Anda di halaman 1dari 28

Masalah Keperawatan Pada Anak Dengan Kebutuhan Khusus

Retaldasi Mental
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing
Hj. Iyam Mariam,S.Sos.,Ns.,Msi.,M.Kep

Disusun oleh kelompok 12


1. Hasna Fauziyyah (32722001D18046)
2. Hasri Widiastuti (32722001D18048)
3. Raisha Khaila A K (32722001D18078)
4. Ranti Nur Azizah (32722001D18080)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN (2B)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan karunia-Nya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam menyelesaikan
tugas makalah ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga Allah SWT curahkan selalu kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam yang diridhoi-Nya.

Makalah ini membahas tentang “Masalah Keperawatan Pada Anak Dengan


Kebutuhan Khusus (Retaldasi Mental)” . Semoga dengan makalah yang kami susun ini kita
sebagai mahasiswa STIKES Sukabumi dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.

Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari pembaca maupun Bapak/Ibu
selaku dosen-dosen pembimbing kami serta teman-teman sekalian, karena kritik dan saran itu
dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir
kata kami ucapkan terima kasih.

Sukabumi, 31 Maret 2020

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1

1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………..1


1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….1
1.3 MANFAAT DAN TUJUAN PENULISAN……………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...3

2.1 DEFINISI………………………………………………………………………….3

2.2 ETIOLOGI………………………………………………………………………3-5

2.3 KLASIFIKASI……………………………………………………………..........5-6

2.4 DIAGNOSIS DAN GEJALA…………………………………………………...6-8

2.5 PATOFISIOLOGI………………………………………………………………...8

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG……………………………………………….8-9

2.7 PROGNOSIS……………………………………………………………………..9

2.8 PENCEGAHAN…………………………………………………………………10

2.9 PENANGANAN………………………………………………………….......10-11

2.10 PERAN ORANGTUA ………………………………………………………11-


16

BAB III KONSEP KEPERAWATAN……………………………………………….............


17

3.1 PENGKAJIAN………………………………………………………………. 17-18

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………………………….. 18

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN………………………………………....... 18-19

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN………………………………………. 19-


20
3.5 EVALUASI……………………………………………………………….......... 20

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………… 21

4.1 KESIMPULAN………………………………………………………………...........16
4.2 SARAN………………………………………………………………………...........16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Retaldasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup,
diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan. Oleh
karena itu retardasi mental merupakan masalah dibidang kesehatan masyarakat,
kesejahteraan social dan Pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi
mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Retardasi mental merupakan
suatu keadaan penyimpangan tumbuh seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh
kembang itu sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta
merupakan sesuatu yang terpenting.
Prevelens retardasi mental pada anak-anak dibawah umur 18 tahun di negara
maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5%, dinegara maju berkisar 3-4 kasus baru per
1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental berkisar
19 per 1000 kelahiran hidup. 1 banyak penelitian melaporkan angka kejadian
retardasi mental lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.
Berdasarkan uraian diatas kami selaku mahasiswa keperawatan tertarik
membuat makalah mengenai Retardasi Mental.

1.2 RUMUSAN MASALAH


2. Apa yang dimaksud dengan Retaldasi Mental ?
3. Apa penyebab dari Retaldasi Mental ?
4. Bagaimana klasifikasi dari Retaldasi Mental ?
5. Bagaimana gejala Klinis dan Retaldasi Mental dan penegakan diagnosis pada
Retaldasi Mental ?
6. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan Retaldasi Mental ?
7. Bagaimana prognosis dari Retaldasi Mental ?
8. Bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada Retaldasi Mental ?
9. Bagaimana Peran Orangtua Pada Anak Retardasi Mental
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN
Mengetahui yang dimaksud Retardasi Mental, penyebab dari Retardasi
Mental, mengenai macam-macam pembagian mengenai Retardasi Mental, gejala
yang muncul pada Retardasi Mental, penegakkan diagnosisnya dan prognosis
pada Retardasi Mental serta penatalaksanaan yang diberikan pada Retardasi
Mental.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Retaldasi Mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya
terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama
ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi Mental disebut juga oligofrenia (oligo :
kurang atau sedikit dan fren : jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005 : 386).
Retaldasi Mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan
mental yang tidak mencukupi (WHO).
American Assosiation on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi Retardasi
Mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi
intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan
dengan gangguan adaptasi social.

2.2 ETIOLOGI
Penyebab Retaldasi Mental dapat terjadi mulai dari fase prenatal, perianatal, dan
postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam
penyebab terjadinya Retardasi Mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah.
Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan
psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut Retardasi Mental tipe klinis mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :
 Pada umumnya merupakan Retardasi Mental sedang sampai sangat berat
 Tampak sejak lahir atau usia dini
 Secara fisis tampak berkelainan/aneh
 Mempunyai latar belakang biomedis baik prenatal, perinatal maupun
postnatal
 Tidak berhubungan dengan kelas social
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
 Biasanya merupakan Retardasi mental ringan
 Diketahui pada usia sekolah
 Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
 Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
 Ada hubungan dengan kelas social

Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih


merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa Retardasi Mental di
Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.

Penyebab Retaldasi Mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam :

a. Penyebab Pranatal
 Gangguan Metabolisme
Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl Keton Uria
(PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea, histidemia,
homosistinuria, disfosia oculorenal Lowe, hiperprolinemia, tyrosinosis
dan hiperlisinemia. Gangguan metabolism lemak yaitu degenerasi
serebromakuler dan lekoensefalopati progresif. Gangguan metabolism
karbohidrat yaitu galaktosemia dan glycogen storable disease.
 Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom muncul dibawah 5% kehamilan,
kebanyakan kehamilan yang memiliki kelainan kromosom barakhir
dengan kasus keguguran hanya setengah dari 1% yang lahi memiliki
kelainan kromosom, dan akan meninggal segera setelah lahir. Bayi
yang bertahan, kebanyakan akan memiliki kelainan down syndrome,
atau trisomy 21. Manusia normal memiliki 46 kromosom (23 pasang),
orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47 kromosom (23
pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).
 Infeksi Maternal selama Kehamilan
Yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body
disease merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering
menyebabkan Retardasi Mental. Infeksi virus ringan atau subkinik
pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat
fatal. Penyakit Rubella kongenital juga dapat menyebabkan defisit
mental.
 Komplikasi Kehamilan
Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu
hamil yang tak terkontrol, malnutrisi anoksia janin akibat plasenta
previa dan solution plasenta serta penggunaan sitostatika selama hamil.
b. Penyebab Perinatal
 Prematuritas
Dengan kemjauan Teknik obstetric dan kemajuan perinatologi
menyebabkan meningkatnya keselamat bayi dengan berat badan lahir
rendah sedangkan bayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar untuk
mengalami kerusakan otak, sehingga akan didapatkan lebih banyak
anak dengan Retardasi Mental.
 Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
 Kernicterus
Kernicterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan
bilirubin tak terkonjugasi di dalam set-sel otak.
 Hipoglikemia
Menurunnya kadar gula dalam darah.

