PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang secara geografis
dikepung oleh tiga lempeng dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-
Australia, dan Lempeng Pasifik yang sewaktu – waktu lempeng ini dapat
bergeser, bertubrukan bahkan patah sehingga menimbulkan goncangan yang
disebut dengan gempa bumi. Selain dikepung oleh tiga lempeng dunia,
Indonesia juga merupakan jalur The Pacific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik)
yang merupakan rangkaian gunung api aktif. Selain itu kondisi alam Indonesia
yang semakin hari sering mengalami pengrusakan, posisi negara
Indonesia yang rentan terhadap perubahan iklim dunia, sehingga sepanjang
tahun banyak bencana yang sering terjadi di Indonesia, salah satunya gempa
bumi.
Menurut data yang diperoleh dari BNPB yang dilansir dari
bnpd.go.ids epanjang tahun 2013-2018 telah terjadi sedikitnya 105 kali gempa
dengan jumlah korban (luka berat ringan, hilang dan meninggal) sebanyak
207.487 orang, kerusakan bangunan (berat, sedang, ringan) 50.577 bangunan.
Dari data tersebut pemerintah berupaya untuk meminimalkan jatuhnya korban
dan kerusakan akhibat bencana melalui beberapa upaya adaptasi, mitigasi dan
kesigapan bencana namun hasilnya masih minim kita rasakan, sehingga
ketika bencana masih dijumpai korban dan kerusakan bangunan.
Oleh karena itu beberapa pelatihan dan sosialisasi pada masyarakat di
daerah rawan bencana harus dilaksanakan secara rutin baik untuk tenaga
kesehatan (keperawatan tanggap bencana), masyarakat umum (penyelamatan diri
saat bencana), sosialisasi potensi gempa di wilayah yang rawan gempa,
mengembangkan bangunan yang relatif tahan gempa, dengan memperkuat atau
memperdalam fondasi bangunan, dll diharapkan dapat meminimalisir korban
jiwa dan kerusakan bangunan akhibat bencana gempa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian gempa
Gempa bumi merupakan suatu guncangan yang mengguncang bumi dengan
penyebab tubrukan antar lempeng, patahan/ sesar aktif, dan aktifvitas gunung berapi dan
runtuhan batuan (esdm.go.id, 2018). “Seismologi” adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang gempa bumi sedangkan untuk mengukur getarannya menggunakan “Seismograf”,
dan hasil dari pengukuran pengukuran di dokumentasikan dengan sebuah alat yang
dinamakan dinamakan “Seismogram”.
2. Preparedness (Kesiapsiagaan)
Pengertian
Pemahaman terhadap konsep kesiapsiagaan yang berkembang
dimasyarakat dapat dikatakan cukup beragam. Menurut Carter (1991) dalam
LIPI-UNESCO ISDR (2006), kesiapsiagaan adalah tindakan- tindakan yang
memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi, masyarakat, komunitas
dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat
dan tepat guna. Termasuk ke dalam tindakan kesiapsiagaan adalah rencana
penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan pelatihan personil.
Sedangkan dalam Pedoman Pengurangan Resiko Bencana yang
dikeluarkan oleh BNPB, dan mengacu pada Pasal 1 Angka 7 UU Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan didefinisikan
sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna.
3. Tanggap Darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,
harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan,
pengungsian, serta penyelamatan dan pencarian korban hilang.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana gempa bumi pada saat tanggap
darurat secara umum meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi gempa, kerusakan akibat
gempa, serta sumber daya yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan prasarana dan sarana
akibat gempa, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta
pemerintahan, dan kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana yang ditetapkan
oleh pemerintah sesuai dengan skala bencana.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, dilakukan
dengan memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat gempa
bumi yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya pencarian dan
penyelamatan korban, pertolongan darurat, dan/atau evakuasi korban.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyediaan kebutuhan air
bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan
psikososial; dan penampungan dan tempat hunian.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan, dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial. Kelompok rentan
yang dimaksud terdiri atas bayi, balita, anak-anak, ibu yang sedang
mengandung atau menyusui; penyandang cacat, dan orang lanjutusia.
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Tahap tindakan dalam tanggap darurat dibagi menjadi dua fase yaitu fase
akut dan fase sub akut. Fase akut yaitu 48 jam pertama sejak bencana terjadi,
biasanya disebut fase penyelamatan dan pertolongan medis darurat
sedangkan fase sub akut terjadi sejak 2-3 minggu setelah
terjadinya bencana.
Upaya tanggap darurat bidang kesehatan dilakukan untukmenyelamatkan
nyawa dan mencegah kecacatan dengan melakukan hal sebagai berikut, antara
lain:
a. Penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment);
b. Pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke saranakesehatan;
c. Pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan;
d. Perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan.
4. Rehabilitasi
Perencanaan rehabilitasi dapat dilakukan kepada perumahan,
pemukiman penduduk. Status kesehatan fisik dan psikis korban juga harus
diperhatikan selama fase recovery pascabencana (Sunarti, 2009). Dalam
perencanaan pembangunan dan pemulihan dukungan dari LSM,Pemerintah,
dan Palang Merah Indonesia (PMI) sangat dibutuhkan untuk tahap
pemulihan postbencana (PNPM, 2008). Peraturan tentang Rehabilitasi dan
Rekontruksi post disaster diIndonesia telah tertuang dalam Peraturan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan BencanaNomor 17 tahun 2010 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca
Bencana. Dalam peraturan tersebut telah disebutkan sasaran substansi
rehabilitasi danrekontruksi meliputi aspek kemanusiaan (sosial psikologis,
pelayanan kesehatan) aspekperumahan dan pemukiman, infrastruktur
bangunan, ekonomi, sosial dan lintas sektoral.
Ishii (2013) menyebutkan pada tahap sub akut disaster, rehabilitasi
kesehatan fisik pada korban bencana lebih di fokuskan kepada peningkatan
penyembuhan pada korban bencanaseperti perawatan luka setelah terjadi
bencana, oksigenasi korban bencana, dan pencegahanuntuk tidak terjadi
komplikasi seperti komplikasi pada penyakit paru, oral care, postural
drainagebedsore, pencegahan tidak terjadi kontraktur pada korban bencana
seperti ROM training danrehabilitasi dini. Selain itu Kumiko II (2013) juga
menyebutkan, seorang perawat rehabilitasiadalah perawat yang mempunyai
keahlian atau kemampuan standar disaster melalui pelatihan-pelatihan dalam
manangani korban baik secara fisik dan mental.
Selain dari segi fisik, bencana juga meninggalkan trauma psikologis
terhadap korban bencana. Rehabilitasi psikologis lebih di fokuskan kepada
penanganan rasa trauma psikologisyang dialami oleh korban bencana.
Gangguan stress pasca trauma merupakan gangguan mentalpada seseorang
yang muncul setelah mengalami suatu pengalaman traumatikdalam
kehidupanjika tidak diobati bisa memperburuk gangguan stres pasca trauma
atau post traumatic stressdisorder (PTSD), perawat harus menyiapkan
keahlian dalam penanganan kejadian disaster salahsatunya
dalam penanganan mental health atau PTSD.
E. Proses Penyelamatan
Tindakan penyelamatan yang harus diambil saat gempa bumi yaitu melalui beberapa
langkah penyelamatan , antara lain sebagai berikut :
1. Tindakan Sebelum Terjadi Bencana Gempabumi
Ada beberapa tindakan yang perlu direncanakan dan disiapkan oleh komunitas
sekolah , antara lain :
a. Membuat jalur aman untuk evakuasi
b. Menentukan tempat aman untuk tujuan evakuasi / mengungsi
c. Menyepakati cara peringatan dini terjadinya bencana gempabumi
d. Persiapan pribadi dan keluarga , misalnya tas siaga
2. Penyelamatan saat tejadi gempa
a. Bersikap tenang dan jangan panic agar dapat melakukan tindakan penyelamatan
diri dan keluarga dengan baik
b. Segera keluar rumah jika berada di dalam rumah . Carilah tempat yang lapang
agar tidak tertimpa pohon atau bangunan yang mungkin runtuh
c. Saat berada di dalam gedung bertingkat atau bangunan yang tinggi , kemungkinan
untuk keluar sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama , tindakan yang
harus diambil adalah berlindung di bawah meja atau tempat yang dapat menahan
diri dari reruntuhan atau jatuhnya benda – benda
d. Saat berada dijalan raya , kurangilah kecepatan kendaraan atau berhentilah
dipinggir jalan , namun usahakan tempat pemberhentian jauh dari pohon , papan
reklame , atau bangunan yang ada disekitar jalan .
