Retaldasi Mental
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing
Hj. Iyam Mariam,S.Sos.,Ns.,Msi.,M.Kep
Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan karunia-Nya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam menyelesaikan
tugas makalah ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga Allah SWT curahkan selalu kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam yang diridhoi-Nya.
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari pembaca maupun Bapak/Ibu
selaku dosen-dosen pembimbing kami serta teman-teman sekalian, karena kritik dan saran itu
dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...3
2.1 DEFINISI………………………………………………………………………….3
2.2 ETIOLOGI………………………………………………………………………3-5
2.3 KLASIFIKASI……………………………………………………………..........5-6
2.5 PATOFISIOLOGI………………………………………………………………...8
2.7 PROGNOSIS……………………………………………………………………..9
2.8 PENCEGAHAN…………………………………………………………………10
2.9 PENANGANAN………………………………………………………….......10-11
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………… 21
4.1 KESIMPULAN………………………………………………………………...........16
4.2 SARAN………………………………………………………………………...........16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………17
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Retaldasi Mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya
terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama
ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi Mental disebut juga oligofrenia (oligo :
kurang atau sedikit dan fren : jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005 : 386).
Retaldasi Mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan
mental yang tidak mencukupi (WHO).
American Assosiation on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi Retardasi
Mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi
intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan
dengan gangguan adaptasi social.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab Retaldasi Mental dapat terjadi mulai dari fase prenatal, perianatal, dan
postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam
penyebab terjadinya Retardasi Mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah.
Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan
psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut Retardasi Mental tipe klinis mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :
Pada umumnya merupakan Retardasi Mental sedang sampai sangat berat
Tampak sejak lahir atau usia dini
Secara fisis tampak berkelainan/aneh
Mempunyai latar belakang biomedis baik prenatal, perinatal maupun
postnatal
Tidak berhubungan dengan kelas social
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
Biasanya merupakan Retardasi mental ringan
Diketahui pada usia sekolah
Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
Ada hubungan dengan kelas social
Penyebab Retaldasi Mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam :
a. Penyebab Pranatal
Gangguan Metabolisme
Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl Keton Uria
(PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea, histidemia,
homosistinuria, disfosia oculorenal Lowe, hiperprolinemia, tyrosinosis
dan hiperlisinemia. Gangguan metabolism lemak yaitu degenerasi
serebromakuler dan lekoensefalopati progresif. Gangguan metabolism
karbohidrat yaitu galaktosemia dan glycogen storable disease.
Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom muncul dibawah 5% kehamilan,
kebanyakan kehamilan yang memiliki kelainan kromosom barakhir
dengan kasus keguguran hanya setengah dari 1% yang lahi memiliki
kelainan kromosom, dan akan meninggal segera setelah lahir. Bayi
yang bertahan, kebanyakan akan memiliki kelainan down syndrome,
atau trisomy 21. Manusia normal memiliki 46 kromosom (23 pasang),
orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47 kromosom (23
pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).
Infeksi Maternal selama Kehamilan
Yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body
disease merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering
menyebabkan Retardasi Mental. Infeksi virus ringan atau subkinik
pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat
fatal. Penyakit Rubella kongenital juga dapat menyebabkan defisit
mental.
Komplikasi Kehamilan
Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu
hamil yang tak terkontrol, malnutrisi anoksia janin akibat plasenta
previa dan solution plasenta serta penggunaan sitostatika selama hamil.
b. Penyebab Perinatal
Prematuritas
Dengan kemjauan Teknik obstetric dan kemajuan perinatologi
menyebabkan meningkatnya keselamat bayi dengan berat badan lahir
rendah sedangkan bayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar untuk
mengalami kerusakan otak, sehingga akan didapatkan lebih banyak
anak dengan Retardasi Mental.
Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Kernicterus
Kernicterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan
bilirubin tak terkonjugasi di dalam set-sel otak.
Hipoglikemia
Menurunnya kadar gula dalam darah.
c. Penyebab Pronatal
Infeksi (meningitis, ensefalitis)
Trauma fisik
Kejang lama
Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
2.3 KLASIFIKASI
Berikut ini adalah klasifikasi Retaldasi Mental berdasarkan PPDGJ III :
1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas,
selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan
hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80% dari anak RM termasuk pada
golongan ini. Dapat menempuh Pendidikan Sekolas Dasar kelas VI hingga tamat
SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah
kehidupannya.
2. F71 Retaldasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam
perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya.
Anak ini hanya mampu menyelesaikan Pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar
12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan
Pendidikan yang khusus dan dukungan pelayanan.
3. F72 Retaldasi Mental Berat (IQ 20-34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motoric yang buruk dan kemampuan bicara
yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan
keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM.
Memiliki lebih dari 1 gangguan organic yang menyebabkan keterlambatannya,
memerlukan supervise yang ketat dan pelayanan khusus.
4. F73 Retaldasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motoric, dan komunikasi yang
pervasive. Mengalami gangguan fungsi motoric dan sensorik sejak awal masa kanak-
kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan
“self care” yang sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan
supervise total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien
benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
5. F78 Retaldasi Mental lainnya
Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkar Retardasi Mental intelektual
dengan memakai prosedur bias sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena
adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti, buta, bisu, tuli, dan penyandang yang
perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
2.4 DIAGNOSIS DAN GEJALA
Diagnosis Retaldasi Mental tidak hanya didasarkan atas test intelegansia saja,
melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah,
pemeriksaan fisik, laboraotirum, pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak hanya
intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari anamnesis dapat diketahui
beberapa faktor risiko terjadinya Retardasi Mental. Pemeriksaan fisik pada anak Retardasi
Mental biasanya lebih sulit dibandingkan pada anak normal, karena anak Retardasi
Mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan fisik secara umum (adanya tanda-tanda
dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan neurologis, serta
penilaian tingkat perkembangan. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan Retardasi Mental
dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk
kepala : Mikrosefali, Hidrosefali, dan Down Syndrome. Wajah pasien dengan Retardasi
Mental sangat mudah dikenali seperti hipertelorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar,
gangguan pertumbuhan gigi, dan ekspresi wajah yang tampak muncul.
Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan test intelegensia. Namun, tingkat
kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai
berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat
kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis,
perilaku adaptif dan hasil test psikometrik. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala
dapat membantu menilai adanya klasifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi
dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan Laboratorium dilakukan atas indikasi,
pemeriksaan Ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai screening PKU.
Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai adanaya kelainan kromosom
yang mendasari Retardasi Mental tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu seperti
pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI. Kesulitan yang dihadapi adalah jika penderita
masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan test psikologis ditujukan pada anak
yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai perkembangan motoric halus maupun kasar,
serta perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita Retardasi Mental juga
mengalami keterlambatan motor dan American Psychiatric Assosiation (APA) pada tahun
1994, masyarakat tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaitu :
1. Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata : IQ sekitar 70 atau kurang
menurut test IQ yang diadakan secara individu
2. Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi adaptasi
saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar yang diharapkan
pada usianya dengan kelompok budayanya) setidaknya dalam bidang berikut ini :
yaitu komunikasi, perhatian diri sendiri, kehidupan rumah tangga, keterampilan
social-interpersonal, penggunaan sumber dalam komunitas, self direction.
Keterampilan akademik fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan
kemanan.
3. Terjadi sebelum berusia 18 tahun
Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA, diklasifikasikan menjadi mild
retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar 70), moderate mental retardation
(tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55), severe mental retardation (tingkat IQ
20 atau 25 sampai 25 atau 40), dan profound mental retardation (tingkat IQ
dibawah 20 atau 25)
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak dengan
keterbelakangan mental :
2.5 PATOFISIOLOGI
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
Retardasi Mental, yaitu :
1. Kromosom kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogam)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)
6. Laktat dan piruvat
7. Plasma asam lemak rantai sangat Panjang
8. Serung seng (Zn)
9. Logam berat dalam darah
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
11. Serum asam amino atau asam organic
12. Plasma ammonia
13. Analisa enzim lisosom pada leukosit atau biopsy kulit
14. Urine mukopolisakarida
2.7 PROGNOSIS
Mengukur kecerdasan dan perilaku adaptif dapat membantu klasifikasi dari
kecenderungan keterbelakangan dan dapat memprediksikan apakah individu tersebut
dapat hidup secara independent. Individu dengan keterbelakangan mental menengah
(moderate mental retardation) lebih sering ditemukan dapat mencapai self-sufficiency
dan mendapatkan hidup yang bahagia. Untuk mencapai tujuannya, mereka membutuhkan
lingkungan yang sesuai dan mendukung seperti pendidikan, komunitas, lingkungan
social, keluarga, dan keterampilan yang konsisten. Harapannya lebih kecil untuk individu
yang menderita keterbelakangan mental sangat berat (profound retardation). Individu
dengan profound retardation membutuhkan dukungan yang besar dan biasanya tidak
bias hidup secara independent atau dirumah secara berkelompok.
