Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN Kasus WAHAM

DISUSUN OLEH :

JEIN ARNALIA TOPOLEGA


201701016
3A KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA NUSANTARA
PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga laporan ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman – teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide – idenya sehingga laporan ini bisa disusun
dengan baik.

Kami berharap semoga laporan ini bisa menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya laporan selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teoritis
1. Definisi waham
2. Anatomi fisiologi
3. Etiologi waham
4. Patofisiologi waham
5. Pathway keperawatan waham
6. Manifestasi klinik waham
7. Pemeriksaan penunjang waham
8. Penatalaksanaan waham
9. Komplikasi waham
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk
terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara
optimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal
individu-individu yang lain.
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya
gejala klinis yang bermakna, serupa sindrom perilaku dan pola psikologik,
yang berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman , tidak tentram dan rasa
nyeri), distabilitas (tidak memapu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau
meningkatkan risiko kematian, kesahatan dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya
adalah waham atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu
pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak coco dengan
intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang
dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya
atau tidak benar secara umum.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah laporan pendahuluan ini ialah bagaimana
konsep dari Waham

C. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan pendahuluan ini ialah untuk mengatahui
mengetahui bagaimana konsep Waham
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORITIS

1. Definisi
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara
logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol.
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak
sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata
saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia )atau bisa pula
tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI mengikuti
saya) dan tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya .Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
skizophrenia.Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham
disorganisasi dan waham tidak sistematis .
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara
kuat terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna
Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
2. Anatomi Fisiologi
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel
aktif yang saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi
mental dan intelektual kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut
neuron. Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi
meskipun neuron-neuron di otak mati tidak mengalami regenerasi,
kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu
bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian
yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan
mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke
(Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk
oleh otak dan medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut
sistem saraf tepi (SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan
informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya
(Noback dkk, 2005).
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan
komponen bagiannya adalah:
a. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks
ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum
dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1) Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang
lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar,
bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi.
Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter
di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area
asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat
daerah broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga
mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi
dan inisiatif (Purves dkk, 2004).

2) Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang


berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari
fisura parieto-oksipitalis (White, 2008). Lobus ini berfungsi
untuk mengatur daya ingat verbal, visual, pendengaran dan
berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi.

3) Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di


gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
pendengaran (White, 2008).

4) Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area


asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses
rangsang penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan
rangsang ini dengan informasi saraf lain & memori (White,
2008).

5) Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan


dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap
oleh retina mata. (White, 2008).
Gambar 2.1 Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan samping.

b. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih
banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran
koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional
yang berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian
lain dari sistem saraf pusat.
Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal.
Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis
dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).
Gambar 2.2 Cerebellum, dilihat dari belakang atas.

(Sumber: Raine, 2009)

c. Brainstem

Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh


proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon
diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur-struktur
fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden dan
desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-
bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.
Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen yaitu:

1) Pons : sebuah bagian yang terletak sangat dalam di otak,


terletak di brainstem, pons berisi banyak daerah control untuk
gerakan mata dan wajah

2) Medulla : bagian terendah dari batang otak, medulla adalah


bagian yang paling penting dari seluruh otak dan merupakan
pusat control jantung dan paru-paru yang sangat penting.
3) Saraf tulang belakang : merupakan sekumpulan besar serabut
saraf yang terletak di bagian belakang yang memanjang dari
dasar otak ke punggung bawah, saraf tulang belakang ini
membawa pesan ke dan dari otak dan seluruh tubuh.

Gambar 2.3 Brainstem.


d. Sistem limbik

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus


batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang
berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia
sehingga sering disebut dengan otak mamalia. sistem limbik berfungsi
untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan bersama
hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas
susunan endokrin dan susunan otonom.
Gambar 2.4: Sistem limbik

Sistem limbik terdapat bagian-bagiannya :

1) Thalamus : bertanggung jawab untuk mendeteksi dan


menyampaikan informasi dari indera kita, seperti bau dan
penglihatan, serta bertanggung jawab untuk berpikir dan
gerakan.

