Disusun Oleh:
I4051201005
Pasien kemudian diarahkan dan dirawat di ruang isolasi. Ibu pasien menanyakan
“Kenapa anak saya harus dirawatdi ruang isolasi?” Ibu pasien juga mengatakan dia
memiliki dua orang anak, kakak pasien saat ini berusia 4 tahun dan di rumah hanya
tinggal ber-4 dengan suaminya. Ia kemudian meminta perawat untuk mengijinkan
anak satunya lagi ikut menunggui adiknya di rumah sakit. Dari hasil skrining
kebutuhan edukasi diketahui bahwa ibu pasien mengatakan kurang mendapatkan
informasi mengenai penyakitcovid-19 karena jarang menonton berita.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu aksila saat ini 38,50C, nadi 119x/menit,
respirasi rate 34x/menit, SpO2 98%, hidung terlihat kotorpenuh sputum yang tidak
bisa dikeluarkan, kulit teraba hangat, dan hasil pemeriksaan Thorax foto
menunjukkan kesan gambaran pneumonia
2) Apakah ada salah satu gejala (demam, batuk, sakit tenggorokan, sesak)?
d) Bibir
Bibir tidak pucat maupun sianosis, amun mukosa bibir klien tampak kering,
mulut tidak berbau.
l. Tenggorokan
a) Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan pada pasien
b) Nyeri menelan : Tidak terdapat nyeri menelan pada pasien
m. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Membesar = tidak
Palpasi
a) Kelenjar thyroid : Teraba = tidak
b) Kelenjar limfe : Membesar= tidak
n. Thorax dan pernapasan
Inspeksi
a) Bentuk dada :
Normal
b) Irama pernafasan :
ronchi
c) Pengembangan di waktu bernapas :
Adanya retraksi dada
d) Tipe pernapasan : ronchi
Palpasi
Adanya otot bantu pernafapan
Auskultasi
a) Suara nafas :
b) Suara tambahan :-
Perkusi
Rinchi intercosta 3
o. Jantung
Palpasi
Ictus cordis teraba
Perkusi
Pembesaran jantung: Tidak terdapat pembesaran
Auskultasi
a) BJ I : Lub
b) BJ II : Dub
c) BJ III :-
d) Bunyi jantung tambahan :
p. Abdomen
Inspeksi
a) Membuncit : tidak ada
b) Ada luka / tidak : tugor kulit elastis, adanya bintil-bintil merah berair menjalar
hingga punggung kanan .
Palpasi
Cubitan dinding abdomen kembali segera, kulit teraba panas.
Auskultasi
Tidak terdapat bising usus
Perkusi
-
q. Genitalia dan Anus : tidak terkaji.
r. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a) Motorik
Pergerakan kanan / kiri : normal
Pergerakan abnormal :-
Kekuatan otot kanan / kiri : normal
Tonus otot kanan / kiri : normal
Koordinasi gerak : normal
b) Refleks
Biceps kanan / kiri : normal
Triceps kanan / kiri : normal
c) Sensori
Nyeri : Klien dapat merasakan nyeri ketika
diberi rangsangan
Rasa raba : Klien dapat merasakan rangsangan
pada kulit ketika perawat meraba area tangan klien.
Ekstremitas bawah
a) Motorik
Gaya berjalan : Klien belum dapat berjalan
Kekuatan kanan / kiri : normal.
Tonus otot kanan / kiri : normal.
b) Sensori
Nyeri :
Rasa raba :
Klien dapat merasakan rangsangan pada kulit ketika perawat meraba area tangan
klien, kulit klien juga tampak merah
s. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a) Nervus I (Olfactorius) : penghidu : -
b) Nervus II (Opticus) : Penglihatan :
c) Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
Konstriksi pupil : normal
Gerakan kelopak mata : normal
Pergerakan bola mata : normal
Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal
d) Nervus V (Trigeminus)
Sensibilitas / sensori : normal
Refleks dagu : normal
Refleks cornea : normal
e) Nervus VII (Facialis)
Gerakan mimik : normal
Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal
f) Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : normal
g) Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
Refleks menelan : normal
Refleks muntah : mengeluh mual dan muntah
Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal
Suara : normal
h) Nervus XI (Assesorius) :-
i) Nervus XII (Hypoglossus)
Deviasi lidah : tidak tampak deviasi lidah.
1.8 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun) Dengan menggunakan
DDST
a) Motorik kasar
-
b) Motorik halus
-
c) Bahasa
-
d) Personal sosial
-
1.9 Test Diagnostik
Hasil pemeriksaan Thorax foto menunjukkan kesan gambaran pneumonia
2. Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Sekresi yang Bersihan jalan nafas
Ibu pasien mengatakan anak tertahan tidak efektif
mengalami batuk dan pilek serta
sesak napas
DO:
RR 34x/menit, hidung terlihat kotor
penuh sekret yang tidak bisa
dikeluarkan
hasil thorak foto: gambaran
pneumonia
2 DS: Proses penyakit Hipertermi
Ibu pasien mengatakan demam naik
turun sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit
DO:
suhu 38,5℃, kulit teraba hangat
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekredi tang tertahan
b. Hipertermi berhubungan proses penyakit
4. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas
tidak efektif intervensi keperawatan (frekuensi, kedalaman,
berhubungan dengan selama 1x3 jam, maka usaha napas)
sekresi yang tertahan bersihan jalan napas 2. Monitor sputum (jumlah,
pasien meningkat warna, aroma)
dengan kriteria hasil:
3. Posisikan semi fowler/
1. batuk efektif
fowler
meningkat,
4. Berikan minum hangat
2. produksi sputum
5. Berikan oksigen, jika
menurun,
perlu
3. frekuensi napas
6. Ajarkan teknik batuk
membaik
efektif (misal: teknik purse
lips breathing)
7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2 Hipertermi Setelah di lakukan 1. Monitor suhu sesering
berhubungan dengan tindakan keperawatan mungkin
proses penyakit selama 1x24 jam 2. Monitor warna kulit
diharapkan 3. Monitor nadi, RR
termoregulasi pasien 4. Monitor tingkat kesadaran
normal, dengan kriteria 5. Kompres pasien pada
hasil: lipatan paha dan aksila
1. Suhu tubuh dalam
batas normal
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
3. Tidak ada perubahan
warna kulit.
5. Implementasi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Bersihan jalan nafas tidak 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
efektif berhubungan usaha napas)
dengan sekresi yang 2. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
tertahan 3. Memposisikan semi fowler/ fowler
4. Memberikan minum hangat
inflamasi
5. Memberikan oksigen
6. Mengkolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
2. Hipertermi berhubungan 1. Memonitor suhu sesering mungkin
dengan proses penyakit 2. Memonitor warna kulit
3. Memonitor nadi, RR
4. Memonitor tingkat kesadaran
5. Mengkompres pasien pada lipatan paha dan
aksila
6. Evaluasi Keperawatan
S: Ibu pasien mengatakan anak mengalami batuk dan pilek serta sesak napas, anak
masih demam
O: suhu 380C, kulit teraba hangat
A: masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan intervensi yang belum tercapai
E. Etika Keperawatan
Prinsip etika keperawatan yang dapat diterapkan pada kasus diatas yaitu perawat
memberikan asuhan keperawatan dengan semaksimal mungkin dan bersifat
komprehensif dan memberikan informasi secara menyeluruh namun dengan bahasa
sederhana yang dapat di pahami orang tua maupun keluarga mengenai penyakit
pneumonia yang di alami pasien. prinsip yang digunakan ialah prinsip kebaikan
(beneficience) yang dimana prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang
terbaik bagiklien, tidak merugikan klien seperti klien mengalami kelemahan fisik secara
umum tidak boleh di paksakan untuk bergerak dalam pemeriksaan (Utami, Agustine, &
Happy, 2016).
