Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi di mana saja, kapan saja
dan sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan untuk menangani
masalah tersebut. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi
kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah yang sulit untuk membantu
korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat
penting (Sudiharto & Sartono, 2011 dalam (Pitaloka, 2019). Salah satu
kondisi kegawatdaruratan yang sering terjadi adalah serangan jantung.
(Pitaloka, 2019)
Di Amerika Serikat, layanan gawat darurat medis mengkaji setiap
tahunya terdapat lebih dari 420.000 kasus cardiac arrest yang terjadi di
luar rumah sakit. Pada tiga terkahir, tercatat sebanyak 60.000 kejadian
Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) pada beberapa negara yang
bergabung dalam Asia-Pasifik salah satunya Indonesia. Di Indonesia, data
prevalensi yang didapatkan untuk penderita cardiac arrest tiap tahunnya
belum jelas, tetapi diperkirakan terdapat sekitar 10.000 warga Indonesia
yang mengalami cardiac arrest. (Muthmainnah, 2019).
Kegawatdaruratan henti jantung atau cardiac arrest adalah suatu
suatu keadaan dimana terjadinya penghentian mendadak sirkulasi normal
darah ditandai dengan menghilangnya tekanan darah arteri. Pertolongan
yang tepat dalam kasus kegawatdaruratan cardiac arrest adalah dengan
tindakan Basic Life Support (BLS). (Wahyuni & Haryanto, 2020). Basic
Life Support (BLS) adalah suatu upaya oksigenasi darurat yang harus
dilakukan dengan cepat untuk pennaganan pasien yang mengalami henti
jantung dan henti nafas secara mendadak yang disebabkan oleh berbagai
keadaan seperti pada korban tenggelam, tersengat listrik, kecelakaan lalu
lintas, korban kebakaran, serangan jantung, dan keadaan
kegawatdaruratan lainnya. (Wahyuni & Haryanto, 2020).
Berdasarkan American Heart Association (AHA) 2015, tindakan
untuk dapat mempertahankan kehidupan pada henti jantung adalah
penerapan chain of survival yaitu pertolongan pertama saat terjadihenti
jantung hingga perawatan setelahnya. Basic Life Support (BLS)
merupakan pertolongandasar pertama dan Advanced Cardiovascular Life
Support (ACLS) merupakan bantuan hidup lanjut pada pasien henti
jantung. (Lubis et al., 2021)
Tindakan Basic Life Support (BLS) pada kasus kegawatdaruratan
henti jantung harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Keterlambatan dan
kesalahan dalam melakukan tindakan gawat darurat dapat menimbulkan
efek yang sangat fatal dan tidak dapat diperbaiki pada tindakan
selanjutnya. Sehinggasetiap tenaga kesehatan terutama perawat harus
memiliki kemampuan yangbaikdansesuai SOP tentang Basic Life Support
(BLS) . (Wahyuni & Haryanto, 2020).

B. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan konsep henti jantung
(Cardiac Arrest)
2. Tujuan Khusus

C. Manfaat Makalah

Referensi:

Lubis, B., Amelia, P., Nasution, A. N., Nasution, M. S., & Adriansyah, R. (2021).
Promotive and preventive programs about basic life support in Medan Barat
district. 6(1), 40–45.

Muthmainnah, M. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Awam Khusus


Tentang Bantuan Hidup Dasar Berdasarkan Karakteristik Usia di RSUD X
Hulu Sungai Selatan. Healthy-Mu Journal, 2(2), 31.
https://doi.org/10.35747/hmj.v2i2.235

Pitaloka, A. (2019). Pendidikan Kesehatan Tentang Menopause. 11(21), 6–13.

Wahyuni, L., & Haryanto, A. (2020). ANALISIS KEMAMPUAN PERAWAT


DALAM MELAKUKAN BASIC LIFE SUPPORT PADA PASIEN
GAWAT DARURAT DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO
MOJOKERTO. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(2), 153.
https://doi.org/10.32831/jik.v8i2.262

Anda mungkin juga menyukai