2) Hipotalamus : bagian penting dari system limbic yang


bertanggung jawab untuk memproduksi beberapa pembawa
pesan kimiawi, yang disebut hormone. Hormone ini
mengontrol kadar air dalam tubuh, siklus tidur, suhu tubuh, dan
asupan makanan. Hipotalamus terletak dibawah thalamus.
3) Girus singulata : berfungsi sebagai jalur yang mentransmisikan
pesan antara bagian dalam dan luar dari sisytem limbic.
4) Amigdala : bertanggung jawab untuk mempersiapkan tubuh
untuk situasi darurat, seperti sedang kaget dan untuk
menyimpan kenangan peristiwa untuk pengenalan masa depan.
Amigdala membantu dalam pengembangan kenangan,
terutama yang berkaitan dengan peristiwa emosional dan
keadaan darurat. Amigdala ini juga terlibat secara khusus
dengan perkembangan emosi secara khusus dengan
perkembangan emosi rasa takut, dan dapat menjadi penyebab
ekspresi ekstrim ketakutan, seperti dalam kasus panic. Selain
itu amigdala memanikan peran utama dalam kesenangan dan
gairah generative, dan dapat bervariasi dalam ukuran
tergantung pada aktivitas generative dan kematangan individu.
5) Hipokampus : bagian lain dari lobus temporal yang
bertanggung jawab untuk mengubah kenangan jangka pendek
ke memori jangka panjang. Hipokampus diperkirakan bekerja
dengan amigdala untuk penyimpanan memori dan kerusakan
pada hipokampus dapat menyebabkan amnesia.
6) Ganglia basal : kumpulan badan sel saraf yang bertanggung
jawab untuk mengkoordinasi gerakan otot dalam postur tubuh.
Secara khusus, ganglia basal membantu untuk memblokir
gerakan yang tidak di inginkan, dan langsung terhubung
langsung dengan otak untuk koordinasi.

3. Etiologi
Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas.
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan
intern al dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat,
sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin
menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang
terganggu yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi
emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi
kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik
terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan
kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku non
verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal
(penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas
terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul
disebut pula respons neurobiologik.

4. Patofisiologi
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
a. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan
klien baik secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan
waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga
klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan
antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang
sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap
sangat cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam
kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga
oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span
history ).
b. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan
dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan
teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self
ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya
sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman,
pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi
kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
d. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama
kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada
lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase comforting
lien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya
serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan
mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai
halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi,
setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat.
Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik
masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai
yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara
konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-
apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada
konsekuensi sosial.
3. Pathway Keperawatan

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan proses pikir : Waham

Harga Diri Rendah

4. Manifestasi Klinis
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinninya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan )
b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
c. Curiga
d. Bermusuhan
e. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
f. Takut dan sangat waspada

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang disarankan untuk dilakukan hanya bila ada
kecurigaan penyebab organo-biologik. Kecurigaan penyebab
organo-biologik apabila didapatkan onset yang relatif cepat, riwayat
kejang, demam tinggi, trauma, atau perburukan penyakit fisik
sebelum onset gangguan. Pemeriksaan penunjang disesuaikan
dengan kecurigaan penyakit penyebabnya.
6. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizoprenia paranoid mengacu pada
penatalaksanaan skizoprenia secara umum menurut Townsend
(1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis – jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premedikasi dalam anestesi,
dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis
awal 3 x 25mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal,
dengan dosis tinggi 1000mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organic, dan gangguan
psikotik menarik diri, dosis awal 3 x 1mg, dan bertahap
dinaikkan sampai 50mg/hari.
c) Haloperidol
Untuk ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis ,
dan mania, dosis awal 3 x 0,5mg sampai 3mg.

2) Anti Parkinson
a) Triheksipenydil (Artane)
Untuk semua bentuk parkinsonisme dan untuk
menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis
yang digunakan 1-15mg/hari.
b) Difenhidramin
Dosis yang diberikan 10-400mg/hari.

3) Anti Depresan
a) Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan
keluhan somatic. Dosis 75-300mg/hari.
b) Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi
neurotic. Dosis awal 25mg/hari, dosis pemeliharaan 50-
75mg/hari.

4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengontrol ansietas, kelainan
somatroform, keluhan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk
meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas.
Obat-obat yang termasuk anti ansietas antara lain :
1) Fenobarbital 16-320mg/hari
2) Meprobamat 200-2400mg/hari
3) Klordiazepoksida 15-100mg/hari

b. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan
hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif daripada terapi
kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang
waham, dan tidak boleh terus menerus membicarakan tentang
wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur, dan membuat perjanjian
seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang
kuat dan saling percaya dengan klien. Terapis perlu menyatakan
kepada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan
diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien
mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes
realistis.
Terapis harus bersikap empati terhadap pengalaman internal
klien dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien
sehingga mampu menghilangkan ketegangan klien. Dalam hal ini
tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap
persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan
inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien
membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan
terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terapeutik dapat
dilakukan.

c. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga
klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan
memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu
perawatan klien.

7. Komplikasi
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk
dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)
b. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
c. Fungsi emosi
Afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen
d. Fungsi motorik
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik
gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial : kesepian
f. Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan
memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tengang
wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang
telah terbina jangan menyangkal, menolak atau menerima keyakinan
pasien.
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan
sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
a. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap
b. Pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya
aneh dan tidak nyata
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya
e. Apakah pasien pernah merasa di awasi atau dibicarakan oleh orang
lain
f. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orag lain atau ketakutan dari luar
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain membaca pikirannya

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan
yaitu :
a. Gangguan proses pikir : Waham
Sedangkan masalah keperawatan yang juga perlu dikaji antara lain
:
a. Risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi verbal
c. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

3. Intervensi

PERENCANAAN
N DIAGNO
KRITERIA
O SA TUJUAN INTERVENSI
EVALUASI
Gangguan TUM : 1.1 Setelah ... X 1.1 Bina hubungan
proses Klien dapat interaksi saling percaya
pikir : mengontrol klien : dengan klien
waham wahamnya a. Mau a. Beri salam
TUK : menerima b. Perkenalkan diri,
1. Klien kehadiran Tanyakan nama, serta
dapat perawat nama panggilan yang
memb disampingn disukai
1 ina ya c. Jelaskan tujuan
hubun b. Mengatakan interaksi
gan mau d. Yakinkan klien dalam
saling menerima keadaan aman dan
perca bantuan perawat siap menolong
ya perawat dan mendampinginya
denga c. Tidak e. Yakinkan bahwa
n menunjukka kerahasiaan klien akan
peraw n tanda- tetap terjaga
at tanda curiga f. Tunjukkan sikap
d. Mengijinka terbuka dan jujur
n duduk g. Perhatikan kebutuhan
disamping dasar dan bantu pasien
memenuhinya
TUK : 1.2 Setelah ... X 1.2 Bantu klien untuk
Klien dapat interaksi mengungkapkan
mengidentifi Klien : perasaan dan
kasi perasaan a. Klien pikirannya
yang muncul menceritaka a. Diskusikan dengan
secara n ide-ide klien pengalaman yang
berulang dan dialami selama ini
dalam pikiran perasaan termasuk hubungan
klien yang dengan orang yang
muncul berarti, lingkungan
secara kerja, sekolah, dsb
berulang b. Dengarkan pernyataan
dalam klien dengan empati
pikirannya tanpa mendukung atau
menentang pernyataan
wahamnya
c. Katakan perawat dapat
memahami apa yang
diceritakan klien
TUK : 1.3 Setelah ... X 1.3 Bantu klien
Klien dapat interaksi mengidentifikasi
mengidentifi klien kebutuhan yang
kasi stresor a. Dapat tidak terpenuhi
atau pencetus menyebutka serta kejadian yang
wahamnya n kejadian menjadi faktor
sesuai pencetus
dengan wahamnya
urutan a. Diskusikan dengan
waktu serta klien tentang kejadian-
harapan kejadian traumatik
atau yang menimbulkan
kebutuhan rasa takut, ansietas
dasar yang maupun perasaan tidak
tidak dihargai
terpenuhi b. Diskusikan kebutuhan
seperti atau harapan yang
harga diri, belum terpenuhi
rasa aman, c. Diskusikan cara-cara
dsb mengatasi kebutuhan
b. Dapat yang tidak terpenuhi
menyebutka dan kejadian traumatik
n hubungan d. Diskusikan dengan
antara klien antara kejadian-
kejadian kejadian tersebut
traumatik dengan wahamnya
kebutuhan
tidak
terpenuhi
dengan
wahamnya
TUK 1.4 Setelah ... X 1.4 Bantu klien
Klien dapat interaksi mengidentifikasi
mengidentifi klien keyakinan yang
kasi menyebutka salam tentan
wahamnya n perbedaan situasi yang nyata
pengalaman (bila klien sudah
nyata siap)
dengan a. Diskusikan dengan
pengalaman klien pengalaman
wahamnya wahamnya tanpa
berargumentasi
b. Katakan kepada klien
akan keraguan perawat
tehadap pernyataan
klien
c. Diskusikan dengan
klien respon perasaan
terhadap wahamnya
d. Diskusikan frekuensi,
intensitas dan durasi
terjadinya waham
e. Bantu klien
membedakan situasi
nyata dengan situasi
yang dipersepsikan
salah oleh klien
TUK 1.5 Setelah ... X 1.5 Diskusikan tentang
Klien dapat interaksi pengalaman-
mengidentifi klien pengalaman yang
kasi menjelaskan tidak
konsekuensi gangguan menguntungkan
dari fungsi sebagai akibat dari
wahamnya hidup wahamnya
sehari-hari seperti :Hambatan
yang dalam berinteraksi
diakibatkan dengan keluarga,
ide-ide atau Hambatan dalam
pikirannya interaksi dengan
yang tidak orang lain dalam
sesuai melakukan
dengan aktivitas sehari-
kenyataan hari
seperti : 1.6 Ajak klien melihat
a. Hubungan bahwa waham
dengan tersebut adalah
keluarga masalah yang
b. Hubungan membutuhkan
dengan bantuan dari orang
orang lain lain
c. Aktivitas 1.7 Diskusikan dengan
sehari-hari klien tentang orang
d. Pekerjaan atau tempat ia
e. Sekolah dapat meminta
f. Prestasi, dsb bantuan apabila
wahamnya timbul
atau sulit di
kendalikan
TUK 1.6 Setelah ...X 1.8 Diskusikan hobi
Klien dapat interaksi atau aktivitas yang
melakukan klien disukainya
teknik melakukan 1.9 Anjurkan klien
distraksi aktivitas memilih dan
sebagai cara yang melakukan
menghentika konstruktif aktivitas yang
n pikiran sesuai membutuhkan
yang terpusat dengan perhatian dan
pada minatnya keterampilan
wahamnya yang dapat 1.10 Ikut sertakan
menglihkan klien dalam
fokus klien aktivitas fisik yang
dari membutuhkan
wahamnya perhatian sebagai
pengisi waktu
luang
1.11 Libatkan klien
pada topik-topik
yang nyata
1.12 Anjurkan klien
untuk bertanggung
jawab secara
personal dalam
mempertahankan
atau
meningkatkan
kesehatan dan
pemulihannya
1.13 Beri
penghargaan bagi
setiap upaya klien
yang positif
TUK 1.7 Setelah ... X 1.14 Diskusikan
Klien interaksi pentingnya peran
mendapat keluarga keluarga sebagai
dukungan dapat pendukung untuk
keluarga menjelaskan mengatasi waham
tentang cara 1.15 Diskusikan
mempraktek potensi keluarga
kan cara untuk membantu
merawat klien mengatasi
klien waham
waham 1.16 Jelaskan pada
keluarga tentang
a. Pengertian
waham
b. Tanda gejala
waham
c. Penyebap dan
akibat waham
d. Cara merawat
klien waham
1.17 Latih keluarga
cara merawat
waham
1.18 Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba
cara yang dilatih
1.19 Beri pujian
pada keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah
TUK 1.8 Setelah ... X 1.20 Diskusikan
Klien dapat interaksi dengan klien
memanfaatka dengan tentang manfaat
n obat klien, dapat dan kerugian tidak
dengan baik mendemons minum obat
trasikan 1.21 Pantau klien
penggunaan saat penggunaan
obat dengan obat, beri pujian
baik jika klien
1.9 Setelah ... X menggunakan obat
interaksi dengan benar
klien 1.22 Diskusikan
menyebutka akibat klien
n akibat berhenti minum
berhenti obat tanpa
minum obat konsultasi dengan
tanpa dokter
konsultasi 1.23 Anjurakan
dengan klien untuk
dokter konsultasi kepada
perawat atau
dokter jika terjadi
hal-hal yang tidak
diinginkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan


mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan
waham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan
dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan
agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan
ketergantungan ditransformasikan mejadi kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan
kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari
mengenal impuls yang tidak dapat di terima dari dirinya sendiri.
Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah dihipotesiskan telah
menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia
yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri
mereka yang terluka. (kalpan dan Sadock 1997).
Tindakan keperawatan jiwa yang diberikan antara lain BHSP, tidak
mendukung atapun menyangkal Waham pasien, mempertahankan pasien
untuk tetap pada realita, mengajarkan cara minum obat dan mempertahankan
pengobatan, serta dapat juga diberikan tindakan keperawatan untuk keluarga.

B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan jiwa, kita hendaknya memperhatikan setiap


aspek yang mungkin dapat mempengaruhi Waham seseorang, seperti
lingkungan, keluarga dan faktor-faktor lain yang mungkin mendukung waham
yang dialami. Sehingga dengan mengidentifikasi setiap aspek yang mungkin
berpengaruh, diharapakan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dan
dapat menghasilakan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9554704/LAPORAN_PENDAHULUAN_WAHAM
https://www.academia.edu/15491884/LP_WAHAM_CLOP_2015

Anda mungkin juga menyukai