Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Penanganan Klien Stroke pada Kondisi Kritis

Oleh :
Kelompok 6

Aldian Yoga (1520005)


Ika Mauditya F (1620011)
Rini Putri P (1620019)
Erna Warohmah (1620036)
Firda Eka E (1620038)
Shynta Dinar A (1620047)
Yeni Anggarwati (1620053)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2019
BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku di mana
perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi
perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam individu,
kelompok, atau masyarakat itu sendiri (Sai, Kundre, & Hutauruk, 2018).
Stroke merupakan gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan karena
gangguan peredaran darah ke otak. Dampak yang sering terjadi pada pasien
stroke adalah konstipasi karena komplikasi penyakit, obat-obatan dan
kurangnya mobilisasi (Puspitasari, Hannan, & Su’udiyah, 2017). Pada pasien
stroke dengan tirah baring lama akan mengalami perubahan metabolisme yang
dapat meningkatkan tekanan yang berbahaya pada kulit sehingga berisiko
terjadi decubitus (Djuwartini, 2017).
Sekitar 15-20% pasien stroke membutuhkan penanganan di ICU.
Komplikasi kardiovaskuler merupakan penyebab pasien stroke dirawat di ICU
(60%) (Hidayah, Tugasworo, & Belladonna, 2015). Komplikasi lainnya juga
yang dapat terjadi yaitu malnutrisi, dan ulkus dekubitus. Pasien stroke
hemoragik yang disertai dengan komplikasi yang berat harus dirawat di ruang
rawat intensif atau ICU (Intensive Care Unit) (Siwi, Lalenoh, & Tambajong,
2016).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan atau penyuluhan tentang
penanganan klien stroke pada kondisi kritis, diharapkan mahasiswa
Stikes Kepanjen dapat melakukan penanganan klien stroke pada
kondisi kritis secara cepat dan tepat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan atau penyuluhan tentang
penanganan klien stroke pada kondisi kritis, diharapkan mahasiswa
Stikes Kepanjen :
a. Mampu meberikan pengarahan kepada anggota keluarga dengan klien
stroke mengenai penanganan stroke.
b. Mendemonstrasikan penanganan klien stroke pada keadaan kritis
c. Mampu melakukan tindakan yang cepat dan tepat dalam menangani
klien stroke pada keadaan kritis.
BAB 2. PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Tema
Penanganan Klien Stroke pada Kondisi Kritis
2.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pendidikan Kesehatan yang dilaksanakan di Ruang Kelas Stikes
Kepanjen, Kabupaten Malang, yaitu :
Hari , Tanggal :
Waktu :
Tempat : Stikes Kepanjen
2.3 Sasaran
Kelas (.....) Mahasiswa Stikes Kepanjen, Kabupaten Malang
2.4 Pelaksana
1. Penanggung Jawab : Janes Jainurakhma M.Kep
2. Persiapan :
3. Moderator :
4. Penyuluh :
5. Observer :
6. Fasilitator :
2.5 Metode dan Media
I. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
II. Media
1. LCD
2. Power Point
3. Leaflet
2.6 Pelaksanaan Kegiatan
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan : Penyuluhan tentang Penanganan Klien Stroke pada
Kondisi Kritis
Kelas (...) Stikes Kepanjen, Kabupaten Malang
Narasumber :

