Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Penyakit

Definisi

Global development delay didefinisikan sebagai suatu keterlambatan


yang signifikan pada 2 atau lebih aspek perkembangan motorik kasar/halus,
kognitif, bicara/bahasa, personal/sosial, atau aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari). Keterlambatan yang signifikan bila 2 atau lebih standard deviasi
di bawah rata-rata kondisi normal pada skrining perkembangan atau tes
pemeriksaan.

Istilah Global Developmental Delay dalam beberapa referensi disebut


pula dengan anak berkelainan mental subnormal, retardasi mental, defisit
mental, lemah ingatan, tunagrahita. Semua makna dari istilah tersebut sama,
yakni menunjuk kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental
dibawah normal (intelegensi di bawah rata-rata).

Menurut pendapat Branata 1979 seseorang dikategorikan retardasi


mental atau Global Developmental Delay, jika ia memiliki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga untuk
meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara
spesifik, termasuk dalam program pendidikannya.

Etiologi

Perkembangan yang terlambat (Developmental Delay) adalah


ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku,
emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila dibandingkan dengan
anak normal seusianya. Beberapa etiologi yang diturunkan secara genetik.
Seorang anak dengan Developmental Delay akan tertunda dalam
mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya. Seorang anak
dengan Global Developmental Delay (GDD) adalah anak

yang tertunda dalam mencapai sebagian besar hingga semua


tahapan perkembangan pada usianya. Ciri khas GDD biasanya adalah fungsi
intelektual yang lebih rendah dari pada anak seusianya disertai hambatan
dalam berkomunikasi yang cukup berarti kepedulian terhadap diri sendiri,
keterbatasan kemampuan dalam pekerjaan, akademik, kesehatan dan
keamanan dirinya. Lima etiologi terbanyak: 21,9% disgenesis cerebral;
11,9% palsi cerebral; 9,9% infeksi TORCH 7,3% sindrom genetik dan 4,6%
kelainan metabolik kongenital.

Tanda Gejala

Anak GDD atau retardasi mental bukanlah berarti mereka tidak akan
berkembang lagi. Namun, perlu pula dijelaskan bahwa walaupun akan ada
perkembangan dan kemajuan, anak retardasi mental tidak akan mencapai
tingkat anak yang normal yang sebaya. Hanya pada retardasi mental yang
sangat ringan sesekali akan terjadi pengejaran perkembangan sampai normal.

Anak yang mengalami retardasi mental (Global developmental delay)


pada umumnya tidak mempunyai keterampilan untuk melakukan
kemampuan merawat diri sendiri dengan baik. Mereka biasanya mengalami
kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu sehingga sulit dimengerti, dan
umumnya mereka tidak mampu untuk mengingat instruksi atau perintah
verbal secara berurutan. Ketepatan (keakuratan) respon anak retardasi mental
kurang daripada respon anak normal. Anak dengan retardasi mental
mengalami kesulitan untuk cepat menangkap stimulus yang diberikan. Hal
ini disebabkan oleh adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan
yang bermakna secara klinis dari susunan syaraf pusat.
Zainal Alimin melaporkan hasil penelitian mengenai kecepatan
merespon anak retardasi mental terhadap gambar yang tidak lengkap. Pada
umumnya anak retardasi mental yang memiliki MA (Mental Age) kurang
lebih 6,5 tahun memiliki performance yang hampir sama dengan anak
normal berumur 6 tahun, dalam mengenali gambar yang tidak lengkap.
Perbedaannya terletak pada kecepatan menjawab soal, anak retardasi mental
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan anak normal. Apabila anak
memiliki IQ di bawah 20 (retardasi mental sangat berat) maka kondisi ini
berarti individu yang bersangkutan sangat terbatas kemampuannya untuk
memahami atau mematuhi permintaan atau instruksi. Mereka yang menjadi
kelompok dengan IQ sebesar 35 sampai dengan 49 dikelompokkan dalam
mental yang sedang.
Biasanya mereka menunjukkan penampilan kemampuan yang tidak
sesuai, dimana tingkat perkembangan bahasa bervariasi ada yang dapat
mengikuti percakapan sederhana, ada pula yang tidak pernah mampu untuk
mempergunakan bahasa, meskipun mungkin mereka dapat mengikuti
instruksi sederhana dan belajar menggunakan isyarat tangan.

Patofisilogi

Terdapat beberapa penyebab yang mungkin menyebabkan Global


Delayed Development dan beberapa penyebab dapat diterapi. Seperti yang
dijelaskan di atas ada 5 etiologi tertinggi penyebab Developmental Delay ini
selain, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan dan
kelahiran prematur. Salah satu contoh pada palsi serebral dimana terjadi
malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenarasi
laminar. Serebral palsi digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan
postur tubuh yang disebabkan oleh cacat nonprogressive atau luka otak pada
saat anak- anak. Suatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu
dasar kelainan (struktural otak : awal sebelum dilahirkan , perinatal, atau
luka-luka kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidak cukupan
vaskuler, toksin atau infeksi).

Pemeriksaan Penunjang

Penilaian pertumbuhan

Plot pada kurva pertumbuhan yang sesuai dengan standard yang dipakai:
PB/U, PB/BB, BB/U. NCHS/CDC 2000

BB/U. KMS – WHO

Lingkar kepala Nellhaus

Lingkar lenganLingkar dada

Penilaian maturitas

Pertumbuhan pubertas (Tanner) : anak perempuan (payudara, haid, rambut


pubis). Anak laki-laki (testis, penis, rambut pubis). Umur tulang (bone age).
Penilaian perkembangan
Skrinning dengan instrumen KPSP, KMME, CHAT, GPPH, Denver II,
Munchen, bayley, atau lainnya.
Pemeriksaan lain yang diperlukan atas indikasi
Radiologi : foto tengkorak, CT scan/MRI
Labolatorium : darah (umum atau hormonal), urine tergantung penyakit atau
kelainan organik yang mendasari.
Fungsi pendengaran (TDD), fungsi penglihatan (TDL), dan lain- lain.

Komplikasi
Ada dua efek pada anak dengan GDD yaitu
Efek jangka pendek
Efek jangka pendek dari GDD misalnya gagal tumbuh sesuai usia,
tidak mandiri dan selalu bergantung kepada orang di dekatnya. Kebanyakan
anak dengan gangguan intelektual sulit bersosialisasi dengan anak
seumurnya, tidak berkembang sesuai umurnya misalnya kurangnya
pendengaran atau penglihatan, postur yang tidak sesuai, atau sulit untuk
duduk atau berjalan pada anak usia 6-18 bulan. Gangguan bicara dan bahasa
paling banyak terjadi setelah usia 18 bulan.
Kebanyakan anak dengan GDD memiliki kesulitan dalam melakukan
aktifitas hidup sehari-hari atau kemandirian yang berkaitan dengan merawat
diri, sehingga mereka perlu diajarkan/dilatih secara khusus dalam bentuk
bimbingan dan latihan yang terus menerus serta bersifat praktis dari orang
disekitarnya, dalam hal ini memerlukan bantuan kedua orang tua, kakek dan
neneknya (seluruh anggota keluarga), atau masyarakat disekitarnya. Untuk
mengembangkan kemampuan intelektualnya diperlukan terapis atau guru
pembimbing dirumah sebelum memasuki usia prasekolah.
Anak dengan GDD yang cepat diberikan penanganan akan
mengalami kemajuan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, tetapi
dalam hal ini keluarga harus mendukung dan bersabar dalam prosesnya.
Efek jangka panjang
Efek jangka panjang dari setiap individu berbeda-beda, bergantung
pada derajat defisit kognitif dan adaptif, gangguan perkembangan pada masa
embrionik, dan dukungan keluarga serta lingkungan. Salah satu program
kegiatan belajar bagi penyandang retardasi mental, dalam hal pendidikn
khusus dan pusat-pusat terapi adalah kemampuan merawat diri. Dengan
diberikan pengetahuan dan keterampilan tersebut, penyandang retardasi
mental sedang akan mampu mengetahui, mengenal, memahami tata cara
merawat diri serta mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Efek jangka panjang dari setiap individu berbeda-beda, bergantung
pada derajat defisit kognitif dan adaptif, gangguan perkembangan pada masa
embrionik, dan dukungan keluarga serta lingkungan. Salah satu program
kegiatan belajar bagi penyandang retardasi mental, dalam hal pendidikn
khusus dan pusat-pusat terapi adalah kemampuan merawat diri. Dengan
diberikan pengetahuan dan keterampilan tersebut, penyandang retardasi
mental sedang akan mampu mengetahui, mengenal, memahami tata cara
merawat diri serta mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi diantaranya
adalah berat ringannya kelainan, usia pada saat di diagnosis, tingkat
kemampuan berbicara dan berbahasa seperti organ mulut yang tidak
sempurna menyebabkan anak kesulitan untuk berkomunikasi secara verbal,
tingkat kelebihan (strength) dan kekurangan (weakness) yang dimiliki anak,
kecerdasan/IQ, kesehatan dan kestabilan anak, terapi yang tepat dan terpadu
meliputi guru/terapis seperti tenaga yang profesional, kurikulum yang tepat,
metode dan manajemen, sarana pendidikan, lingkungan (keluarga, sekolah,
dan masyarakat).22dan lain-lain. Orang tua perlu diajarkan untuk
menstimulasi gerakan atau mencegah posisi anak yang tak normal serta
memberikan asupan gizi yang adekuat dan kasih sayang.

Penatalaksanaan

Tidak ada terapi khusus bagi penderita GDD, tetapi untuk beberapa
keadaan dapat dilakukan penatalaksanaan. Pengobatan secara farmakologi
dapat diberikan piracetam dengan mempertimbangan farmakodinamik dan
farmakokinetik dari obat tersebut. Pada bayi fungsi organ tubuhnya belum
sempurna, terutama dalam proses metabolisme dan ekskresinya, begitu juga
ikatan protein belum berfungsi baik sehingga fraksi obat bebas akan banyak di
dalam tubuh bayi. Sehingga dibutuhkan dosis yang lebih kecil dari orang
dewasa. Selain itu perlu bayi/anak diberikan vitamin dan mineral. Vitamin
merupakan senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil
untuk mempertahankan klesehatan dan sering kali bekerja sebagai kofaktor
untuk metabolism enzim, sedangkan mineral adalah senyawa anorganik yang
merupakan bagian penting dari enzim, mengatur berbagai fungsi fisiologis
tubuh yang digunaka untuk proses pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
termasuk tulang. Vitamin yang dapt diberikan yaitu vitamin B kompleks atau
Prolakta for Baby untuk menunjang perkembangan otak bayi dan untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi,anak.
Tindakan non-farmakologi juga dapat dilakuakan dengan
melakukan fisioterapi. Fisioterapi untuk bayi yang lahir dengan risiko
tinggi atau bayi yang diperkirakan dalam kehidupan selanjutnya akan
mengalami gangguan perkembangan atau cacat, fisioterapi ditujukan untuk
meningkatkan tonus otot, memperbaiki pola-pola yang tidak benar,
meningkatkan kualitas gerakan atau pola gerakan spontan, serta pendidikan
orang tua. Tekniknya beragam, misal touching atau massage , pengaturan
posisi untuk mencegah pola yang abnormal, latihan-latihan gerakan p
Pathway
II. Rencana Asuhan Klien dengan Efusi Pleura

Pengkajian

Riwayat keperawatan

a. Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), dan satitasi


kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.
b. Keluhan utama

Biasanya oang tua mengeluhkan anak belum dapat berjalan atau anak
belum dapat berbicara.
c. Riwayat penyakit sekarang

Orang tua pasien merasa pada usia 12 bulan anak belum bisa
berjalan, oleh ibu pasien sudah dilatih berjalan, hanya berdiri kemudian
duduk lagi. Pasien bisa duduk tegak, bergerak dengan ngesotkan badan.
Pasien juga baru bisa mengucapkan “ma” sekarang pasien hanya mau
minum ASI.
d. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit seperti rubella, tetanus, difteri, meningitis, morbili,


polio, pertusis, vericella dan encephalitis dapat berkaitan atau
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik secara enteral
maupun parenteral.
e. Riwayat penyakit keluarga

osial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman,


rumah tangga yan harmonis dan pola suh, asah dan asih. Ekonomi dan
adat istiaadat, berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan internal dan
eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan
pengetahuan serta ketrampilan anak. Disamping itu juga berhubungan
dengan persediaan dan pengadaan bahan pangan, sandang dan papan.
Pemeriksaan fisik

Keadaan umum, kondisi klien saat dikaji, kesan kesadaran, tanda-tanda


vital (perubahan suhu, frekuensi pernafasan, sistem sirkulasi dan perfusi
jaringan.

Kepala,
lingkar kepala hendaknya diperiksa sampai anak usia 2 tahun denga
pengkuruan diameter oksipito-frontalis terbesar
Rambut,
warna, distribusi dan keadan kulit kepala.

Ubun-ubun,
normal ubun-ubun besar rata atau sedikit cekung sampai anak usia 18 bulan,

Mata,
refleks mata baik, sclera adaka ekterus, conjuntiva adakah anemis , penuruna
penglihatan (visus).

Telinga
semetris, fungsi pendengaran

Mulut/leher,

keadaan farings, tonsil (adakah pembesaran, hyperemia), adakah


pembesaran kelenjar limfe, lidah dan gigi kotor atau tidak adakah kelainan,
bengkak dan gangguan fungsi.
Kelenjar tyroid
adaka pembesaran (gondok) yang apat mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Kulit,
keadaan warna, turgor, odema, keringat dan infeksi.

Thorax,
bentuk simteris, gerakan

Paru,

normal vesikulr, adakah kelainan pernafasan(ronchi, wheezing)

Jantung,
pembesaran, irama, suara jantung dan bising.

Genetalia,

testis, jenis kelamin, apakah labio mayor menutupi labio minor pada
perempuan.

Ekstremitas,
refleks fisiologis, refleks patologis, refleks memegang, sensibilitas,
tonus dan motorik.
Pemeriksaan penunjang

Penilaian pertumbuhan

Plot pada kurva pertumbuhan yang sesuai dengan standard yang dipakai:
1) PB/U, PB/BB, BB/U. NCHS/CDC 2000
2) BB/U. KMS – WHO
3) Lingkar kepala Nellhaus
4) Lingkar lenganLingkar dada

Penilaian maturitas

Pertumbuhan pubertas (Tanner) : anak perempuan (payudara, haid, rambut


pubis). Anak laki-laki (testis, penis, rambut pubis). Umur tulang (bone age).
Penilaian perkembangan
Skrinning dengan instrumen KPSP, KMME, CHAT, GPPH, Denver II, Munchen,
bayley, atau lainnya.

Pemeriksaan lain yang diperlukan atas indikasi


1) Radiologi : foto tengkorak, CT scan/MRI
2) Labolatorium : darah (umum atau hormonal), urine tergantung penyakit atau
kelainan organik yang mendasari.
3) Fungsi pendengaran (TDD), fungsi
penglihatan (TDL), dan lain-lain.

Diagnosa keperawatan yang mungkin


muncul
Diagnosa 1: Ansietas
Definisi

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai


repons otonom: perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik
Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup Kesedihan uang mendalam Menyesal Perasaan tidak adekuat
Putus asa Ragu Sangat khawatir
Fisiologis

Gemetar Peningkatan keringat Peningkatan ketegangan Suara bergetar


Simpatis
Jantung berdebar-debar Peningkatan tekanan darah
Faktor yang berhubungan Konflik nilai Perubahan besar Stresor

Diagnosa 2: Hambatan komunikasi verbal

Definisi

Penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk


menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol.
Batasan karakteristik

Kesulitan memahami komunikasi, Kesulitan mempertahankan komunikasi


Kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal Kesulitan menggunakan
ekspresi tubuh Kesulitan menggunakan ekspresi wajah Ketidak tepatan
verbalisasi Pelo Sulit bicara Tidak ada kontak mata
Tujuan dan kriteria hasil Ansietas berkurang Kriteria hasil:
Keluarga mau menerima keadaan pertumbuhan dan perkembangan
anaknya yang dialami sekarang Keluarga mengerti tentang pertumbuhan dan
perkembangan serta factor- faktor yang memepengaruhi..Keluarga nampak
tenang dan mau bekerja sama dalam perawatan dan penatalaksanaan
interveIntervensi keperawatan dan rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Rasa percaya yang terbina antara
Bina hubugan saling percaya
perawatan-keluarga klien/klien-dokter
antara perawat-keluarga-dokter
merupakan modal dasar komunikasi
dalam pengumpulan
efektif dalam pengumpulan data,
data/pengkajian dan
menemukan masalah dan alternatif
penatalaksanaan.
pemecahan masalah.
Disukusikan dan informasikan
Diskudi merupakan metode efektif
dengan jelas sesuai tingkat
untuk menyampaikan informasi untuk
pengetahuan dan pengalaman
diterima dan dipertimbangkan oleh
keluarga :
keluarga , sehingga informasi tersebut
Tingkat pertumbuhan dan
mendapat tanggapan dan kooperatif
perkembangan anaknya yang
serta partisipatif yang
terlambat perlu pemeriksaan yang
berkesinambungan.
kompleks dan pengangan lintas devisi.
Penjelasan yan diterima cenderung
Jelaskan tentang tingkat
memberikan jalan pikiran terbuka,
pertumbuhan dan perkembangan
sehingga mau menerima keadaan
yang dicapai saat dikaji.
anaknya dan sedikit menekan stres.
Beri kesempatan pada keluarga Asertivitas dalam menghadapi sesuatu
untuk bertanya dan mengungkapkan dengan segala perasaan dan kepuasan
perasaan cemasnya. akan mendorong atau memberi
semangat untuk memfasilitasi tingkat
pertumbuhan dan perkembangan
anaknya mencapai tingkat optimal
sesuai dengan kelompok sebayanya.
Beri reinforcement terhadap Reinforcement sebagai kekuatan untuk
kemauan dan kemampuan keluarga meningkatkan tingkat psikologis yang
untuk semangat dan tanggapan baik dan positif sehingga termotivasi
yang positif serta benar tetnang untuk menstimulasi pertumbuhan dan
persepsi keadaan anaknya. perkembangan anaknya.

Diagnosa 2: Hambatan komunikasi verbal

Tujuan dan kriteria hasil

Anak dapat menunjukkan komunikasi Kriteria hasil:


Anak akan mengomunikasikan kepuasan dengan kmunikasi alternatif
Anak dapat menggunakan bhasa tertulis, lisan, atau non verbal Anak dapat
menggunankan bahasa isyarat

Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi Keperawatan Rasional
Latihan bicara yang sesuai dengan
Lakukan latihan komunikasi
perkembangan anak akan menghindari
dengan memperhatikan
ekploatasi yang berakibat penekanan
perkembangan mental anak
fungsi mental anak
Berikan lebih banyak kata Anak lebih suka mendengarkan kata- akat
meskipun anak belum mampu dari pada mengucapkan karena
mengucapkan
biasanya kesulitan dalam mengucapkan.
dengan benar.
Gunakan bahasa yang
Memudahkan pemahaman menghindari stress
sederhana dan umum
dan kebingungan anak yang
digunakan dalam komunikasi
akibat bahasa yang berubah-ubah.
sehar-hari.
Lakukan sekrening lanjutan Mengetahui jenis dan beratnya
dengan mengggunakan gangguan serta keterlambatan dalam
Denver Speech Test. berbicara pada anak.
Mengetahui kemungkinan kelainan
Kolaborasi pemeriksaan EEG
pada SSP anak.
DAFTAR PUSTAKA

Docslide. (2014). Tumbang GDD (Internet). Jakarta: Document Tips. Tersedia dalam
<http//:documents.tips> (diakses tanggal 27 Desember 2016).

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2013). Mengenal Keterlambatan Umum pada Anak
(Internet). Jakarta: IDAI. Tersedia dalam: <http://idai.or.id> (diakses 27 Desember
2016).

Wilkinson, J.M. & Ahern, N.R. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawata

Anda mungkin juga menyukai