Disusun Oleh:
CHAIRISKA PUTRI MEUNASAH SIREGAR,S.Kep
2226050031
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal
dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000
macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang
dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas
penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisis tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun
postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
• Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah
masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan
bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-
kultural.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
a. Penyebab pranatal
o Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl Keton Uria
(PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea,
histidiemia, homosistinuria, Distrofia okulorenal Lowe,
hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan
metabolisme lemak yaitu degenerasi serebromakuler dan
lekoensefalopati progresif. Gangguan metabolisme karbohidrat yaitu
galaktosemia dan glycogen storabe disease.
o Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom muncul dibawah 5 persen kehamilan,
kebanyakan kehamilan yang memilki kelainan kromosom berakhri
dengan kasus keguguran hanya setenggah dari satu persen yang lahir
memiliki kelainan kromosom, dan akan meninggal segera setelah
lahir. bayi yang bertahan, kebanyakan akan memiliki kelainan down
syndrome, atau trisomy 21. Manusia normal memiliki 46 kromosom
(23 pasang). orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47
kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).
o Infeksi maternal selama kehamilan
yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body
disease merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering
menyebabkan retardasi mental. Infeksi virus ringan atau subklinik
pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat
fatal. Penyakit Rubella kongenital juga dapat menyebabkan defisit
mental.
o Komplikasi kehamilan
Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu hamil
yang tak terkontrol, malnutrisi, anoksia janin akibat plasenta previa
dan solutio plasenta serta penggunaan sitostatika selama hamil.
b. Penyebab perinatal
o Prematuritas
Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi
menyebabkan meningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan
lahir rendah sedangkan bayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar
untuk mengalami kerusakan otak, sehingga akan didapatkan lebih
banyak anak dengan retardasi mental.
o Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan.
o Kernikterus
Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin
tak terkonjugasi di dalam sel-sel otak.
o Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.
c. Penyebab postnatal
o Infeksi (meningitis, ensefalitis)
o Trauma fisik
o Kejang lama
o Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental,yaitu:
a. Kromosom kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e. Serum asam urat (Uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h. Serum seng (Zn)
i. Logam berat dalam darah
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k. Serum asam amino atau asam organik
l. Plasma ammonia
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
n. Urin mukopolisakarida
No Diagnosa Keperawatan Kode Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Kode Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
1 Gangguan tumbuh L.10101 Setelah dilakukan tindakan asuhan I.10340 Dilakukan promosi perkembangan anak
keperawatan diharapkan status dengan tindakan :
kembang berhubungan
perkembangan membaik dengan Observasi
dengan inkonsistensi kriteria hasil: 1. Identifikasi kebutuhan khusus anak dan
respon ditandai dengan 1. Keterampilan/perilaku sesuai usia kemampuan adaptasi anak
tidak mampu melakukan meningkat
2. Kemampuan melakukan perawatan Terapeutik
keterampilan atau diri meningkat 1. Fasilitasi hubungan anak dengan teman
sebaya
perilaku khas sesuai usia 2. Dukung anak berinteraksi dengan anak lain
(D.0106) 3. Dukung anak mengekpresikan perasaannya
secara positif
4. Dukung anak dalam bermimpi atau
berfantasi sewajarnya
5. Dukung partisipasi anak di sekolah,
ekstrakulikuler dan aktivitas komunitas
6. Berikan mainan yang sesuai dengan usia
anak
7. Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu yang
disukai anak
8. Bacakan cerita/dongeng untuk anak
9. Diskusikan bersama remaja tujuan dan
harapannya
10. Sediakan kesempatan dan alat-alat untuk
menggambar, melukis, dan mewarnai
11. Sediakan mainan berupa puzzle dan maze
Edukasi
1. Jelaskan nama-nama benda obyek yang ada
di lingkungan sekitar
2. Ajarkan pengasuh milestones
perkembangan dan perilaku yang dibentuk