c. Penyebab Pronatal
 Infeksi (meningitis, ensefalitis)
 Trauma fisik
 Kejang lama
 Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
2.3 KLASIFIKASI
Berikut ini adalah klasifikasi Retaldasi Mental berdasarkan PPDGJ III :
1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas,
selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan
hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80% dari anak RM termasuk pada
golongan ini. Dapat menempuh Pendidikan Sekolas Dasar kelas VI hingga tamat
SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah
kehidupannya.
2. F71 Retaldasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam
perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya.
Anak ini hanya mampu menyelesaikan Pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar
12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan
Pendidikan yang khusus dan dukungan pelayanan.
3. F72 Retaldasi Mental Berat (IQ 20-34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motoric yang buruk dan kemampuan bicara
yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan
keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM.
Memiliki lebih dari 1 gangguan organic yang menyebabkan keterlambatannya,
memerlukan supervise yang ketat dan pelayanan khusus.
4. F73 Retaldasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motoric, dan komunikasi yang
pervasive. Mengalami gangguan fungsi motoric dan sensorik sejak awal masa kanak-
kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan
“self care” yang sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan
supervise total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien
benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
5. F78 Retaldasi Mental lainnya
Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkar Retardasi Mental intelektual
dengan memakai prosedur bias sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena
adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti, buta, bisu, tuli, dan penyandang yang
perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
2.4 DIAGNOSIS DAN GEJALA
Diagnosis Retaldasi Mental tidak hanya didasarkan atas test intelegansia saja,
melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah,
pemeriksaan fisik, laboraotirum, pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak hanya
intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari anamnesis dapat diketahui
beberapa faktor risiko terjadinya Retardasi Mental. Pemeriksaan fisik pada anak Retardasi
Mental biasanya lebih sulit dibandingkan pada anak normal, karena anak Retardasi
Mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan fisik secara umum (adanya tanda-tanda
dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan neurologis, serta
penilaian tingkat perkembangan. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan Retardasi Mental
dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk
kepala : Mikrosefali, Hidrosefali, dan Down Syndrome. Wajah pasien dengan Retardasi
Mental sangat mudah dikenali seperti hipertelorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar,
gangguan pertumbuhan gigi, dan ekspresi wajah yang tampak muncul.
Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan test intelegensia. Namun, tingkat
kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai
berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat
kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis,
perilaku adaptif dan hasil test psikometrik. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala
dapat membantu menilai adanya klasifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi
dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan Laboratorium dilakukan atas indikasi,
pemeriksaan Ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai screening PKU.
Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai adanaya kelainan kromosom
yang mendasari Retardasi Mental tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu seperti
pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI. Kesulitan yang dihadapi adalah jika penderita
masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan test psikologis ditujukan pada anak
yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai perkembangan motoric halus maupun kasar,
serta perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita Retardasi Mental juga
mengalami keterlambatan motor dan American Psychiatric Assosiation (APA) pada tahun
1994, masyarakat tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaitu :
1. Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata : IQ sekitar 70 atau kurang
menurut test IQ yang diadakan secara individu
2. Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi adaptasi
saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar yang diharapkan
pada usianya dengan kelompok budayanya) setidaknya dalam bidang berikut ini :
yaitu komunikasi, perhatian diri sendiri, kehidupan rumah tangga, keterampilan
social-interpersonal, penggunaan sumber dalam komunitas, self direction.
Keterampilan akademik fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan
kemanan.
3. Terjadi sebelum berusia 18 tahun
Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA, diklasifikasikan menjadi mild
retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar 70), moderate mental retardation
(tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55), severe mental retardation (tingkat IQ
20 atau 25 sampai 25 atau 40), dan profound mental retardation (tingkat IQ
dibawah 20 atau 25)

Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak dengan
keterbelakangan mental :

a. Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50-70)


 Anak prasekolah (0-5 tahun), lebih lanjut daripada rata-rata dalam
berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namum pengamat sambal
lalu tidak melihat keterbelakangan ini
 Usia sekola (6-21 tahun) : belajar keterampilan motoric,
pemahaman dan kognisi (membaca dan arithmetic) dikelas tiga
sampai kelas enam oleh remaja tahap ini, dapat belajar untuk
menyesuaikan diri secara social.
 Dewasa (21 tahun keatas) : biasanya mencapai keterampilan social
dan kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan
bimbingan dan bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit
atau stress social.
b. Keterbelakangan Mental Menengah (IQ = 35-49)
 Anak prasekolah (0-5 tahun) : sebagian besar perkembangan
kelihatan dengan jelas terlambat
 Usia sekolah (6-21 tahun) : belajar berkomunikasi dan merawat
kesehatan dasar dan kebutuhan kemanan
 Dewasa (21 tahun keatas) : melakukan tugas tanpa keterampilan
atau seni terampil sederhana pada kondisi yang diawasi,
berpartisipasi pada permainan sederhana, dan melakukan
perjalanan sendiri ditempat yang dikenal, mampu merawat diri
sendiri.
c. Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20-34)
 Anak prasekolah (0-5 tahun) : perkembangan motoric yang sangat
tertunda sedikit atau tidak berbicara, mendapat manfaat dari
pelatihan mengerjakan sendiri (misalnya makan sendiri)
 Usia sekolah (6-21 tahun) : biasanya berjalan kecuali jika terdapat
ketidakmampuan motoric, dapat memahami dan merespon
pembicaraan, dapat mengambil manfaat dari pelatihan mengenai
kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat diterima
 Dewasa (21 tahun keatas) : melakukan kegiatan rutin sehari-hari
dan memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan
pengawasan ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan
d. Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)
 Anak prasekola (0-5 tahun) : keterbelakangan ekstrem disemua
bidang, kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan
perawatan diri
 Anak sekolah (6-21 tahun) : semua bidang perkembangan tampak
jelas tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan
manfaat dari pelatihan dalam penggunaan anggota badan dan
mulut, harus diawasi dengan ketat
 Dewasa (21 tahun keatas) : barangkali dapat berjalan dan berbicara
dengan cara primitive, mendapatkan manfaat dari aktivitas fisik
regular, tidak dapat merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan
bantuan perawatan diri.

2.5 PATOFISIOLOGI
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
Retardasi Mental, yaitu :
1. Kromosom kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogam)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)
6. Laktat dan piruvat
7. Plasma asam lemak rantai sangat Panjang
8. Serung seng (Zn)
9. Logam berat dalam darah
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
11. Serum asam amino atau asam organic
12. Plasma ammonia
13. Analisa enzim lisosom pada leukosit atau biopsy kulit
14. Urine mukopolisakarida

2.7 PROGNOSIS
Mengukur kecerdasan dan perilaku adaptif dapat membantu klasifikasi dari
kecenderungan keterbelakangan dan dapat memprediksikan apakah individu tersebut
dapat hidup secara independent. Individu dengan keterbelakangan mental menengah
(moderate mental retardation) lebih sering ditemukan dapat mencapai self-sufficiency
dan mendapatkan hidup yang bahagia. Untuk mencapai tujuannya, mereka membutuhkan
lingkungan yang sesuai dan mendukung seperti pendidikan, komunitas, lingkungan
social, keluarga, dan keterampilan yang konsisten. Harapannya lebih kecil untuk individu
yang menderita keterbelakangan mental sangat berat (profound retardation). Individu
dengan profound retardation membutuhkan dukungan yang besar dan biasanya tidak
bias hidup secara independent atau dirumah secara berkelompok.
Penelitian menenukan bahwa mereka memiliki harapan hidup yang lebih kecil.
Kecenderungan dari keterbelakangan individu cenderung menetap selama hidup.
Misalkan seorang anak didiagnosa memeliki keterbelakangan mental berat (severe) pada
usia 5 tahun, makai a akan memiliki diagnose yang sama pada usia 21 tahun. Hal ini
mungkin tidak akan terlalu terlibat oleh keluarga mereka, dimana anak-anak dengan
keterbelakangan memiliki kemampuan yang mirip dengan rekan-rekan mereka. Namun
akan Nampak bahwa mereka akan semakin tertinggal dengan sejalannya usia mereka.

2.8 PENCEGAHAN
Terjadinya Retaldasi Mental dapat dicegah. Pencegahan Retardasi Mental dapat
dibedakan menjadi 2 :
1. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya Retardasi Mental dapat dilakukan
dengan :
a. Pendidikan kesehatan pada masyarakat
b. Perbaikan keadaan social-ekonomi
c. Konseling genetic
d. Tindakan kedokteran antara lain :
- Perawatan prenatal dengan baik
- Pertolongan persalinan yang baik
- Pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya Retardasi Mental dapat dilakukan
dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.

2.9 PENANGANAN
Penanganan terhadap Retaldasi Mental bukan hanya tertuju pada penderita saja
melainkan juga pada orangtuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti
memiliki bebas psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita Retardasi
Mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh kareana itu agar
orangtua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan
psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling.
Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orangtua
penderita mampu mengalami beban psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis Retardasi Mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis
dari orangtua dengan teliti mengenai : kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan, serta
perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan Laboratorium.
1. Pentingnya pendidikan dan latihan untuk penderita Retaldasi Mental
a. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya
b. Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah
c. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang,
sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan
hilang

Melatih penderita Retardasi Mental pasti lebih sulit daripada melatih anak
normal antara lain karena perhatian penderita Retardasi Mental mudah terinterupsi.
Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
merangsang indera.

2. Jenis-jenis latihan untuk penderita Retaldasi Mental


Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita Retardasi
Mental, yaitu :
a. Latihan dirumah : belajar makan sendiri, membersihkan badan, dan
berpakaian sendiri, dst
b. Latihan disekolah : belajar keterampilan untuk sikap social
c. Latihan teknis : latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin
penderita
d. Latihan moral : latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal
yang baik dan buruk secara moral.

2.10. PERAN ORANGTUA PADA ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL


Dalam bahasa Indonesia, istilah Retardasi Mental dikenal juga dengan sebutan
tuna Grahita atau keterbelakangan mental. Juga dikenal dengan istilah disabilitas
intelektual. Kondisi ini merupakan salah satu masalah psikologi yang bias dialami
oleh sebagian orang sejak lahir. Tanda bahwa seseorang mengalami disabilitas
intelektual adalah tingkat kecerdasan yang dimiliknya berada dibawah rata-rata.
Memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata tidak berarti bahwa seseorang tidak
dapat mempelajari apapun sama sekali.
Mereka tetap dapat mempelajari keterampilan baru, namun prosesnya tidak akan
berlangsung secepat orang normal. Salah satu gejala atau tanda awal dari anak yang
mengalami Retardasi Mental adalah bahwa terkadang anak tersebut tidak mampu
berbicara atau menulis ketika usianya sudah mencapai 10 tahun, tidak dapat bertindak
seperti orang-orang lain di sekelilingnya, tidak dapat mandiri atau mengurus dirinya
sendiri karena tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan di kehidupannya sehari-hari.
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan masalah Retardasi Mental
diantaranya genetic, masalah saat kehamilan, melahirkan, anak mengalami cedera
atau sakit. Bahkan ada kalanya tidak ditemukan penyebab pasti mengapa anak
mengalami Retardasi Mental. Memiliki anak dengan Retardasi Mental merupakan hal
yang pastinya sebuah ujian berat bagi orangtua, namun seharusnya hal tersebut tidak
membuat orang tua putus asa dan memberatkan hidup anak. Peran orangtua pada anak
Retardasi Mental sangat penting agar mereka dapat belajar hidup mandiri dan tidak
tergantung kepada siapapun karena kekurangannya tersebut. Hal-hal yang dapat
dilakukan oleh orangtua dengan anak Retardasi Mental yaitu :
1. Mempelajari seluk belum mengenai Retardasi Mental
Menambah pengetahuan mengenai keterbelakangan mental yang
dialami anak akan membuat orangtua memiliki perspektif baru mengenai
kondisi tersebut. Mempelajari apa yang sedang dihadapi akan membuat
orangtua dapat memahami bagaimana kondisi anak, bagaimana cara
mendidiknya, cara memelihara kesehatan mental anak, cara mengatasi
anak lemah mental, mencari penyebab anak lemah mental pada anak dan
juga dapat menghindari hal-hal yang seharusnya dijauhkan dari sang
anak.
2. Mengajarkan kemandirian pada anak
Memiliki anak yang terbelakang secara mental mungkin akan membuat
sebagian orangtua menjadi overprotektif. Sebaiknya izinkan anak untuk
dapat mencoba berbagai hal baru dengan caranya sendiri untuk cara
melatih mental anak agar berani dan mandiri sejak dini. Orangtua dapat
mendorong anak untuk melakukan berbagai hal tanpa banyak campur
tangan yang tidak perlu dilakukan, sehingga anak akan lebih mudah
membangun rasa percaya dirinya. Bombing anak hanya ketika ia
membutuhkan dan berikan penghargaan untuk anak jika ia dapat
menguasai berbagai hal baru dengan usahanya sendiri.
3. Memilihkan sekolah yang tepat
Anak yang mengalami Retardasi Mental memiliki kemampuan
dibawah rata-rata tingkat normal anak lainnya. Kadangkala anak yang
mengalami Retardasi Mental ringan tidak mengalami gangguan dan baru
terlihat ketika ia mengalami masalah dibidang akademik. Orangtua dapat
meminta rujukan dari psikolog untuk memilih sekolah yang terbaik bagi
anak dan yang sesuai dengan kebutuhannya. Jangan pernah merasa
gengsi untuk memasukkan anak ke sekolah khusus sekalipun selama hal
itu dapat mendukung perkembangan anak dengan baik, terlebih lagi
memaksakan agar anak bersekolah di skolah normal dengan resiko
terjadinya gangguan mental pada anak karena tidak cocok dengan
lingkungan sekolahnya.
4. Mengajak anak dalam kegiatan kelompok
Kemampuan anak untuk membangun keterampilan social dapat terasah
dengan mengikuti kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok yang bias
diikuti oleh anak dengan ciri-ciri Retardasi Mental antaralain misalnya
kelas keterampilan tangan, seni, dan sebagainya yang memungkinkan
untuk diikuti anak Retardasi Mental dengan aman. Manfaat dari kegiatan
kelompok akan mengenalkan anak dengan pengetahuan mengenai
bagaimana harus bersosialisasi dengan orang lain.
5. Melibatkan diri dengan kegiatan anak
Motivasi anak dalam pendidikannya bias didapatkan dari keterlibatan
orangtuanya. Namun orangtua juga perlu membatasi keterlibatan dengan
hanya memberikan bimbingan ketika anak memerlukan, dan tidak terlibat
pada aspek yang tidak diperlukan. Keterlibatan orangtua bukan
merupakan sebagai pengatur kegiatan anak. Misalnya, orangtua perlu
tetao berhubungan baik dengan guru untuk mengetahui perkembangan
dan kemajuan anak disekolah.
6. Bergabung dengan orangtua lainnya
Mengenal orangtua lainnya yang juga memiliki anak dengan kondisi
sama akan memberikan banyak manfaat. Para orangtuaa dapat saling
bertukar pengalaman dan informasi, saling mendukung dan berbagi tips
mengasuh anak dengan Retardasi Mental, cara mengatasi
keterbelakangan mental anak, cara menangani anak berkebutuhan khusus,
terapi untuk kesehatan mental, dan memberi dukungan secara emosional
yang kemungkinan tidak didapatkan di tempat atau lingkungan lainnya.
7. Melatih kemampuan bahasa anak
Anak dengan istilah Retardasi Mental biasanya mengalami kesulitan
dalam berbahasa. Peran orangtua pada anak Retardasi Mental juga
mencakup pada pembimbingan kemampuan berbahasa anak. Orangtua
perlu secara berkala mengajari anak untuk melatih kemampuan
berbahasanya dengan mengajarkan kosa kata yang akan membantu anak
untuk berinteraksi dengan mudah dengan lingkungan. Perlunya kosa kata
yang memadai sangat berguna untuk memudahkan anak menyampaikan
maksudnya dan berkomunikasi dengan oranglain. Orangtua dapat
mengajari anak mengenai kosa kata yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Mengajari anak untuk tetap aktif
Anak yang mengalami Retardasi Mental bukan berarti tidak dapat
melakukan apa-apa sama sekali. Mereka justru harus dibiasakan agar
dapat tetap beraktivitas dengan aktif sesuai kapasitas atau kemampuan
dirinya untuk melatih kemandirian. Dengan pilihan aktivitas yang
terbatas, peran orangtua pada anak Retardasi Mental adalah melatih anak
untuk terbiasa dengan kegiatannya tersebut. Ajarkan kegiatan yang
berguna dan bisa melatih kemandirian anak seperti hobi atau
keterampilan lainnya yang sesuai dengan kondisi anak.
9. Memperhatikan aspek seksual anak
Perkembangan seksual anak Retardasi Mental juga perlu mendapatkan
perhatian serius dari orangtua, sebab mereka juga akan memasuki masa
pubertas sama dengan anak lainnya yang pertumbuhannya normal. Anak
tetap dapat mengalami menstruasi atau mimpi basah, dan harus dapat
menjaga dirinya dari perilaku oranglain yang ingin mengambil
keuntungan dari kondisinya, seperti misalnya menjauhi dan menghindari
pelecehan seksual. Orangtua dapat meminta saran dari psikolog atau
terapis untuk mengajarkan aspek seksualitas pada anak dengan Retardasi
Mental.
10. Mempersiapkan masa depan anak
Peran orangtua pada anak Retardasi Mental juga harus dapat
membantu anak untuk mempersiapkan masa depannya sendiri. Anak
tidak dapat selalu bergantung kepada oranglain, karena itu dia harus
dapat menangani masa depannya sendiri. Orangtua dapat mengajarkan
anak untuk berkomunikasi dengan baik, etika dan sopan santun pergaulan
dan ditempat umum, cara agar dapat melakukan segala hal dengan tepat
waktu, dan kemampuan untuk memiliki karir atau pekerjaan yang
sederhana. Untuk itu, anak perlu ditempatkan pada sekolah yang tepat
yang dapat membantu anak untuk meingkatkan life skillnya.

11. Menggali minat dan bakat anak


Anak yang mengalami Retardasi Mental sekalipun bisa saja memiliki
suatu bakat atau keterampilan unik yang tidak dimiliki anak normal.
Tugas orangtua adalah untuk dapat mendeteksi hal tersebut dengan jeli,
agar kemampuan khusus anak dapat dikembangkan dan bisa menjadi
bekal yang sangat berguna bagi kehidupan anak di masa depan. Usahakan
untuk mendapatkan penyaluran yang tepat bagi bakat dan minat anak,
karena pengaruhnya sangat besar bagi kemandirian anak dengan
Retardasi Mental. Ketahuilah apa saja masalah psikologi untuk anak tuna
grahita, komponen kesehatan mental, dan pengaruh kesehatan mental
terhadap tingkah laku.
12. Meningkatkan rasa percaya diri anak
Rasa percaya diri anak dengan Retardasi Mental juga perlu dipupuk
terus menerus terutama oleh orangtuanya. Sebab, sebagai orang yang
berbeda dengan orang kebanyakan, biasanya anak akan kerap
mendapatkan ejekan atau perlakuan kurang menyenangkan dari
lingkungan sekitarnya. Perlunya anak memiliki rasa percaya diri yang
kuat agar ia tidak mudah jatuh dan putus asa oleh tekanan dari
lingkungan, dan tidak semakin merusak mental anak jika mengalami hal-
hal yang kurang menyenangkan, misalnya menghadapi pengaruh bullying
pada psikologi anak.
13. Menunjukkan kasih saying kepada anak
Orangtua yang selalu menunjukkan penerimaan dan kasih saying
kepada anak yang mengalami Retardasi Mental akan membuat sang anak
juga lebih kuat dalam menghadapi kehidupannya. Dengan menunjukkan
kasih saying yang tulus, berarti orangtua juga menunjukkan dukungan
dan empati terhadap kondisi anak. Hal ini akan sangat besar pengaruhnya
kepada penerimaan diri anak terhadap kondisi dirinya sendiri. Ketahuilah
juga bagaimana proses perkembangan kognitif anak berkebutuhan
khusus.
Peran orangtua bagi anak Retardasi Mental tentunya sangat besar bagi
kehidupan sang anak. Bagi orangtua dengan anak yang mengalami Retardasi Mental,
mungkin akan sangat sulit menerima kondisi anak dengan ikhlas. Namun besarnya
penerimaan orangtua terhadapa kondisi anak akan sangat membuat perbedaan bagi
pertumbuhan emosional anak. Karena itulah, sangat penting bagi orangtua untuk
dapat menerima kondisi anak dengan ikhlas, agar dapat membantu mengembangkan
kondisi anak yang mengalami Retardasi Mental dengan aik dan justru mengacaukan
tumbuh kembangnya dengan penolakan dan penyangkalan dengan kondisi anak.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
Pengakajian dapat dilakukan melalui :
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya
klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak
mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah
kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak
adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang
diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar
atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen
pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut :
a. Lakukan pengkajian
b. Lakukan pengkajian perkembangan.
5. Dapatkan riwayat keluarga, tenuma mengenai retardasi mental dan gangguan
herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama.
6. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma
prenatal. perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
7. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
8. Nutrisi tidak adekuat.
9. Penyimpangan lingkungan.
10. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
11. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak)
atau suhu tubuh tinggi.
12. Abnormalitas kromosom.
13. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik,
radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
14. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence.
Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.
15. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental.
16. Tidak responsive terhadap kontak.-Kontak mata buruk selama menyusui.
17. Penurunan aktivitas spontan.
18. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran.
19. Peka rangsang
20. Menyusui lambat