Kompetensi Dasar :
1. Kegiatan Penyuluhan tentang Penanganan Klien Stroke pada Kondisi Kritis
pada Mahasiswa kelas (...) Stikes Kepanjen, Kabupaten Malang ini akan
dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan dalam
menganalisis masalah-masalah keperawatan pada korban dengan masalah
kegawatdaruratan yang terjadi di lingkungan.
2. Selain itu juga akan meningkatkan ketrampilan dalam melakukan tindakan
pertolongan pertama pada korban yang mengalami kondisi kritis di Rumah
Sakit/ Ruang ICU.
Indikator :
1. Mahasiswa kelas (....) Stikes Kepanjen, Kabupaten Malang mampu
mengenali masalah kondisi kritis di lingkungan.
2. Mahasiswa kelas (....) Stikes Kepanjen, Kabupaten Malang mampu
mempraktekkan dalam memberikan pertolongan pertama pada kondisi
kritis di lingkungan.
Materi Pokok :
Pendidikan kesehatan tentang Penanganan Klien Stroke pada Kondisi Kritis
yang meliputi :
a. Definisi Stroke
b. Penyebab Stroke
c. Manifestasi klinis Stroke
d. Penanganan Stroke
Langkah Penyuluhan
Waktu Materi kegiatan Metode Pemateri & Bahan
Pendamping
Pendidikan kesehatan Ceramah , LCD Power
tentang Penanganan diskusi / tanya point, Leaflet
Klien Stroke pada jawab
Kondisi Kritis :
Definisi Stroke
Pendidikan kesehatan Ceramah , LCD Power
tentang Penanganan diskusi / tanya point, Leaflet
Klien Stroke pada jawab
Kondisi Kritis :
Penyebab Stroke
Pendidikan kesehatan Ceramah , LCD Power
tentang Penanganan diskusi / tanya point, Leaflet
Klien Stroke pada jawab
Kondisi Kritis :
Manifestasi Klinis Stroke
Pendidikan kesehatan Ceramah , LCD Power
tentang Penanganan diskusi / tanya point, Leaflet
Klien Stroke pada jawab
Kondisi Kritis :
Penanganan Stroke

2.7 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap, dan yang
digunakan dalam penyuluhan yaitu :
 LCD
 Power Point
 Leaflet
b. Persiapan materi
Materi disiapkan dalam bentuk SAP, ditulis, dan dibuatkan power
point dengan tampilan yang menarik serta mudah dipahami oleh
sasaran penyuluhan.
c. Kontrak
Dalam penyuluhan mengenai Penanganan Klien Stroke pada Kondisi
Kritis telah dilakukan kontrak mengenai waktu selama (...menit),
tempat serta materi yang akan disampaikan pada sasaran 1 hari
sebelumnya pelaksanaan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses
BAB 3. PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak, penyebab terjadinya stroke
karena sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. Stroke
menyebabkan kelumpah yang terjadi di berbagai bagian tubuh, mulai dari
wajah, tangan, kaki, lidah, dan tenggorokan.
latihan fisik yang di lakukan yaitu latihan ROM, latihan ROM yang
dilakukan pada pasien di ruang ICU mendapatkan hasil dengan skala 2 pada
kekuatan otot ekstremitas atas (tangan) dan bawah (kaki).
Namun Latihan atau aktifitas fisik yang sesuai untuk pasien stroke non
hemoragik yaitu dengan latihan range of motion. Latihan tersebut apabila
dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, dapat mempercepat
stimulus meningkatnya fleksibilitas sendi dan bahkan derajat kekuatan otot
pada penderita stroke dan menunjukkan fungsi motor unit gerak kembali
optimal.

B. Saran

Promosi Kesehatan tentang stroke sangatlah penting, karena kejadian kritis


dapat terjadi dimana saja terlebih pada lingkungan rumah sakit yang memang
tempat rujukan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dan intensif,
sehingga mahsiswa perlu mengetahui penanganan yang perlu diberikan ketika
kejadian kritis di lingkungan rumah sakit. Penyuluhan disapaikan tentang
bagaimana perawatan pada pasien stroke saat kondisi kritis agar mahasiswa
mampu meningkatkan derajat kesembuhan pada orang yang mengalami kondisi
kritis, dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
Lampiran materi
LAMPIRAN
Satuan acara penyuluhan

