Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang secara geografis
dikepung oleh tiga lempeng dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-
Australia, dan Lempeng Pasifik yang sewaktu – waktu lempeng ini dapat
bergeser, bertubrukan bahkan patah sehingga menimbulkan goncangan yang
disebut dengan gempa bumi. Selain dikepung oleh tiga lempeng dunia,
Indonesia juga merupakan jalur The Pacific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik)
yang merupakan rangkaian gunung api aktif. Selain itu kondisi alam Indonesia
yang semakin hari sering mengalami pengrusakan, posisi negara
Indonesia yang rentan terhadap perubahan iklim dunia, sehingga sepanjang
tahun banyak bencana yang sering terjadi di Indonesia, salah satunya gempa
bumi.
Menurut data yang diperoleh dari BNPB yang dilansir dari
bnpd.go.ids  epanjang tahun 2013-2018 telah terjadi sedikitnya 105 kali gempa
dengan jumlah korban (luka berat ringan, hilang dan meninggal) sebanyak
207.487 orang, kerusakan bangunan (berat, sedang, ringan) 50.577 bangunan.
Dari data tersebut pemerintah berupaya untuk meminimalkan jatuhnya korban
dan kerusakan akhibat bencana melalui beberapa upaya adaptasi, mitigasi dan
kesigapan bencana namun hasilnya masih minim kita rasakan, sehingga
ketika bencana masih dijumpai korban dan kerusakan bangunan.
Oleh karena itu beberapa pelatihan dan sosialisasi pada masyarakat di
daerah rawan bencana harus dilaksanakan secara rutin baik untuk tenaga
kesehatan (keperawatan tanggap bencana), masyarakat umum (penyelamatan diri
saat bencana), sosialisasi potensi gempa di wilayah yang rawan gempa,
mengembangkan bangunan yang relatif tahan gempa, dengan memperkuat atau
memperdalam fondasi bangunan, dll diharapkan dapat meminimalisir korban
jiwa dan kerusakan bangunan akhibat bencana gempa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian gempa
Gempa bumi merupakan suatu guncangan yang mengguncang bumi dengan
penyebab tubrukan antar lempeng, patahan/ sesar aktif, dan aktifvitas gunung berapi dan
runtuhan batuan (esdm.go.id, 2018). “Seismologi” adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang gempa bumi sedangkan untuk mengukur getarannya menggunakan “Seismograf”,
dan hasil dari  pengukuran  pengukuran di dokumentasikan dengan sebuah alat yang
dinamakan dinamakan “Seismogram”.

B. Dampak gempa bumi


1. Korban jiwa
2. Bangunan yang retak bahkan runtuh.
3. Bergesernya jalan raya, jalur kereta api
4. Runtuhnya jembatan dan rusaknya fasilitas umum
5. Pergerakan/ perubahan muka air laut

C. Bencana gempa bumi dan perawatan intra pre hospital


1. Fase mitigasi
Mitigasi didefinisikan sebagai: “Upaya yang ditujukan untuk mengurangi
dampak dari bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun
gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat.” Mitigasi
bencana yang merupakan bagian dari manajemen penanganan bencana,
menjadi salah satu tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian rasa aman dan perlindungan dari ancaman bencana yang
mungkin dapat terjadi. Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu:
a. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap
jenis bencana
b. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana;
c. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
d. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi
ancaman bencana.
Langkah-langkah mitigasi gempa bumi dapat dilakukan pada saat sebelum
gempa yaitu:
a. Dirikanlah bangunan (kantor, rumah dsb) sesuai dengan kaidah2 yang
baku. Diskusikan lah dengan para ahli agar bangunan anda tahan gempa.
Jangan membangun dengan asal-asalan apalagi tanpa perhitungan
b. Kenalilah lokasi bangunan tempat anda tinggal atau bekerja, apakah tidak
berada pada patahan gempa atau tempat lain seperti rawan longsor dsb.
c. Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional. Jika anda punya
lemari, ada baiknya dipakukan ke dinding, agar tidak roboh dan ikut
menindih ketika terjadi gempa. Jika ada perabotan yang digantung,
periksalah secara rutin keamananya.
d. Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan dsb.
Sediakan juga Radio, karena pada saat gempa alat komunikasi dan
informasi lain seperti Telpon, HP, Televisi, Internet akan terganggu.
Radio yang hanya menggunakan baterai akan sangat berguna
disaat bencana.
e. Selalu periksa penggunaaan Listrik dan gas, matikan jika tidak digunakan.
f. Catatlah telepon-telepon penting seperti Pemadam kebakaran, Rumah
sakit dll.
g. Kenalilah jalur evakuasi. Beberapa daerah di Indonesia, khususnya daerah
rawan Tsunami, saat ini telah membangun jalur evakuasi ke tempat yang
lebih tinggi. Seperti di daerah saya, Kota Painan, Kabupaten Pesisir
Selatan Sumatera Barat telah dibangun jalurnya.
h. Ikutilah Kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa yang sudah mulai
dilakukan oleh beberapa daerah seperti Kota Padang, Sumatera Barat. Hal
ini sudah biasa dilakukan oleh masyarakat Jepang. Sehingga mereka tidak
canggung lagi ketika terjadi bencana. Dengan mengikuti kegiatan ini, kita
akan terbiasa dengan bentuk2 peringatan dini yang disediakan pemerintah
daerah, seperti sirine pertanda Tsunami, Sirine Banjir dsb.

2. Preparedness (Kesiapsiagaan)
Pengertian
Pemahaman terhadap konsep kesiapsiagaan yang berkembang
dimasyarakat dapat dikatakan cukup beragam. Menurut Carter (1991) dalam
LIPI-UNESCO ISDR (2006), kesiapsiagaan adalah tindakan- tindakan yang
memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi, masyarakat, komunitas
dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat
dan tepat guna. Termasuk ke dalam tindakan kesiapsiagaan adalah rencana
penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan pelatihan personil.
Sedangkan dalam Pedoman Pengurangan Resiko Bencana yang
dikeluarkan oleh BNPB, dan mengacu pada Pasal 1 Angka 7 UU Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan didefinisikan
sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna. 