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan
fungsi kognitf.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
retardasi mental.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif.
4. Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif.
5. Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik.
6. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi social.
7. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM.
8. Defisit perawatan diri bd. perubahan mobilitas fisik kurangnya kematangan
perkembangan.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kenusakan
fungsi kognitf.
Intervensi keperawatan / rasional :
a. Libatkan anak dan keluarga dalam prögram stimulasi dini pada bayii untuk
membantu memaksimalkan perkembangan anak.
b. Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang
terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar sehingga rencana
perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
c. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk mendorong
keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
d. Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak karena hal
ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
e. Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah anak
mencapai kesiapan. Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan
yang optimal.
f. Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan sehari dan
kelas-kelas pendidikan segera.
g. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak lain.
h. Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua tentang
maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.

2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita


retardasi mental.
Intervensi keperawatan/rasional :
a. Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah
kelahiran.
b. Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian infomasi.
c. Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang kondisii anak.
d. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah,
beri kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif residens ial
sebelum membuat keputusan.
e. Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai
masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
f. Tekankan karakteristik nomal anak untuk membantu keluarga melihat anak
sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing.
g. Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran
karena hal itu merupakan bagian dari proses adaptasi.

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik
yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu lainnya
yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan
baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut
antara lain :
a. Keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang
tersedia
b. Pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga
sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk sampai sekarang
secara detail
c. Lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan
penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas

3.5 EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang
akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya,
sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji,
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan
asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di
tetapkan lebih dulu, Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan adalah melihat apakah
masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
BAB IV

PENUTUP

4.3 Kesimpulan
Retaldasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi
dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan
sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu
organ, atau sistem kejiwaan mental. Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap
individu / manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dan luar, gejala
yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut,
halusinasi serta delusi yang besar.

4.4 Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti
memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan
buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok. Pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna menanggulangi
gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu
dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press

https://www.academia.edu/8323169/Asuhan_Keperawatan_Reatrdasi_Mental_Lengkap

https://id.scribd.com/doc/306073958/Makalah-Retardasi-Mental

Anda mungkin juga menyukai