A. Pengantar
Pokok bahasan : Pendidikan Kesehatan pada Klien Stroke dengan Kondisi
Kritis Sasaran : Mahasiswa Stikes Kepanjen
Hari, tanggal : Selasa - Kamis , 13-23 Agustus 2019
Waktu : 6 x 120 Menit
Tempat : Ruang Kelas Stikes Kepanjen
Narasumber : Janes Jainurakhma, M.Kep
B. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pembinaan pendidikan kesehatan tentang stroke
pada klien dengan kondisi kritis, diharapkan mahasiswa Stikes Kepanjen
dapat mengerti dan memahami tentang pendidikan kesehatan pada klien
stroke dengan “Kondisi Kriitis” dengan tepat.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, diharapkan mahasiswa
Stikes Kepanjen, diharapkan mahasiswa :
a. Mengerti dan memahami tentang pengertian stroke
b. Mengerti dan memahami penyebab terjadinya stroke
c. Mengerti dan memahami tanda dan gejala stroke
d. Mengerti dan memahami penanganan stroke pada kondi
C. Sasaran
Mahasiswa Stikes Kepanjen
D. Materi Pengajaran
Pendidikan kesehatan pada klien stroke dengan kondisi kritis tentang :
a. Definisi stroke
b. Penyebab penyakit stroke
c. Tanda dan gejala penyakit stroke
d. Penanganan penyakit stroke pada kondisi kritis
E. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini menggunakan metode
seminar, metode ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman mahasiswa terutama dalam pemahaman penangan klien stroke
kondisi kritis.
F. Media
1. LCD
2. Speaker
3. PPT
4. Phantom
5. Seperangkat Media simulasi praktik kegawatdaruratan
G. Materi
Terlampir
H. Proses Kegiatan/Rencana Pembelajaran
No Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta Metode dan Waktu
Media
1 Kegiatan Pra Simulasi 1. Menjawab Ceramah 5 menit
1. Persiapan materi salam pembuka
2. Persiapan media dan penutup
pembelajaran 2. Menyimak
3. Kontrak Waktu informasi yang
4. Persiapan tempat atau disampaiakan
lingkungan dan sarana
prasana lainnya.
Pembukaan
1. Menyampaikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Peyampaikan kontrak
waktu
5. Apersepsi (tujuan
untuk memotivasi)
2 Pelaksanaan: 1. Mendengarkan, Ceramah 15 menit
1. Menjelaskan tentang memperhatikan
Pengertian stroke saat pemateri
2. Penyebab stroke menyampaikan
3. Menjelasskan tanda materi yang
dan gejala stroke disampaikan
4. Menjelaskan tentang
penanganan klien
stroke pada kondisi
kritis

3 Evaluasi Tanya Jawab 5 menit


1. Mengevaluasi 1. Bertanya
penerimaan informasi 2. Menjawab
2. Memberi kesempatan pertanyaan
kepada siswa utuk
bertanya
3. Memberikan
pertanyaan lisan

4 Penutup 1. Aktif bersama 1. Mendengar


1. Menyimpulkan hasil dalam kan 5 menit
pendidikan menyimpulkan 2. Menjawab
Mengucapkan terimakasih 2. Membalas salam Salam

Total waktu 30 menit


I. Pengorganisasian
1. Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : Janes Jainurakhma, M.Kep
b. Persiapan :
c. Moderator :
d. Penyuluh :
e. Observer :
f. Fasilitator :
2. Rincian tugas
a. Moderator
1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
4. Menyebutkan materi yang akan diberikan.
5. Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
(kontrak waktu).
6. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
7. Mengatur waktu simulasi.
b. Pemateri
1. Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai simulasi.
2. Memotivasi para mahasiswa agar berpartisipasi dalam pendidikan.
3. Memotivasi para mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan saat
moderator memberikan kesempatan bertanya.
c. Observer
1. Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
2. Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
penyuluhan berlangsung.
3. Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil
kegiatan simulasi.
d. Evaluasi
1. Mengajukan pertanyaan lisan
a. Apakah mahasiswa mengetahui apa pengertian dari stroke?
b. Apa saja penyebab terjadinya stroke ?
c. Bagaimana penangan klien stroke kondisi kritis ?
e. Observasi
Respon atau tingkah laku masyarakat (peserta penyuluhan) saat diberi
pertanyaan apakah diam atau menjawab.
d. Peserta seminar antusias atau tidak
e. Peserta seminar mengajukan pertannyaan atau tidak
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Stroke
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
neurologis yang utama. Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu
keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan terhentinya suplai darah kebagian otak
(Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu
keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Sedangkan menurut
Ginsberg (2008), stroke adalah adalah sindrom yang terdiri dari tanda
dan/gejala hilangnya fungsi system syaraf pusat fokal (atau global) yang
berkembang cepat (dalam detik atau menit). Menurut Muttaqin (2008), stroke
sebagai sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal yang
berlangsung 24 jam atau lebih tanpa penyebab lain kecuali gangguan
pembuluh darah otak. Jadi stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi
dengan cepat (tiba-tiba) dan berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan
suplai darah ke otak (Rachman, 2012).

B. Epidemiologi
Insidens serangan stroke pertama sekitar 200 per 100.000 penduduk per
tahun.Insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Konsekuensinya,
dengan semakin panjangnya angka harapan hidup, termasuk di Indonesia,
akan semakin banyak pula kasus stroke dijumpai. Perbandingan antara
penderita pria dan wanita hampir sama (Hankey, 2002). Prevalensi stroke
berkisar 5-12 per 1000 penduduk (Hankey, 2002). MacDonald et al. (2000)
yang meneliti prevalensi dari berbagai jenis penyakit susunan saraf
menemukan prevalensi stroke sebesar 800 per 100.000 penduduk (Rambe,
2002).
C. Etiologi Stroke
Ada 2 kelompok utama faktor risiko stroke (Rambe, 2002).
1. Kelompok pertama ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan
fungsi tubuh yang normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang
termasuk kelompok ini adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke
dalam keluarga dan serangan Transient Ischemic Attack atau stroke
sebelumnya.
2. Kelompok yang kedua merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan
dapat dimodifikasi. Faktor risiko utama yang termasuk kelompok kedua
adalah hipertensi, diabetes mellitus, merokok, hiperlipidemia dan
intoksikasi alkohol

D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ringan stroke dapat dikenali seperti seringnya kesemutan
ringan tanpa sebab, sakit kepala atau vertigo ringan, tiba-tiba sulit
menggerakkan mulut dan sulit berbicara, lumpuh sebelah serta mendadak
pikun dan cadel. Bagi mereka yang pernah mengalami serangan stroke lalu
dikemudian hari terkena serangan stroke yang kedua, maka serangan stroke
ulangan ini lebih berbahaya dan dapat menyebabkan kematian
(Wardhani & Martini, 2014).
Tanda dan Gejala yang sering dijumpai adalah :
1. Adanya serangan defisit neuro logis/kelumpuhan fokal
2. Mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, atau terbakar
3. Mulut atau lidah mencong jika diluruskan
4. Sukar bicara atau bicara tidak lancar dan tidak jelas
5. Tidak memahami pembicaraan orang lain
6. Kesulitan mendengar, melihat, menelan, berjalan, menulis, membaca,
serta tidak memahami tulisan
7. Kecerdasan menurun dan sering mengalami vertigo
8. Menjadi pelupa atau dimensia
9. Penglihatan terganggu
10. Pendengaran berkurang
11. Emosi tidak stabil
12. Kelopak mata sulit dibuka dan selalu ingin tidur
13. Gerakan tidak terkoordinasi
14. Biasanya diawali dengan serangan stroke sementara
15. Gangguan kesadaran, seperti pingsan bahkan koma
(Nastiti, 2012).