3. Ajarkan sikap kooperatif, bukan kompetisi
diantara anak
4. Ajarkan anak cara meminta bantuan dari
anak lain, jika perlu
5. Ajarkan teknik asertif pada anak dan remaja
6. Demonstrasikan kegiatan yang
meningkatkan perkembangan pada
pengasuh
Kolaborasi
1. Rujuk untuk konseling, jika perlu
2 Gangguan komunikasi L.13118 Setelah dilakukan tindakan I.13492 Dilakukan promosi komunikasi : defisit bicara,
keperawatan didapatkan komunikasi dengan tindakan :
verbal berhubungan
verbal meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
dengan hambatan 1. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitias,
1. Kemampuan berbicara meningkat
individu ditandai dengan 2. Kemampuan mendengar meningkat volume, dan diksi bicara
3. Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh 2. Monitor progress kognitif, anatomis, dan
menunjukkan respon fisiologis yang berkaitan dengan bicara
tidak sesuai (D.0119) meningkat (mis: memori, pendengaran, dan Bahasa)
3. Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal
lain yang mengganggu bicara
4. Identifikasi perilaku emosional dan fisik
sebagai bentuk komunikasi
Terapeutik
1. Gunakan metode komunikasi alternatif
(mis: menulis, mata berkedip, papan
komunikasi dengan gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan komputer)
2. Sesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan (mis: berdiri di depan pasien,
dengarkan dengan seksama, tunjukkan satu
gagasan atau pemikiran sekaligus,
bicaralah dengan perlahan sambal
menghindari teriakan, gunakan komunikasi
tertulis, atau meminta bantuan keluarga
untuk memahami ucapan pasien)
3. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
4. Ulangi apa yang disampaikan pasien
5. Berikan dukungan psikologis
6. Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan berbicara perlahan
2. Ajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif, anatomis, dan fisiologis yang
berhubungan dengan kemampuan bicara
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis.
3 Gangguan interaksi sosial L.13115 Setelah dilakukan tindakan I.13498 Dilakukan promosi sosialisasi, dengan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan interaksi tindakan :
defisiensi bicara ditandai social meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
dengan kurang responsif 1. Perasaan nyaman dengan situasi 1. Identifikasi kemampuan melakukan
tau tertarik pada orang sosial meningkat interaksi dengan orang lain
lain (D.0118) 2. Identifikasi hambatan melakukan interaksi
2. Perasaan mudah menerima atau
dengan orang lain
mengkomunikasikan perasaan
meningkat
Terapeutik
3. Responsif pada orang lain
1. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam
meningkat suatu hubungan
4. Minat melakukan kontak emosi 2. Motivasi kesabaran dalam mengembangkan
meningkat suatu hubungan
5. Minat melakukan kontak fisik 3. Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru
meningkat dan kegiatan kelompok
4. Motivasi berinteraksi di luar lingkungan
(mis: jalan-jalan, ke toko buku)
5. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan
dalam berkomunikasi dengan orang lain
6. Diskusikan perencanaan kegiatan di masa
depan
7. Berikan umpan balik positif dalam
perawatan diri
8. Berikan umpan balik positif pada setiap
peningkatan kemampuan
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi dengan orang lain
secara bertahap
2. Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
3. Anjurkan berbagi pengalaman dengan
orang lain
4. Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan
menghormati hak orang lain
5. Anjurkan penggunaan alat bantu (mis:
kacamata dan alat bantu dengar)
6. Anjurkan membuat perencanaan kelompok
kecil untuk kegiatan khusus
7. Latih bermain peran untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi
8. Latih mengekspresikan marah dengan tepat
D. PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik
yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu
lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat
terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut
antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga
alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak
lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk
sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang
kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi
dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data
objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah
tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa
yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar
yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan
adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu
yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh:
CHAIRISKA PUTRI MEUNASAH SIREGAR,S.Kep
2226050031