Anda di halaman 1dari 10

MELATIH KETERAMPILAN LIFESKILLS YANG ESSENSIAL

UNTUK ANAK RETARDASI MENTAL

OLEH :

NAMA : NI PUTU PUTRI SANTI PRATIWI

NIM : 2229111001

PENDIDIKAN MAGISTER BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2023
1. Ringkasan

Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya hendaya ketrampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan
kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Namun demikian, penyandang retardasi mental
bisa mengalami semua gangguan jiwa yang ada, dan prevalensi dari gangguan jiwa lainnya
sekurang-kurangnya tiga sampai empat kali lipat pada populasi ini daripada populasi umum.
Selain itu, penyandang retardasi mental mempunyai risiko lebihbesar untuk dieksploitasi dan
diperlakukan salah secara fisik/seksual (physical/sexual abuse). Selalu ada hendaya perilaku
adaptif, tetapi dalam lingkungan sosial terlindung dimana sarana pendukung cukup tersedia,
hendaya ini mungkin tidak tampak sama sekali pada penyandang retardasi mental ringan.

Manusia pada umumnya mungkin tidak menyadari berapa banyak keterampilan yang kita
gunakan secara teratur saat kita menjalani kehidupan sehari-hari. Ini bisa jadi karena kita
yang pada mayoritas mungkin tidak perlu bersusah payah saat mempelajari cara melakukan
tugas sehari-hari yang sederhana seperti makan, berpakaian sendiri, atau menjaga kebersihan
pribadi. Tetapi bagi anak-anak dengan retardasi mental, keterampilan hidup ini mungkin
lebih sulit dikuasai karena ketidakmampuan kognitif atau perkembangan mereka. Jadi,
pendidikan mereka harus mencakup instruksi atau kurikulum pembelajaran yang ditujukan
untuk mengajarkan keterampilan hidup yang berguna untuk kehidupannya sehari-hari dan di
masa yang akan datang bagi anak-anakdengan retardasi mental.

2. Pendahuluan

Retardasi mental adalah gangguan intelektual yang umumnya ditandai dengan kemampuan
mental atau inteligensi yang berada di bawah rata-rata. Kondisi ini juga kerap disebut
disabilitas intelektual dan ia bisa memengaruhi kapasitas seseorang untuk belajar dan
menyimpan informasi baru. Bahkan kondisi ini juga bisa memengaruhi perilaku sehari-hari
seperti keterampilan sosial dan rutinitas kebersihan. 

Tingkat keparahan retardasi mental cukup bervariasi, mulai dari ringan hingga sangat berat.
Umumnya, kemampuan inteligensi seseorang akan diukur dengan menggunakan skor IQ.
Seseorang dikatakan mengalami kondisi ini apabila mendapatkan skor IQ di bawah 70.
Anak-anak dengan retardasi mental ringan dapat menjalani kehidupan seperti orang normal
dengan dukungan yang tepat. Namun, anak-anak dengan kondisi yang yang parah
membutuhkan dukungan yang lebih banyak dan konstan. 

Kondisi ini biasanya disebut keterbelakangan mental, yang berkonotasi negatif di masyarakat.
Oleh karena itu, frasa ini digantikan dengan disabilitas intelektual. Istilah ini kurang ofensif
dan tidak mengjelaskan tingkat keparahan kondisi.

Penyebab Retardasi Mental

Mungkin sulit untuk mengidentifikasi penyebab spesifik dari retardasi mental yang dialami
seseorang. Namun, kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan perkembangan otak.  

Apa pun yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak dapat menyebabkan
kondisi ini. Nah, berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi penyebab yang paling sering
terjadi: 

 Kelainan Genetik. Kelainan seperti sindrom down dan sindrom fragile X yang


diduga memiliki keterkaitan dengan kelainan genetik yang kemudian bisa
menyebabkan kondisi ini.

 Masalah selama Kehamilan. Beberapa kondisi yang terjadi selama kehamilan


nyatanya bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak janin. Ini termasuk
penggunaan alkohol, konsumsi obat-obatan terlarang, gizi buruk, infeksi, dan
preeklamsia.

 Masalah selama Masa Bayi. Retardasi mental juga bisa terjadi akibat gangguan
selama masa kelahiran. Seperti misalnya akibat bayi tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup, atau bayi lahir dalam kondisi yang sangat prematur sehingga
paru-paru belum matang secara sempurna.

 Cedera atau Penyakit Lainnya. Infeksi seperti meningitis, atau campak juga bisa
menyebabkan anak mengalami penyakit ini. Cedera kepala berat, keadaan hampir
tenggelam, malnutrisi ekstrem, infeksi otak juga merupakan conton hal-hal yang bisa
memicu retardasi mental.

Gejala retardasi mental biasanya akan mulai terlihat sejak anak usia dini. Dalam beberapa
kasus, tanda-tandanya mungkin bersifat fisik. Misalnya, anak mungkin memiliki kepala yang
sangat besar atau kecil, ada kelainan pada tangan atau kaki mereka, atau perbedaan fisik
lainnya. Namun, ini tidak selalu terjadi.

Anak-anak yang tampak sehat secara fisik dan normal juga bisa mengalami retardasi mental.
Anak-anak yang memiliki kondisi yang parah mungkin mulai menunjukkan gejala pada usia
yang lebih dini daripada mereka yang memiliki bentuk yang lebih ringan. 

Jika khawatir anak mungkin memiliki retardasi mental, berikut adalah beberapa tanda awal
yang harus diwaspadai:

 Sering berputar, duduk-berdiri, merangkak, atau terlambat berjalan.

 Mempunyai  gangguan dalam berbicara, seperti gagap. 

 Lamban dalam memelajari sesuatu hal yang sederhana, seperti berpakaian,


membersihkan diri, dan makan.

 Kesulitan mengingat barang

 Kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain.

 Gangguan perilaku, seperti tantrum.

 Kesulitan dalam melakukan diskusi, sulit menyelesaikan suatu masalah, atau pola
pikir yang kurang logis.

Retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

• Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69

• Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49

• Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34

• Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20


1. Retardasi mental ringan

Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik


(educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk
keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu
mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol
saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih
lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik
sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks
sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada
masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa
mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau
mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.

2. Retardasi mental sedang

Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih (trainable). Pada
kelompok ini anak mengalami keterlambatan perkembangan pemahaman dan
penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus
diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa
diantaranya mem- butuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah
terbatas, sebagian masih bisa belajar dasar- dasar membaca, menulis dan berhitung.

3. Retardasi mental berat


Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang
dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait.
Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan
motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.

4. Retardasi mental sangat berat

Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya
dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak sangat terbatas
dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat
elementer.
3. Pembahasan

Life skill atau kecakapan hidup sangat di perlukan dan dibutuhkan oleh setiap individu agar
berdaya dan mampu untuk melakukan aktivitas secara mandiri. Kegiatan life skills dapat di
ajarkan sejak dini pada anak begitu pula pada anak dengan retardasi mental. Life skills
merupakan kegiatan wajib sebagai upaya pembekalan bagi anak untuk jangka panjang.
Tujuan dari pemberian aktivitas life skills pada anak dengan retardasi mental membantu anak
untuk melakukan kegiatan sehari-hari, membantu anak menjadi lebih mandiri, lebih
bertanggung jawab dan mampu memberdayakan anak dengan mengembangkan kemampuan
yang  dimiliki hingga pada nantinya akan membantu anak beradaptasi di dalam masyarakat
dan membantu anak beradaptasi dalam memasuki dunia kerja.

Kemampuan life skill dapat meliputi (Yuli Tondang, 2021)

1. Kemampuan bantu diri (self help)

Kemampuan bantu diri dapat diajarkan pada anak sejak dini. Aktifitas yang dapat di ajarkan
kepada anak seperti mandi, menggosok gigi, buang air besar atau buang air kecil, memakai
pakaian, makan dan minum dengan mandiri.

 Kegiatan rumah

Kegiatan harian di dalam rumah juga dapat menjadi alat bantu untuk melatih life skills anak.
Kegiatan yang dapat orangtua berikan berkaitan dengan tanggung jawab pemeliharaan rumah
seperti mencuci piring, menyapu, mengepel, memasak, merapihkan tempat tidur, menyiram
tanaman. Kegiatan harian di dalam rumah juga dapat membantu menumbuhkan kelekatan
antara anak dengan orangtua, anak dengan saudara/i-nya ataupun dengan orang disekitarnya,
dengan melibatkan anak pada setiap kegiatan banyak membantu anak merasa lebih dipercaya.

 Kemampuan berwirausaha

Kemampuan berwirausaha juga perlu diajarkan pada anak dengan berkebuthan khusus, hal
tersebut membantu memberdayakan anak (Ibnu Saymsi, 2010). Pentingnya anak dengan
berkebutuhan khusus memiliki kemampuan berwirausaha (Krisnan, 2021) yaitu anak belajar
mengenali peluang, anak belajar kemandirian, anak belajar mengembangkan kreativitas, anak
menjadi lebih produktif.

 Kemampuan sosial

Kemampuan sosial juga perlu di miliki oleh anak, hal tersebut dapat membantu melatih
kemampuan komunikasi anak dengan orang disekitarnya. Tidak hanya melatih kemampuan
komukasi, tetapi juga melatih kemampuan bekerja sama dengan orang lain.

 Kemampuan memecahkan masalah

Kemampuan memecahkan masalah sangat penting dimiliki anak, hal ini berkaitan dengan
bagaimana anak menyelesaikan sebuah permasalahan. Dalam memecahkan masalah, anak
juga berlatih dalam membuat atau mengambil keputusan. Pembuatan ataupun pengambilan
keputusan didasari oleh informasi yang dimiliki dan pengalaman di dalam kehidupan sehari-
hari oleh anak.

4. Implementasi

keterampilan hidup sehari-hari yang perlu didukung untuk anak-anak dengan retardasi
mental dalam kurikulum pembelajaran mereka :

1. Personal Care

Ajarkan siswa retardasi mental tentang pentingnya pola makan seimbang, olahraga, kebiasaan
makan yang baik, dan nutrisi yang tepat. Fokus pada pengembangan kebiasaan kebersihan
pribadi dan berikan dukungan yang diperlukan untuk memastikan mereka mempraktikkannya
secara teratur.

Bicaralah dengan mereka tentang bagaimana mendapatkan perawatan kesehatan dan


menangani penyakit yang mungkin dapat terjadi pada mereka seperti demam, alergi, dan flu.
Latih mereka untuk berpakaian dan membuat diri mereka terlihat rapi. Sebagai seorang
pendidik (baik guru maupun orangtua) dapat menggunakan jadwal visual untuk membantu
mereka dengan rutinitas harian mereka.
2. Matematika Esensial/Praktis

Ajari anak-anak dengan kondisi khusus untuk menghitung uang, melakukan pengembalian
uang dengan benar, mengetahui konsep waktu, dan membuat anggaran pribadi. Mereka dapat
diajari bagaimana menjaga uang mereka, dan mengambil keputusan keuangan yang
bertanggung jawab.

Dorong mereka untuk belajar mengelola keuangan dan memantau pengeluaran mereka.
Bicaralah dengan mereka tentang kebiasaan belanja yang baik dan tentang pentingnya
menabung. Anak bisa belajar dengan metode role-play atau praktik langsung misalnya
dengan pergi ke supermarket terdekat, menggunakan aplikasi online seperti Go-Pay atau
bahkan bermain monopoli.

3. Keterampilan Rumah Tangga

Anak dengan retardasi mental dapat dilatih untuk memiliki keterampilan hidup yang sifatnya
praktis seperti menjaga dan merawat isi rumah. Mereka juga dapat belajar bagaimana
memperbaiki rumah mereka, membersihkan rumah dan berbelanja bahan makanan adalah
beberapa hal yang bisa diajarkan kepada mereka. Mereka juga dapat mempelajari cara
menyimpan makanan dengan benar dan memeriksa tanggal kedaluwarsa makanan.

4. Membaca Hal yang Penting

Karena internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, anak-anak dengan
retardasi mental dapat diajari cara menggunakan internet untuk mencari informasi. Mereka
juga dapat dilatih membaca peta dan rambu di jalanan, sehingga mereka dapat melakukan
perjalanan sendiri di dalam komunitas. Mereka juga dapat belajar membaca dan memahami
dokumen penting.

5. Kehidupan Sosial-Bermasyarakat

Berfokuslah untuk memberi mereka pendidikan yang memberikan pengetahuan tentang hak-
hak sebagai anggota masyarakat, peraturan di lingkungan sosial dan cara mematuhinya. Ajari
mereka cara membedakan dan melaporkan kejahatan, mendapatkan pertolongan darurat
untuk diri mereka sendiri atau orang-orang di sekitar mereka, dan melakukan sikap sesuai
dengan norma yang berlaku.

Anda dapat menggunakan cerita sosial untuk menjelaskan bagaimana menjadi seorang warga
yang bertanggung jawab dan mengikuti aturan di setting kondisi sosial tertentu.
6.Keselamatan Diri

Ajarkan siswa dengan kondisi khusus tentang rambu-rambu keselamatan dan artinya. Mereka
harus waspada terhadap kebakaran dan bahaya keselamatan lainnya, dan cara-cara untuk
menyelamatkan diri jika terjadi kecelakaan. Dalam hal evakuasi saat terjadi gempa misalnya,
mereka harus diberi tahu cara menyelamatkan diri untuk keluar dari gedung.

7. Kesadaran Diri dan Kepercayaan Diri

Anak dengan retardasi mental harus mampu mengidentifikasi kebutuhan emosional, fisik dan
psikologisnya. Dorong mereka untuk mengakui dan menerima pujian dan kritik. Fokus pada
pengembangan rasa harga diri mereka.

8. Keterampilan Bekerja

Sekolah harus mempersiapkan mereka untuk mencari peluang kerja dan mengenali
persyaratan dari setiap pekerjaan. Ajarkan siswa dengan retardasi mental tentang harapan di
lingkungan kerja dan bagaimana beradaptasi dengan tuntutan kerja. Mereka juga dapat diajari
bagaimana menjadi profesional di tempat kerja. Mereka dapat dilatih untuk mengikuti arahan
dan bagaimana bekerja sebagai sebuah tim. Mereka harus siap menerima pengawasan dan
sadar akan prosedur keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA

https://sekolahku.sch.id/2021/07/28/melatih-life-skill-pada-anak-dengan-berkebutuhan-
khusus/

https://sekolahku.sch.id/2022/03/21/8-keterampilan-life-skills-yang-esensial-untuk-special-
needs-children/

Suparno. (2007). Pendidikan Anak Berkebutuhan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Statistik Sekolah Luar Biasa (SLB)
2015/2016 Khusus.

Valente M, Tarjan G. Etiology factors in mental retardation. Psychiatric Ann Repr 1974:8-14.

Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan retardasi mental. Disertasi.


Surabaya: Universitas Airlangga, 1976.

Anda mungkin juga menyukai