E. Penanganan Klien Stroke Kondisi Kritis


1. Mobilisasi tiap 2 jam terhadap kejadian dekubitus pada pasien stroke di
ruang ICU.
Pasien dengan diagnosa stroke akan mengalami defisit neurologis
salah satunya gangguan mobilitas fisik akibat kehilangan fungsi motorik
yang menyebabkan pasien menjadi imobilisasi dan harus tirah baring
diatas tempat tidur. Tidak adanya kemampuan tubuh untuk dapat bergerak
menimbulkan adanya gaya gravitasi yang akan memberikan tekanan pada
area yang dibawahnya. Tekanan tersebut akan menyebabkan gangguan
pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila berlangsung lama
dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan
dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel.
Mobilisasi dilakukan untuk mencegah terjadinya dekubitus di
daerah tulang yang menonjol dengan tujuan untuk mengurangi penekanan
akibat tertahannya pasien pada satu posisi tidur sehingga mengakibatkan
terjadinya luka dekubitus. Menurut jurnal (Djuwartini, 2017). Pasien yang
dilakukan mobilisasi tiap 2 jam mempunyai tingkat kejadian dekubitus
sangat rendah. Pemberian mobilisasi tiap 2 jam secara teratur memberikan
pengaruh yang efektif dalam menurunkan derajat dekubitus serta
mencegah terjadinya dekubitus.
2. Pengetahuan dan keterampilan perawat untuk merawat pasien stroke
dengan terapi rTPA.
Perawat harus memiliki kompetensi-kompetensi sebagai berikut,
mengetahui stroke secara patifisiologi dan terapi trombolisis sendiri,
kemampuan komunikasi diantara tim koordinat stroke, pemantauan
komplikasi setelah trombolisis, serta perawatan pasien paska terapi
trombolisis. Untuk melaksanakan tugas itu semua di perlukan
pengetahuan dan kerjasama tim bagi perawat untuk merawat pasien stroke
terutama dengan terapi rTPA.
Menurut jurnal (Yuliano, Argaen, & Suryati, 2018) hubungan
bermakna antara pengetahuan dan peran perawat disebabkan oleh adanya
kerjasama tim code stroke yang terdiri atas dr. Spesialis, perawat HCU &
ICU serta telah adanya sosialisasi mengenai penatalaksanaan stroke
iskemik akut. Selain itu perawat melakukan terapi rTPA sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan dalam manajemen stroke akut yaitu dengan
pendekatan terapi secara komprehensif. Karena kekuatan perawatan di
stroke unit (ICU/HCU) adalah memantau kondisi pasien baik status
neurologi maupun keadaan umum secara ketat, yang meliputi perubahan
dan kestabilan fungsi kardiopulmonovaskular yang dimonitor secara terus
menerus dengan harapan dapat memberi manfaat keuntungan reperfusi
dari lisisnya thrombus dan perbaikan sel cerebral.
3. Pemberian Terapi Musik
Pasien dalam keadaan koma, terutama dengan kasus-kasus stroke
pada umumnya akan memberikan gambaran tekanan darah yang tidak
stabil. Pada umumnya pasien stroke akan mengalami koma dengan
peningkatan tekanan darah dan tekanan intra kranial (TIK) disertai dengan
penurunan frekuensi, nadi dan pernapasan. Perubahan tekanan darah baik
pada pasien koma maupun sadar sangat di pengaruhi oleh stimulus.
Stimulus dapat berasal dari diri sendiri maupun dari luar. Terapi musik
merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh
perawat sebagai stimulasi kepada pasien yang diharapkan dapat
berdampak terhadap pemulihan dan penyembuhan pasien stroke.
Menurut jurnal (Rihiantoro, Nurachmah, & Hariyati, 2008) terapi
musik yang diberikan pada pasien stroke dengan penurunan kesadaran
memberikan stimulasi pada sistem saraf untuk menciptakan kestabilan
status hemodinamika yang berdampak terhadap perbaikan perfusi jaringan
serebral. Menurut jurnal tersebut terdapat perbedaan antara MAP,
frekuensi jantung dan frekuensi pernapasan sebelum dan sesudah
dilakukan terapi musik. Terapi musik yang diberikan yaitu menggunakan
intrumrntalia sound healing selama 90 menit.
4. Mobilisasi Dini SIM kanan dan kiri Terhadap Konstipasi Pasien Stroke di
ICU
Stroke merupakan gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan
karena gangguan peredaran darah ke otak. Dampak yang sering terjadi
pada pasien stroke adalah konstipasi karena komplikasi penyakit, obat-
obatan dan kurangnya mobilisasi. Selain menggunakan obat-obatan,
penanganan konstipasi pada pasien stroke dapat dilakukan dengan cara
mobilisasi.
Menurut jurnal (Puspitasari et al., 2017) mobilisasi dini sim kanan
kiri tiap 2 jam akan mempermudah pengeluaran isi usus melalui defekasi.
5. Latihan Rang Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Kekuatan Otot Pasien
Stroke di ICU
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak, penyebab terjadinya
stroke karena sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah.
Stroke menyebabkan kelumpah yang terjadi di berbagai bagian tubuh,
mulai dari wajah, tangan, kaki, lidah, dan tenggorokan. Kelumpuhan pada
salah satu sisi tubuh menyebabkan pasien malas menggerakkan tubuhnya
yang sehat sehingga persendian akhirnya menjadi kaku. Malas bergerak
bukan saja menyulitkan proses pemuliahan anggota gerak namun juga
menyebabkan sisi tubuh yang normal akhirnya ikut cacat. Untuk
mencegah hal tersebut, pasien perlu melakukan latihan fisik secara rutin.
Menurut jurnal (Nugroho, 2014) latihan fisik yang di lakukan yaitu
latihan ROM, latihan ROM yang dilakukan pada pasien di ruang ICU
mendapatkan hasil dengan skala 2 pada kekuatan otot ekstremitas atas
(tangan) dan bawah (kaki). Hal ini menunjukan tidak ada peningkatan
kekuatan otot, karena belum optimal dan kurangnya intensitas latihan,
kesadaran pasien yang menurun (coma) dan juga waktu yang dibutuhkan
lebih lama, karena latihan ROM yang dilakukan begitu singkat untuk
proses rehabilitasi. Namun Latihan atau aktifitas fisik yang sesuai untuk
pasien stroke non hemoragik yaitu dengan latihan range of motion.
Latihan tersebut apabila dilakukan secara berkala dan berkesinambungan,
dapat mempercepat stimulus meningkatnya fleksibilitas sendi dan bahkan
derajat kekuatan otot pada penderita stroke dan menunjukkan fungsi
motor unit gerak kembali optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Djuwartini. (2017). Pengaruh Mobilisasi Tiap 2 Jam terhadap Kejadian Dekubitus


pada Pasien Stroke di Ruang ICU dan Murai RSU Anutapura Palu. Jurnal
NERS Widya Nusantara Palu, 2(2), 64–68. Retrieved from
https://ejournal.stikeswnpalu.ac.id/index.php/JNWNP/article/view/16
Hidayah, M., Tugasworo, D., & Belladonna, M. (2015). Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan Outcome Pasien Stroke Yang Dirawat Di ICU RSUP
Dr Kariadi Semarang. 4(4), 1186–1196.
Nastiti, D. (2012). Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Pasien Stroke
Rawat Inap Krakatau Medika. Stroke.
Nugroho, A. (2014). Pengaruh Latihan Rang Of Mation (ROM) Pasif Terhadap
Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang ICU RSUD
Kabupaten Karanganyar. Universitas Gorontalo. Retrieved from
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/viewFile/10441/10320
Puspitasari, D. I., Hannan, M., & Su’udiyah. (2017). Pengaruh Mobilisasi Dini
Sim Kanan Kiri Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke Infark Di Ruang
ICU dr. H. Mohammad Anwar Sumenep (The Effectiveness of Early
Mobilization Left – Right Sim to Constipa- tion on Stroke Infark Patient in
the Intensive Car Unit. Jurnal Ners Dan Kebidanan, 4(2), 98–103.
https://doi.org/10.26699/jnk.v4i
Rachman, E. W. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Stroke Non
Hemoragik di Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Rambe, A. S. (2002). Stroke : Sekilas Tentang Definisi, Penyebab, Efek, dan
Faktor Resiko. Universitas Sumatra Utara, 195–198.
Rihiantoro, T., Nurachmah, E., & Hariyati, R. T. S. (2008). Pengaruh terapi
Musik Terhadap Status Hemodinamika Pada Pasien Koma di Ruang ICU
Sebuah Rumah Sakit di Lampung. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(2),
115–120. https://doi.org/10.7454/jki.v12i2.209
Sai, Y. I., Kundre, R., & Hutauruk, M. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dan Simulasi Terhadap Pengetahuan dan Ketrampilan Pertolongan Pertam
Pada Siswa Yang Mengalami Sinkop Di SMA 7 Manado. E-Jounal
Keperawatan, 6(2), 1–8.
Siwi, M. E., Lalenoh, D., & Tambajong, H. (2016). Profil Pasien Stroke
Hemoragik yang Dirawat di ICU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
Periode Desember 2014 sampai November 2015. E-CliniC, 4(1).
https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.11015
Wardhani, N. R., & Martini, S. (2014). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pengetahuan Tentang Stroke Pada Pekerja Institusi Pendidikan Tinggi.
Universitas Airlangga, 2, 13–23. Retrieved from https://e-
journal.unair.ac.id/JBE/article/download/149/23
Yuliano, A., Argaen, O., & Suryati, I. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Dengan Peran Perawat Pasca Pemberian Terapi rTPA. 5, 176–181.

Anda mungkin juga menyukai