Prinsip Otonomi (Autonomy)
Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan sendiri atau
mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan
martabat. Contoh kasusnya adalah: Klien berhak menolak tindakan invasif yang
dilakukan oleh perawat. Perawat tidak boleh memaksakan kehendak untuk
melakukannya atas pertimbangan bahwa klien memiliki hak otonomi dan otoritas
bagi dirinya. Perawat berkewajiban untuk memberikan penjelasan yang sejelas-
sejelasnya bagi klien dalam berbagai rencana tindakan dari segi manfaat. tindakan,
urgensi dsb sehingga diharapkan klien dapat mengambil keputusan bagi dirinya
setelah mempertimbangkan atas dasar kesadaran dan pemahaman.
Prinsip Kebaikan (Beneficience)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak
merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien. Kasus yang berhubungan dengan
hal ini seperti klien yang mengalami kelemahan fisik secara umum tidak boleh
dipaksakan untuk berjalan ke ruang pemeriksaan. Sebaiknya klien didorong
menggunakan kursi roda. Pada pasien anak dengan covid-19, terjadinya gangguan
pernafasan, perawat dapat memberikan posisi yang nyaman kepada pasien untuk
memperlancar aliran oksigenasi pasien.
Prinsip Keadilan (Justice)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai dengan
kebutuhannya. Misalnya pada saat perawat dihadapkan pada pasien total care, maka
perawat harus memandikan dengan prosedur yang sama tanpa membeda-bedakan
klien. Tetapi ketika pasien tersebut sudah mampu mandi sendiri maka perawat tidak
perlu memandikannya lagi.
Prinsip Kejujuran (Veracity)
Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang sebenarnya dan tidak
membohongi klien. Kebenaran merupakan dasar dalam membina hubungan saling
percaya. Kasus yang berhubungan dengan prinsip ini seperti klien yang menderita
ISPA atau asma menanyakan tentang diagnosa penyakitnya. Perawat perlu
memberitahukan apa adanya meskipun perawat tetap mempertimbangkan kondisi
kesiapan mental klien untuk diberitahukan diagnosanya.
Prinsip mencegah pembunuhan (Avoiding Killing)
Perawat menghargai kehidupan manusia dengan tidak membunuh. Sumber
pertimbangan adalah moral agama/kepercayaan dan kultur/norma-norma tertentu.
Contoh kasus yang dihadapi perawat seperti ketika seorang suami menginginkan
tindakan euthanasia bagi istrinya atas pertimbangan ketiadaan biaya sementara
istrinya diyakininya tidak mungkin sembuh, perawat perlu mempertimbangkan untuk
tidak melakukan tindakan euthanasia atas pertimbangan kultur/norma bangsa
Indonesia yang agamais dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, selain dasar UU RI
memang belum ada tentang legalitas tindakan euthanasia.
Pada kasus anak, perawat juga perlu mempertimbangkan apakah tindakan euthanasia
merupakan keinginan dari anak atau orang tua anak.
Prinsip Kesetiaan (Fidelity)
Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya, menepati janji,
menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga. Kasus yang sering dihadapi
misalnya perawat telah menyepakati bersama klien untuk mendampingi klien pada
saat tindakan PA maka perawat harus siap untuk memenuhinya. Perawat juga
berperan besar saat mendampingi anak-anak yang masih begitu membutuhkan
dukungan.
F. Kolaborasi Aspek Pemenuhan Kebutuhan Klien dalam konteks keluarga
Dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan keluarga pasien untuk penanganan pneumonia
pada anak dapat dilakukan dengan memberikan edukasi pengetahuan mengenai penyakit
pneumonia yang di sampaikan oleh perawat kepada keluarga, tugas kemandirian
keluarga dalam memodifikasi lingkungan juga dapat di ajarkan oleh perawat.
Menciptakan suasana rumah yang sehat yang terapkan pelaksanaan Family Centered-
Nursing , upaya mencegah terjadinya pneumonia pada anak yaitu memberikan makanan
yang bergii dan memberikan imunisasi, pada kasus diatas keluarga pasien belum lengkap
memberikan imunisasi serta selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.
Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan tidak terlepas dari peningkatan
pengetahuan keluarga akan berbagai tindakan untuk mencegah demam dan sikap dalam
mengambil keputusan (Erlinda, 2015).
G. Advokasi
Peran perawat sebagai advokasi pada pasien yang mengalami pneumonia mampu
memberikan perlindungan kepada pasiennya, keluarga, dan orang-orang. Perawat
mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman, serta mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak di inginkan dari hasil pengobatan pada
pasien pneumonia, contohnya mencegah anaka terjadinya alergi terhadap efek
pengobatan dengan memastikan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi
(Telaumbanua, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Adinda, D. (2019). Peran Perawat Dalam Penerapan Keselamatan Pasien di rumah Sakit.
jurnal Keperawatan, 1(1). Retrieved Oktober 30, 2020
Erlinda, V. (2015). Penerapan Model Family-Centered Nursing Terhadap Pelaksanaan Tugas
Kesehatan Keluarga dalam Pencegahan ISPA pada Balita DI wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kedokteran Yarsi, 23(2),
165-186.
Hasibuan, M. S. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Thigita, A. P. (2018). Herpes zoster pada anak-laporan kasus. Jurnal biomedik (JBM), Vol.
10, No. 1, 66-69.
Tamando, S. E. (2018). Sistem pakar mengdiagnosa penyakit herpes zoster dengan
menggunakan metode teorema bayes. Journal of informatic pelita nusantara. Vol. 1,
e-ISSN 2541-3724, 33-40.
Hairanisa, & Marlina. (2013). Pengetahuan Perawat Pelaksana dan Pencegahan Pneumonia
Pada Pasien Tirah Baring Di RSUDZA Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 4(1), 51-
61.
Ludji, Y. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. R.F Dengan Pneumonia di Ruang
Kenanga RSUD Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang, pp. 1-83.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, (2020). Pedoman penanganan cepat medis
dan kesehatan masyarakat COVID-19 di Indonesia. Jakarta : Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19.
Kemenkes RI. (2020). Pedoman pencegahan dan pengendalian coronavirus disease (covid-
19). Jakarta: Kemenkes RI.
Sitepu, Theresia Ichi Yohana. (2019). Komunikasi efektif dalam hubungan interprofessional
colaboration untuk keselamatan pasien. Jurnal Publikasi Literatur Review, 1-5.
Yulia, Vitania. (2020). Pelatihan komunikasi efektif bagi tenaga kesehatan sebagai upaya
mengatasi krisis komunikasi yang dialami oleh ibu hamil pada masa pandemi covid-
19 di RSIA Permata Bunda Kota Solok.
Telaumbanua, H. T. (2019). Perawat perawat Sebagai Advokat Pasien Dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan di Pelayanan Kesehatan. Kajian Ilmiah.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika keperawatan dan keperawatan
Profesional. jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kurniasih, Yuni & Anggrowati. (2017). Keterampilan Interpersonal : Upaya Menciptakan
Komunikasi Efektif. Journal of Health Studies, Vol. 1, No.1, 72-77.
Faisal, Herman, Lieta D.N., & Laila Q. (2020). Komunikasi interpersonal tenaga kefarmasian
dengan pasien melalui swamedikasi di apotek bunga martapura. Jurnal Publikasi
Uniska, 1-8
Waluyanti, F. T., Yuliani, E., & Nurhaeni, N. (2016, Juli). Perencanaan Pulang Efektif
Meningkatkan Kemampuan Ibu Merawat Anak Dnegan Pneumonia dirumah. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 19(2), 121-127.