Kerangka kerja dan Tindakan Kesiapsiagaan Menghadapi Gempa Bumi


Kerangka kerja kesiapsiagaan menghadapi bencana gempabumi mengacu
pada parameter, variabel dan indikator yang telah dikembangkan oleh
LIPI – UNESCO dan mengakomodir 9 indikator kesiapsiagaan BNPB.
Parameter di dalam pedoman ini merupakan faktor-faktor kritis yang sangat
dibutuhkan terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana
gempa bumi. Terdapat 5 parameter yang menjadi acuan dalam kerangka kerja
kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi, yaitu:
a. Parameter pertama
Parameter pertama adalah pengetahuan dan sikap terhadap
risiko bencana. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci
untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi
sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam
mengantisipasi bencana, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah
rentan terhadap bencana alam.Parameter pengetahuan dan sikap terdiri
dari empat variabel, yaitu:
1) Pemahaman tentang bencana alam
2) Pemahaman tentang kerentanan lingkungan
3) Pemahaman tentang kerentanan bangunan fisik dan fasilitas-
fasilitas penting untuk keadaan darurat bencana
4) Sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana
b. Parameter kedua
Parameter kedua adalah kebijakan dan panduan yang berkaitan dengan
kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam. Kebijakan
merupakan upaya konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga bencana.
Kebijakan-kebijakan dituangkan dalam berbagai bentuk, tetapi akan lebih
bermakna apabila dicantumkan secara konkrit dalam peraturan-
peraturan, seperti SK (Surat Keputusan) atau Perda (Peraturan Daerah)
yang disertai dengan tugas pokok fungsinya yang jelas. Agar kebijakan
dapat diimplementasikan dengan dengan optimal, maka dibutuhkan
panduan-panduan operasionalnya. Parameter kebijakan, peraturan
dan panduan dijabarkan kedalam tiga variabel, yaitu:
1) Jenis-jenis kebijakan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana
alam, seperti: organisasi pengelola bencana, rencana aksi untuk
tanggap darurat, sistem peringatan bencana, pendidikan masyarakat
dan alokasi dana
2) Peraturan-peraturan yang relevan, seperti: Perda (Peraturan Daerah)
dan SK (Surat Keputusan)
3) Panduan-panduan yang relevan
c. Parameter ketiga
Parameter ketiga adalah rencana untuk keadaan darurat bencana.
Rencana ini menjadi bagian yang penting dalam kesiapsiagaan, terutama
berkaitan dengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan, agar
korban bencana dapat diminimalkan.Parameter rencana untuk keadaan
darurat terdiri dari delapan variabel, yaitu:
1) Organisasi pengelola bencana, termasuk kesiapsiagaan bencana
2) Rencana evakuasi, termasuk lokasi dan tempat evakuasi, peta, jalur
dan rambu-rambu evakuasi
3) Posko bencana dan prosedur tetap (Protap) pelaksanaan
4) Rencana pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan
keamanan ketika terjadi bencana
5) Rencana pemenuhan kebutuhan dasar, termasuk makanan dan
minuman, pakaian, tempat/tenda pengungsian, air bersih, MCK dan
sanitasi lingkungan, kesehatan dan informasi tentang bencana dan
korban
6) Peralatan dan perlengkapan evakuasi
7) Fasilitas-fasilitas penting untuk keadaan darurat (Rumah sakit/posko
kesehatan, pemadam kebakaran, PDAM, Telkom, PLN, pelabuhan,
bandara)
8) Latihan dan simulasi evakuasi
d. Parameter keempat
Parameter keempat adalah sistem peringatan bencana gempabumi-
tsunami. Sistem ini meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi
akan terjadinya bencana. Dengan peringatan bencana, masyarakat dapat
melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta
benda dan kerusakan lingkungan.Parameter sistem peringatan bencana
dijabarkan kedalam tiga variabel, yaitu:
1) Sistem peringatan bencana secara tradisional yang telah berkembang/
berlaku secara turun temurun dan/atau kesepakatan lokal
2) Sistem peringatan bencana berbasis teknologi yang bersumber dari
3) pemerintah, termasuk instalasi peralatan, tanda
peringatan, penyebaran informasi peringatan dan mekanismenya
4) Latihan dan simulasi
e. Parameter kelima
Parameter kelima adalah mobilisasi sumber daya. Sumber daya yang
tersedia, baik sumber daya manuasia (SDM), pendanaan dan sarana-
prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat
mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan
bencana. Parameter kemampuan memobilisasi sumber daya terdiri dari
enam variabel, yaitu:
1) Pengaturan kelembagaan dan sistem komando
2) Sumber daya manusia, termasuk ketersediaan personil dan relawan,
keterampilan dan keahlian
3) Bimbingan teknis dan penyediaan bahan dan materi kesiapsiagaan
bencana alam
4) Mobilisasi dana
5) Koordinasi dan komunikasi antar  stakeholder  yang terlibat dalam
kesiapsiagaan bencana
6) Pemantauan dan evaluasi kegiatan kesiapsiagaan bencana

3. Tanggap Darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,
harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan,
pengungsian, serta penyelamatan dan pencarian korban hilang.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana gempa bumi pada saat tanggap
darurat secara umum meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi gempa, kerusakan akibat
gempa, serta sumber daya yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan prasarana dan sarana
akibat gempa, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta
pemerintahan, dan kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana yang ditetapkan
oleh pemerintah sesuai dengan skala bencana.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, dilakukan
dengan memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat gempa
bumi yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya pencarian dan
penyelamatan korban, pertolongan darurat, dan/atau evakuasi korban.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyediaan kebutuhan air
bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan
psikososial; dan penampungan dan tempat hunian.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan, dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial. Kelompok rentan
yang dimaksud terdiri atas bayi, balita, anak-anak, ibu yang sedang
mengandung atau menyusui; penyandang cacat, dan orang lanjutusia.
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Tahap tindakan dalam tanggap darurat dibagi menjadi dua fase yaitu fase
akut dan fase sub akut. Fase akut yaitu 48 jam pertama sejak bencana terjadi,
biasanya disebut fase penyelamatan dan pertolongan medis darurat
sedangkan fase sub akut terjadi sejak 2-3 minggu setelah
terjadinya bencana.
Upaya tanggap darurat bidang kesehatan dilakukan untukmenyelamatkan
nyawa dan mencegah kecacatan dengan melakukan hal sebagai berikut, antara
lain:
a. Penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment);
b. Pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke saranakesehatan;
c. Pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan;
d. Perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan.

4. Rehabilitasi
Perencanaan rehabilitasi dapat dilakukan kepada perumahan,
pemukiman penduduk. Status kesehatan fisik dan psikis korban juga harus
diperhatikan selama fase recovery pascabencana (Sunarti, 2009). Dalam
perencanaan pembangunan dan pemulihan dukungan dari LSM,Pemerintah,
dan Palang Merah Indonesia (PMI) sangat dibutuhkan untuk tahap
pemulihan postbencana (PNPM, 2008). Peraturan tentang Rehabilitasi dan
Rekontruksi post disaster diIndonesia telah tertuang dalam Peraturan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan BencanaNomor 17 tahun 2010 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca
Bencana. Dalam peraturan tersebut telah disebutkan sasaran substansi
rehabilitasi danrekontruksi meliputi aspek kemanusiaan (sosial psikologis,
pelayanan kesehatan) aspekperumahan dan pemukiman, infrastruktur
bangunan, ekonomi, sosial dan lintas sektoral.
Ishii (2013) menyebutkan pada tahap sub akut disaster, rehabilitasi
kesehatan fisik pada korban bencana lebih di fokuskan kepada peningkatan
penyembuhan pada korban bencanaseperti perawatan luka setelah terjadi
bencana, oksigenasi korban bencana, dan pencegahanuntuk tidak terjadi
komplikasi seperti komplikasi pada penyakit paru, oral care, postural
drainagebedsore, pencegahan tidak terjadi kontraktur pada korban bencana
seperti ROM training danrehabilitasi dini. Selain itu Kumiko II (2013) juga
menyebutkan, seorang perawat rehabilitasiadalah perawat yang mempunyai
keahlian atau kemampuan standar disaster melalui pelatihan-pelatihan dalam
manangani korban baik secara fisik dan mental.
Selain dari segi fisik, bencana juga meninggalkan trauma psikologis
terhadap korban bencana. Rehabilitasi psikologis lebih di fokuskan kepada
penanganan rasa trauma psikologisyang dialami oleh korban bencana.
Gangguan stress pasca trauma merupakan gangguan mentalpada seseorang
yang muncul setelah mengalami suatu pengalaman traumatikdalam
kehidupanjika tidak diobati bisa memperburuk gangguan stres pasca trauma
atau post traumatic stressdisorder (PTSD), perawat harus menyiapkan
keahlian dalam penanganan kejadian disaster salahsatunya
dalam penanganan mental health atau PTSD.

