Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN CORONA VIRUS DISEASES-19

Disusun Oleh:

Nur Rahmat Ramadiani

I4051201005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STASE KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
Kasus :

An. C perempuan, usia 2 tahun diantar ke pelayanan kesehatan dengan keluhan


utama demam naik turun sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, anak juga
dikatakan mengalami batuk dan pilek serta sesak napas, dikeluhkan tidak mau
makan, terdapat mual, dan muntah saat makan. Riwayat kontak dengan orang
terkonfirmasi covid-19 tidak diketahui, namun pasien berasal dari daerah zona merah
untuk kasus covid-19.

Pasien kemudian diarahkan dan dirawat di ruang isolasi. Ibu pasien menanyakan
“Kenapa anak saya harus dirawatdi ruang isolasi?” Ibu pasien juga mengatakan dia
memiliki dua orang anak, kakak pasien saat ini berusia 4 tahun dan di rumah hanya
tinggal ber-4 dengan suaminya. Ia kemudian meminta perawat untuk mengijinkan
anak satunya lagi ikut menunggui adiknya di rumah sakit. Dari hasil skrining
kebutuhan edukasi diketahui bahwa ibu pasien mengatakan kurang mendapatkan
informasi mengenai penyakitcovid-19 karena jarang menonton berita.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu aksila saat ini 38,50C, nadi 119x/menit,
respirasi rate 34x/menit, SpO2 98%, hidung terlihat kotorpenuh sputum yang tidak
bisa dikeluarkan, kulit teraba hangat, dan hasil pemeriksaan Thorax foto
menunjukkan kesan gambaran pneumonia

A. Komunikasi Efektif Asuhan Keperawatan


Komunikasi efektif dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama
bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang
optimal. Beberapa kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif adalah
secara lisan, saat serah terima tugas (handover) dan dapat dilakukan melalui komunikasi
lewat telepon (Nurhidayah & Arsyawina, 2017).

Komunikasi Efektif adalah suatu proses penyampaian pesan yang mampu


mencapai tujuan dari isi pesan tersebut dan memberikan umpan balik (feed back)
atau reaksi sehingga pesan pun berhasil tersampaikan dan menimbulkan sebuah
komunikasi yang efektif. keefektifan komunikasi diukur oleh beberpa hal,
diantaranya penerima/pemakai (receiver), isi pesan (content), ketepatan waktu
(timing), media komunikasi (media), format (format), dan sumber pesan (source).
komunikasi akan dianggap berhasil atau efektif apabila pesan yang diteruskan dan
diterima mampu diterima dalam akal berfikir individu sehingga mampu
memberikan kesan baik atau citra positif dalam berkomunikasi (Hasibuan, 2018).

Pada kasus diatas dalam penyampaian komunikasi yang dilakukan oleh


perawat yaitu memberikan pengarahn kepada kedua orang tua pasiennya. Kasus
diatas mengenai penyakit yang dialami pasien kurang di ketahui oleh
keluarganya.Perawat disini dapat melakasanakan bagaimana penjelasan tentang
penyakit yang dialami klien, kemudian mengajarkan klien terhadap tanda dan
gejala penyakit tersebut (pneumonia). Penjelasan saat sesudah pengkajian yang
diberikan kepada keluarga pasien sangat diperlukan pada kasus ini, karena
keluarga pasien kurang memahaminya apa saja yang dilakukan ketika pasien
mengalami sakit serta mengajarkan keluarga pasien jika pasien mengalami sakit
harus segera membawa ke fasilitas kesehatan yang terdekat seperti puskesmas.
Keluraga menyatakan hanya mengetahui bahwa pasien ini sakit batuk dan sesak.
Perawat dapat juga memberikan komunikasi efektif terhadap kelaurganya juga
yang dapat memahami penyampaian dari perawat bahwa ketika pasien sakit tidak
sembarangan menggunakan obat tradisional yang biasa dilakukan oleh orang tua
pasien. pentingnya pengedukasian pada orang tua di kasus ini yaitu agar orang tua
dapat memahami bagaimana penanganan-penanganan yang tepat agar keselamatan
pasien terjaga. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
keselamatan pasien dirumah sakit saat memberikan pelayanan keperawatan, tidak
luput pula dalam menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan
keperawatan, memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan
yang diberikan, menerapkan kerja sama tim kesehatan yang handal dalam
melakukan pelayanan masalah terhadap kejadian yang tidak diharapkan,
melakukan pendokumentasian suatu pelayanan yang diberikan kepada pasien dan
keluarganya (Adinda, 2019).
Pelayanan terkait kasus COVID-19 di rumah sakit dilaksanakan terintegrasi
dengan pelayanan lainnya. Hal ini mengingat ada pelayanan esensial/primer yang
harus tetap diberikan kepada masyarakat seperti misalnya pemeriksaan ibu hamil,
fasilitas dan pelaksaan tindakan bersalin, pemberian imunisasi pada balita,
pematauan tumbuh kembang anak dan lain sebagainya. Untuk melindungi pasien
dari penularan virus COVID-19, di setiap unit layanan kesehatan menerapkan
protokol kesehatan begitu juga dengan rumah sakit ibu dan anak yang kebanyakan
menerima pasien ibu hamil. Protokol ini perlu di sosialisasikan secara baik kepada
para pasien supaya dapat dipahami dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Komunikasi yang efektif terkait hal ini sangat dibutuhkan tenaga kesehatan dalam
penyampaian informasi dan edukasi terutama kepada pasien dan keluarga pasien.
Hal ini dilakukan sejak pertama kali pasien datang ke fasilitas kesehatan untuk
berkonsultasi dan bertemu dengan petugas, mulai dari petugas front office,
perawat, bidan, dokter, apoteker, petugas terapis dan lainnya. Jika kemampuan
komunikasi yang efektif ini ini dapat dilakukan dengan baik oleh petugas dan
tenaga kesehatan, maka akan sangat membantu sosialisasi penangan COVID 19
ini ke pasien dan keluarga pasien (Yulia, 2020).

B. Keterampilan Interpersonal Efektif dalam Kerja Tim


Kolaborasi interprofesional merupakan merupakan strategi untuk mencapai kualitas
hasil yang dinginkan secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan. Kemampuan
untuk bekerja dengan profesional dari disiplin lain untuk memberikan kolaboratif, patient
centred care dianggap sebagai elemen penting dari praktek profesional yang
membutuhkan spesifik perangkat kompetensi. . Komunikasi dalam kolaborasi merupakan
unsur penting untuk meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien.
Kompetensi profesional dalam praktek keperawatan tidak hanya psikomotor dan
keterampilan diagnostik klinis, tetapi juga kemampuan dalam keterampilan interpersonal
dan komunikasi. Perawat terdaftar diharapkan untuk berkomunikasi dalam berbagai
format dan di semua bidang praktek (Anggorowati, 2017; Sitepu, 2019).
Dalam menghadapi pasien anak, keterampilan interpersonal menuntut perawat untuk
dapat menyerap dan tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat dan hasrat orang lain.
Dengan adanya interpersonal skill diharapkan perawat bisa bekerjasama dengan orang
lain dan melakukan sinergi untuk membuahkan hal-hal yang positif termasuk bentuk
komunikasi yang efektif. Kemampuan interpersonal ini sebagai kemampuan perawat
dalam menjalin hubungan yang baik dengan pasien maupun dengan petugas yang lain
(Kurniasih, 2017).
Pada pandemi covid 19, keterampilan interpersonal yang perlu dimiliki tenaga medis
baik perawat ataupun dokter adalah dapat menentukan triage sebagai deteksi dini pasien
dalam pengawasan COVID-19. Tenaga medis yang berhubungan dengan pasien
diharuskan memiliki keterampilan dalam menjalankan langkah-langkah pencegahan
standar untuk semua pasien dan meningkatkan kewaspadaan Airborne pada Prosedur
yang Menimbulkan Aerosol (Kemenkes RI, 2020).
Pada tenaga farmasi atau petugas laboratorium, keterampilan interpersonal yang perlu
dimiliki yaitu keahlian dalam mengambil spesimen untuk menegakkan diagnosa pasien
covid 19. Swamedikasi pada pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) membuat
tenaga kefarmasian sebagai seorang profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian,
mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat dan petunjuk
kepada masyarakat yang ingin melakukan pengobatan secara mandiri. Pada
pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan
penggunaannya. Oleh karena itu tenaga kefarmasian dituntut untuk dapat memberikan
informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat terhindar dari
penggunaan salah obat (drug misuse) dan penyalahgunaan obat (drug abuse) melalui
komunikasi yang efektif. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan
setara (tidak superior-inferior) sangat diperlukan agar pasien mau menceritakan sakit
atau keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu
mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan
selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah. Dalam
bidang kefarmasian, seorang tenaga kefarmasian perlu menjalin keakraban dengan
pasien. Tidak sekedar hanya memberikan obat-obatan, tetapi jika diperlukan dapat
memberi masukan-masukan berkaitan dengan proses kesembuhan si pasien (Faisal,
2020)

C. Penggunaan Teknologi dan Informasi Kesehatan Secara Efektif dan Bertanggung


Jawab
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) masyarakat tanpa tatap muka ditujukan
pada masyarakat yang ingin tahu dan masyarakat yang mencari informasi mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan COVID-19. Alur pemeriksaan diri yang dapat dilakukan,
yaitu (Gugus Tugas, 2020):
 Masyarakat dapat menghubungi call center di BNPB (117), Kementerian
Kesehatan (119 ext 9), dan kanal informasi lainnya (misal, DKI 112, telemedicine
Gojek-Halodoc, dan sebagainya).
 Call center akan menanyakan hal berikut:
1) Apa ada kontak erat dan fisik dengan pasien COVID-19?
- Jika ada kontak erat dengan pasien COVID-19, maka perlu mengatur
penjadwalan untuk pemeriksaan di fasilitas kesehatan terdekat
- Jika tidak ada kontak, maka masyarakat melakukan pencegahan berupa PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), dilarang berdekatan, dilarang berkumpul
dan beraktifitas di rumah.

2) Apakah ada salah satu gejala (demam, batuk, sakit tenggorokan, sesak)?

- Jika ada gejala, maka harus mengatur penjadwalan untuk pemeriksaan di


fasilitas kesehatan terdekat
- Jika tidak ada gejala, maka masyarakat melakukan pencegahan berupa PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), dilarang berdekatan, dilarang berkumpul,
dan beraktifitas di rumah.
Hal-hal yang dapat disampaikan tenaga keperawatan, tenaga medis lainnya, serta
mahasiswa kesehatan kepada masyarakat yaitu edukasi pencegahan dan penanganan
covid-19 yang dimulai dari individu itu sendiri. Terdapat beberapa prinsip yang perlu
diikuti untuk membantu mencegah persebaran virus pernapasan, yaitu menjaga
kebersihan diri/personal dan rumah dengan cara (Gugus Tugas, 2020):
 Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik atau
menggunakan hand sanitizer, serta mandi atau mencuci muka jika memungkinkan,
sesampainya rumah atau di tempat bekerja, setelah membersihkan kotoran hidung,
batuk atau bersin dan ketika makan atau mengantarkan makanan.
 Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci
 Jangan berjabat tangan
 Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit
 Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas dan ketiak atau dengan tisu
lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci tangan
 Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah berpergian
 Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda- benda yang sering
disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja, kursi, dan lainlain), gagang
pintu, dan lain-lain
 Pembatasan interaksi fisik (Physical contact/physical distancing)
Media promosi kesehatan yang dapat disebarluaskan kepada masyarakat mengenai
infeksi COVID-19 dapat berupa leaflet, brosur, pemasangan iklan di televisi, spanduk,
dan lain-lain (Kemenkes RI, 2020).
,
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.1 Identitas
a. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. C
2. Tempat Tgl Lahir/Usia : 2018, 2 tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Agama : -
5. Pendidikan : -
6. Alamat : -
7. Tgl pengkajian : -
8. Diagnosa Medik : Pneumonia, suspek Covid-19
b. Identitas Orang tua
Ayah
1. Nama : Tn. V
2. Usia :-
3. Pendidikan :-
4. Pekerjaan :-
5. Agama :-
6. Alamat :-
Ibu
1. Nama : Ny. D
2. Usia :-
3. Pendidikan :-
4. Pekerjaan :-
5. Agama :-
6. Alamat :-
1.2 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
1. Keluhan Utama :
Ibu pasien mengatakan demam naik turun sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit, anak juga dikatakan mengalami batuk dan pilek serta sesak napas,
dikeluhkan tidak mau makan, terdapat mual, dan muntah saat makan.
2. Riwayat Keluhan Utama:
Riwayat kontak dengan orang terkonfirmasi covid-19 tidak diketahui, namun
pasien berasal dari daerah zona merah untuk kasus covid-19
3. Keluhan Pada Saat Pengkajian:
Ibu pasien mengatakan demam naik turun sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit, anak juga dikatakan mengalami batuk dan pilek serta sesak napas,
dikeluhkan tidak mau makan, terdapat mual, dan muntah saat makan.
b. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal
1) Ibu memeriksakan kehamilannya setiap bulan di puskesmas atau bidan
terdekat.
2) Riwayat berat badan selama hamil : -
3) Riwayat Imunisasi TT : -
2. Natal
1) Tempat melahirkan : puskesmas
2) Jenis persalinan : spontan
3) Penolong persalinan : bidan
4) Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan :-
3. Post natal
1) Kondisi bayi :
2) Klien pernah mengalami penyakit : -
3) Riwayat kecelakaan : -
4) Riwayat mengkonsumsi obat-obatan :-
1.3 Riwayat Immunisasi (imunisasi belum lengkap)
Tidak terkaji
1.4 Riwayat Tumbuh Kembang
a. Neonatus (0-28 hari)
b. Bayi (0-12 bulan)
a) 0-4 bulan
b) 5-6 bulan
1.5 Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
Pada saat setelah lahir
b. Pemberian susu formula
Ibu memberikan susu formula
c. Jumlah pemberian
-
d. Cara Pemberian
- setiap kali menangis
e. Pemberian MPASI: (-)
1.6 Riwayat Psikososial
a. Anak tinggal bersama
Anak tinggal bersama kedua orang tuanya
b. Lingkungan
Anak tinggal di lingkungan zona merah untuk kasus covid-19
c. Pengasuh anak
An.K diasuh oleh orangtuanya sendiri dan tidak diasuh oleh orang dirumah
1.7 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : An. A tampak lemah
b. Kesadaran : komposmentis.
c. Tanda – tanda vital :
a) Tekanan darah : - mmHg
b) Denyut nadi : 120x / menit
c) Suhu : 38,5o C
d) Pernapasan : 34x/ menit, SpO2 98%
d. Berat Badan : -
e. Tinggi Badan : -
f. Kepala
Inspeksi
Simetris
Palpasi
Tidak ada masa atau benjolan
g. Muka
Inspeksi
Simetris / tidak : Simetris
Gerakan abnormal : tidak tampak gerakan abnormal pada wajah pasien
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan pada pasien
Data lain : tidak teraba ada pembengkakan pada area muka pasien
h. Mata
Inspeksi
Simetris, tidak ada lesi atau kemerahan
Palpasi
Tekanan bola mata : Tidak terdapat tekanan pada bola mata.
i. Hidung & Sinus
Inspeksi
Simetris, terlihat kotor penuh dengan sputum yang tidak bisa dikeluarkan
j. Telinga
Inspeksi
Posisi telinga : Posisi telinga simetris dan sejajar dengan mata pasien
Ukuran / bentuk telinga : Bentuk telinga normal, tampak bersih dan tidak tampak
edema atau benjolan pada area telinga pasien
Aurikel : Aurikel normal dan tampak bersih.
Lubang telinga : Lubang telinga bersih dan tidak terdapat serumen.
Pemakaian alat bantu: Tidak terdapat pemakaian alat bantu pada klien.
Palpasi
Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan pada klien.
Pemeriksaan uji pendengaran
Rinne :-
Weber :-
Swabach :-
k. Mulut
Inspeksi
a) Gigi
Keadaan gigi : pasien belum memiliki gigi karena baru usia 6 bulan
Karang gigi / karies : -
b) Gusi
Merah / radang / tidak : Gusi tampak berwarna merah muda (normal), tidak
tampak ada tanda-tanda peradangan pada gusi
c) Lidah
Kotor / tidak : Lidah tampak bersih dan tidak kotor.

d) Bibir
Bibir tidak pucat maupun sianosis, amun mukosa bibir klien tampak kering,
mulut tidak berbau.
l. Tenggorokan
a) Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan pada pasien
b) Nyeri menelan : Tidak terdapat nyeri menelan pada pasien
m. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Membesar = tidak
Palpasi
a) Kelenjar thyroid : Teraba = tidak
b) Kelenjar limfe : Membesar= tidak
n. Thorax dan pernapasan
Inspeksi
a) Bentuk dada :
Normal
b) Irama pernafasan :
ronchi
c) Pengembangan di waktu bernapas :
Adanya retraksi dada
d) Tipe pernapasan : ronchi
Palpasi
Adanya otot bantu pernafapan
Auskultasi
a) Suara nafas :
b) Suara tambahan :-
Perkusi
Rinchi intercosta 3
o. Jantung
Palpasi
Ictus cordis teraba
Perkusi
Pembesaran jantung: Tidak terdapat pembesaran
Auskultasi
a) BJ I : Lub
b) BJ II : Dub
c) BJ III :-
d) Bunyi jantung tambahan :
p. Abdomen
Inspeksi
a) Membuncit : tidak ada
b) Ada luka / tidak : tugor kulit elastis, adanya bintil-bintil merah berair menjalar
hingga punggung kanan .
Palpasi
Cubitan dinding abdomen kembali segera, kulit teraba panas.
Auskultasi
Tidak terdapat bising usus
Perkusi
-
q. Genitalia dan Anus : tidak terkaji.
r. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a) Motorik
Pergerakan kanan / kiri : normal
Pergerakan abnormal :-
Kekuatan otot kanan / kiri : normal
Tonus otot kanan / kiri : normal
Koordinasi gerak : normal
b) Refleks
Biceps kanan / kiri : normal
Triceps kanan / kiri : normal
c) Sensori
Nyeri : Klien dapat merasakan nyeri ketika
diberi rangsangan
Rasa raba : Klien dapat merasakan rangsangan
pada kulit ketika perawat meraba area tangan klien.

Ekstremitas bawah
a) Motorik
Gaya berjalan : Klien belum dapat berjalan
Kekuatan kanan / kiri : normal.
Tonus otot kanan / kiri : normal.
b) Sensori
Nyeri :
Rasa raba :
Klien dapat merasakan rangsangan pada kulit ketika perawat meraba area tangan
klien, kulit klien juga tampak merah
s. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a) Nervus I (Olfactorius) : penghidu : -
b) Nervus II (Opticus) : Penglihatan :
c) Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
Konstriksi pupil : normal
Gerakan kelopak mata : normal
Pergerakan bola mata : normal
Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal
d) Nervus V (Trigeminus)
Sensibilitas / sensori : normal
Refleks dagu : normal
Refleks cornea : normal
e) Nervus VII (Facialis)
Gerakan mimik : normal
Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal
f) Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : normal
g) Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
Refleks menelan : normal
Refleks muntah : mengeluh mual dan muntah
Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal
Suara : normal
h) Nervus XI (Assesorius) :-
i) Nervus XII (Hypoglossus)
Deviasi lidah : tidak tampak deviasi lidah.
1.8 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun) Dengan menggunakan
DDST
a) Motorik kasar
-
b) Motorik halus
-
c) Bahasa
-
d) Personal sosial
-
1.9 Test Diagnostik
Hasil pemeriksaan Thorax foto menunjukkan kesan gambaran pneumonia
2. Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Sekresi yang Bersihan jalan nafas
Ibu pasien mengatakan anak tertahan tidak efektif
mengalami batuk dan pilek serta
sesak napas
DO:
RR 34x/menit, hidung terlihat kotor
penuh sekret yang tidak bisa
dikeluarkan
hasil thorak foto: gambaran
pneumonia
2 DS: Proses penyakit Hipertermi
Ibu pasien mengatakan demam naik
turun sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit
DO:
suhu 38,5℃, kulit teraba hangat

3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekredi tang tertahan
b. Hipertermi berhubungan proses penyakit
4. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas
tidak efektif intervensi keperawatan (frekuensi, kedalaman,
berhubungan dengan selama 1x3 jam, maka usaha napas)
sekresi yang tertahan bersihan jalan napas 2. Monitor sputum (jumlah,
pasien meningkat warna, aroma)
dengan kriteria hasil:
3. Posisikan semi fowler/
1. batuk efektif
fowler
meningkat,
4. Berikan minum hangat
2. produksi sputum
5. Berikan oksigen, jika
menurun,
perlu
3. frekuensi napas
6. Ajarkan teknik batuk
membaik
efektif (misal: teknik purse
lips breathing)
7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2 Hipertermi Setelah di lakukan 1. Monitor suhu sesering
berhubungan dengan tindakan keperawatan mungkin
proses penyakit selama 1x24 jam 2. Monitor warna kulit
diharapkan 3. Monitor nadi, RR
termoregulasi pasien 4. Monitor tingkat kesadaran
normal, dengan kriteria 5. Kompres pasien pada
hasil: lipatan paha dan aksila
1. Suhu tubuh dalam
batas normal
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
3. Tidak ada perubahan
warna kulit.

5. Implementasi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Bersihan jalan nafas tidak 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
efektif berhubungan usaha napas)
dengan sekresi yang 2. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
tertahan 3. Memposisikan semi fowler/ fowler
4. Memberikan minum hangat
inflamasi
5. Memberikan oksigen
6. Mengkolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
2. Hipertermi berhubungan 1. Memonitor suhu sesering mungkin
dengan proses penyakit 2. Memonitor warna kulit
3. Memonitor nadi, RR
4. Memonitor tingkat kesadaran
5. Mengkompres pasien pada lipatan paha dan
aksila
6. Evaluasi Keperawatan
S: Ibu pasien mengatakan anak mengalami batuk dan pilek serta sesak napas, anak
masih demam
O: suhu 380C, kulit teraba hangat
A: masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan intervensi yang belum tercapai

E. Etika Keperawatan
Prinsip etika keperawatan yang dapat diterapkan pada kasus diatas yaitu perawat
memberikan asuhan keperawatan dengan semaksimal mungkin dan bersifat
komprehensif dan memberikan informasi secara menyeluruh namun dengan bahasa
sederhana yang dapat di pahami orang tua maupun keluarga mengenai penyakit
pneumonia yang di alami pasien. prinsip yang digunakan ialah prinsip kebaikan
(beneficience) yang dimana prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang
terbaik bagiklien, tidak merugikan klien seperti klien mengalami kelemahan fisik secara
umum tidak boleh di paksakan untuk bergerak dalam pemeriksaan (Utami, Agustine, &
Happy, 2016).
 Prinsip Otonomi (Autonomy)
Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan sendiri atau
mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan
martabat. Contoh kasusnya adalah: Klien berhak menolak tindakan invasif yang
dilakukan oleh perawat. Perawat tidak boleh memaksakan kehendak untuk
melakukannya atas pertimbangan bahwa klien memiliki hak otonomi dan otoritas
bagi dirinya. Perawat berkewajiban untuk memberikan penjelasan yang sejelas-
sejelasnya bagi klien dalam berbagai rencana tindakan dari segi manfaat. tindakan,
urgensi dsb sehingga diharapkan klien dapat mengambil keputusan bagi dirinya
setelah mempertimbangkan atas dasar kesadaran dan pemahaman.
 Prinsip Kebaikan (Beneficience)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak
merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien. Kasus yang berhubungan dengan
hal ini seperti klien yang mengalami kelemahan fisik secara umum tidak boleh
dipaksakan untuk berjalan ke ruang pemeriksaan. Sebaiknya klien didorong
menggunakan kursi roda. Pada pasien anak dengan covid-19, terjadinya gangguan
pernafasan, perawat dapat memberikan posisi yang nyaman kepada pasien untuk
memperlancar aliran oksigenasi pasien.
 Prinsip Keadilan (Justice)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai dengan
kebutuhannya. Misalnya pada saat perawat dihadapkan pada pasien total care, maka
perawat harus memandikan dengan prosedur yang sama tanpa membeda-bedakan
klien. Tetapi ketika pasien tersebut sudah mampu mandi sendiri maka perawat tidak
perlu memandikannya lagi.
 Prinsip Kejujuran (Veracity)
Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang sebenarnya dan tidak
membohongi klien. Kebenaran merupakan dasar dalam membina hubungan saling
percaya. Kasus yang berhubungan dengan prinsip ini seperti klien yang menderita
ISPA atau asma menanyakan tentang diagnosa penyakitnya. Perawat perlu
memberitahukan apa adanya meskipun perawat tetap mempertimbangkan kondisi
kesiapan mental klien untuk diberitahukan diagnosanya.
 Prinsip mencegah pembunuhan (Avoiding Killing)
Perawat menghargai kehidupan manusia dengan tidak membunuh. Sumber
pertimbangan adalah moral agama/kepercayaan dan kultur/norma-norma tertentu.
Contoh kasus yang dihadapi perawat seperti ketika seorang suami menginginkan
tindakan euthanasia bagi istrinya atas pertimbangan ketiadaan biaya sementara
istrinya diyakininya tidak mungkin sembuh, perawat perlu mempertimbangkan untuk
tidak melakukan tindakan euthanasia atas pertimbangan kultur/norma bangsa
Indonesia yang agamais dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, selain dasar UU RI
memang belum ada tentang legalitas tindakan euthanasia.
Pada kasus anak, perawat juga perlu mempertimbangkan apakah tindakan euthanasia
merupakan keinginan dari anak atau orang tua anak.
 Prinsip Kesetiaan (Fidelity)
Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya, menepati janji,
menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga. Kasus yang sering dihadapi
misalnya perawat telah menyepakati bersama klien untuk mendampingi klien pada
saat tindakan PA maka perawat harus siap untuk memenuhinya. Perawat juga
berperan besar saat mendampingi anak-anak yang masih begitu membutuhkan
dukungan.
F. Kolaborasi Aspek Pemenuhan Kebutuhan Klien dalam konteks keluarga
Dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan keluarga pasien untuk penanganan pneumonia
pada anak dapat dilakukan dengan memberikan edukasi pengetahuan mengenai penyakit
pneumonia yang di sampaikan oleh perawat kepada keluarga, tugas kemandirian
keluarga dalam memodifikasi lingkungan juga dapat di ajarkan oleh perawat.
Menciptakan suasana rumah yang sehat yang terapkan pelaksanaan Family Centered-
Nursing , upaya mencegah terjadinya pneumonia pada anak yaitu memberikan makanan
yang bergii dan memberikan imunisasi, pada kasus diatas keluarga pasien belum lengkap
memberikan imunisasi serta selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.
Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan tidak terlepas dari peningkatan
pengetahuan keluarga akan berbagai tindakan untuk mencegah demam dan sikap dalam
mengambil keputusan (Erlinda, 2015).

G. Advokasi
Peran perawat sebagai advokasi pada pasien yang mengalami pneumonia mampu
memberikan perlindungan kepada pasiennya, keluarga, dan orang-orang. Perawat
mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman, serta mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak di inginkan dari hasil pengobatan pada
pasien pneumonia, contohnya mencegah anaka terjadinya alergi terhadap efek
pengobatan dengan memastikan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi
(Telaumbanua, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Adinda, D. (2019). Peran Perawat Dalam Penerapan Keselamatan Pasien di rumah Sakit.
jurnal Keperawatan, 1(1). Retrieved Oktober 30, 2020
Erlinda, V. (2015). Penerapan Model Family-Centered Nursing Terhadap Pelaksanaan Tugas
Kesehatan Keluarga dalam Pencegahan ISPA pada Balita DI wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kedokteran Yarsi, 23(2),
165-186.
Hasibuan, M. S. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Thigita, A. P. (2018). Herpes zoster pada anak-laporan kasus. Jurnal biomedik (JBM), Vol.
10, No. 1, 66-69.
Tamando, S. E. (2018). Sistem pakar mengdiagnosa penyakit herpes zoster dengan
menggunakan metode teorema bayes. Journal of informatic pelita nusantara. Vol. 1,
e-ISSN 2541-3724, 33-40.
Hairanisa, & Marlina. (2013). Pengetahuan Perawat Pelaksana dan Pencegahan Pneumonia
Pada Pasien Tirah Baring Di RSUDZA Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 4(1), 51-
61.
Ludji, Y. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. R.F Dengan Pneumonia di Ruang
Kenanga RSUD Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang, pp. 1-83.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, (2020). Pedoman penanganan cepat medis
dan kesehatan masyarakat COVID-19 di Indonesia. Jakarta : Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19.
Kemenkes RI. (2020). Pedoman pencegahan dan pengendalian coronavirus disease (covid-
19). Jakarta: Kemenkes RI.
Sitepu, Theresia Ichi Yohana. (2019). Komunikasi efektif dalam hubungan interprofessional
colaboration untuk keselamatan pasien. Jurnal Publikasi Literatur Review, 1-5.
Yulia, Vitania. (2020). Pelatihan komunikasi efektif bagi tenaga kesehatan sebagai upaya
mengatasi krisis komunikasi yang dialami oleh ibu hamil pada masa pandemi covid-
19 di RSIA Permata Bunda Kota Solok.
Telaumbanua, H. T. (2019). Perawat perawat Sebagai Advokat Pasien Dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan di Pelayanan Kesehatan. Kajian Ilmiah.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika keperawatan dan keperawatan
Profesional. jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kurniasih, Yuni & Anggrowati. (2017). Keterampilan Interpersonal : Upaya Menciptakan
Komunikasi Efektif. Journal of Health Studies, Vol. 1, No.1, 72-77.
Faisal, Herman, Lieta D.N., & Laila Q. (2020). Komunikasi interpersonal tenaga kefarmasian
dengan pasien melalui swamedikasi di apotek bunga martapura. Jurnal Publikasi
Uniska, 1-8
Waluyanti, F. T., Yuliani, E., & Nurhaeni, N. (2016, Juli). Perencanaan Pulang Efektif
Meningkatkan Kemampuan Ibu Merawat Anak Dnegan Pneumonia dirumah. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 19(2), 121-127.

Anda mungkin juga menyukai