e. Saat berada dipusat keramaian , hindarkan diri dari berdesak - desakan untuk
keluar pintu . Lebih baik cari tempat berlindung yang aman dari reruntuhan atau
jatuhnya benda – benda
3. Evakuasi korban - korban luka ke rumah sakit
Bencana alam terjadi secara tiba - tiba terkadang menimbulkan korban luka - luka
maupun meninggal dunia . Korban yang mengalami luka - luka harus segera
dievakuasi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan kesehatan . Bagi korban
yang selamat dievakuasi ke tempat yang aman , sedangkan korban yang meninggal
dunia dievakuasi dan dimakamkan . Evakuasi dilakukan oleh masyarakat sktar yang
tidak terkena bencana , sukarelawan , tim SAR , dan dari TNI .
4. Pemberian bantuan yang dibutuhkan korban
Korban bencana sangat membutuhkan bantuan . Bantuan yang sangat di butuhkan
, antara lain berupa makanan , minuman , pakaian , selimut , tenda - tenda , atau alat
sekolah.bantuan tersebt bisa berasal dari pemerintah pusat , pemerintah daerah ,
masyarakat , lembaga sosial atau dari negara lain . Bantuan dapat berupa barang -
barang maupun bantuan kejiwaan dan mental untuk dapat menghadapi bencana
tersebut dengan sabar dan tegar agar dapat kembali menata hidupnya . Bantuan
tersebut dapat dilakukan melalui bberapa cara muisalnya :
a. Secara langsung di brikan kepada korban
b. Melalui lembaga sosial
c. Melalui lembaga lembaga lain yang membuka posko bantuan , misal stasiun
televisi
5. Pemberian bantuan pemulihan kondisi pasca gempa
Bencana alam membuat kehidupan social dan kehidupan masyarakat menjadi
kacau . Apalagi jika rumah penduduk maupun bangunan - bangunan lainya .
mengalami kerusakan yang cukup parah , pasar , kantor , atau sekolah - sekolah yang
mengalami kerusakan dapat mengganggu aktivitas ekonomi dan kegiatan belajar
mngajar . Agar kondisi kembali pulih , pemerintah dan masyarakat bersama sama
berusaha untuk memberi bantuan yang dinperlukan untuk pemulihan tersebut .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gempa bumi merupakan suatu guncangan yang mengguncang bumi
dengan penyebab tubrukan antar lempeng, patahan/ sesar aktif, dan aktifvitas
gunung berapi dan runtuhan batuan (esdm.go.id, 2018).
Sumber dari gempa bumi sendiri dapat kita temukan di darat maupun
dasar laut. Saat terjadi gempa dilakukan 4 fase upaya untuk menanganinya
yaitu fase mitigasi, fase preparedness, tanggap darurat, fase rehabilitasi. Fase
mitigasi yaitu upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana
baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya
dalam suatu negara atau masyarakat. Yang dilakukan sebelum terjadi, saat
terjadi, dan setelah terjadinya gempa. Yang paling penting saat terjadinya gempa
jangan panik. Lalu fase yang kedua adalah fase preparedness, adalah kerangka
kerja kesiapsiagaan menghadapi bencana gempabumi mengacu pada
parameter, variabel dan indikator yang telah dikembangkan oleh LIPI
– UNESCO dan mengakomodir 9 indikator kesiapsiagaan BNPB. Lalu yang
ketiga adalah fase respons akut. Fase respon akut adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan, pengungsian, serta penyelamatan dan pencarian korban hilang.
Yang terakhir adalah fase rehabilitasi. Yaitu fase recovery terhadap keadaan
alam, pemukiman penduduk, serta pemulihan secara fisik maupun psikis para
penduduk.
B. Saran
Diharapkan para pembaca dapat memahami, dan saling berbagi
(memberikan, kritikan, masukkan) materi tentang materi yang telah kami susun
ini, serta bagi mahasiswa keperawatan khususnya dapat menginterpretasikan
di dalam melakukantindakan keperawatan pada saat terjadinya suatu bencana
yang salah satunya gempa bumi, serta mampu memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kondisi saat bencana berlangsung.