Penelitian menenukan bahwa mereka memiliki harapan hidup yang lebih kecil.
Kecenderungan dari keterbelakangan individu cenderung menetap selama hidup.
Misalkan seorang anak didiagnosa memeliki keterbelakangan mental berat (severe) pada
usia 5 tahun, makai a akan memiliki diagnose yang sama pada usia 21 tahun. Hal ini
mungkin tidak akan terlalu terlibat oleh keluarga mereka, dimana anak-anak dengan
keterbelakangan memiliki kemampuan yang mirip dengan rekan-rekan mereka. Namun
akan Nampak bahwa mereka akan semakin tertinggal dengan sejalannya usia mereka.
2.8 PENCEGAHAN
Terjadinya Retaldasi Mental dapat dicegah. Pencegahan Retardasi Mental dapat
dibedakan menjadi 2 :
1. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya Retardasi Mental dapat dilakukan
dengan :
a. Pendidikan kesehatan pada masyarakat
b. Perbaikan keadaan social-ekonomi
c. Konseling genetic
d. Tindakan kedokteran antara lain :
- Perawatan prenatal dengan baik
- Pertolongan persalinan yang baik
- Pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya Retardasi Mental dapat dilakukan
dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.
2.9 PENANGANAN
Penanganan terhadap Retaldasi Mental bukan hanya tertuju pada penderita saja
melainkan juga pada orangtuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti
memiliki bebas psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita Retardasi
Mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh kareana itu agar
orangtua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan
psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling.
Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orangtua
penderita mampu mengalami beban psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis Retardasi Mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis
dari orangtua dengan teliti mengenai : kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan, serta
perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan Laboratorium.
1. Pentingnya pendidikan dan latihan untuk penderita Retaldasi Mental
a. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya
b. Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah
c. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang,
sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan
hilang
Melatih penderita Retardasi Mental pasti lebih sulit daripada melatih anak
normal antara lain karena perhatian penderita Retardasi Mental mudah terinterupsi.
Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
merangsang indera.
3.1 PENGKAJIAN
Pengakajian dapat dilakukan melalui :
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya
klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak
mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah
kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak
adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang
diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar
atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen
pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut :
a. Lakukan pengkajian
b. Lakukan pengkajian perkembangan.
5. Dapatkan riwayat keluarga, tenuma mengenai retardasi mental dan gangguan
herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama.
6. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma
prenatal. perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
7. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
8. Nutrisi tidak adekuat.
9. Penyimpangan lingkungan.
10. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
11. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak)
atau suhu tubuh tinggi.
12. Abnormalitas kromosom.
13. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik,
radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
14. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence.
Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.
15. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental.
16. Tidak responsive terhadap kontak.-Kontak mata buruk selama menyusui.
17. Penurunan aktivitas spontan.
18. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran.
19. Peka rangsang
20. Menyusui lambat
3.5 EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang
akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya,
sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji,
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan
asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di
tetapkan lebih dulu, Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan adalah melihat apakah
masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
BAB IV
PENUTUP
4.3 Kesimpulan
Retaldasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi
dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan
sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu
organ, atau sistem kejiwaan mental. Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap
individu / manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dan luar, gejala
yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut,
halusinasi serta delusi yang besar.
4.4 Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti
memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan
buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok. Pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna menanggulangi
gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu
dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press
https://www.academia.edu/8323169/Asuhan_Keperawatan_Reatrdasi_Mental_Lengkap
https://id.scribd.com/doc/306073958/Makalah-Retardasi-Mental