D. Upaya Penanggulangan Bencana Gempa Bumi


1. Upaya penanggulangan sebelum tejadi gempa
a. Mengetahui pintu pintu keluar masuk untuk keadaan darurat.
b. Barang atau benda yang berbobot beraat disimpan yang kokoh dan stabil terhadap
guncangan.
c. Pipa saluran gas dan pipa saluran air di pastikan tidak bocor dan tertutup baik saat
tidak di gunbakan untk gempa sperti kebakaran dan gangguan sanitasi.
d. Kabel kabel listrik di tata rapi untuk menghindari hubungan singkat akibat
guncangan dan di pastikan tidak terjadi gempa susulan.
2. Upaya penanggulangan saat terjadi gempa
a. Jika berada di dalam bangunan usahakan tetap tenang dan tidak panic, gunakan
pintu dan tanggadarurat untuk keluar dan jangan menggunakan lift atau elevator
jangan berlindung di bawah jembatan jalan laying, atau benda benda yang
menggantung, berlindunglah di bawah meja yang kokoh, dan jangan dulu masuk
bangunan sebelum di pastikan tidak terjadi gempa susulan.
b. Jika berada di luar bangunan carilah tananh lapang, jangan berlindung di bawahb
pohon atau di tempat dekat tiang atau gardu listrik, getaran gempa kuat, ambilah
posisi duduk daripada berdiri.
c. Jika sedang mengemudikan kendaraan hentikan perjalanan dan segera menepi,
jangan memberhentikan kendaraan di atas jembatan jalan laying, atau
persimpangan jalan, dan segera melanjutkan perjalanan sebeluim di pastikan tidak
terjadi gempa susulan setelah beberapa lama.
3. Upaya penanggualan setelah terjadi gempa
a. Periksa diri anda dan orang di sekeliling anda apakah baik baik saja atau
mengalami luka luka.
b. Jika trdapat korban yang mengalami luika luka, gunakan kotak p3k sebegai
pertolongan pertama dan segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
c. Nyalakan radio atau televise untuk mengetahui informasi dari instasi pemerintah.
d. Jika getaran gempa cukup kuat, dirikanlah untuk sementara tenda tenda darurat di
halaman atau tanah lapang untuk menghindari gempa susulan.
e. Periksa keadaan rumah dan sekekliling rumah anda , jika terjadi puing puing
segera bersihkan.
4. Upaya pengurangan gempa bumi
a. Harus di bangun dengan konstruksi getaran atau gempa khususnya di daerah
rawan bencana gempa bumi.
b. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan
c. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi
d. Perkuatan bangunan bangunan vital yang telah ada
e. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian
daerah rawan gempa bumi
f. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentng bahaya gempa bumi dan
cara penyelamtan diri jika terjadi gempa bumi
g. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamtan , kewas [ adaan
masyarakat terhadap gempa bumi , pelatihan pemadam kebakaran dan
pertolongan pertama .

