Anda di halaman 1dari 13

“HASIL-HASIL PENELITIAN

TERKAIT PADA MASALAH


KASUS KEGAWATDARURATAN
BERBAGAI SISTEM”
NAMA KELOMPOK 1 :

 ANDI S RI RAH AYU NI NG S I H


 NURMUKMAI NNA
 AQ I LAH
 DES AK NYO MA N PUTRI ANI
 NURJ ANNAH MS
 DES AK P UTU I NDAHYANI
KEGAWATDARURATAN
BERBAGAI SISTEM
Keperawatan
Keperawatan Gawat Darurat Keperawatan
Medikal Bedah Pada Anak Maternitas

Keselamatan Isolasi sosial di


Hipertensi Febris ibu hamil komunitas

Keperawatan jiwa
Tabel 1

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


(HIPERTENSI) Variabel Mean SD MinMax CI 95%
PENGARUH KOMBINASI JUS WORDU (WORTEL Usia 68.03 4.293 61-78 66.46-
DAN MADU) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN 69.61
DARAH PADA LANSIA. Tabel 1 menunjukkan dari 31 responden didapatkan usia tertinggi responden yaitu
berusia 78 tahun.
Tabel 2
Kombinasi jus wordu (wortel dan madu) memiliki Analisis Pengaruh Kombinasi Jus Wordu (Wortel Dan Madu)
kandungan seperti kalium yang mampu menjaga tekanan Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
darah dan asetikolin yang membantu memperlancar
pembuluh darah. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Sistole Pre 153.87
Sistole Post 138.71 -5.011 0.001
Diastole Pre 95.16
Diastole Post 84.19 -5.353 0.001

Tabel 2 menunjukan dapat diketahui bahwa dari hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai
yaitu sebesar 0,001 maka p-value < α (0,05). Ada pengaruh secara signifikan antara
rata-rata pre dan post setelah diberikan kombinasi jus wordu (wortel dan madu)
dengan nilai z sistole sebesar -5.011, z diastole sebesar -5.353 dan z tabel dengan nilai
1,645 yang berarti z hitung lebih besar dari z tabel yang dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh kombinasi jus wordu (wortel dan madu) terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi Di Kelompok Lansia Wredha Shandi Kencana Desa
Mas Ubud.
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA ANAK (FEBRIS)
PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA PASIEN
FEBRIS

Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan
rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang
dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan meransang area preoptik mengakibatkan
pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas
tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan
berkeringat
Keperawatan jiwa
Pada penelitian ini akan disajikan hasil penelitian pada analisis univariat dan analisis bivariat.
Adapun penjelasan hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi berdasarkan karakteristik responden di ruangan instalansi gawat darurat


puskesmas tandru tedong kabupaten sidrap Berdasarkan tabel 1. menunjukkan
Karakteristik n % bahwa dari 17 Responden didapatkan
responden yang memiliki kelompok umur paling
banyak adalah kelompok umur 2-3
Umur
tahun dan 4-5 tahun masing-masing
2-3tahun 35,3 6 berjumlah 6 orang (35,3 %) dan
4-5 tahun 6 35,3 kelompok umur paling sedikit adalah
kelompok umur >8 tahun berjumlah 2
6-7tahun 3 17,6
orang (11,8 %), serta kelompok umur 6-
>8 tahun 2 11,8 7 tahun berjumlah 3 orang (17,6 %).
Sedangkan untuk karakteristik
Jenis kelamin responden menurut jenis kelamin yaitu
Laki-laki 11 64,7 laki-laki berjumlah 11 orang (64,7%)
dan yang berjenis kelamin perempuan 6
Perempuan 6 35,5
orang (35,3%).
Total 17 100
Tabel 2. Nilai rata-rata suhu tubuh sebelum dan sesudah Intervensi Tabel 3. Selisih nilai rata-rata sebelum dan setelah
di ruangan instalasi gawat darurat Intervensi
puskesmas Tanru Tedong Kabupaten sidrap di ruangan instalasi gawat darurat
Variabel N Mean SD Min-Max puskesmas Tanru TedongKabupaten Sidrap
Variabe n Mean SD Min- p
pree 38,1 0,6 37,3-39,5
17
post 37,5 0,6 36,7-38,9 l max
Pre- 1 0,7 0,4 0,4-0,8 0,000

Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa dari 17 Responden uji analisis post 7 1


univariat didapatkan nilai rata-rata sebelum intervensi yaitu hasil mean suhu
38,14 standar deviasi 0,61 dengan nilai min 37,3 nilai max 39,5.
Kemudian nilai rata-rata sesudah intervensi didapatkan Hasil Mean 37,54 tubuh
Standar Deviasi 0,57 Dengan Nilai Min 36,7 Nilai Max 38,9.

Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa dari 17 Responden uji


analisis bivariat didapatkan nilai selisih rata-rata skor suhu tubuh
sebelum dan setelah intervensi yaitu mean 0,65 standar deviasi 0,37
dengan nilai min 0,41 dan max 0,80 dengan nilai p =0,0001 dengan
tingkat kemaknaan p <α (0,05) yang dimana 0,0001<0,05 maka dari
itu dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kompres hangat
terhadap perubahan suhu tubuh pasien febris di ruangan instalasi
gawat darurat puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidrap yang
berarti Ha diterima dan Ho ditolak.
KEPERAWATAN MATERNITAS (KESELAMATAN IBU HAMIL)
PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH KESELAMATAN PASIEN MATERNITAS (IBU HAMIL)

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada enam sasaran keselamatan pasien
di rumah sakit yaitu ketepatan id WIEDENBACH entifikasi, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan keamanan
obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi
terkait pelayanann kesehatan pengurangan Resiko pasien jatuh (Depkes, 2011)

HASIL PENELITIAN
Menurut jurnal PENERAPAN MODEL KEPERAWATAN NEED FOR HELP WIEDENBACH DAN SELF CARE
OREM PADA ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL, pelaksanaan praktik residensi juga memberikan kesempatan
untuk menerapkan peran sebagai pengelola yaitu dengan melaksanakan manajemen keperawatan dengan metoda tim,
melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya, membantu membuat standar asuhan keperawatan melalui
perumusan clinical pathway pada kasus Preeklampsi berat.Selain itu, peran sebagai pengelola suhan keperawatan dan
sebagai peneliti diwujudkan dengan pemberian asuhan keperawatan pada lima kasus ibu hamil dengan kontraksi dini
yang dilakukan di dua rumah sakit saat melaksanakan praktik residensi.Peran sebagai educator dilakukan pada saat
memberikan pendidikan kesehatan pada klien. Peran sebagai change agent diwujudkan pada saat melaksanakan proyek
inovasi di setiap lahan praktik yang digunakan.
KEPERAWATAN JIWA
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN, KELUARGA DAN KADER KESEHATAN JIWA DENGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL DI KOMUNITAS.

Istilah gangguan jiwa digunakan untuk menunjukkan rentang kondisi kejiwaan dan gangguan perilaku, dan
berkaitan dengan masalah kesehatan, termasuk didalamnya gangguan yang disebabkan oleh tingginya beban dari
penyakit seperti depresi, gangguan afektif bipolar, skizofrenia, gangguan kecemasan, demensia, gangguan
penyalahgunaan zat, retardasi mental, gangguan perkembangan dan perilaku dengan onset yang pada umumnya
terjadi pada masa kanak-kanan dan dewasa, termasuk autisme (WHO, 2013).

Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh gambaran informasi tentang karakteristik klien isolasi sosial, pada
kelompok klien dengan diagnosa skizofrenia rentang usia klien berada pada kategori dewasa, sedangkan pada
klien dengan diagnosa RM berada pada rentang usia remaja. Jenis kelamin klien dengan skizofrenia memiliki
perbandingan yang sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, sedangkan pada klien dengan RM jenis
kelamin yaitu laki-laki. Semua klien isolasi sosial memilki tingkat pendidikan rendah dan tidak bekerja, hanya 1
klien saja yang pernah mendapatkan perawatan di RS dan umumnya lama sakit dialami klien sejak 10-20 tahun
yang lalu. Faktor predisposisi klien isolasi sosial baik dengan diagnosa skizofrenia maupun RMpaling banyak
ditemukan oleh karena faktor genetik dan tidak pernah menjalani perawatan sejak sakit, lama sakit umumnya
sejak 10-20 tahun yang lalu.
Faktor predisposisi psikologis klien baik dengan diagnosa skizofrenia maupaun dengan RM umumnya memilki
intelegensi yang rendah, memilki kepribadian tertutup, pola asuh yang kurang optimal, memilki riwayat
pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengalami kegagalan. Faktor predisposisi sosial yang ditemukan pada
klien isolasi sosial dengan diagnosa skizofrenia yaitu tidak bekerja, sedangkan pada klien RM yaitu putus sekolah.
Faktor presipitasi yang ditemukan pada klien baik dengan diagnosa skizofrenia dan RM yaitu tidak mendapatkan
pengobatan dan putus obat, sedangkan faktor presipitasi psikologis pada klien dengan skizofrenia dan RM yaitu
kebutuhan tidak terpenuhi dan merasa tidak berguna, faktor presipitasi sosial yang ditemukan pada klien dengan
skizofrenia yaitu tidak bekerja sedangkan pada klien RM putus sekolah. Model tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien isolasi sosial dengan skizofrenia yaitu tindakan keperawatan generalis, Terapi Aktifitas
Kelompok Sosialisasi (TAKS) dan Tindakan keperawatan spesialis Social Skill Training (SST), sedangkan pada
klien isolasi sosial dengan Retardasi Mental yaitu tindakan keperawatan generalis dan tindakan keperawatan
spesialis (SST). Tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga klien isolasi sosial dengan skizofrenia dan
Retardasi mental adalahindakan keerawatan generalis dan tindakan keperawatan spesialis Family Psychoeducation
(FPE). Tindakan keperawatan yang diberikan bagi kader kesehatan jiwa yaitu dalam bentuk pelatihan dasar CMHN
dan pelatihan lanjutan.
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien, keluarga dan kader kesehatan jiwa bertujuan untuk menilai tanda
dan gejala sebelum dan sesudah diberikan tindakan keperawatan, sedangkan bagi keluarga dan kader kesehatan jiwa
untuk menilai kemampuan keluarga dan kader dalam merawat klien isolasi sosial. Hasil tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien isolasi dengan skizofrenia dapat dilihat pada
Tabel 1. Dampak Tindakan Keperawatan Terhadap tanda dan
Gejala Klien Isolasi Sosial dengan Skizofrenia (n=4)

Penilaian Jumlah Mean Mean % mean


terhadap respon sebelum sesudah selisih
stressor
Respon 13 10,25 3,50 51,92
Kognitif Berdasarkan tabel 1, diperoleh gambaran
Respon 9 6,00 2,25 42,67 perubahan respon terhadap stressor sebelum
Afektif diberikan tindakan keperawatan. Paling banyak
4 2,25 0,50 43,75
ditemukan dari kelima respon tersebut adalah
Respond respon perilaku, dengan jumlah respon/ tanda
en dan gejala sebanyak 7 item dan semua klien
Fisiologis memiliki 7 item respon/ tanda dan gejala
tersebut. Setelah diberikan tindakan
Respon 7 7,00 3,75 46,43
keperawatan generalis, Terapi Aktivitas
Perilaku
Kelompok Sosialisasi (TAKS) dan tindakan
Respon 6 5,25 1,00 70,83
keperawatan spesialis Social Skill Training
Sosial
(SST). Terdapat perubahan penurunan rata-rata
respon/ tanda dan gejala sebelum dan sesudah
diberikan tindakan keperawatan, paling banyak
ditemukan yaitu respon sosial dimana
penurunan respon sebesar 70,83%.
Tabel 2. Dampak Tindakan Keperawatan Terhadap Tanda dan Gejala Klien Isolasi Sosial dengan Retardasi Mental
(n=1)

Penilaian Jumlah Mean sebelum Mean sesudah % mean


terhadap respon selisih
stressor
Respon 13 11 3 61,54
kognitif
Respon 9 8 1 77,78
afektif
Respon 4 2 0 50
fisiologis
Respon 7 6 1 71,43
perilaku
Respon 6 4 0 66,67
sosial

Berdasrkan tabel 2, diperoleh gambaran perubahan respon terhadap stressor sebelum diberikan tindakan keperawatan.
Paling banyak ditemukan dari kelima respon tersebut adalah respon afektif dan respon perilaku dengan jumlah respon/
tanda dan gejala masing-masing sebanyak 8 dan 7 item dan klien memiliki masing-masing 8 dan 6 pada item respon/
tanda dan gejala tersebut. Setelah diberikan tindakan keperawatan generalis dan tindakan keperawatan spesialis Social
Skill Training (SST). Terdapat perubahan penurunan rata-rata respon/ tanda dan gejala sebelum dan sesudah diberikan
tindakan keperawatan, paling banyak ditemukan yaitu respon afektif dimana penurunan respon sebesar 77,78%.
KESIMPULAN
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara
tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S,
Lee C, 2000).
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim medis yang menangani
kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus
kegawatdaruratan.
 
Terdapat pengaruh kombinasi jus wordu (wortel dan madu) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi. Hasil penelitian ini dapat menjadi pengembangan terapi komplementer dalam keperawatan
sebagai alternatif pengobatan non farmakologi kepada penderita hipertensi.
 
Rerata suhu tubuh sesudah di berikan tindakan kompres hangat pada pasien febris di ruangan instalasi gawat
darurat puskesmas Puskesmas Tanru Tedong kabupaten Sidrap dengan nilai hasil mean 37,54. Sedangkan Pada
analisis bivariat didaptkan nilai selisih rerata 0,65 dan nilai p = 0,0001, sehingga ada pengaruh kompres
hangat terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien febris.
 
Kesimpulan bahwa perawat maternitas dapat bekerja dalam seting di masyarakat untuk memberikan
pendidikan kesehatan dalam upaya meningkatkan motivasi ibu yang sedang hamil utnuk termotivasi
mengunjungi perawatan antenatal.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai