daun Kemuning
(Murraya paniculata (L) Jack) Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti.

33
Jurnal Medikal Veterinaria, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Syiah Kuala. Banda Aceh

Noutcha, M.E dkk. 2016. The Role of Plant Essential Oils in Mosquito (Diptera:
Culicidae) Control. Annual Research & Review in Biology
SIENCEDOMAIN International, University of Port Harcourt. Nigeria

Pratama, G.Y. 2015. Nyamuk Anopheles sp Dan Faktor Yang Mempengaruhi Di


Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Fakulty of Medicine, Lampung
University. Lampung

Siregar, A.M. 2008. Insektisida……Perlukah?. Jurnal. Fakultas Pertanian


Universitas Semarang Utara. Medan

Sukandar, E.Y dkk. 2006. Aktivitas ekstrak etanol herba seledri (Apium
graveolens L.) dan daun urang aring (Eclipta prostata L.) terhadap
Pityrosporum ovale. Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung.
Bandung

Tehri, K and Singh, N. 2015. The role of botanicals as green pesticides in


integrated mosquito management – A revie. International Journal of
Mosquito Research 2015, Department of Zoology, Khuruksherta
University. India

Voight, R. 2010. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press. Yogyakarta

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press. Yogyakarta

Widiarti, Damar TB, Barodji, Mujiyono. 2005. Uji Kerentanan Anopheles


aconitus & Anopheles maculatus terhadap Insektisida Sintetik Pyrethroid
di Jawa Tengah dan DIY. J Ekol Kesehat.

Yongkhamcha, B. 2010. Biological Control of Dengue Fever Mosquitoes (Aedes


aegypti L.) by Mintweed (Hyptis suaveolens (L.) Poit), Yam Bean
(Pachyrhizus erosus L.), and Celery (Apium graveolens L.) Seed Extracts.
Suranaree University of Technology. Thailand

Yousmillah, Y. 2003. Identifikasi Golongan Senyawa Aktif dari Ekstrak Rimpang


Kencur sebagai Larvasida dan Insektisida terhadap Nyamuk Aedes
aegypti. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Zeinab, SH. 2014. Insecticidal Bioactivity of Eco-Friendlyplant Origin


Chemicals Against Culex pipiens and Aedes aegypti. Zoology Department
Faculty of Science Mansoura University

34
LAMPIRAN

Lampiran 1
Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Seledri dan Uji Aktivitas
Ekstrak Metanol Daun Seledri (Apium graveolens Linn.) terhadap Nyamuk
Daun Seledri
Sebanyak 100 g
daun seledri kering
Dilarutkan dalam 2
L metanol 70%
Dilakukan selama 2
hari berturut-turut

Filtrat Residu

Dievaporasi
pada suhu 60oC

Air Ekstrak Daun Seledri Baygon Semprot

Dibuat larutan Dibuat larutan Dibuat


dengan konsentrasi larutan
5%, 10% dan 15%

Kontrol Ekstrak Ekstrak Ekstrak Kontrol


Negatif 5% b/v 10% b/v 15% b/v Positif

Disemprotkan
masing-masing pada

HASIL
PENGAMATAN

ANALISIS

KESIMPULAN
35
Lampiran 2
Tabel dan Hasil perhitungan Rendamen Ekstrak Metanol Daun Seledri
(Apium graveolens Linn.)

Berat Sampel
Haksel Daun Pelaru Metanol Berat Ekstrak Rendamen
Seledri (mL) (g) (%)
(g)
150 2100 18.13 12.09

Perhitungan Rendamen
Berat sampel (simplisia daun Berenuk) = 150 gram
Berat ekstrak metanol daun Berenuk yang diperoleh = 18,13 gram

Berat Ekstrak yang Diperoleh


Rendamen = × 100 %
Berat Simplisia Awal

18,13 gram
= × 100 %
150 gram
= 12,09 %

36
Lampiran 3
Tabel Jumlah Kematian Nyamuk Di Setiap Perlakuan
Tabel Jumlah Kematian Nyamuk Pada Perlakuan 1
Konsentrasi
Menit ke-
Negatif Positif 5% 10% 15%
2 0 10 2 3 5
4 0 - 4 5 7
6 0 - 5 5 7
8 0 - 5 6 8
10 0 - 6 6 8
12 0 - 6 7 9
14 0 - 7 8 9
16 0 - 8 8 10
18 0 - 9 9 -
20 0 - 10 10 -
Tabel Jumlah Kematian Nyamuk Pada Perlakuan 2
Konsentrasi
Menit ke-
Negatif Positif 5% 10% 15%
2 0 10 2 2 4
4 0 - 3 4 7
6 0 - 3 6 7
8 0 - 5 6 8
10 0 - 6 7 8
12 0 - 7 7 8
14 0 - 7 8 10
16 0 - 9 9 -
18 0 - 9 10 -
20 0 - 10 - -
Tabel Jumlah Kematian Nyamuk Pada Perlakuan 3
Jumlah kematian nyamuk
Menit ke-
Negatif Positif 5% 10% 15%
2 0 10 3 5 5
4 0 - 4 5 5
6 0 - 4 6 6
8 0 - 5 6 7
10 0 - 5 8 8
12 0 - 6 8 8
14 0 - 8 9 9
16 0 - 8 9 10
18 0 - 9 10 -
20 0 - 10 - -

37
Lampiran 4
Gambar Uji Skrining Fitokimia Senyawa Minyak Atsiri Pada Ekstrak
Metanol Daun Seledri (Apium graveolens L.)

38
Lampiran 5
Gambar Proses penyemprotan larutan uji dari masing-masing sisi

39
Lampiran 6
Gambar Kurva Regresi Aktivitas Insektisida Ekstrak Metanol Daun Seledri
Terhadap Mortalitas Nyamuk

Kurva konsentrasi 5% aktivitas insektisida ekstrak metanol daun seledri terhadap


mortalitas nyamuk : y = 0.403x + 1.6667; R2 = 0.9764 y = diameter hambatan;
x = logaritma konsentrasi; R2 = koefisien regresi

Kurva konsentrasi 10% aktivitas insektisida ekstrak metanol daun seledri


terhadap mortalitas nyamuk : y = 0.3606x + 3.1333; R2 = 0.9557 y = diameter
hambatan; x = logaritma konsentrasi; R2 = koefisien regresi

Kurva konsentrasi 15% aktivitas insektisida ekstrak metanol daun seledri


terhadap mortalitas nyamuk y = 0.2758x + 5.0667x; R2 = 0.9329 y =
diameter hambatan; x = logaritma konsentrasi; R2 = koefisien regresi

40
Lampiran 7
Surat Keterangan Bebas Plagiat

41
Lampiran 8
Surat Keterangan Penelitian

42
Lampiran 9
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

43
Lampiran 10
Surat Keterangan Bebas Laboratorium

44
Lampiran 11
Surat Keterangan Bebas Perpustakaan Jurusan Farmasi

45
Lampiran 12
Surat Bebas Perpustakaan Fakultas Olahraga dan Kesehatan

46
Lampiran 13
Surat Keterangan Bebas Perpustakaan Universitas Negeri Gorontalo

47
Lampiran 14
Analisis Statistik One Way ANOVA

Oneway

Descriptives
Kons.
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
2 3 3.3333 1.52753 .88192 -.4612 7.1279 2.00 5.00
4 3 5.0000 1.00000 .57735 2.5159 7.4841 4.00 6.00
6 3 5.6667 1.52753 .88192 1.8721 9.4612 4.00 7.00
8 3 6.3333 1.52753 .88192 2.5388 10.1279 5.00 8.00
10 3 7.0000 1.00000 .57735 4.5159 9.4841 6.00 8.00
12 3 7.0000 1.00000 .57735 4.5159 9.4841 6.00 8.00
14 3 8.0000 1.00000 .57735 5.5159 10.4841 7.00 9.00
16 3 9.0000 1.00000 .57735 6.5159 11.4841 8.00 10.00
18 3 9.6667 .57735 .33333 8.2324 11.1009 9.00 10.00
20 3 10.0000 .00000 .00000 10.0000 10.0000 10.00 10.00
Total 30 7.1000 2.24914 .41063 6.2602 7.9398 2.00 10.00

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kons. Based on Mean 1.129 9 20 .388
Based on Median .593 9 20 .788
Based on Median and with .593 9 13.636 .783
adjusted df
Based on trimmed mean 1.092 9 20 .411

ANOVA
Kons.
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 122.033 9 13.559 10.994 .000
Within Groups 24.667 20 1.233
Total 146.700 29

48
Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kons.
Tukey HSD
Mean 99% Confidence Interval
(I) (J) Difference
Perlakuan Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
2 4 -1.66667 .90676 .706 -5.5692 2.2359
6 -2.33333 .90676 .291 -6.2359 1.5692
8 -3.00000 .90676 .079 -6.9025 .9025
10 -3.66667 .90676 .018 -7.5692 .2359
12 -3.66667 .90676 .018 -7.5692 .2359
14 -4.66667* .90676 .002 -8.5692 -.7641
16 -5.66667* .90676 .000 -9.5692 -1.7641
18 -6.33333* .90676 .000 -10.2359 -2.4308
20 -6.66667* .90676 .000 -10.5692 -2.7641
4 2 1.66667 .90676 .706 -2.2359 5.5692
6 -.66667 .90676 .999 -4.5692 3.2359
8 -1.33333 .90676 .889 -5.2359 2.5692
10 -2.00000 .90676 .484 -5.9025 1.9025
12 -2.00000 .90676 .484 -5.9025 1.9025
14 -3.00000 .90676 .079 -6.9025 .9025
16 -4.00000* .90676 .008 -7.9025 -.0975
18 -4.66667* .90676 .002 -8.5692 -.7641
20 -5.00000* .90676 .001 -8.9025 -1.0975
6 2 2.33333 .90676 .291 -1.5692 6.2359
4 .66667 .90676 .999 -3.2359 4.5692
8 -.66667 .90676 .999 -4.5692 3.2359
10 -1.33333 .90676 .889 -5.2359 2.5692
12 -1.33333 .90676 .889 -5.2359 2.5692
14 -2.33333 .90676 .291 -6.2359 1.5692
16 -3.33333 .90676 .038 -7.2359 .5692
18 -4.00000* .90676 .008 -7.9025 -.0975
20 -4.33333* .90676 .004 -8.2359 -.4308
8 2 3.00000 .90676 .079 -.9025 6.9025
4 1.33333 .90676 .889 -2.5692 5.2359
6 .66667 .90676 .999 -3.2359 4.5692
10 -.66667 .90676 .999 -4.5692 3.2359
12 -.66667 .90676 .999 -4.5692 3.2359
14 -1.66667 .90676 .706 -5.5692 2.2359
16 -2.66667 .90676 .158 -6.5692 1.2359
18 -3.33333 .90676 .038 -7.2359 .5692
20 -3.66667 .90676 .018 -7.5692 .2359
10 2 3.66667 .90676 .018 -.2359 7.5692
4 2.00000 .90676 .484 -1.9025 5.9025
6 1.33333 .90676 .889 -2.5692 5.2359
8 .66667 .90676 .999 -3.2359 4.5692
12 .00000 .90676 1.000 -3.9025 3.9025
14 -1.00000 .90676 .979 -4.9025 2.9025
16 -2.00000 .90676 .484 -5.9025 1.9025
18 -2.66667 .90676 .158 -6.5692 1.2359
20 -3.00000 .90676 .079 -6.9025 .9025
12 2 3.66667 .90676 .018 -.2359 7.5692
4 2.00000 .90676 .484 -1.9025 5.9025

49
6 1.33333 .90676 .889 -2.5692 5.2359
8 .66667 .90676 .999 -3.2359 4.5692
10 .00000 .90676 1.000 -3.9025 3.9025
14 -1.00000 .90676 .979 -4.9025 2.9025
16 -2.00000 .90676 .484 -5.9025 1.9025
18 -2.66667 .90676 .158 -6.5692 1.2359
20 -3.00000 .90676 .079 -6.9025 .9025
14 2 4.66667* .90676 .002 .7641 8.5692
4 3.00000 .90676 .079 -.9025 6.9025
6 2.33333 .90676 .291 -1.5692 6.2359
8 1.66667 .90676 .706 -2.2359 5.5692
10 1.00000 .90676 .979 -2.9025 4.9025
12 1.00000 .90676 .979 -2.9025 4.9025
16 -1.00000 .90676 .979 -4.9025 2.9025
18 -1.66667 .90676 .706 -5.5692 2.2359
20 -2.00000 .90676 .484 -5.9025 1.9025
16 2 5.66667* .90676 .000 1.7641 9.5692
4 4.00000* .90676 .008 .0975 7.9025
6 3.33333 .90676 .038 -.5692 7.2359
8 2.66667 .90676 .158 -1.2359 6.5692
10 2.00000 .90676 .484 -1.9025 5.9025
12 2.00000 .90676 .484 -1.9025 5.9025
14 1.00000 .90676 .979 -2.9025 4.9025
18 -.66667 .90676 .999 -4.5692 3.2359
20 -1.00000 .90676 .979 -4.9025 2.9025
18 2 6.33333* .90676 .000 2.4308 10.2359
4 4.66667* .90676 .002 .7641 8.5692
6 4.00000* .90676 .008 .0975 7.9025
8 3.33333 .90676 .038 -.5692 7.2359
10 2.66667 .90676 .158 -1.2359 6.5692
12 2.66667 .90676 .158 -1.2359 6.5692
14 1.66667 .90676 .706 -2.2359 5.5692
16 .66667 .90676 .999 -3.2359 4.5692
20 -.33333 .90676 1.000 -4.2359 3.5692
20 2 6.66667* .90676 .000 2.7641 10.5692
4 5.00000* .90676 .001 1.0975 8.9025
6 4.33333* .90676 .004 .4308 8.2359
8 3.66667 .90676 .018 -.2359 7.5692
10 3.00000 .90676 .079 -.9025 6.9025
12 3.00000 .90676 .079 -.9025 6.9025
14 2.00000 .90676 .484 -1.9025 5.9025
16 1.00000 .90676 .979 -2.9025 4.9025
18 .33333 .90676 1.000 -3.5692 4.2359
*. The mean difference is significant at the 0.01 level.

50
UJI AKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAUN SELEDRI (Apium
graveolens Linn.) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP NYAMUK

Rendy Dwi Jayanto Palay1, Nurain Thomas2, Moh. Adam Mustapa3


1
Mahasiswa Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FOK, UNG
2,3
Dosen Jurusan Farmasi, FOK, UNG

ABSTRAK

Nyamuk merupakan ektoparasit pengganggu yang merugikan kesehatan manusia, hewan, dan
lingkungan. Hal ini dikarenakan kemampuannya sebagai vector berbagai penyakit seperti demam
berdarah dan malaria. Salah satu cara pemberantasan nyamuk yang paling sering digunakan yaitu
insektisida. Penggunaan insektisida kimiawi yang bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa
juga menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu timbulnya resistensi nyamuk dan efek toksik
pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan insektisida alternatif yang lebih aman terhadap
lingkungan yang berasal dari tanaman. Salah satunya menggunakan tanaman seledri (Apium
graveolens Linn.). Seledri mengandung minyak atsiri yang berperan sebagai racun pernapasan
yang dapat mengusir ataupun membunuh nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji
aktivitas ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens L.) sebagai insektisida terhadap
nyamuk. Uji aktivitas ekstrak daun seledri dilakukan dengan cara di semprotkan pada nyamuk
yang berada dalam kurungan. Penyemprotan menggunakan air sebagai kontrol negatif, baygon
sebagai kontrol positif serta masing-masing larutan ekstrak 5% b/v, 10% b/v dan 15% b/v.
Penyemprotan pada setiap kurungan dilakukan sebanyak 8 kali semprotan yaitu 2 kali dari sisi kiri
kandang, 2 kali dari sisi kanan kandang, 2 kali dari depan kandang dan 2 kali dari belakang
kandang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian ekstrak metanol daun seledri (Apium
graveolens Linn) pada konsentrasi 5%, 10% dan 15% dapat bekerja sebagai insektisida pembunuh
nyamuk. Perbedaan konsentrasi yang dilakukan memberikan varian waktu yang berbeda terhadap
jumlah nyamuk yang mati. Perbedaan terlihat pada konsentrasi 15% dapat membunuh seluruh
nyamuk pada menit ke 16, sedangkan konsentrasi 5% dan 10% pada menit ke 18 dan 20.

Kata Kunci: Insektisida, Seledri (Apium graveolens L.,), Nyamuk

PENDAHULUAN Saat ini para peneliti banyak


melakukan penelitian pada tanaman-
Perkembangan dalam tanaman obat sebagai alternatif bahan
penelitian bahan alam mengalami kimia yang sudah ada. Penelitian yang
kemajuan yang semakin cepat dengan dilakukan oleh Majidah (2014)
ditemukannya teknik-teknik mengatakan salah satu tanaman
pemisahan secara kromatografi dan tanaman yang dapat digunakan
penentuan struktur molekul secara sebagai obat adalah seledri (Apium
spektroskopi pada pertengahan abad graveolens L.).
ke-20. Indonesia termasuk salah satu Seledri merupakan salah satu
negara “megadiversity” yang kaya tumbuhan yang terdapat di Indonesia
akan keanekaragaman hayati. Atun yang mempunyai manfaat atau
(2010), mengatakan, di dunia terdapat kegunaan sebagai bahan alam yang
kurang lebih 250.000 jenis tumbuhan dijadikan sebagai tanaman obat. Di
tinggi, dan lebih dari 60 % dari jumlah daerah Gorontalo penggunaan Seledri
ini merupakan tumbuhan tropika. juga masih kurang populer sebagai
51
tanaman pengusir nyamuk, karena terhadap nyamuk sejauh ini belum
tanaman seledri lebih dikenal diketahui. Masalah lain yang muncul
dimasyarakat sebagai tanaman dari hasil penelitian tersebut adalah
sayuran atau sebagai pelengkap sup. biji seledri sangat sulit diperoleh
Hal ini disebabkan, kurangnya sehingga pembuatan insektisida nabati
pengetahuan mengenai pemanfaatan dari biji seledri kurang
tanaman seledri tersebut sebagai obat memungkinkan. Oleh karena itu,
serta zat yang terkandung dalam penelitian ini mencoba
tanaman ini yang berkhasiat sebagai mengembangkan pembuatan
pengusir ataupun pembunuh nyamuk. insektisida nabati dari daun seledri.
Daun seledri mengandung Menurut Mukti,S (2015)
senyawa-senyawa organik, yakni Kandungan senyawa aktif yang
flavonoid, saponin, tanin, minyak diduga sebagai larvasida adalah
atsiri, flavo-glukosida (apiin), alkaloid, tanin dan flavonoid. Tanin
apigenin. Yongkhamcha (2010), berfungsi untuk menghambat sintesis
mengatakan seledri juga mengandung protein sel yang mengakibatkan larva
berbagai senyawa bioaktif konstituen kelaparan dan mati sedangkan
seperti phthalides, kumarin, flavonoid, flavonoid dapat mempengaruhi sistem
seskuiterpenoid, dan aromatik pernafasan nyamuk yang
glukosida. Senyawa- senyawa kimia mengakibatkan nyamuk tidak bisa
yang merupakan senyawa metabolit bernafas dan akhirnya mati
sekunder seperti minyak atsiri, Penelitian Zeinab (2014), telah
alkaloid, flavonoid, saponin, dan membuktikan bahwa efektivitas
tannin mampu bekerja sebagai racun tanaman yang mengandung senyawa
pada larva baik sebagai racun kontak metabolit sekunder, seperti saponin,
maupun racun perut dan juga diduga steroid, isoflavonoid, minyak atsiri,
dapat berfungsi sebagai insektisida. alkaloid dan tanin sebagai potensi
Pada beberapa penelitian yang telah larvasida nyamuk dan juga sebagai
dilakukan, saponin dan alkaloid insektisida terhadap nyamuk.
memiliki cara kerja sebagai racun Nyamuk merupakan
perut dan menghambat kerja enzim ektoparasit pengganggu yang
kolinesterase pada larva sedangkan merugikan kesehatan manusia, hewan,
flavonoid dan minyak atsiri berperan dan lingkungan. Hal ini dikarenakan
sebagai racun pernapasan. kemampuannya sebagai vector
Hasil penelitian Choochote, berbagai penyakit. Nyamuk
dkk. tahun 2004 menyebutkan bahwa merupakan golongan serangga yang
ekstrak biji seledri (Apium graveolens cukup tua di alam dan telah
L.) mampu membunuh larva nyamuk mengalami proses evolusi serta seleksi
Aedes aegypti dengan LC50 sebesar alam yang panjang sehingga
81,0 mg/L dan LC95 sebesar 176,8 menjadikan serangga ini menjadi
mg/L. Akan tetapi, penggunaan daun insekta yang sangat adaptif dan
seledri sebagai insektisida terhadap tinggal bersama manusia.
nyamuk belum diketahui. Ekstrak Didaerah beriklim sedang atau
daun seledri memiliki potensi sebagai beriklim tropis, nyamuk lebih
insektisida terhadap nyamuk. Akan dianggap sebagai hama pengganggu,
tetapi, efek ekstrak daun seledri ada sekitar 3000 spesies nyamuk dan
52
dimana sekitar 100 adalah vektor Aedes aegypti sebagai vektor penyakit
penyakit pada manusia. Penyebab demam Berdarah Dengue (DBD),
utama munculnya vektor penyakit serta beberapa genus nyamuk yaitu
tersebut adalah perkembangbiakan Culex, Aedes, dan Anopheles dapat
dan penyebaran nyamuk sebagai juga menjadi vector penyakit flariasis.
vektor penyakit yang tidak terkendali. Nyamuk juga menularkan beberapa
Salah satu daerah beriklim penyakit pada hewan. Nyamuk Culex
sedang atau daerah tropis yaitu sebagai vektor Diroflaria immitis
indonesia dan menjadi satu di antara (cacing jantung pada anjing).
tempat perkembangan beberapa jenis Menurut Jacob (2014), World
nyamuk sebagai penyebab munculnya Health Organization (WHO) mencatat
bebera vektor penyakit yang negara Indonesia sebagai negara
membahayakan bagi kesehatan dengan kasus demam berdarah
manusia dan hewan. Khususnya di tertinggi di Asia Tenggara. Dari
daerah kota Gorontalo jumlah keseluruhan kasus tersebut,
perkembangbiakan dan penyebaran sekitar 95% terjadi pada anak di
nyamuk banyak mengganggu bawah 15 tahun. Pada dasarnya
kehidupan masyarakat setempat. Hal nyamuk bersifat “antrofilik” yang
ini diakibatkan kurangnya perhatian artinya hewan yang lebih menyenangi
terhadap lingkungan dan merupakan mengisap darah manusia dari pada
salah satu faktor bertambahnya mengisap darah hewan,
populasi perkembangbiakan dan nyamuk-nyamuk yang banyak
penyebaran nyamuk. mengisap darah adalah nyamuk betina,
Menurut Andriani (2015), karena darah membantu proses
Keberadaan nyamuk yang berdekatan pematangan telur nyamuk.
dengan kehidupan manusia dan hewan Hingga sekarang pengendalian
yang dapat menimbulkan masalah terhadap nyamuk belum optimal,
yang cukup serius, karena nyamuk sehingga perlu dilakukan penelitian
bertindak sebagai vektor beberapa untuk menguragi tingkat populasi
penyakit yang sangat penting, dengan terhadap perkembangbiakan dan
tingginya tingkat kesakitan dan penyebaran nyamuk.
kematian yang ditimbulkannya Berdasarkan uraian latar
Sehingga nyamuk merupakan belakang diatas peneliti terdorong
salah satu serangga yang dapat untuk melakukan penelitian terhadap
menimbulkan berbagai macam daun seledri yang diduga karena
penyakit pada manusia baik anak-anak memiliki senyawa yang bersifat dapat
maupun dewasa. Kehidupan nyamuk membunuh nyamuk.
sangat ditentukan oleh keadaan Penelitian-penilitian selama ini hanya
lingkungan yang ada seperti suhu, melakukan uji coba pada pembunuhan
kelembapan, curah hujan, salinitas, larva, inilah yang menjadi tolak ukur
derajat keasaman, oksigen terlarut, dan berkeinginan untuk melakukan uji
tumbuhan air dan hewan air lainnya. coba langsung pada nyamuk serta
Pada manusia nyamuk untuk mengetahui apakah daun seledri
Anopheles berperan sebagai vektor dapat mempengaruhi aktivitas dan
penyakit malaria, sedangkan Culex membunuh nyamuk. Maka dilakukan
sebagai vektor Japanese enchepalitis, penelitian uji aktivitas ekstrak metanol
53
daun seledri sebagai insektisida
terhadap nyamuk. Penelitian ini Tahapan Kerja
diharapkan memberikan manfaat Pengambilan Sampel
untuk mengurangi tingkat populasi Sampel daun seledri (Apium
nyamuk dengan penggunaan yang graveolens Linn.) diambil di
alami tanpa memberikan efek Kecamatan Tenggela, Kabupaten
samping. Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Waktu
pengambilan sampel dilakukan pada
METODE PENELITIAN pagi hari pukul 07:00 - 09:00 WITA.
Seledri (Apium graveolens Linn.)
Lokasi dan Waktu Penelitian dicabut beserta akarnya kemudian
Penelitian ini telah dilakukan di dicuci dengan air yang mengalir
Laboratorium Fitokimia Fakultas sehingga kotoran dan sisi-sisa tanah
Olahraga dan Kesehatan Universitas yang masih menempel pada akar
Negeri Gorontalo. Waktu penelitian seledri tidak mengenai bagian yang
berlangsung dari November 2016 lain dan di letakkan diwadah yang
sampai dengan Januari 2017. bersih.

Alat dan Bahan Pengolahan Daun Seledri (Apium


Alat Penelitian graveolens Linn.)
Alat-alat yang digunakan Seledri (Apium graveolens
dalam penelitian ini antara lain : Linn.) yang sudah dipanen dicuci
Aluminium Foil, Batang pengaduk, kembali untuk meneghilangkan
botol vial, cawan porselin, evaporator, kotoran dan sisa-sisa tanah yang
gelas kaca, gelas kimia (pyrex), gelas masih melekat pada daun seledri
ukur (pyrex), gunting, kain saring, (Apium graveolens Linn.) selama
kulkas, kurungan nyamuk ukuran proses pengambilan, setelah itu daun
20x20x20 cm, penjepit tabung reaksi, dipisahkan dari tangkainya dan
pipet tetes, pisau, rak tabung reaksi, dilakukan sortasi basah dengan
sendok tanduk, sikat tabung, tabung memilih daun yang masih segar dan
reaksi (pyrex), timbangan Ohaus, tidak rusak, kemudian daun seledri
toples, wadah stainless. dikeringkan di ruang yang terbuka
dengan cara di angin-anginkan.
Bahan Penelitian Pengeringan dilakukan sampai daun
Bahan-bahan yang digunkan benar-benar kering sehingga
dalam penelitian ini antara lain : kandungan air dalam daun seledri
Alkohol, aquadest, simplisia daun habis, setelah kering daun seledri
seledri (Apium graveolens Linn.), (Apium graveolens Linn.) di sortasi
kertas saring, pelarut metanol 70% kering untuk memilih daun yang
dan tissue. masih bagus, dan kemudian dibentuk
haksel dan disimpan dalam map
Hewan Uji coklat.
Hewan uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nyamuk. Pembuatan Ekstrak Daun Seledri
(Apium graviolens L.)

54
Menurut Choochote dkk (2004) Pembuatan Konsentrasi Ekstrak
Simplisia daun seledri (Apium Daun Seledri (Apium graveolens
graveolens Linn.) yang diperoleh Linn.)
diekstraksi menggunakan metode Konsentrasi ekstrak Seledri
maserasi dengan ketentuan kering (Apium graveolens Linn.) yang
sebanyak 2 kg diekstraksi tiga kali digunakan dalam penelitian ini yaitu
berturut-turut, dengan 3 L etanol 95% 5%, 10% dan 15% b/v. Menurut
pada suhu kamar selama 2 hari. Pada Choochote dkk, konsentrasi yang
penelitian ini digunakan sampel digunakan yang memenuhi LD50 dan
kering daun sebanyak 150 g diekstrasi LD95 yaitu 6.6 dan 66.4 mg/cm2.
menggukan metanol 70% sebanyak Untuk membuat larutan ekstrak daun
2,1 L selama 2 hari berturut-turut. seledri (Apium graveolens Linn.)
Hasil ekstrasi yang diperoleh menurut dengan konsentrasi 5% b/v, ditimbang
Aminah (2008) disevaporasi pada ekstrak kental daun seledri (Apium
suhu 60 oC supaya tidak merusak graveolens Linn.) sebanyak 5 g
bahan aktif, dan akhirnya akan kemudian dilarutkan sedikit demi
diperoleh ekstrak kental. sedikit dalam air telah dipanaskan
Ekstrak kental yang diperoleh sebelumnya dengan suhu 65oC.
kemudian dihitung persen selanjutnya dicukupkan hingga 100
rendamennya dengan cara : mL. Kemudian dimasukkan kedalam
botol semprot. Untuk konsentrasi 10%
Berat ekstrak yang diperoleh dan 15% dilakukan hal sama dengan
Rendemen = x 100
konsentrasi 5% b/v. Untuk kontrol
%
Berat simplisia awal positif digunakan Baygon semprot dan
untuk kontrol negatif digunakan air.

Uji Skrining Uji Aktivitas Ekstrak Daun Seledri


Uji skrining merupakan uji (Apium graveolens Linn.) terhadap
pendahuluan untuk mengetahui Nyamuk
kandungan senyawa kimia spesifik Uji aktivitas ekstrak daun
seperti minyak atsiri dan Flavonoid seledri dilakukan dengan cara di
secara kualitatif. Metode yang semprotkan pada nyamuk yang berada
digunakan yaitu metode yang dalam kurungan. Dengan ketentuan
dikemukakan Harbone (1987) menurut Yousmillah (2013) kurungan
(Yousmillah, 2003). yang digunakan berukuran 20x20x20
Uji Minyak Atsiri: Sampel cm, kurungan dibuat sebanyak 5 buah.
serbuk diekstraksi dengan 20 ml eter Setiap kurungan berisi 10 ekor
selanjutnya ekstrak eter yang terjadi nyamuk dewasa betina.
dipanaskan, bila terbentuk bau/aroma Nyamuk yang sudah terisi
yang khusus, maka dilarutkan dengan didalam kurungan disemprotkan
5 ml etanol. Jika baunya tetap maka dengan larutan uji yang terdiri dari :
hal tersebut menunjukan adanya Kurungan I disemprotkan dengan air
senyawa golongan minyak atsiri. sebagai kontrol negatif, kurungan II
disemprotkan dengan Baygon semprot
sebagai kontrol positif sedangkan
kurungan III, IV dan V sebagai
55
kelompok perlakuan uji ekstrak daun dilakukan koreksi persentase dengan
seledri (Apium graveolens Linn.) menggunakan rumus Abbot :
dengan masing-masing perlakuan Po − Pc
diulangi sebanyak 3 kali sehingga P = ------------- × 100%
total perlakuan sebanyak 15 kali 100 − Pc
perlakuan. P : Persentasi mortalitas setelah
Penyemprotan dilakukan koreksi
dengan cara memasukan Po : Persentasi mortalitas
masing-masing larutan kedalam botol kematian nyamuk uji
semprot baik air sebagai kontrol Pc : Persentasi mortalitas
negatif, baygon sebagai kontrol positif kematian nyamuk kontrol
serta masing-masing larutan ekstrak
5% b/v, 10% b/v dan 15% b/v. Analisis Data
Penyemprotan pada setiap Setelah diperoleh data dari
kurungan dilakukan sebanyak 8 kali penelitian dilakukan analisis data
semprotan yaitu 2 kali dari sisi kiri secara statistika dengan ANOVA one
kandang, 2 kali dari sisi kanan way dengan tingkat kepercayaan 99%
kandang, 2 kali dari depan kandang untuk melihat perbedaan yang
dan 2 kali dari belakang kandang. signifikan disetiap perlakuan. Uji
statistic anova ditentukan nilai
Pengamatan Waktu dan Kematian signifikan (α) yang diperoleh. Nilai α
Nyamuk yang diperoleh <0.01 menunjukan
Pengamatan waktu dan adanya aktivitas insektisida yang
kematian nyamuk di dalam kurungan berbeda pada setiap konsentrasi
dilakukan pada tiap masing-masing larutan uji. Kemudian di uji post hoc
kurungan, pengamatan dilakukan test untuk membuktikan hasil yang
setiap 2 menit sampai 20 menit. diperoleh pada analisis varian Anova.
dihitung jumlah nyamuk mati. Hasil
penghitungan dimasukkan dalam tabel. HASIL PENELITIAN
Kemudian dilanjutkan pengamatan
selama 24 jam untuk mengetahui Presentase Rendamen
kematian nyamuk secara keseluruhan. Pengujian efektivitas insektisida
Menurut Kandita, R.T dkk (2015) pada ekstrak daun seledri belum
Kematian nyamuk akibat ekstrak banyak dilakukan sebelumnya.
metanol daun seledri (Apium Perhitungan rendemen ekstrak kasar
graveolens L.) dapat dihitung dengan dilakukan untuk mengetahui jumlah
ketentuan, apabila jumlah kematian senyawa yang dapat terekstrak oleh
nyamuk pada kelompok kontrol pelarut tertentu.Ekstrak tersebut
negatif kurang dari 5% maka kemudian dilakukan uji fitokimia
diabaikan, jika persentase mortalitas secara kualitatif. Penentuan persen
kematian nyamuk kontrol negatif rendamen berdasarkan Ditjen POM
lebih dari 20% maka pengujian (2000) yaitu berkisar 10%-15%.
dianggap gagal dan harus diulang Ekstrak kental yang di peroleh dari
kembali. Apabila mortalitas nyamuk proses ekstraksi haksel daun seledri
kontrol sebesar 5-20% maka (Apium graveolens L.) menggunakan
metode maserasi sebanyak 18.13 gram
56
dengan persentase rendamen sebesar adanya senyawa minyak atsiri yang
12.09 %, dapat dilihat pada tabel terkandung dalam seledri (Apium
berikut: graveolens L.) maka dapat dilakukan
pengujian ekstrak metanol daun
seledri sebagai Insektisida nyamuk.
Table 4.1 Hasil Perhitungan Persen
Rendamen Ekstrak Uji Insektisida Terhadap Nyamuk
Metanol Daun Seledri Pengujian mengenai pengaruh
Berat
ekstrak metanol daun seledri (Apium
Sampel Pelaru Berat
Rendamen
graveolens) sebagai insektisida
Haksel Daun
Seledri
Metanol
(mL)
Ekstrak
(g)
(%) terhadap nyamuk, menunjukkan hasil
(g) adanya mortalitas kematian nyamuk
150 2100 18.13 12.09 setelah diberi perlakuan ekstrak
metanol daun seledri dengan
konsentrasi 5%, 10% dan 15%.
Berdasarkan persyaratan range Masing-masing konsentrasi yang
persen rendamen oleh Ditjen POM disemprotkan diamati setiap 2 menit
(2000) menunjukkan bahwa proses sampai menit ke 20, dapat dilihat pada
ekstraksi telah memenuhi syarat dan tabel berikut:
dapat dikatakan ekstraksi telah
berlangsung dengan baik. Tabel 4.3 Jumlah Rata-rata Kematian
Nyamuk Pada Setiap
Skrining Fitokimia Perlakuan/(sekon) Uji
Pengujian skrining fitokimia Aktivitas Insektisida
dilakukan dengan melakukan Ekstrak Metanol Daun
penambahan beberapa pereaksi pada Seledri (Apium graveolens
ekstrak dan memberikan hasil yang L.)
positif, ditandai dengan adanya
Perlakuan Kontrol Kontrol Konsentrasi
perubahan warna maupun bau yang (menit) Positif Negatif
5% 10% 15%
khas.
2 10 0 2 3 5
4 - 0 4 5 6
Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia 6 - 0 4 6 7
Senyawa Minyak Atsiri 8 - 0 5 6 8
10 - 0 6 7 8
Pada Daun Seledri (Apium 12 - 0 6 7 8
graveolens Linn.) ;14 - 0 7 8 9
Sampel Pereaksi Hasil Senyawa 16 - 0 8 9 10
Daun Eter + Bau/Aroma Positif (+) 18 - 0 9 10 -
Seledri Etanol + Harum Minyak 20 - 0 10 - -
(Apium Pemanasan yang Khas Atsiri Huruf superskrip yang berbeda pada
graveolens kolom dan baris yang sama menunjukkan
Linn.) berbeda nyata pada taraf 5% (p<0.01).
Pengujian skrining fitokimia Menurut Widiarti, Damar TB,
yang diharapkan mendapatkan hasil Barodji, Mujiyono (2005) Tingat
positif yang terkandung dalam ekstrak kerentanan vektor ditentukan
metanol daun seledri (Apium berdasarkan persentase kematian
graveolens L.) yaitu senyawa minyak nyamuk uji setelah periode
atsiri. Berdasarkan hasil uji skrining pengamatan/pemeliharaan 24 jam
fitokimia yang menunjukan bahwa yaitu:
57
4.3. Dimana, konsentrasi 15% lebih
jumlah nyamuk yang mati cepat memberikan kematian sebesar
%Kematian=-------------------------------×100% 100% pada menit ke 16 sedangkan
jumlah nyamuk yang diuji
konsentrasi 5 dan 10% dapat
memberikan kematian 100% pada
menit ke 18 dan 20.
Keterangan:
Hasil uji perlakuan yang
4. kematian nyamuk uji < 90%
dilakukan menunjukan adanya
dinyatakan resisten tinggi
aktivitas insektisida dari ekstrak
5. kematian nyamuk uji 90 - <98 %
metanol daun seledri pada setiap
adalah resisten moderat
perbedaan konsentrasi, dimana pada
6. sedangkan kematian 98 - 100 %
konsentrasi 15% menunjukan aktvitas
adalah rentan
insektisida tertinggi dengan rata-rata
catatan:
pada menit ke 15 jumlah kematian
Jika hasil uji 90 – < 98 %
berjumlah 10 berbeda dengan
maka dicurigai adanya resisten
konsentrasi 5% dan 10% yang
genetik sehingga perlu dilakukan
menunjukan aktivitas insektisida pada
uji lanjutan secara
menit ke 20. dari hasil uji perlakuan
genetik/biokimia.
menunjukan bahwa ekstrak metanol
Dapat dilihat pada tabel berikut
daun seledri rentan terhadap nyamuk
bahwa ekstrak metanol daun seledri
sangat rentan terhadap kematian
AnalisisData
nyamuk
Data hasil uji aktivitas
insektisida di analisis secara statistika
Perlakuan
Jumlah %Kematian Nyamuk Pada Tiap Konsentrasi untuk melihat perbedaan yang
nyamuk
(Menit)
uji Kontrol Kontrol signifikan disetiap perbedaan
5% 10% 15%
Positif Negatif masing-masing konsentrasi larutan uji.
2 10 100% 0 20% 30% 50%
4 10 0 0 40% 50% 60%
Analisis statistic menggunakan anova
6 10 0 0 40% 60% 70% berdasarkan nilai signifikan (α) yang
8 10 0 0 50% 60% 80% diperoleh α<0.01.
10 10 0 0 60% 70% 80%
12 10 0 0 60% 70% 80%
14 10 0 0 70% 80% 90% Tabel 4.5 Hasil Uji Anova One Way
16 10 0 0 80% 90% 100% Aktivitas Insektisida
18 10 0 0 90% 100% Ekstrak Metanol Daun
20 10 0 0 100%
Seledri (Apium graveolens
Tabel 4.4 Presentase Kematian
L.)
Nyamuk Uji Aktivitas
Ekstrak Metanol Daun ANOVA
Kons.
Seledri (Apium graveolens Sum of Mean
L.) Squares df Square F Sig.
Between 122.033 9 13.559 10.994 .000
Perbedaan konsentrasi 5%, 10% Groups
Within 24.667 20 1.233
dan 15% dapat memberikan kematian Groups
pada nyamuk sebesar 100% pada Total 146.700 29
setelah 20 menit. Namun, kematian Berdasarkan hasil uji One Way
nyamuk tersebut pada waktu yang Anova menunjukan aktivitas
berbeda yang dapat dilihat pada tabel insektisida ekstrak metanol daun
58
seledri (Apium graveolens L.) diketahui memiliki kelebihan sebagai
memiliki perberbedaan yang nyata pelarut yang bersifat universal yang
pada setiap masing-masing dapat mengikat komponen kimia
konsentrasi pada taraf 5% dengan sehingga dapat melarutkan analit baik
p<0.01 atau signifikan. yang bersifat semi polar, polar dan
nonpolar pada tumbuhan. Proses
Tabel 4.6 Rerata dan standar deviasi ekstraksi dilakukan dengan merendam
nilai keragaman terhadap sampel haksel daun seledri (Apium
kematian nyamuk pada graveolens L.) sebanyak 150 gram ke
kelompok perlakuan dan dalam 2100 mL pelarut metanol 70%
kontrol (sekon) sambil diaduk selama 24 jam.
Sumber
df squares
Mean
f value Pr>f Pengadukan yang dilakukan selama
keragaman square
model 9 122.033 13.559 10.994 <.00001 proses ekstraksi membantu untuk
error 20 24.667 1.233 mempercepat proses ekstraksi
Corrected
total 29 146.700
sehingga senyawa terekstrak dengan
sempurna. Menurut Choochote dkk
Hasil Rerata dan standar (2004) proses ekstraksi dilakukan
deviasi menunjukkan nilai F = 10.994 selama 2 hari berturut-turut.
dengan nilai signifikasi sebesar 0,0001 Setelah itu hasil ekstraksi di
(sig < 0.01) yang artinya bahwa saring menggunakan bahan penyaring
terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak untuk memisahkan filtrat dan residu.
metanol daun seledri (Apium Filtrat yang didapatkan selanjutnya
graveolens) sebagai insektisida dievaporasi (diuapkan) dengan tujuan
terhadap nyamuk. untuk memisahkan pelarut dari
Berdasarkan hasil uji regresi ekstraknya. Suhu yang digunakan
aktivitas ekstrak metanol daun seledri dalam proses evaporasi (penguapan)
(Apium graveolens L.) sebagai menurut Aminah (2008) pada suhu 60
insektisida terhadap motalitas nyamuk o
C atau dibawah titik didih senyawa
pada masing-masing dapat dilihat untuk menjaga senyawa dengan titik
pada lampiran 6. didih rendah yang ada dalam ekstrak
tidak mengalami degradasi dan tidak
PEMBAHASAN merusak bahan aktif. Setelah
dievaporasi akan menghasilkan
Proses ekstraksi ekstrak kental berwarna kuning
Pada penilitian ini proses kecoklata. Ekstrak kental yang didapat
ekstraksi dilakukan dengan metode seberat 18.13 gram dengan persen
maserasi menggunakan pelarut rendamen sebesar 12.09%. Proses
metanol. Penggunaan metode maserasi ini dapat dikatakan proses
maserasi ini berdasarkan pada jenis ekstraksi yang sempurna karena
sampel daun seledri (Apium berdasarkan Ditjen POM (2000)
graveolens L.) yang memiliki tekstur penentuan proses ekstraksi yang baik
lunak. Selain itu menurut Bombaderlli berada pada range persen rendamen
(1991), digunakan pelarut metanol berkisar 10%-15%.
sebagai cairan penyari karena metanol
digunakan banyak peneliti untuk Skrining Fitokimia
mengekstrak suatu senyawa dan
59
Skrining fitokimia merupakan graveolens L.) untuk membunuh
uji pendahuluan untuk mengetahui nyamuk. Uji dilakukan berdasrkan
kandungan senyawa kimia secara standar WHO dengan pengamatan
kualitatif yang terdapat pada tanaman. dilakukan selama 20 menit.
Pengujian ini dilakukan untuk Uji aktivitas ekstrak daun
mengidentifikasi adanya senyawa seledri dilakukan dengan cara
minyak atsiri di dalam daun seledri. menyiapkan kurungan yang
Pada penelitian ini uji skrining berukuran 20x20x20 cm, kurungan
fitokimia dilakukan dengan cara dibuat sebanyak 5 buah. Setiap
ekstrak kental daun seledri kurungan berisi ±10 ekor nyamuk
ditambahkan 20 ml eter, selanjutnya dewasa untuk 1x kali pengujian
ekstrak eter yang terjadi dipanaskan, (Yousmillah, 2013). Pengujian
bila terbentuk bau/aroma yang khusus, menurut WHOPES (2009) dilakukan
maka dilarutkan dengan 5 ml etanol minimal dengan 3 kali pengulangan.
dan dipanaskan kembali. Hasil Untuk mendapatkan hasil yang baik
pemanasan mengeluarkan aroma bau pengujian kedua dan ketiga dilakukan
harum yang khas menunjukan adanya pada hari yang berbeda, yaitu hari
minyak atisiri. berikutnya pada waktu uji yang sama
Berdasarkan gambar 4.1 setelah dengan nyamuk yang digunakan pada
dipanaskan ekstrak kental daun seledri setiap ulangan merupakan sampel
mengeluarkan bau aroma harum yang yang berbeda dari sampel nyamuk
khas sehingga membuktikan adanya yang digunakan pada pengujian
kandungan minyak atsiri didalam sebelumnya sehingga total seluruh
ekstrak methanol daun seledri (Apium nyamuk yang digunakan ± 150 ekor
graveolens L.). Menurut Al-snafi nyamuk.
(2014) seledri mengandung senyawa Pengujian dalam penelitian ini
minyak atsiri sebanyak 2,5-3,5%. dilakukan dengan membandingkan
Senyawa minyak atsiri ekstrak daun Seledri (Apium
merupakan salah satu senyawa graveolens Linn.) konsentrasi 5%,
metabolit sekunder yang terdapat pada 10% dan 15% b/v. Pembuatan larutan
daun seledri yang dapat berperan ekstrak daun seledri (Apium
memberikan aktivitas pembunuh graveolens Linn.) dengan konsentrasi
terhadap nyamuk. Senyawa minyak 5% b/v, ditimbang ekstrak kental daun
atsiri merupakan senyawa menguap seledri (Apium graveolens Linn.)
yang dapat berperan sebagai sebanyak 5 gram, kemudian dilarutkan
insektisida terhadap nyamuk yang sedikit demi sedikit dalam air telah
bersifat racun pernafasan. Minyak dipanaskan sebelumnya dengan suhu
atsiri mampu bekerja sebagai racun 65oC. selanjutnya dicukupkan hingga
pada larva maupun nyamuk baik 100 mL. Kemudian dimasukkan
sebagai racun kontak maupun racun kedalam botol semprot. Untuk
perut (Handayani, 2013). konsentrasi 10% dan 15% dilakukan
hal sama dengan konsentrasi 5% b/v.
Uji Insektisida Terhadap Nyamuk Untuk kontrol positif digunakan
Uji aktivitas Insektisida Baygon semprot sedangkan kontrol
dilakukan untuk mengetahui besar negatif digunakan air.
kemampuan dari daun seledri (Apium
60
Setelah pembuatan konsetrasi berbeda seperti yang tertera pada tabel
siap penyemprotkan pada nyamuk 4.3.
yang berada dalam kurungan Hasil penelitian tersebut
dilakukan pada malam hari. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
disebabkan jenis nyamuk yang tidak rerata fungsi insektisida antara
tahan terhdap pemanasan sehingga kelompok ekstrak metanol daun
dilakukan pada malam hari untuk seledri (Apium graveolens) 5%, 10%
mendapatkan hasil yang maksimal. dan 15%. Peningkatan rerata
Penyemprotan dilakukan dengan cara insektisida disebabkan karena adanya
memasukan masing-masing larutan uji peningkatan konsentrasi ekstrak
konsentrasi 5% b/v, 10% b/v dan 15% metanol daun seledri (Apium
b/v kedalam botol semprot baik air graveolens) dan menunjukkan bahwa
sebagai kontrol negatif, baygon dengan meningkatnya konsentrasi,
sebagai kontrol positif. Nyamuk yang semakin besar kadar bahan aktif yang
sudah terisi didalam kurungan berfungsi sebagai anti nyamuk. Daya
disemprotkan dengan larutan uji yang insektisida ekstrak metanol daun
terdiri dari : Kurungan I disemprotkan seledri (Apium graveolens)
dengan air sebagai kontrol negatif, disebabkan oleh kandungan senyawa
kurungan II disemprotkan dengan kimiawi minyak atsiri 0,33%.
Baygon semprot sebagai kontrol Wijayanti dan Mulyaningsih (1997),
positif sedangkan kurungan III, IV menyatakan bahwa minyak atsiri
dan V sebagai kelompok perlakuan uji memiliki daya repelan terhadap
ekstrak daun seledri (Apium nyamuk dengan durasi 1 jam dalam
graveolens Linn.). Penyemprotan pada konsentrasi 25%. Senyawa minyak
setiap kurungan dilakukan sebanyak 8 atsiri merupakan senyawa menguap
kali semprotan yaitu 2 kali dari sisi yang dapat berperan sebagai
kiri kandang, 2 kali dari sisi kanan insektisida terhadap nyamuk yang
kandang, 2 kali dari depan kandang bersifat racun pernafasan. Minyak
dan 2 kali dari belakang kandang. atsiri mampu bekerja sebagai racun
pada larva maupun nyamuk baik
sebagai racun kontak maupun racun
perut (Handayani, 2013).
Menurut Cania dan
Setyaningrum (2010), ekstrak bekerja
Gambar 4.1: Proses dengan masuk ke dalam tubuh larva
penyemprotan larutan dari melalui sistem pernafasan yang
masing-masing sisi kemudian akan menimbulkan
Setelah dilakukan kerusakan pada sistem pernafasan.
penyemprotan dilakukan Pengamatan Gandahusada (2000) menyatakan cara
waktu dan kematian nyamuk di dalam masuknya racun ke dalam tubuh
kurungan dilakukan pada tiap serangga dibagi dalam tiga cara,yaitu:
masing-masing kurungan, pengamatan racun kontak (contact poison), racun
dilakukan setiap 2 menit sampai 20 perut (stomach poison) dan racun
menit. Hasil pengamatan pada pernapasan (fumigants). Pada
masing-masing perlakuan dihari yang penelitian ini, zat ekstraktif daun
seledri ini digunakan sebagai racun
61
pernapasan terhadap nyamuk, yaitu signifikan pada setiap masing-masing
melalui proses penyemprotan konsentrasi pada taraf 5% dengan
ekstrak metanol daun seledri yang p<0.01 yaitu α=0.0001 seperti yang
memiliki aroma yang tajam dan bau tertetera pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.
yang khas pada konsentrasi tertentu. Hasil analisis data dengan Post-Hoc
Pengunaan zat ekstraktif daun seledri Tukey’s test, menunjukkan bahwa
sebagai racun pernapasan bertujuan terdapat perbedaan yang bermakna
untuk menghindari kontak secara antara kelompok kontrol dengan
langsung dengan manusia. kelompok perlakuan konsentrasi 5%,
10% dan 15% . Hasil penelitian ini
Analisis Data menunjukkan ekstrak etanol daun
Berdasarkan hasil pengamatan seledri (Apium graveolens)
semakin tinggi konsentrasi maka konsentrasi 5%, 10% dan 15%
semakin tinggi pula rata-rata kematian mempunyai daya insektisida terhadap
nyamuk. Hal ini disebabkan karena nyamuk.
semakin tinggi konsentrasi yang Berdasarkan hasil uji regresi
digunakan maka semakin tinggi pula insektisida nyamuk pada kurva
kandungan bahan aktif yang ada pada Gambar 4.2, Gambar 4,3 dan Gambar
ekstrak daun seledri. Selain itu, 4.4 menunjukkan bahwa ekstrak
waktu/lama kontak dengan bahan uji seledri pada konsentrasi 5% dan 10 %
juga berpengaruh terhadap kematian menunjukkan persentase kematian
nyamuk. Hal ini menunjukkan bahwa nyamuk terendah dengan lama kontak
semakin lama waktu kontak nyamuk 20 menit. Sementara itu, konsentrasi
terhadap ekstrak daun seledri yang 15% menyebabkan kematian tertinggi
diberikan maka jumlah kematian dengan lama kontak 16 menit. Hasil
nyamuk semakin meningkat. Semakin kurva diatas menunjukkan bahwa
lama waktu perlakuan, persentase insektisida ekstrak metanol daun
kematian nyamuk semakin tinggi atau seledri dengan konsentrasi 5 %, 10%
semakin cepat, hal ini menunjukkan dan 15% meningkat secara signifikan
adanya peningkatan yang bervariasi dari 2 - 20 menit.
sesuai besarnya konsentrasi, sehingga Dari hasil penelitian
kematian nyamuk berbanding lurus didapatkan perbedaan yang sangat
dengan lama waktu kontak dan nyata antar kelompok perlakuan (sig <
besarnya konsentrasi yang diberikan 0,01) yang disebabkan karena
(Widajat et al. 2008 ; Wardani et al. aktivitas insektisida nyamuk ekstrak
2010). metanol daun seledri berbanding lurus
Berdasarkan hasil analisis data dengan konsentrasinya. Penelitian ini
dengan menggunakan One-Way membuktikan bahwa golongan
Anova menunjukkan bahwa ekstrak senyawa kimia yang terdapat dalam
metanol daun seledri konsentrasi 5%, daun seledri dapat membunuh
10% dan 15% berpengaruh dalam nyamuk.
membunuh nyamuk. Hasil uji One
Way Anova menunjukan aktivitas KESIMPULAN
insektisida ekstrak metanol daun
seledri (Apium graveolens L.) Berdasarkan hasil penelitian
memiliki perberbedaan yang dapat disimpulkan bahwa pengujian
62
aktivitas ekstrak metanol daun seledri Anonim. 2006. Acuan Sediaan Herbal
(Apium graveolnes Linn) pada Volume 2 edisi 1. Badan
konsentrasi 5%, 10% dan 15% dapat Pengawasan Obat dan
bekerja sebagai insektisida pembunuh Makanan Republik Indonesia.
nyamuk. Perbedaan konsentrasi yang Jakarta
dilakukan memberikan varian waktu
yang berbeda terhadap jumlah Anonim. 2012. Pedoman Penggunaan
nyamuk yang mati. Perbedaan terlihat Insektisida (Perstisida) Dalam
pada konsentrasi 15% dapat Pengendalian Vektor.
membunuh seluruh nyamuk pada Kementrian Kesehatan
menit ke 16, sedangkan konsentrasi Republik Indonesia. Jakarta
5% menit ke-20 dan 10% pada menit
ke 18. Arisandi,R dkk. 2016. Seledri (Apium
graveolens L) sebagai Agen
DAFTAR PUSTAKA Kemopreventif bagi Kanker.
Fakultas kedokteran.
Al-Snafi, A.E.2014.International Universitas Lampung
Journal for Pharmaceutical
Research Scholars, The Astarina, N. W. G., Astuti, K. W.,
Pharmacology of Apium Warditiani, N. K. 2013.
graveolens.Department of Skrining Fitokimia Ekstrak
Pharmacology. College of Metanol Rimpang Bangle
Medicine. Thi qar University. (Zingiber purpureum Roxb.).
Nasiriyah Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika Dan Ilmu
Aminah, L. 2008. Efek Ekstrak Etanol Pengetahuan Alam.
Daun Seledri (Apium Universitas Udayana
graveolens Linn.) terhadap
Kadar Kolesterol dan Non Atun, S. 2010. Pemanfaatan Bahan
HDL-Kolesterol Tikus Tua. Alam Indonesia menuju Riset
Universitas Islam Malang. yang berkualitas Internasional.
Malang FMIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta
Andriani, L dkk. 2015. Uji Aktivitas
Larvasida Terhadap Larva Barnes, J. Anderson, L.A. and
Culex sp dan Aedes sp Dari Phillipson, J.D. 2007. Herbal
Ekstrak Daun Alpukat. Medicines Third edition.
STIKES Harapan Ibu. Jambi Published by The
Pharmaceutical Press. 1
Anonim. 2000. Parameter Standar Lambeth High Street, London
Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat dan Makanan. Direktorat Choochote, W dkk. 2004. Potensial of
Jendral POM-Depkes RI. Crude Seed Extract of Celery
Jakarta (Apium graveolens L.) againt
The Mosquito Aedes aegypti L.
(Diptera: Culicidae).
63
Department of Parasitology, (Mode of Action). Yayasan
Faculty of Medicine, Ciang BINA TANI Sejahtera.
May Universitiy. Thailand Bandung Barat

English, L.M. 2011. Organic Jacob, A dkk. 2014. Ketahanan Hidup


Gardening-Natural dan Pertumbuhan Nyamuk
Insecticides. New Mexico Aedes sp pada Jenis Air
State University. Mexico Perindukan. Fakultas
Kedokteran, Universitas Sam
Fazal, S.S and Singla, R.K. 2012. Ratulangi. Manado
Review on The
Pharmacognostical and Kandita, R.T dkk. 2015. Uji
Pharmacological Efektivitas Ekstrak Buah
Characterization of Apium Leunca (Solanum Nigrum L.)
graveolens Linn. Indo Global sebagai Insektisida Terhadap
Journal of Pharmaceutical Nyamuk Aedes Aegypti dan
Science, Sadbhavna College of Anopheles Aconitus. Student
Management and Technology. of Faculty of Medicine.
India Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Handayani, dkk. 2013. Efektivitas
Ekstrak Daun Sirih (Piper Kardinan, A. 2007. Potensi Selasih
batle L.) sebagai Sebagai Repellen terhadap
Bioinsektisida terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Balai
Kematian Nyamuk Aedes Penelitian Tanaman Obat dan
aegypti. FKM UNHAS. Aromatik. Bogor
Makassar
Kurniawati, N. 2010. Sehat & Cantik
Harborne, J.B. 1987. Metode Alami: Berkat Bumbu Dapur.
Fitokimia & Penuntun Cara (https://books.google.co.id/boo
Modern Menganalisis ks?id=FOR8AwAAQBAJ&pg
Tumbuhan. Terjemahan K =PT1&dq=Sehat+%26+Cantik
Padmawinata & I. Sudiro. +Alami:+Berkat+Bumbu+Dap
Penerbit ITB. Bandung ur&hl=id&sa=X&redir_esc=y
#v=onepage&q=seledri&f=fals
Harfriani, H. 2012. Efektivitas e) diakses 17 November 2016
Larvasida Ekstrak Daun pukul 10.00 WITA
Sirsak Dalam Membunuh
Jentik Nyamuk. Jurnal Majidah, D. 2014. Daya Antibakteri
Kesehatan Masyarakat. Ekstrak Daun Seledri (Apium
Universitas Negeri Semarang. graveolens L.) terhadap
Semarang Pertumbuhan Streptococus
mutans sbagai Alternatif Obat
Hudayya, A dan Jayanti, H. 2012. Kumur. Fakultas Kedokteran
Pengelompokkan Pestisida Gigi, Universitas Jember.
Berdasarkan Cara Kerjanya Jember
64
mosquito management – A
Minarni, E dkk. 2013. Daya revie. International Journal of
Larvasida Ekstrak Etil Asetat Mosquito Research 2015,
Daun Kemuning (Murraya Department of Zoology,
paniculata (L) Jack) Terhadap Khuruksherta University. India
Larva Nyamuk Aedes aegypti.
Jurnal Medikal Veterinaria, Voight, R. 2010. Buku Pelajaran
Fakultas Kedokteran Hewan Teknologi Farmasi. UGM
Universitas Syiah Kuala. Press. Yogyakarta
Banda Aceh
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran
Noutcha, M.E dkk. 2016. The Role of Teknologi Farmasi. UGM
Plant Essential Oils in Press. Yogyakarta
Mosquito (Diptera: Culicidae)
Control. Annual Research & Widiarti, Damar TB, Barodji,
Review in Biology Mujiyono. 2005. Uji
SIENCEDOMAIN Kerentanan Anopheles
International, University of aconitus & Anopheles
Port Harcourt. Nigeria maculatus terhadap
Insektisida Sintetik Pyrethroid
Pratama, G.Y. 2015. Nyamuk di Jawa Tengah dan DIY. J
Anopheles sp Dan Faktor Ekol Kesehat.
Yang Mempengaruhi Di
Kecamatan Rajabasa, Yongkhamcha, B. 2010. Biological
Lampung Selatan. Fakulty of Control of Dengue Fever
Medicine, Lampung Mosquitoes (Aedes aegypti L.)
University. Lampung by Mintweed (Hyptis
suaveolens (L.) Poit), Yam
Siregar, A.M. 2008. Bean (Pachyrhizus erosus L.),
Insektisida……Perlukah?. and Celery (Apium graveolens
Jurnal. Fakultas Pertanian L.) Seed Extracts. Suranaree
Universitas Semarang Utara. University of Technology.
Medan Thailand

Sukandar, E.Y dkk. 2006. Aktivitas Yousmillah, Y. 2003. Identifikasi


ekstrak etanol herba seledri Golongan Senyawa Aktif dari
(Apium graveolens L.) dan Ekstrak Rimpang Kencur
daun urang aring (Eclipta sebagai Larvasida dan
prostata L.) terhadap Insektisida terhadap Nyamuk
Pityrosporum ovale. Sekolah Aedes aegypti. Institut
Farmasi, Institut Teknologi Pertanian Bogor. Bogor
Bandung. Bandung
Zeinab, SH. 2014. Insecticidal
Tehri, K and Singh, N. 2015. The role Bioactivity of
of botanicals as green Eco-Friendlyplant Origin
pesticides in integrated Chemicals Against Culex
65
pipiens and Aedes aegypti.
Zoology Department Faculty
of Science Mansoura
University

66
CURICULUM VITAE

Rendy Dwi Jayanto Palay adalah anak kedua dari


ketiga bersaudara, kakak Alfri Palay, S.KM dan Adik Yogi
Ade Putra Palay. Agusnawi Palay dan Olys Dali, lahir di
Limboto Kabupaten Gorontalo pada tanggal 14 Juni 1994.
Penulis mulai mengecap Pendidikan di TK
“CENDRAWASIH” di Kec. Tilamuta, Kab. Boalemo. Saat
sekolah dasar penulis bersekolah di SDN Inpres Buntulia Tengah, Kec. Marisa,
Kab. Pohuwato.
Setelah lulus dari sekolah dasar penulis melanjutkan pendidikannya di
SMPN 1 Marisa dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan Pendidikan ke
tahap sekolah menengah atas di SMAN 1 Marisa. Di sekolah menengeh atas
penulis sering mengikuti kegiatan ekstrakulikuler seperti kepramukaan dan
pernah mengikuti kegiatan “SAKA BHAYANGKARA” yaitu kepramukaan yang
di naungi oleh Kepolisian di tingkat provinsi. Penulis menjadi bagian dari
kepengurusan osis dan Palang Merah Remaja selama pendidikan sekolah
menengah. Penulis pernah mewakili SMAN 1 Marisa pada kegiatan Pekan
Olahraga Provinsi dalam ajang Basketball. Pada tahun 2012 penulis
melanjutkan lagi Pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo jurusan Farmasi.
Selama duduk di bangku kuliah penulis pernah aktif di struktur organisasi
himpunan mahasiswa jurusan Farmasi selama 1 periode. Pada tahun 2015,
penulis mengikuti magang di Apotek Aviah Kota Gorontalo. Pada tahun 2016
Penulis pun mengikuti KKS- PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT di
Desa Suka Makmur, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo.

67

Anda mungkin juga menyukai