E. Proses Penyelamatan
Tindakan penyelamatan yang harus diambil saat gempa bumi yaitu melalui beberapa
langkah penyelamatan , antara lain sebagai berikut :
1. Tindakan Sebelum Terjadi Bencana Gempabumi
Ada beberapa tindakan yang perlu direncanakan dan disiapkan oleh komunitas
sekolah , antara lain :
a. Membuat jalur aman untuk evakuasi
b. Menentukan tempat aman untuk tujuan evakuasi / mengungsi
c. Menyepakati cara peringatan dini terjadinya bencana gempabumi
d. Persiapan pribadi dan keluarga , misalnya tas siaga
2. Penyelamatan saat tejadi gempa
a. Bersikap tenang dan jangan panic agar dapat melakukan tindakan penyelamatan
diri dan keluarga dengan baik
b. Segera keluar rumah jika berada di dalam rumah . Carilah tempat yang lapang
agar tidak tertimpa pohon atau bangunan yang mungkin runtuh
c. Saat berada di dalam gedung bertingkat atau bangunan yang tinggi , kemungkinan
untuk keluar sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama , tindakan yang
harus diambil adalah berlindung di bawah meja atau tempat yang dapat menahan
diri dari reruntuhan atau jatuhnya benda – benda
d. Saat berada dijalan raya , kurangilah kecepatan kendaraan atau berhentilah
dipinggir jalan , namun usahakan tempat pemberhentian jauh dari pohon , papan
reklame , atau bangunan yang ada disekitar jalan .
e. Saat berada dipusat keramaian , hindarkan diri dari berdesak - desakan untuk
keluar pintu . Lebih baik cari tempat berlindung yang aman dari reruntuhan atau
jatuhnya benda – benda
3. Evakuasi korban - korban luka ke rumah sakit
Bencana alam terjadi secara tiba - tiba terkadang menimbulkan korban luka - luka
maupun meninggal dunia . Korban yang mengalami luka - luka harus segera
dievakuasi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan kesehatan . Bagi korban
yang selamat dievakuasi ke tempat yang aman , sedangkan korban yang meninggal
dunia dievakuasi dan dimakamkan . Evakuasi dilakukan oleh masyarakat sktar yang
tidak terkena bencana , sukarelawan , tim SAR , dan dari TNI .
4. Pemberian bantuan yang dibutuhkan korban
Korban bencana sangat membutuhkan bantuan . Bantuan yang sangat di butuhkan
, antara lain berupa makanan , minuman , pakaian , selimut , tenda - tenda , atau alat
sekolah.bantuan tersebt bisa berasal dari pemerintah pusat , pemerintah daerah ,
masyarakat , lembaga sosial atau dari negara lain . Bantuan dapat berupa barang -
barang maupun bantuan kejiwaan dan mental untuk dapat menghadapi bencana
tersebut dengan sabar dan tegar agar dapat kembali menata hidupnya . Bantuan
tersebut dapat dilakukan melalui bberapa cara muisalnya :
a. Secara langsung di brikan kepada korban
b. Melalui lembaga sosial
c. Melalui lembaga lembaga lain yang membuka posko bantuan , misal stasiun
televisi
5. Pemberian bantuan pemulihan kondisi pasca gempa
Bencana alam membuat kehidupan social dan kehidupan masyarakat menjadi
kacau . Apalagi jika rumah penduduk maupun bangunan - bangunan lainya .
mengalami kerusakan yang cukup parah , pasar , kantor , atau sekolah - sekolah yang
mengalami kerusakan dapat mengganggu aktivitas ekonomi dan kegiatan belajar
mngajar . Agar kondisi kembali pulih , pemerintah dan masyarakat bersama sama
berusaha untuk memberi bantuan yang dinperlukan untuk pemulihan tersebut .

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gempa bumi merupakan suatu guncangan yang mengguncang bumi
dengan penyebab tubrukan antar lempeng, patahan/ sesar aktif, dan aktifvitas
gunung berapi dan runtuhan batuan (esdm.go.id, 2018).
Sumber dari gempa bumi sendiri dapat kita temukan di darat maupun
dasar laut. Saat terjadi gempa dilakukan 4 fase upaya untuk menanganinya
yaitu fase mitigasi, fase preparedness, tanggap darurat, fase rehabilitasi. Fase
mitigasi yaitu upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana
baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya
dalam suatu negara atau masyarakat. Yang dilakukan sebelum terjadi, saat
terjadi, dan setelah terjadinya gempa. Yang paling penting saat terjadinya gempa
jangan panik. Lalu fase yang kedua adalah fase preparedness, adalah kerangka
kerja kesiapsiagaan menghadapi bencana gempabumi mengacu pada
parameter, variabel dan indikator yang telah dikembangkan oleh LIPI
– UNESCO dan mengakomodir 9 indikator kesiapsiagaan BNPB. Lalu yang
ketiga adalah fase respons akut. Fase respon akut adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan, pengungsian, serta penyelamatan dan pencarian korban hilang.
Yang terakhir adalah fase rehabilitasi. Yaitu fase recovery terhadap keadaan
alam, pemukiman penduduk, serta pemulihan secara fisik maupun psikis para
penduduk.

B. Saran
Diharapkan para pembaca dapat memahami, dan saling berbagi
(memberikan, kritikan, masukkan) materi tentang materi yang telah kami susun
ini, serta bagi mahasiswa keperawatan khususnya dapat menginterpretasikan
di dalam melakukantindakan keperawatan pada saat terjadinya suatu bencana
yang salah satunya gempa bumi, serta mampu memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kondisi saat bencana berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai