Anda di halaman 1dari 35

DISABILITAS INTELEKTUAL

A. DEFINISI
Disabilitas Intelektual terdiri dari kata Intelektual dan Disabilitas.
Intelektual atau inteligensi merupakan padanan kata dari kecerdasan kognitif
seseorang, yaitu kemampuan verbal dan nonverbal yang mencakup ingatan,
abstraksi, logika, persepsi, wawasan, perbendaharaan kata, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, dan keterampilan motorik visual (Puar,
1998). Disabilitas merupakan kondisi yang menggambarkan adanya disfungsi
atau berkurangnya suatu fungsi yang secara objektif dapat diukur atau dilihat,
karena adanya kehilangan atau kelainan dari bagian tubuh atau organ
seseorang (Mangunsong, 2009).

Pengertian disabilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah


orang yang menyandang (menderita) sesuatu, sedangkan disabilitas
merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa
Inggris disability yang berarti cacat atauketidakmampuan.
Anak dengan disabilitas atau sering disebut dengan anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya (Triutari, 2014).
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan
Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas yaitu orang yang
memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka
waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap
masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk
berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disabilitas
intelektual adalah suatu disfungsi atau keterbatasan baik secara intelektual
maupun perilaku adaptif yang dapat diukur atau dilihat yang menimbulkan
berkurangnya kapasitas untuk beraksi dalam cara tertentu.
Anak dengan disabilitas dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu anak

1
dengan penurunan fungsi tubuh, keterbatasan dalam beraktivitas dan
pembatasan dalam berprestasi. Anak-anak disabilitas termasuk orang-orang
dengan kondisi kesehatan seperti cerebral palsy, spina bifida, distrofi
otot,cedera tulang belakang traumatik, down sindrom, dan anak-anak dengan
gangguan pendengaran, visual, fisik,komunikasi dan gangguan intelektual
(WHO, 2012).
Menurut Mangunsong (2009), adapun prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan sebagai upaya pendampingan pada anak berkebutuhan khusus
antara lain :

a. Tipe Kecacatan dan Tingkat KeparahanAnak

Kadar atau tingkat keparahan suatu kecacatan sama pentingnya


dengan jenis kebutuhan khusus untuk dipertimbangkan dalam perencanaan
strategi pendampingan dan pengajaran pada anak berkebutuhan khusus.
Semakin parah atau semakin serius cacatnya, semakin pasti si anak akan
dididik dengan setting pendidikan khusus.

b. Tingkat UsiaAnak

Sudah seharusnya dalam pemilihan strategi pendampingan


diperhatikan tingkat perkembangan anak baik fisik maupun psikis
termasuk dalam hal ini tingkatan usia anak. Hal ini perlu diperhatikan agar
metode, alat, bahan dan strategi benar-benar sesuai dengan kondisianak.

Jadi prinsip pendampingan pada anak berkebutuhan khusus sebaiknya


memperhatikan dua hal. Pertama adalah tipe kecacatan dan tingkat keparahan,
semakin serius cacat yang dialami anak maka semakin pasti anak akan dididik
dengan setting pendidikan khusus. Kedua adalah tingkat usia anak, suatu
metode, alat, bahan dan strategi benar-benar disesuaikan dengan kondisi anak.

B. Etiologi
Penyebab disabilitas intelektual dibagi menjadi dua yakni secara primer
dan sekunder. Disabilitas intelektual primer disebabkan karena faktor
keturunan (genetik). Sedangkan penyebab sekunder disebabkan karena faktor
dari luar yang diketahui dan faktor-faktor ini mempengaruhi otak, baik pada
2
waktu pranatal ataupun postnatal dan dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor
yang lainnya.
1. PenyebabPrimer
Akibat dari faktor keturunan, bisa disebabkan oleh
ketidaknormalan kromosom dan gen. Beberapa kelainan genetik yang
menyebabkan disabilitas intelektual adalah Sindrom down dan kerusakan
kromosom X. Sindrom down adalah penyebab paling umum terjadinya
disabilitas intelektual. Kerusakan kromosom X ( Fragile X syndrome )
adalah penyebab paling umum terjadinya disabilitas intelektual yang
diwariskan.
2. PenyebabSekunder
Akibat penyakit atau pengaruh postnatal yang keadaan ini sudah
diketahui sejak sebelum lahir tapi tidak diketahui etiologinya. Selain itu
dapat juga disebabkan oleh penyakit otak yang nyata ( postnatal ).
a. FaktorPrenatal
Faktor prenatal adalah faktor yang terjadi sebelum masa
kelahiran.Faktor-faktor ini bberpengaruh pada perkembangan janin
yang sedang dikandung ibu, sehingga ketika anak dilahirkan
memungkinkan anak menjadi disabilitas intelektual.Sebenarnya, tidak
ada jawaban universal untuk faktor prenatal, kecuali untuk beberapa
kasus seperti infeksi bakteri Rubella dan rhesus kedua orang tua.
1) Infeksi Rubella(Cacar)
Sejak 1940-an sejumlah penelitian menemukan bahwa Rubella
yang mengenai ibu hamil sela tiga bulan pertama masa kehamilan
mungkin menyebabkan kerusakan konginental dan kemungkinan
menyebabkan disabilitas intelektual pada janin.

2) Faktor Rhesus
Hasil penelitian Yannet dan Lieberman seperti dikutip oleh
Kirk dan Gallagher (1979:119) menunjukkan adanya hubungan
antara keberadaan Rh darah yang tidak kompatibel pada anak
disabilitas intelektual.Para peneliti menyebutkan bahwa indikasi
tersebut dapat dilihat ketika janin memiliki Rh yang tidak
kompatibel dengan darah ibunya. Anak dalam kasus ini dapat
menjadi disabilitas intelektual kecuali jika dilakukan tindakan
3
medis di usia yang sangatdini.
b. Faktor Natal
Faktor natal adalah faktor yang terjadi saat proses melahirkan.
Biasanya, faktor pada masa ini berupa luka-luka saat melahirkan, sesak
napas pada bayi (asphyxia), dan prematuritas.

Selain hal di atas, kesulitan saat melahirkan, lamanya proses


melahirkan, penggunaan alat kedokteran, dan lahir sungsang juga
menjadi penyebab kerusakan pada otak dan menyebabkan disabilitas
intelektual seorang anak.

Kekurangan oksigen pada bayi saat baru lahir (anoxia) juga


dipercaya menjadi salah satu penyebab anak disabilitas
intelektual.Prematuritas juga dipercayai menjadi penyebab anak
disabilitas intelektual.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
banyak anak yang lahir prematur menjadi anak yang epilepsy, serebral
palsi, dan disabilitas intelektual daripada anak yang lahir tidak
premature. Akan tetapi, penelitian lainnya menunjukkan bahwa anak
yang lahir premature sebagian besarnya tumbuh dan berkembang
seperti anak yang lahir tidak premature.
c. Faktor Postnatal
Faktor postnatal adalah faktor yang terjadi pada masa setelah
kelahiran atau pada masa perkembangan awal anak.Infeksi dan
problem nutrisi kerap menjadi penyebab disabilitas intelektual pada
masa ini.
Enchepalitis (peradangan pada sistem saraf pusat), meningitis
(peradangan pada selaput otak), dan malnutrisi kronik yang terjadi
pada masa anak-anak dan perkembangan awal juga dipercaya menjadi
penyebab disabilitasintelektual.
3. Penyebab Lainnya.
a. Akibat infeksi, dalam kelompok ini termasuk keadaan retardasi
mentalkarena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intracranial,
karena serum, obat atau zat toxidlainnya.
b. Akibat rudapaksa atau penyebab fisik, rudapaksa atau penyebab

4
fisiksebelum lahir serta juga karena trauma yang lain, seperti sinar X,
bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus, dapat melibatkan
kelainan dengan retardasimental.
c. Akibat gangguan metabolisme baik pertumbuhan maupun gizi,
semuaretardasi mental yang berlangsung disebabkan oleh gangguan
metabolisme seperti gangguan metabolisme zat lipida, karbohidrat
dan protein. Termasuk pula gangguan pertumbuhan dan gizi.
Gangguan gizi yang berat dan berlangsung sebelum usia 4 tahun
sangat mempengaruhi perkembangan otak. Meskipun telah ada
perbaikan gizi, akan tetapi tingkat intelegensinya sukar untuk
ditingkatkan.
d. Akibat kelainan kromosom, kelainan ini terdapat pada jumlah
kromosomdan bentuk yang berbeda, kelainan pada jumlah kromosom
ini disebut juga sindroma down.
e. Akibat premeturitas, termasuk dalam retardasi mental yang
berhubungandengan keadaan bayi yang pada saat lahir berat badannya
kurang dari 2500 gram atau karena masa hamil kurang dari 38
minggu.
f. Akibat gangguan jiwa berat, retardasi mental juga mungkin
disebabkankarena suatu gangguan jiwa berat dalam masakanak-

5
kanak. Dalam gangguan jiwa tersebut tidak terdapat tanda-tanda
patologi otak.

B. KLASIFIKASI
The American Phsychological Association ( APA ) membuat klasifikasi
anak disabilitas intelektual, yaitu mild, moderate, severe, dan profound.
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tingkat kecerdasan atau skor IQ, yaitu

Tabel 2. Klasifikasi Disabilitas Intelektual

KLASIFIKASI RENTANG IQ
Mild 55-70
Moderate 40-55
Severe 25-40
Profound Dibawah 25

Karakteristik anak disabilitas intelektual mild (ringan) adalah, mereka


termasuk yang mampu didik, bila dilihat dari segi pendidikan. Mereka pun
tidak memperlihatkan kelainan fisik yang mencolok, walaupun perkembangan
fisiknya sedikit agak lambat dari pada anak rata-rata. Tinggi dan berat badan
mereka tidak berbeda dengan anak-anak lain. Biasanya rentang perhatian
mereka juga pendek sehingga sulit berkonsentrasi dalam jangka waktu yang
lama.Mereka kadang-kadang memperlihatkan rasa malu atau pendiam.Namun
hal ini dapat berubah bila mereka banyak diikutkan untuk berinteraksi dengan
anak lainnya.Di luar pendidikan, beberapa keterampilan dapat mereka lakukan
tanpa harus mendapat pengawasan, seperti keterampilan mengurus diri sendiri,
seperti makan, mandi, dan berpakaian.
Karakteristik anak disabilitas intelektual moderate (menengah) adalah,
mereka digolongkan sebagai anak yang mampu latih, di mana mereka dapat
dilatih untuk beberapa keterampilan tertentu. Meski sering berespon lama
terhadap pendidikan dan pelatihan, jika diberikan kesempatan pendidikan
yang sesuai,mereka dapat di didik untuk melakukan pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan-kemampuan tertentu.Mereka dapat dilatih untuk
mengurus dirinya serta dilatih beberapa kemampuan membaca dan menulis
sederhana.Mereka menampakkan kelainan fisik yang merupakan gejala
bawaan, namun kelainan fisik tersebut tidak seberat yang dialami anak-anak
pada kategori severe dan profound.Mereka juga menampakkan adanya
gangguan pada fungsibicaranya.
Karakteristik anak disabilitas intelektual severe, adalah mereka tidak
mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain meskipun pada
tugas-tugas sederhana. Mereka membutuhkan perlindungan hidup dan
pengawasan yang teliti.Mereka juga mengalami gangguan bicara. Tanda-tanda
kelainan fisiknya antara lain lidah seringkali menjulur keluar, bersamaan
dengan keluarnya air liur. Kepalanya sedikit lebih besar dari biasanya.Kondisi
fisik mereka lemah.Mereka hanya bisa dilatih keterampilan khusus selama
kondisi fisiknyamemungkinkan.
Karakteristik anak disabilitas intelektual profound, adalah memiliki
masalah yang serius, baik menyangkut kondisi fisik, inteligensi, serta program
pendidikan yang tepat bagi mereka.Umumnya mereka memperlihatkan
kerusakan pada otak serta kelainan fisik yang nyata, seperti hydrocephalus,
mongolism, dan sebagainya.Mereka dapat berjalan dan makan sendiri.Namun,
kemampuan berbicara dan berbahasa mereka sangat rendah.Kelainan fisik
lainnya dapat dilihat pada kepala yang lebih besar dan sering bergoyang-
goyang. Penyesuaian dirinya sangat kurang dan bahkan sering kali tanpa
bantuan orang lain mereka tidak dapat berdiri sendiri. Mereka nampaknya
membutuhkan pelayanan medis yang baik dan intensif.

Klasifikasi Menurut Page:

a) Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3tahun)

b) Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun)

c) Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)

C. KELAINAN GENETIK YANG MENYEBABKAN DISABILITAS


INTELEKTUAL

1. SindromDown
Sindroma Down adalah penyebab paling umum masalah
kromosom pada retardasi mental. Sindroma Down umumnya terjadi
karena kromosom 21 dari ibu gagal terpisah selama proses meiosis
(pembelahan sel yang terjadi selama pembentukan sel reproduksi). Ketika
sepasang kromosom yang tidak terpisah ini bersatu dengan kormosom 21
dari ayah, anak tersebut menerima tiga salinan koromosom 21 satu (label
trisomi 21 juga digunakan untuk mendeskripsikan Sindroma Down).
Kasus langka ketika Sindroma Down disebabkan oleh translokasi bagian
kromosom 21 ke kromosom14.
Sindrom Down adalah suatu kondisi dimana terdapat tambahan
kromosom pada kromosom 21 atau dikenal juga dengan istilah trisomi 21
yang menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik, ketidakmampuan
belajar, penyakit jantung, tanda awal alzeimer, dan leukemia. Bayi yang
lahir dengan sindrom Down berkisar 1 dari 800 kelahiran hidup.
Beberapa individu memiliki sebagian besar gambaran klinis
dibawah ini, sementara lainnya hanya menunjukkan beberapa gambaran
klinis saja. Gambaran klinis penderita sindrom Down, yaitu mata sipit
dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds), mulut
yang mengecil dengan lidah besar sehingga tampak menonjol keluar
(macroglossia), bentuk kepala yang relatif lebih kecil dibandingkan
dengan orang normal (microchephaly), rajah telapak tangan yang
melintang lurus/horizontal (simian crease), penurunan tonus otot
(hypotonia), jembatan hidung datar (depressed nasal bridge), bertubuh
pendek, gangguan pendengaran, dagu yang lebih kecil (micrognatia), dan
gigi lebih kecil dari normal (microdontia).
Sindrom Down dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Translokasi adalah suatu keadaan dimana tambahan kromosom 21


melepaskan diri pada saat pembelahan sel dan menempel pada
kromosom yang lainnya. Kromosom 21 ini dapat menempel
dengan kromosom 13, 14, 15, dan 22. Ini terjadi sekitar 3-4% dari
seluruh penderita sindrom Down. Dibeberapa kasus, translokasi
sindrom Down ini dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
Gejala yang ditimbulkan dari translokasi ini hampir sama dengan
gejala yang ditimbulkan oleh trisomi 21.

Gambar 1. Translokasi kromosom 21

b. Mosaik adalah bentuk kelainan yang paling jarang terjadi, dimana


hanya beberapa sel saja yang memiliki kelebihan kromosom 21
(trisomi 21). Bayi yang lahir dengan sindrom Down mosaik akan
memiliki gambaran klinis dan masalah kesehatan yang lebih ringan
dibandingkan bayi yang lahir dengan sindrom Down trisomi 21
klasik dan translokasi. Trisomi 21 mosaik hanya mengenai sekitar
2-4% dari penderita sindromDown.

c. Trisomi 21 klasik adalah bentuk kelainan yang paling sering terjadi


pada penderita sindrom Down, dimana terdapat tambahan
kromosom pada kromosom 21. Angka kejadian trisomi 21 klasik
ini sekitar 94% dari semua penderita sindromDown.

Gambar 2. Kromosom pada sindrom down

2. Sindrom FragileX
Sindrom Fragile X adalah penyebab utama disabilitas intelektual
yang dapat diturunkan setelah sindroma down. Nama sindrom Fragile X
didasarkan pada adanya patahan pada ujung lengan panjang kromosom X
yang ditemukan pertama kali oleh Martin dan Bell tahun 1943. Mutasi ini
berada pada gen yang saat ini disebut Fragile X Mental Retardation Gene
(FMR1).
Perempuan lebih sedikit terkena sindrom ini dibandingkan laki-laki
karena hanya satu kromosom X yang aktif dalam setiap sel. Karena
perempuan mempunyai dua kromosom, sebuah kromosom X dengan
sebuah gen FMR1 normal mungkin menjadi aktif dalam banyak sel yang
juga terdapat sebuah kromosom X dengan sebuah gen FMR1 termutasi,
sehingga sel mereka lebih sedikit rusak. Dibandingkan laki-laki yang
hanya mempunyai satu kromosom X, semua sel dengan kromosom X
dengan gen FRM1 yang termutasi akan menjadi rusak. Gambaran klinik
mencakup disabilitas intelektual ringan sampai berat, dengan gambaran
wajah yang kasar, muka panjang dan lonjong, perbesaran testis, telinga
panjang dan menonjol, rahang menonjol, dahi tinggi, nada suara tinggi dan
bicara jenaka.
Gambar3. Kromosom Fragile X

Dalam kaitan konsultasi genetik, diketahui bahwa pola pewarisan sindrom


Fragile X adalah unik, yaitu dengan cara :

a. Diwariskan secara X-linked namun tidak dapat digolongkan


sebagai dominan atau resesif, karena wanita karier dapat
menderita maupun tidak menderita disabilitas intelektual dan
dapat dengan atau tanpa menunjukkan kelainan kromosom.
b. Hanya kurang lebih 30 % wanita karier yang menderita sindrom
Fragile X, sedangkan pada laki-laki 100 %. Namun pada laki-laki
pembawa sifat, kurang lebih 20 % biasanya tidak menunjukkan
gejala, yang disebut dengan NTM ( Normal Transmitting Males).
c. Ibu dari penderita sindrom Fragile X laki-laki adalah wanita
karier.
D. KARAKTERISTIK PADA ANAK DENGAN DISABILITAS
INTELEKTUAL
Menurut Hallahan & Kauffman (dalam Mangunsong, 2009) defisit yang
dialami anak tuna grahita atau disabilitas intelektual mencakup beberapa area
utama, yaitu :

a. Atensi atauperhatian.

Anak tuna grahita sering memusatkan perhatian pada benda yang salah
serta sulit mengalokasikan perhatian dengan tepat. Penelitian yang
dilakukan oleh Mulyadiprana dan Simanjuntak (2014), mengemukakan
bahwa intervensi atau perlakukan dengan media permainan kolase
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan konsentrasi
siswa tunagrahita, hal ini menunjukkan bahwa media permainan kolase
efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik.

b. Dayaingat.

Pada umumnya anak dengan disabilitas intelektual mengalami


kesulitan dalam mengingat suatu informasi. Seringkali masalah ingatan
yang dialami adalah yang berkaitan dengan working memory, yaitu
kemampuan menyimpan informasi tertentu dalam pikiran sementara
melakukan tugas kognitif lain. Menurut Abbeduto (2003), working
memory merupakan system kognitifyangbertanggung jawab untuk
penyimpanan sementara dan manipulasi informasi secara simultan.
Anak dengan disabilitas intelektual umumnya dicirikan oleh kapasitas
working memory yang berada di bawah rata-rata dan dapat membatasi
kemampuan anak. Hal ini menunjukkan bahwa anak dengan disabilitas
intelektual memiliki hubungan antara mekanismememori dan
pemahaman.
c. Perkembanganbahasa.

Secara umum anak tunagrahita mengikuti tahap-tahap perkembangan


bahasa yang sama dengan anak normal, tetapi perkembangan bahasa pada
umumnya terlambat muncul, lambat mengalami kemajuan dan berakhir
pada tingkat perkembangan yang lebih rendah. Anak mengalami masalah
dalam memahami danmenghasilkan bahasa. Penelitian yang dilakukan
oleh Febrisma (2013), menyatakanbahwa metode bermain peran dapat
meningkatkan kemampuan kosakata pada anaktunagrahita ringan kelas
DV di SLB Kartini Batam. Penggunaan metode bermain memiliki peran
penting dalam menstimulasi perkembangan bahasa anak serta dapat
menarik perhatian anak padapelajaran.

d. RegulasiDiri.

Anak-anak dengan disabilitas intelektual mengalami kesulitan


dalam regulasi diri, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur
tingkah lakunya sendiri. Selain itu mengalami kesulitan dalam
menentukan strategi regulasi diri, seperti mengulang suatu materi serta
mengalami kesulitan dalam metakognisi yang berhubungan erat dengan
kemampuan regulasi diri. Metakognisi berarti kesadaran seseorang akan
strategi apa yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah tugas kemampuan
merencanakan bagaimana menggunakan strategi tersebut, serta
mengevaluasi seberapa baik strategi tersebut bekerja. Penelitian yang
dilakukan oleh Ramawati, Allenidekania dan Besral (2012), menyatakan
bahwa kemampuan perawatan diri pada anak disabilitas intelektual
tergolong rendah dan masih membutuhkan bantuan di sebagian besar area.
Kemampuan perawatan diri dan regulasi diri membutuhkan adanya
bimbingan dan pelatihan yang berkesinambungan baik dari orang tua, guru
atau tenaga kesehatan. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kemampuan
regulasi diri adalah factor pendidikan orangtua, semakin tinggi latar
belakang pendidikan orang tua maka semakin baik keterampilan regulasi
diri anak. Faktor usia, dalam hal ini usia dapat membantu memprediksi
waktu yang tepat untuk mengajarkan dan melatih anak terkait k eterampilan
regulasi diri. Faktor kelemahan motorik juga berpengaruh dalam
keterampilan regulasi diri pada anak dengan disabilitas intelektual karena
berkaitan dengan koordinasi gerakan, kontrol gerakan serta kesesuaian
gerak.

e. Perkembangansosial.

Anak tuna grahita cenderung sulit mendapat teman dan


mempertahankan pertemanan karena dua hal. Pertama, mulai usia pra
sekolah anak tersebut tidak tahu bagaimana memulai interaksi sosial
dengan orang lain. Kedua, bahkan ketika anak tidak sedang berusaha
untuk berinteraksi dengan orang lain, anak menampilkan tingkah laku
yang membuat teman-temannya menjauh seperti perhatian yang tidak
fokus dan mengganggu. Penelitian yang dilakukan oleh Sofinar (2012),
menyatakan bahwa anak disabilitas intelektual menunjukkan perilaku
kurang baik dalam pergaulan terutama dengan teman sekelas. Perilaku
yang ditampilkan anak lebih banyak dipengaruhi dari dalam diri anak
akibat keterbatasan yang berkaitan dengan tingkat inteligensi di bawah
rata-rata.

f. Motivasi.

Anak seringkali memunculkan perasaan bahwa seberapapun besar


usaha yang dilakukan, pasti akan menunjukkan kegagalan. Akhirnya, anak
akan cenderung mudah putus asa ketika dihadapkan pada tugas yang
menantang. Penelitian yang dikemukakan oleh Santoso (2008),
menyatakan bahwa buku bergambar dapat meningkatkan minat baca pada
anak usia dini. Buku bergambar lebih memotivasi anak untuk belajar.
Buku-buku bergambar dimaksudkan untuk mendorong ke arah apresiasi
dan kecintaan terhadap buku, dapat melalui cerita secara verbal yang
menarik.

g. Prestasiakademis.

Karena ada hubungan yang erat antara inteligensi dengan prestasi


seseorang, maka akan menghambat semua prestasi akademis dibandingkan
dengan anak-anak normal. Performa anak-anak dengan disabilitas
intelektual pada semua area kemampuan akademis berada di bawah rata-
rata yang seusia dengannya. Anak juga cenderung menjadi underachiever
atau pencapaian rendah yang berkaitan dengan harapan-harapan yang
didasarkan pada tingkat kecerdasan. Terdapat penelitian yang dilakukan
oleh Selvarajan & Vasanthagumar (2012), tentang pengaruh remedial
teaching untuk meningkatkan kompetensi anak yang mengalami
pencapaian rendah di sekolah. Program remedial tepat digunakan untuk
mengatasi kelemahan anak yang menunjukkan pencapaian rendah di
sekolah.

Menurut Brown, Wolery dan Haring (1991), anak dengan disabilitas


intelektual memilliki beberapa karakteristik, antara lain:

a. Suka meniru perilaku orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan yang
anak lakukan.
b. Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur dirisendiri.
c. Mempunyai masalah yang berkaitan dengan perilaku sosial serta kurang
mampu untuk berkomunikasi.
d. Mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristikbelajar.
e. Mempunyai masalah dalam bahasa danpengucapan.
f. Mempunyai masalah pada kesehatan fisik serta adanya kelainan pada
sensori dangerak.
Jadi terdapat beberapa karakteristik pada anak dengan disabilitas
intelektual meliputi perhatian, yaitu anak sulit mengalokasikan perhatian dengan
tepat. Daya ingat anak yang masih kurang, perkembangan bahasa yang lebih
rendah dibandingkan anak normal yang sebaya. Regulasi diri yang kurang, sulit
untuk mengatur tingkah laku anak sendiri. Perkembangan sosial yang kurang,
anak sulit mendapat teman dan mempertahankan pertemanan. Motivasi cenderung
menurun karena anak mudah putus asa saat dihadapkan pada tugas yang
menantang serta prestasi akademis yang berada di bawah rata-rata dengan anak
seusianya.

E. MANIFESTASIKLINIK

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang
gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini
beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu
(Swaiman, 1989):

a. Kelainan padamata
b. Kejang
c. Kelainankulit
d. Kelainanrambut
e. Kepala
f. Perawakanpendek
g. Distonia
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai
berikut:

1) Retradasi MentalRingan

Keterampilan sosial dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-


tahun prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, defisit koognitif
tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik
mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya.

2) Retradasi MentalSedang

Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi sosial dirinya


mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika
dibandingkan retradasi mental ringan.

3) Retradasi MentalBerat

Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia


prasekolah sudah nyata ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin
kemampuan bahasanya berkembang. Jika perkembangan bahasanya buruk,
bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang.

4) Retradasi Mental SangatBerat

Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa


dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri
secara sederhana. Tetapi seringkali masih membutuhkan perawatan orang
lain.Terdapat ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian
dari gangguan retradasi mental, yaitu hiperakifitas, toleransi frustasi yang
rendah, agresi, ketidakstabilan efektif, perilaku otoric stereotipik berulang,
dan perilaku melukai diri sendiri.

F. PATOFISIOLOGI

Disabilitas intelektual merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup


sehari-hari. Disabilitas intelektual ini termasuk kelemahan atau
ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum
usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ
70 sampai 75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaftif: berbicara dan berbahasa,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, ke rumahtanggaan, ketrampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab Disabilitas
intelektual bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis Disabilitas intelektual ditetapkan secara dini pada masa kanak-
kanak.
G. ClinicalPathway

Prenatal

RetardasiMental Perinatal

Pasca natal Ketidakmampuankognitif

(IQ <70-75)

Berbicara berbahasa ketrampilanmerawat

Gangguanpertumbuhan Gangguankomunikasi Kurang


perawatandiri

Dan perkembangan

H. PenatalaksanaanMedis

Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier.

a. Pencegahan primer adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan


atau menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan tersebut
termasuk pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat umum, usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan
untuk menjaga dan memperbaharui kebijakan kesehatan masyarakat,
aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang
optimal, dan eredekasi gangguan yang diketahui disertai kerusakan system
saraf pusat. Konseling keluarga dan genetic dapat membantu.

b. Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat perjalanan


penyakit.

c. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk menekan kecacatan yang


terjadi. Dalam pelaksanaanya kedua jenis pencegahan ini dilakukan
bersamaan, yang meliputi pendidikan untuk anak: terapi perilaku, kognitif
dan psikodinamika; pendidikan keluarga; dan intervensi farmakologi.
Pendidikan untuk anak harus merupakan program yang lengkap dan
mencakup latihan keterampilan adaptif, sosialn, dan kejuruan. Satu hal
yang penting dalam mendidik keluarga tentang cara meningkatkan
kopetensi dan harga diri sambil mempertahankan harapan yangrealistic.

Untuk mengatasi perilaku agresif dan melukai diri sendiri dapat digunakan
naltrekson. Untuk gerakan motorik stereotopik dapat dipakai antipsikotik
seperti haloperidol dan klorpromazin. Perilaku kemarahan eksplosif dapat
diatasi dengan penghambat beta seperti propranolol dan buspiron. Adapun
untuk gangguan deficit atensi atau hiperktivitas dapat digunakan metilpenidat.

I. Komplikasi

a. Serebral palcy
b. Gangguankejang
c. Gangguankejiwaan
d. Gangguan konsentrasi/hiperaktif
e. Defisitkomunikasi
f. Konstipasi
BAB II TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PM “DK” DENGAN MASALAH


KETIDAKEFEKTIFAN KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT
PERSEPSI KONTROL YANG TIDAK ADEKUAT DITANDAI DENGAN
KETIDAK MAMPUAN MENGHADAPI SITUASI
DI BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG

Nama : BAYU PUTRAPRADHANA


Tanggalpengkajian : 24 Mei 2017
Tempatpengkajian : BBRSBG KartiniTemanggung

A. Identitas
1. PenerimaManfaat
a. N ama : DK
b. NIR :-
c. Klasifikasi :Debil
d. JenisKelamin :Laki-laki
e. Tempattanggal lahir : Jakarta, 6 Desember1991
f. Agama :Islam
g. Pendidikan :TK
h. Alamat : Jl. Mujaer No. 14 RT 001/04, Kel.
Sugihwaras, Kecamatan Pemalang,Kab.
Pemalang
i. TanggalMasuk : 26 September2017

2. PenanggungJawab
a. Nama : Tn. R
b. Umur :Tahun
c. Jenis kelamin :Laki-laki
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : PNS
f. Alamat :Jl.MujaerNo.14RT001/04,Kel.
Sugihwaras, Kecamatan Pemalang, Kab.Pemalang
g. Hubungan : AyahPM

B. Pola FungsionalGordon
1. Pola persepsi dan manajemenkesehatan
PM mengatakan bahwa kesehatan itu penting. Apabila PM merasa tidak
enak badan, PM menyampaikan kepada Pembimbing Asrama lalu
memeriksakan diri ke perkes yang ada di BBRSBG KartiniTemanggung.
2. Pola Nutrisi
PM makan 3x sehari, makan sering habis. Kebutuhan cairan PM terpenuhi
dan PM ada pantangan dengan udang dan ikan laut. PM selalu makan
dengan teman-temannya. Dan setelah makan PM selalu berdoa dan
membereskan piring serta gelasnya di tempat yang sudah disediakan.
3. PolaEliminasi
PM mengatakan sehari BAB 1x dan BAK 4-5x, tidak memerlukan bantuan,
membersihkan genetaliannya sendiri dan mengontrol BAB/BAK.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitasnya PMlancar
ADL 0 1 2 3 4
Mandi 
Makan/minum 
Toileting 
Berpakaian 
Bergerak/berpindah 
Turun dari bed 
Berjalan 
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantualat
2 : dibantu oranglain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : dibantutotal
5. Pola Istirahat dan Tidur
Istirahat PM dalam sehari cukup, dan setelah pulang sekolah biasanya PM tidur
siang
6. Pola kognitif danpersepsi
PM berespon bila diajak berkomunikasi, PM tidak ada hambatan dalam
berkomunikasi. PM juga berkenan untuk menceritakan tentang dirinya dan
keluarganya.

7. Pola persepsi diri dan konsepdiri


Beberapa bulan terakhir PM sangat rajin dalam bidang kerumah tanggaan,
tetapi perlu pendampingan karena belum bisa melakukan dengan benar. Tetapi
terkadang jika apa yang diinginkan tidak terpenuhi suka ngambek dan juga
sering pergi tanpa pamit.
8. Pola Peran DanHubungan
Hubungan PM dengan keluarga baik, PM sering menelpon keluarga untuk
mengungkapkan rasa kangen yang PM rasakan. Hubungan PM dengan teman
asrama, kelas, guru dan pengasuh juga baik.
9. Polaseksualitas
PM berjenis kelamin laki-laki.
10. Pola koping dan toleransistress
PM terkadang marah/ngambek jika kegiatan/pekerjaan, keadaan, kenginan
tidak sesuai dengan yang PMinginkan.
11. Pola nilai dankeyakinan
PM beragama Islam. Ketaatan dalam melaksanakan sholat perlu diingatkan.
PM selalu sholat di kamar tidak pernah diMasjid

C. Pengumpulan Data
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum:Baik
b. Kepala :Mesochepal
c. Rambut :Berwarna hitam, pendek dan sedikitikal
d. Mata :Konjungtiva tidak anemis, dapat membedakan
warna
e. Hidung :Bersih, fungsi penciuman normal
f. Mulut :Mukosa bibir lembab, tidak terdapat gigi berlubang
dan karies gigi, serta tidak adasariawan
g. Telinga : Pendengaran baik, telingasimetris.
Serumen dalam batas normal dan daun telinga
bersih
h. Leher : Tidak ada pembesaran tonsil dan kelenjartyroid
i. Dada : Bentuk dada kanan dan kiri simetris, tidakada
suara tambahan
j. Abdomen :
I : tidak ada lesi, tidak ada askites
A : Bising usus12x/menit
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
hepar
P : tympani
k. Ekstermitas : Kuku bersih, jari-jari lengkap,
kemampuan memegang bendabaik
l. Kulit : Turgor kulit elastis, cukup bersih, warnakulit
Gelap
D. Kondisi PenerimaManfaat
1) Aspek Fisik danKesehatan
a. Umur : 25 tahun, Berat badan 92 kg,
Tinggi badan 167 cm.
b. Keadaananggotabadan : Normal
c. Fungsipendengaran : Normal, tidak adagangguan
d. Fungsipenglihatan : PM dapat membedakan warna
e. Fungsibicara : Baik/jelas
f. Koordinasimotorik : Normal
g. Mobilitasfisik : Normal
h. Tipologifisik :Tidak menampakan tipologikhusus
i. Penyakit yangpernahdiderita : Dalam batas wajar, tidak ada
demamsampai
Kejang, kesehatan baik.
j. Penyakitseringdiderita : Batuk, pilek
k. PM alergi dengan ikan laut danudang

2) AspekMental
a. Kemampuan baca tulis hitung : PM dapat membaca,penjumlahan
dan pengurangan 1-20 menggunakan
alat hitung.
b. Hitungan fungsional : mengenal uang s/d Rp.100.000,
dapat menggunakan s/d Rp. 10.000
c. Pengetahuanumum : Baik, mampu mengenalsaran
umum dan mampu memanfaatkan
dengan pendampingan.
d. Pengenalansopansantun : dapat berlaku danmenghormati
pada orang lain.
e. Pengetahuankeagamaan : cukup, ketaatan beribadah : sholat5
Waktu dengan pendampingan.
f. Penyimpanganperilaku : mudah marah
g. Kadaremosi : kurangstabil
h. Hobby : belum Nampak

3) Aspek Sosial
a. Pengenalandiri
PM mengenal keluarga dan diri sendiri dengan baik.
b. Pemenuhan kebutuhansendiri
Baik, mampu untuk makan minum, ke WC, serta dapat berpakaian
dengan mandiri.
c. Pemenuhan kebutuhanumum/bersama
Cukup, anak mampu menyapu lantai, mengepel lantai, ambil air, dan
mampu mencuci pakaiannya sendiri meskipun masih diperlukan
bimbingan.
d. Kemampuan menerima/menyampaikanpesan/perintah
Kurang, apabila PM disuruh untuk melakukan hal yang kurang PM
sukai dan di paksa PM bisa marah.
e. Kemampuan penyesuaian diri danbergaul
Baik, mengikuti kegiatan bersama teman-temannya.
4) AspekVokasional
a. Kemampuanmelakukan pekerjaan : cukup
b. Kemauanmenerimainstruksi : cukup
c. Kecekatan dalammelaksanakanpekerjaan : Baik, perlu
pendampingan
d. Tanggung jawabterhadappekerjaan : Kurang,perlu
pengawasan.
e. Wawasanterhadappekerjaan : Baik, PM
mengetahui
Pentingnya pekerjaan
Yangdilakukan
f. Jenis-jenis pekerjaanyangdisenangi : Ketrampilan/
kerajinan kayu
g. Jenis-jenis pekerjaan yangdikuasai : Ketrampilan/
kerajinan kayu
h. Jenis pelatihan yangdiharapkan : Kesabaran

E. Latar BelakangMasalah
PM ”DK” pernah sekolah sampai dengan SMPLB, berasal dari
keluarga yang mampu, kehidupan PM tercukupi, PM tinggal di daerah kota,
kedua orang tuanya bekerja sebagai PNS. PM “DK” tinggal bersama ayah,
ibu serta saudaranya. DK masuk pertama di BBRSBG karena orang tua PM
dan PM sendiri ingin mendapakankan pendidikan yang lebih. Kondisi PM
mudah untuk diajak komunikasi karena tidak ada masalah verbal. PM juga
menceritakan terakhir dia marah adalah saat uang saku PM telah habis dan
PM memaksa meminta pada pembimbing, karena kemauannya tidak
terturuti PM langsungmarah-marah.
Pada saat ini emosi PM sedang baik, akan tetapi bisa sewaktu-waktu
marah saat kamuan tidak terturuti atau bila ada perintah yang tidak PM
sukai dan harusdilakukan.

F. PengelompokanData
DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF
1. PM tampak antusias dalam 1. PM mengatakan terakhir marah
mengikuti kegiatan dikelas. saat uang saku habis dan tidak
2. PM sering tampak tidak sabar mendapat uangsaku.
dalam menyelesaikan pekerjaan 2. PM mengatakan senang di kelas
di kelas. kerajinan kayu karena dapat
3. Hasil pekerjaan PM dalam mengikuti kegiatan di kelass
kerajinan kayu kurang maksimal tersebut.
karena PM kurang bersabar 3. PM mengatakan senangdengan
dalam menyelesaikanpekerjaan. teman sekelas dan dapat
4. PM dapat berkomunkasi bekerjasama.
denganbaik kepadateman 4. PM mengatakan tidak ingin
5. PM dapat bekerjasama untuk marah namun bila ada sesuatu
melakukan tugas dari yang membuat dia kesal dia
pembimbing tetap marah
6. PM dapat menerima tugas yang .
diberikanpembimbing
7. PM tampak murung bila disuruh
untuk melakukan hal yang tidak
diasukai

G. ANALISADATA
Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
15 Mei DO: Ketidak Gangguan pola
2017 - PM tampak efektifan koping melepaskan
murung bila ketegangan
disuruh untuk
melakukan hal
yang tidak dia
sukai.
- PM sering tampak
tidak sabar dalam
menyelesaikan
pekerjaan dikelas.
- Hasil pekerjaan
PM dalam
kerajinan kayu
kurang maksimal
karena PMkurang
bersabar dalam
menyelesaikan
pekerjaan.
DS :
- PM mengatakan
terakhir marah saat
uang saku habis
dan tidak
mendapat uang
saku.
- PM mengatakan
tidak ingin marah
namun bila ada
sesuatu yang
membuat diakesal
dia tetap marah..

H. DiagnosaKeperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf
Ditemukan Teratasi
1. Ketidakefektifan koping 23 Mei 2017 25 Mei
berhubungan dengan tingkat 2017
persepsi kontrol yang tidak
adekuat ditandai dengan ketidak
mampuan menghadapisituasi

I. Perencanaan
Hari/ Tanggal : Senin, 22 Mei 2017
N DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL TINDAKAN
1 Ketidakefektifan NOC : 4360 Modifikasi
koping Setelah dilakukan Perilaku
Definisi: tindakan keperawatan - Tentukan motivasi PM
Ketidakmampuan selama 2 x 24 jam terhadap [perlunya]
untuk membentuk ketidakefektifan koping perubahan[perilaku]
penilaian tentang teratasi dengan - Dukung untuk
stresor, ketidak Outcome: mengganti kebiasaan
adekuatan pilihan 1302 Koping yang tidak diinginkan
respons yang ...02 dengan kebiasaan yang
dilakukan, dan/atau Mengidentifikasi diinginkan
ketidakmampuan pola koping yang - Berikan jaminan
untuk menggunakan tidak efektif bahwa intervensi
sumber daya yang ...03 Menyatakan diimplementasikan
tersedia perasaan akan secara konsisten oleh
Faktor yang kontrol [diri] semuastaf
berhubungan: ...05 Menyatakan - Dukung untuk
tingkat persepsi penerimaan terhadap memeriksa
kontrol yang tidak situasi perilakunyasendiri
adekuat ...22 Menggunakan - Identifikasi masalah
sistem dukungan pasien terkait dengan
personal istilahperilaku
...12 Menggunakan - Kembangkan
strategi koping yang program perubahan
efektif perilaku
- Ajarkan cara
menahan emosi dari
sisispiritual
J. Implementasi
Hari/Tgl Dx Implementasi Respon PM Paraf
Selasa, 1 Menentukan motivasi DS:
23 Mei PM terhadap - PM mengatakan
2017 [perlunya] perubahan bersedia diberi
[perilaku] motivasi
- Mendukung untuk - PM mengatakan ia
mengganti kebiasaan sering marah bila
yang tidak sesuatu yang
diinginkan dengan dikehendakinya tidak
kebiasaan yang terturuti dan akan
diinginkan mengganti kebiasan
- Memberikan marah itu dengan cara
jaminan bahwa mendengarkan lagu di
intervensi musicbox.
diimplementasikan - Guru kelas dan
secara konsisten oleh pembimbing asrama
semuastaf bersedia untuk selalu
- Mendukung untuk mengingatkan PM
memeriksa untuk dapat menahan
perilakunyasendiri marah.
- Mengidentifikasi - PM mengatakan belum
masalah pasien terbiasa mengucapkan
terkait dengan istilah bacaan istighfar saat
perilaku merasa kesal, namun
- Mengembangkan akan berusaha untuk
program perubahan mengucapkan bacaan
perilaku tersebut saat sedang
- Melatih PM kesal
menahan emosi DO:
dengan cara-cara - PM dapat menerima
spiritual motivasi, dapat
(mengucapkan mengetahui dampak
istighfar) apabilamarah.
- PM dapat
mengucapkan bacaan
istighfar
Rabu, 1 Menentukan motivasi DS:
24 Mei PM terhadap - PM mengatakan sudah
2017 [perlunya] perubahan mengucapkan bacaan
[perilaku] ishtighfar saat ada
- Mendukung untuk teman yang mebuat
mengganti kebiasaan sedikitkesal
yang tidak - PM mengatakan ketika
diinginkan dengan ada sesuatu yang
kebiasaan yang membuat kesal PM
diinginkan akan mengucapkan
- Memberikan bacaan ishtighfar agar
jaminan bahwa tidakmarah
intervensi DO:
diimplementasikan - Hari ini PM tidak
secara konsisten oleh marah karena dapat
semuastaf menahanemosi
- Mengembangkan
program perubahan
perilaku
- Mengajarkan PM cara
berpamitan yang baik
danbenar
- Melatih PM menahan
emosi dengan cara-
cara spiritual
(mengucapkan
istighfar)

K. Evaluasi
Hari/ DX Catatan Perkembangan Paraf
Tgl
Selasa, 1 S:
23 Mei - PM mengatakan bersedia diberimotivasi
2017 - PM mengatakan ia sering marah bila sesuatu yang
dikehendakinya tidak terturuti dan akan mengganti
kebiasan marah itu dengan cara mendengarkan
lagu di musicbox.
- PM mengatakan belum terbiasa mengucapkan
bacaan istighfar saat merasa kesal, namun akan
berusaha untuk mengucapkan bacaan tersebut saat
sedangkesal
O:
- PM dapat menerima motivasi, dapat mengetahui
dampak apabilamarah.
- PM dapat mengucapkan bacaan istighfar
A: Masalah teratasisebagian
P: Lanjutkan intervensi:
- Memberikan tambahan motivasi kepadaPM
- Mendukung untuk mengganti kebiasaan yang
tidak diinginkan dengan kebiasaan yang
diinginkan
- Mengembangkan program perubahanperilaku
- Menekankan PM untuk menucapkan istighfar
ketika merasakesal
- Memberikan pujian apabila PM mengucapkan
istighfar saat marah dan ketika PM melakukanhal
dengan baik.
Rabu, 2 S:
24 Mei - PM mengatakan sudah sedikit menerapkan
2017 mengucapkan bacaan istighfar saat sedangkesal
- PM mengatakan dalam 3 hari ini bisa menahan
emosi/kemarahan.
O:
- PM dapat megucapkan bacaan istighfar saat kesal
namun masihjarang.
- Tidak ada laporan dalam kurun waktu 3 hari ini
bahwa PMmarah
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkanintervensi:
-Menentukan motivasi PM terhadap [perlunya]
perubahan[perilaku]
- Mendukung untuk mengganti kebiasaan yang
tidak diinginkan dengan kebiasaan yang
diinginkan
- Memberikan jaminan bahwa intervensi
diimplementasikan secara konsisten oleh semua
staf
- Mengembangkan program perubahanperilaku
- Menekankan PM untuk mengucapkan istighfar
saatmarah
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengkajian saya adalah :
1. Secara fisik PM normal, tidak menunjukan tipologi khusus. PM juga tidak
menunjukan adanya gangguan perilaku, akan tetapi apabila ada hal tidak
PM inginkan/sukai PM bisamarah.
2. Dalam hal ini Intervensi dan implementasi untuk merubah sikap PM harus
dilakukan secara berulang dan terus menerus agar PMterbiasa.
3. Perkembangan PM semakin baik

B. SARAN
1. Kepada penerimamanfaat
a. Lebih giatlah belajar dan jangan mudah bosan dalam melakukan
pekerjaan
b. Banyak berdiskusi dengan teman ataupembimbing
c. Lebih terbuka dengan teman atau gurupembimbing
d. Jangan mudah marah apabila ada hal yang tidakterpenuhi
e. Tetap semangat, giat dan ceria agar cita-citamutercapai
2. Pembimbingasrama
a. Lebih dekat dengan PM
b. Sering mengajak berkomunikasi dengan apa yang sedang dirasakanPM
c. Memberi motivasi padaPM
d. Mengajarkan untuk tidak cepat marah atau mengontrol emosi dari sisi
spiritual.
3. Pembimbingkelas
a. Tetap memotivasiPM
b. Lebih memperhatikanPM
c. Selalu menasehati PM dengan bahasa yang baik/lembut
d. Mengajarkan PM agar tidak mudah bosan dalam melakukan pekerjaan di
kelas
e. Mengajarkan tentang kesabaran kepadaPM
4. Perawat
a. Memperhatikan kesehatan PM secaraumum
b. Lebih kreatif dalam cara menarik perhatian para PM untuk merawat
kesehatannya

Anda mungkin juga menyukai