Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN ANAK

“Retardasi Mental”

Dosen Pengampu : Sutarmi,MN

Disusun Oleh :
Faqih Firmanda P1337420421001/2A – 01
Icshan Bastianto P1337429421003/2A – 02
Febriana Kartika Sari P1337420421009/2A – 05
Anggarista Setya Cahyani P1337420421015/2A – 08
Fiela Marselly AP P1337420421039/2A – 20
Indra Surya Admaja P1337420421051/2A – 26

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN BLORA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Retardasi mental merupakan masalah di bidang kesehatan masyarakat,kesejahteraan sosial dan
pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang anak sedangkan
peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta
merupakan sesuatu yang terpenting pada anak tersebut. Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan
adanya gangguan pada fase pranatal, perinatal maupun postnatal. Mengingat beratnya beban keluarga
maupun masyarakat yang harus ditanggung dalam penatalaksanaan retardasi mental, maka pencegahan
yang efektif merupakan pilihan terbaik.

Pada masa kerajaan Yunani di bawah hukum Lycurgus anak dengan retardasi mental mengalami
perlakuan yang sangat mengenaskan, yang dibolehkan untuk dimusnahkan, atau dibuang di sungai
Eurotes. Di Romawi kuno ada hukum yang membenarkan pembunuhan pada anak-anak yang cacat atau
yang lemah, walaupun kadang-kadang anak cacat tersebut masih dipertahankan hidup bila masih mampu
menghibur para pembesar.

Prevalens retardasi mental pada anak-anak dibawah umur 18 tahun di negara maju diperkirakan
mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar 4,6%. Insidens retardasi mental di negara maju
berkisar 3-4 kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental
berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian melaporkan angka kejadian retardasi mental
lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.

1.2 Rumusan Masalah


a.) Bagaimana dasar penyakit retardasi mental?
b.) Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental?

1.3 Tujuan
a.) Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit retardasi mental
b.) Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental

1.4 Manfaat
a.) Manfaat teoritis dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa memperoleh pengetahuan
tambahan dan dapat mengembangkan wawasan mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental.
b.) Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini agar para pembaca mengetahui bagaimana cara
untuk menyusun sebuah asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental dan dapat
menerapkannya dalam melakukan tindakan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
a. Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap,
yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya (impairment) keterampilan ( kecakapan, skill )
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh terhadap intelegensia yaitu kemampuan
kognitif, bahasa, motorik dan sosial. ICG ( WHO, 1992 ).

Menurut Crocker AC (1983), retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi
yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul
pada masa perkembangan. Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal
terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari:
a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social

b. Etiologi
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal.
Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan
psikososial. Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisis tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
• Ada hubungan dengan kelas sosial.

Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
a) Faktor organik
Faktor Prakonsepsi
 Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic,kelainan neurocutaneos)
 Kelainan kromosom (X-linked,translokasi,fragile-X) – sindrom polygenic familial

b) Faktor Prenatal
 Kelainan kromosom (trisomi,mosaic)
 Infeksi intrauterine,misalnya TORCH,HIV
 Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi,kokain,logam berat)
 Disfungsi plasenta
 Ibu:diabetes mellitus,PKU(Phenylketonuria)
 Ibu malnutrisi

c) Penyebab Perinatal
 Asfiksia neonatorum
 Trauma lahir : Perdarahan Intakranial
 Meningitis
 Kelainan metabolic : Hipoglikemia,Hiperbilirubinemia

d) Penyebab Postnatal
 Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
 Neuro toksin,misalnya logam berat
 CVA (Cerebrovascular accident)
 Anoksia
 Metabolic
 Gizi buruk

e) Penyebab non organik


 Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
 Sosial cultural
 Interaksi anak kurang
 Penelantaran anak

c. Manifestasi Klinis
a. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
b. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal
e. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f. Kemungkinan tonus otot abnormal
g. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasa

d. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental
ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak
( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70
sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
e. Diagnosis dan Gejala Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik
yang merupakan stigmata congenital,yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah ke suatu
sindrom penyakit tertentu.
Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental yaitu
(Swaiman,1989):
1. Kelainan pada mata
- Katarak
- Bintik cherry-merah pada daerah macula
- Korioretinitis
- Kornea keruh
2. Kejang
- Kejang umum tonik klonik
- Kejang pada masa neonatal
3. Kelainan kulit
- Bintik café-au-lait
4. Kelainan Rambut
- Rambut rontok
- Rambut cepat memutih
- Rambut halus
5. Kepala
- Mikrosefali
- Makrosefali
- Hidrosefalus
- Mucopolisakaridase
- Efusi subdural

Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak dengan
keterbelakangan mental :
1. Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)
 Anak prasekolah (0-5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam berjalan, makan
sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak melihat keterbelakangan ini.
 Usia sekolah (6- 21 tahun): Belajar keterampilan motorikpemahaman dan kognisi
(membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam oleh remaja tahap ini, dapat
belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.
 Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan kejuruan yang
diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan dan bantuan ketika berada pada
kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.

2. Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35-49)


 Anak prasekolah (0-5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan dengan jelas
terlambat.
 Usia sekolah (6 -21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan dasar dan
kebutuhan keamanan.
 Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi terampil
sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada permainan sederhana dan
melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal, mampu merawat diri sendiri.
3. Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20- 34)
 Anak prasekolah (0-5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda, sedikit atau tidak
berbicara, mendapat mamfaat dari pelatihan mengerjakan sendiri (misalnya makan
sendiri).
 Usia sekolah (6-21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat ketidakmampuan
motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan, dapat mengambil mamfaat dari
pelatihan mengenai kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat diterima.
 Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan memperbesar
perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan pengawasan ketat dalam lingkungan
yang dapat dikendalikan.

4. Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)


 Anak prasekolah (0-5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang, kemampuan
sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri.
 Usia sekolah (6-21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas tertunda, respon
berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari pelatihan dalam penggunaan anggota
badan dan mulut, harus diawasi dengan ketat.
 Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan cara
primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak dapat merawat diri
sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.

f. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
5. Serum asam urat (uric acid serum)
6. Laktat dan piruvat darah
g. Pathway

h. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-sosio
ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal
yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas
40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).

2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi;
pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
3. Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa.
Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif. Konseling
kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain
membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan
Retardasi mental.

i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual
oleh sebab itu sebaiknya :
 Dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk
mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin
 Melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan
kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis penyebab,dan
mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada,pekerja social diperlukan untuk
menilai situasi keluarganya.
 Melibatkan ahli saraf bila anak juga menderita epilepsi,cerebral palsy
 Melibatkan psikiater bila anak menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orangtuanya
membutuhkan dukungan terapi keluarga
 Melibatkan ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan
motorik dan sensoriknya
 Bagi orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa
yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan serta diperlukan kerjasama yang baik
antara guru dengan orang tuanya
 Diberikan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan taraf IQ-nya mereka digolongkan
yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan yang mampu dilatih untuk
anak dengan retardasi mental sedang,
 Sekolah khusus untuk anak retardasi mental adalah SLB-C di sekolah ini diajarkan juga
keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari
diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan

j. Komplikasi
1. Serebral palcy
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai
kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan
ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi
sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan
diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan
ketenangan dan bekerja.
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola,
proses pikir), Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi
bahasa, Gagal melewati tahap perkembangan yang utama,
Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-
kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ),
lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal ( lebih
sering tonus otot lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan
terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami
Penyakit kromosom Trisomi 21 ( Sindrom Down),
Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom (distrofi otot
Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan
metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio
plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature,
Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan
intracranial, Cedera kepala, Infeksi, Gangguan
degenerative.
c. Riwayat prenatal
d. Riwayat perinatal
e. Riwayat post natal
f. Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah
mengalami penyakit yang serupa atau penyakit yang
dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama dari
ibu tersebut.
g. Riwayat sosial
4. Pengkajian pola fungsional gordon
a. Persepsi dan pola manajemen kesehatan
1) status kesehatan anak sejak lahir
2) pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi
3) Penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah
pencegahan kesehatan ( pakaian, menukar popok, dll)
4) Apakah orang tua merokok ?, didekat anak ?
5) Mainan anak/bayi (aman?) keamanan kendaraan ?
6) Praktek keamanan orang tua (produk rumahtangga,
menyimpan obat-obatan , dll)
b. Nutrisi – Pola Metabolic
1) Pemberian ASI/PASI, perkiraan jumlah minum,
kekuatan menghisap ( bagi yang masih bayi )
2) Selera makan, makanan tidak disukai/disukai
3) Masukan makanan selama 24 jam ? makanan
tambahan ? vitamin ?
4) Kebiasaan makan
5) Alat makan yang digunakan
6) Berat badan lahir? Berat badan saat ini?
7) Masalah kulit :
rash, lesi, dll Orang tua
- status nutrisi orang tua/keluarga? Masalah?
c. Pola Eliminasi
1) Pola defekasi (gambarkan: frekuensi, kesulitan,
kebiasaan ada darah/tidak)
2) Mengganti pakaian dalam/diapers ( bagi bayi )
3) Pola eliminasi urin (gambarkan : berapa kali popok
basah/hari, perkiraan jumlah , kekuatan keluarnya
urin, bau, warna)
Orang tua
- Pola eliminasi ? masalah ?
d. Aktivitas – Pola Latihan
1) Rutin mandi ? ( kapan, bagaimana, dimana,
menggunakan sabun apa?)
2) Kebersihan rutin ( pakaian, dll)
3) Aktivitas sehari-hari dirumah, bermain, tipe mainan
yang digunakan, teman bermain, penampilan anak saat
bermain, dll)
4) Level aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans
5) Persepsi anak terhadap kekuatan ( kuat atau lemah )
6) Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan,
toileting, berpakaian, dll )
Orang tua
- Aktivitas/pola latihan, pemeliharaan anak, pemeliharaan rumah
?
e. Pola Istirahat – Tidur
1) Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam, dll
2) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia ?
3) Posisi tidur anak? Gerakan tubuh ?
f. Pola Kognitif – Persepsi
1) Responsive anak secara umum
2) Respons anak untuk berbicara, suara, object, sentuhan?
3) Apakah anak mengikuti object dengan matanya ?
respon untuk meraih mainan
4) Vokal suara, pola bicara, mainan, dsb
5) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu,
alamat, nomor telepon, dsb
6) Kemampuan anak untuk mengatakan kebutuhan :
lapar, haus, nyeri, tidak nyaman ?
Orang tua
- Kesulitan membuat keputusan, judgments ?
g. Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
1) status mood bayi/anak ( iritabilitas )
2) Pemahaman anak terhadap identitas diri,
kompetyensi,dll Anak/Bayi :
a. Status mood?
b. Banyak teman / seperti yang lainnya /
c. Persepsi diri (”baik” umumnya waktu, sulit untuk
menjadi ”baik” )
d. Kesepian ?
e. Takut ?
Orang tua
- Persepsi diri sebagai orang tua
h. Pola Peran – Hubungan
1) struktur keluarga
2) Masalah / Stressor keluarga
3) Interaksi antara anggota keluarga dan anak
4) Respon anak/bayi terhadap perpisahan
5) Anak : ketergantungan?
6) Anak : pola bermain /
7) Anak : temper tantrum ? masalah disiplin /
penyesuaian sekolah ?
Orang tua :
- Peran ikatan ? kepuasan ?
- Pekerjaan/ sosial / hubungan perkawinan ?
i. Sexualitas
j. Koping – Pola Toleransi Stress
1) Apa yang menyebabkan stress pada anak?
Level stress? Toleransi ?
2) Pola penanganan masalah, support system ?
k. Nilai – Pola Keyakinan
1) Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen /
2) Keyakinan akan kesehatan,
keyakinan agama Orang tua
- sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality)
semangat untuk masa depan ?
- Keyakianan akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan ?

5. Pemeriksaan fisik
1. Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali
(btk kepala tdk simetris)
2. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk
ada, halus, mudah putus dan sScepat berubah
3. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
4. Hidung : jembatan/punggung hidung
mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas,
dll
5. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari
bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi
6. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
7. Telinga : keduanya letak rendah; dll
8. Muka : panjang filtrum yang
bertambah, hipoplasia
9. Leher : pendek; tdk mempunyai
kemampuan gerak sempurna
10. Tangan : jari pendek dan tegap atau
panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar,
klinodaktil, dll
11. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
12. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
13. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih,
panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya,
lebar, besar, gemuk.

6. Pengkajian perkembangan anak (Penilaian


berdasarkan format DDST/Denver II ) bagi anak usia 0
– 6 tahun
a. kemandirian dan bergaul
b. Motorik halus
c. Kognitif dan bahasa
d. Motorik kasar
Bagi anak diatas 6 tahun, maka ditanyakan tumbuh
kembang secara umum sbb:
1) Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
2) Pertumbuhan gigi
- usia tumbuh gigi
- jumlah
- masalah dengan psertumbuhan gigi
e. Usia mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-
kata pertama
f. Perkembangan sekolah, lancar ? masalah apa ?
g. Interaksi dengan peers dan orang dewasa
h. Partisipasi dengan kegiatan organisasi ( kesenia, Olahraga, dsb)

7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Kromosom
b. Pemeriksaan urin,scrum atau titer virus
c. Test Diagnostik seperti :EEG,CT Scan untuk
identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan
otak,injury jaringan otak atau trauma yang
mengakibatkan perubahan.

Anda mungkin juga menyukai