Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK:

TUNAGRAHITA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing:
bu Metia Ariyanti, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
Ibu Nursyamsiyah, M.Kep
Ibu Hj. Sri Kusmiati, M.Kes
Ibu Hj. Henny Cahyaningsih, M..Kes., AIFO

Oleh:

Rianti Putri Haroni

P17320121072

2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


BANDUNG

D-III KEPERAWATAN BANDUNG

2023
BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian

Tunagrahita adalah salah satu sebutan dari bentuk cacat mental pada manusia
atau disebut juga dengan berkebutuhan khusus. Dimana seseorang memiliki
keterbelakangan mental yang dialami sejak lahir. Keterbelakangan mental maksudnya
disini adalah seseorang yang memiliki tingkat IQ dibawah rata-rata, dan kesulitan
dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan sehari-hari sendiri seperti, makan, mandi,
buang air besar atau kecil, dan bersosialisasi maupun dalam menerima pelajaran.
Kemmis dan Rosnawati (2013) menjelaskan “tunagrahita adalah individu yang secara
signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal, dengan skor IQ sama
atau lebih rendah dari 70. Intelegensi yang dibawah rata-rata anak normal, jelas ini
akan menghambat segala aktivitas kehidupannya sehari-hari, dalam bersosialisasi,
komunikasi, dan yang lebih menonjol adalah ketidakmampuan dalam menerima
pelajaran yang bersifat akademik sebagaimana anak-anak sebayanya” (h:1).

Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang


mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita
dikenal dengan keadaan keterbelakangan mental atau retardasi mental (Delphie,
2014).

Tunagrahita sering kali disebut-sebut sebagai orang yang memiliki


keterbelakangan mental bahkan ada pula yang mengatakan bahwa tunagrahita adalah
orang idiot atau orang yang tidak berguna. Dari kekurangan yang dimiliki oleh
penderita tunagrahita, beberapa orang menganggap bahwa tunagrahita adalah orang
aneh, tidak dapat bergaul dan tidak dapat mengurus diri sendiri. Banyaknya orang
yang tidak mau bergaul dengan anak tunagrahita karena sikap dan bahasa tubuh yang
tidak biasa. Ini karena tingkah laku tunagrahita yang memiliki keterbelakangan
mental yang menjadi salah satu faktor penyebabnya. Terkadang dari orang tua
ataupun keluarga masih ada yang merasa malu jika anaknya mengalami cacat mental.
Oleh karena itu, kebanyakan tunagrahita terutama tingkat berat lebih suka untuk
mengurung bahkan memasung anak dengan cacat mental atau tunagrahita daripada
memperkenalkan pada lingkungan.
B. Etiologi

Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita.


Para ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab ini
menjadi beberapa kelompok Strauss (Amin, 1995: 63) mengelompokkan faktor-faktor
tersebut menjadi dua gugus yaitu :

1. Endogen atau yang berasal dari sel keturunan.


2. Eksogen, seperti virus yang menyerang otak, benturan, radiasi dan lain-lain
yang tidak bisa diturunkan.

Menurut Sudrajat & Rosida (2013: 21-22) bahwa penyebab tunagrahita yaitu:

1. Sebelum lahir (prenatal)


2. Kelahiran (natal)
3. Setelah lahir (postnatal)
4. Faktor sosio-kultural atau sosial budaya lingkungan
5. Gangguan metabolisme/nutrisi
6. Gangguan waktu kehamilan.

Menurut Bandi (2013) beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering


ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan.

1. Faktor Keturunan
a. Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat
dari bentuknya dapat berupa inversi (kelainan yang menyebabkan
berubahnya urutan gen karena melihatnya kromosom; delesi
(kegagalan meiosis, yaitu salah satu pasangan kromosom tidak
membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel);
duplikasi (kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga terjadi
kelebihan kromosom pada salah satu sel lainnya); translokasi (adanya
kromosom yang patah dan patahannya menempel pada kromosom
lainnya).
b. Kelainan gen, kelainan ini terjadi pada saat imunisasi, tidak selamanya
tampak dari luar (tetap dalam tingkat genotif).
2. Faktor Gangguan Metabolisme dan Gizi

Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam


perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan
metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat mengakibat
terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu.

3. Faktor Infeksi dan Keracunan

Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama


janin masih berada didalam kandungan. Penyakit yang dimaksud antara lain
rubella yang mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan
pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan sangat kurang saat lahir,
dan syphilis bawaan.

4. Faktor Trauma dan Radioaktif

Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau


terkena radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan.
Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh kelahiran
yang sulit sehingga memerlukan alat bantuan.

5. Faktor Masalah pada Kelahiran

Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang


disertai dengan hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak,
kejang dan nafas pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma
mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.

6. Faktor Lingkungan

Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya


ketunagrahitaan, bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan
dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan
menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan.
C. Patofisiologi

Para ahli menyebutkan bahwa penyebab terjadinya ketunagrahitaan pada


seseorang yaitu, dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti
penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen). Gangguan fisiologis dan virus dapat
menyebabkan tunagrahita. Virus tersebut diantaranya rubella (campak jerman), virus
ini sangat berbahaya dan berpengaruh sangat besar pada trimester pertama saat ibu
mengandung, karena akan memberi peluang timbulnya ketunagrahitaan pada bayi
yang dikandungnya. Bentuk gangguan fisiologis lain adalah rhesus faktor, mongoloid
(penampakan fisik mirip keturunan orang mongol) sebagai akibat gangguan genetik,
dan kretinisme atau kerdil sebagai gangguan akibat gangguan kelenjar tiroid. Adanya
disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Peningkatan tekanan yang
terjadi pada otak menyebabkan kemunduran fungsi otak. Selain itu, keadaan cerebral
anoxia, yaitu kekurangan oksigen dalam otak juga menyebabkan otak tidak berfungsi
dengan baik. Kelainan otak dapat terjadi pada saat pertumbuhan, masa prenatal, natal,
maupun postnatal.

D. WOC
E. Manifestasi Klinis
1. Kecerdasan sangat terbatas
2. Ketidakmampuan sosial, yaitu tidak mampu mengurus diri sendiri sehingga
selalu memerlukan bantuan orang lain
3. Keterbatasan minat
4. Daya ingat lemah
5. Emosi sangat labil
6. Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitarnya
7. Hydrocephalus
8. Microcephalus
9. Macrocephalus
F. Pemeriksaan Penunjang

Untuk mengetahui adanya tunagrahita atau dengan kata lain retardasi mental
perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium.

1. Pemeriksaan diagnostik meliputi LED, IgG/IgM, dan BUN


2. Pemeriksaan radiologi meliputi pemeriksaan EEG, CT Scan, dan thorax
AP/PA
3. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan serum elektrolit (SE) atau
virus
G. Penatalaksanaan

Penanganan pada anak tunagrahita dapat dilakukan melalui pendidikan dan


pelatihan bagi penderita tunagrahita sehingga anak yang mengalami tunagrahita
diharapkan nantinya dapat hidup secara mandiri tanpa memerlukan bantuan dari orang
lain, tujuan dari pelatihan dan pendidikan pada anak tunagrahita antara lain:

1. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki


sebaik-baiknya.
2. Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah
3. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan mereka
berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain dapat berkurang atau
bahkan hilang. Untuk meningkatkan perhatian mereka dapat dilakukan adalah
dengan merangsang indra mereka. Beberapa jenis pelatihan yang dapat
diberikan kepada penderita tunagrahita yaitu:
a. Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersih badan, berpakaian
sendiri, dan lain-lain
b. Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap sosial
c. Latihan teknis: latihan yang diberikan sesuai minat dan jenis kelamin
penderita
d. Latihan moral: berupa pengenalan dan tindakan mengenal hal-hal yang
baik dan buruk secara moral
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data identitas

Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab

2. Riwayat kesehatan sekarang

Anamnesa bagaimana sikap anak dirumah dan disekolah

3. Riwayat kesehatan dahulu

Anamnesa pada pengkajian apakah pasien pernah dirawat di RS atau pernah


mengalami operasi, lalu riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu,
dan juga anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak.
Apakah ada alergi, riwayat kehamilan, bagaimana pola tidurnya, kebersihan
diri, aktivitas bermain, dan eliminasi (BAK dan BAB).

4. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran umum : compos mentis, apatis, delirium, somnolen, stupor, koma
b. Tanda-tanda vital : TD (normal, 90-100 mmHg sistolik dan 60 mmHg
diastolik), nadi (80-130x/ menit), respirasi (30-60 napas per menit), dan suhu
(36,6-38 derajat celcius).
c. Ukuran anthropometric : tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala, lingkar
lengan atas
d. Mata : Kedua matanya simetris atau tidak, konjungtivanya anemis atau tidak,
ada edema atau tidak, reflek pupil baik atau tidak, dan apakah ada kelainan
lain pada mata.
e. Hidung : Bentuk hidung simetris atau tidak, apakah ada gangguan pada
saluran pernafasannya, ada nyeri tekan atau tidak
f. Mulut : Biasanya terdapat terlihat kotor karena terjadinya defisit perawatan
diri, apakah mukosa bibir dan mulut nya kering atau lembab
g. Telinga : Apakah fungsi pendengarannya baik atau tidak, dilihat ada sekret
atau tidak dan kelainan lainnya yang terjadi pada fungsi pendengaran.
h. Leher : Apakah terdapat peningkatan JVP atau tidak, adanya pembesaran
kelenjar tiroid atau tidak, dan apakah ada nyeri tekan di sekitar lehernya
i. Dada : - Paru, bila terjadi perubahan pola nafas dan ketidakefektifan jalan
nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi otot bantu
pernafasan dan suara nafas tambahan. - Jantung, terdengar suara jantung 1 dan
2
j. Abdomen : Bising usus terdengar, apakah ada pembesaran hepar atau tidak,
apakah ada bekas luka atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak
k. Punggung : Dilihat apakah ada kelainan pada punggungnya
l. Genitalia dan Anus : Eliminasi dapat terganggu berupa diare karena personal
hygiene nya kurang , tetapi untuk eliminasi urine tidak terganggu
m. Ekstremitas : Apakah ada edema atau tidak, CRT normal < 3 detik, apakah
kekuatan ototnya bagus atau tidak, dilihat apakah ada luka atau tidak
B. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan psikologis (D.0119)
2. Defisit perawatan diri b.d gangguan psikologis
3. Gangguan interaksi sosial b.d hambatan perkembangan
4. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan kognitif
5. Resiko cedera d.d perubahan fungsi psikomotor dan kognitif
C. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

(D.0119) Gangguan (L.13118) Setelah (I.13492) Promosi Komunikasi:


dilakukan intervensi Defisit Bicara
komunikasi verbal b.d
keperawatan selama Observasi
hambatan psikologis 3x8 jam diharapkan 1. Monitor progress kognitif,
komunikasi verbal anatomis, dan fisiologis yang
meningkat dengan berkaitan dengan bicara (mis,
kriteria hasil: memori, pendengaran dan
1. Kemampuan bahasa)
berbicara meningkat 2. Identifikasi perilaku emosional
2. Kemampuan dan fisik sebagai bentuk
mendengar komunikasi
meningkat Terapeutik
3. Kesesuaian 3. Gunakan metode komunikasi
ekspresi wajah/tubuh alternatif (mis. menulis, mata
meningkat berkedip, papan komunikasi
dengan gambar dan huruf)
4. Sesuaikan gaya komunikasi
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

dengan kebutuhan (mis. berdiri


di depan pasien, dengarkan
dengan seksama, dan lain-lain)
5. Ulangi apa yang disampaikan
pasien
6. Berikan dukungan psikologis
Edukasi
8. Mengajarkan untuk berbicara
secara perlahan
9. Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomis, dan
fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan bicara
Kolaborasi
10. Rujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis

(D.0109) Defisit (L.11103) Setelah (I.11348) Dukungan Perawatan


dilakukan intervensi Diri
perawatan diri b.d
keperawatan selama Observasi
gangguan psikologis 3x8 jam diharapkan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
perawatan diri perawatan diri sesuai usia
meningkat dengan 2. Monitor tingkat kemandirian
kriteria hasil: 3. Identifikasi kebutuhan alat
1. Kemampuan mandi bantu kebersihan diri,
meningkat berpakaian, berhias, dan makan
2. Kemampuan Terapeutik
mengenakan pakaian 4. Sediakan lingkungan yang
meningkat terapeutik (mis: suasana hangat,
3. Kemampuan rileks, privasi)
makan meningkat 5. Siapkan keperluan pribadi
4. Kemampuan ke (mis: parfum sikat gigi, dan
toilet meningkat sabun mandi)
6. Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
7. Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
8. Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
9. Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
Edukasi
10. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

(D.0118) Gangguan (L.13115) Setelah (I.13484) Modifikasi Perilaku


dilakukan intervensi Keterampilan Sosial
interaksi sosial b.d
keperawatan selama Observasi
hambatan perkembangan 3x8 jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab
interaksi sosial kurangnya keterampilan sosial
meningkat dengan 2. Identifikasi focus pelatihan
kriteria hasil: keterampilan sosial
1. Perasaan nyaman Terapeutik
dengan situasi sosial 3. Motivasi untuk berlatih
meningkat keterampilan sosial
2. Perasaan mudah 4. Beri umpan balik positif (mis:
menerima atau pujian atau penghargaan)
mengkomunikasikan terhadap kemampuan sosialisasi
perasaan meningkat 5. Libatkan keluarga selama
3. Responsif pada Latihan keterampilan sosial, jika
orang lain meningkat perlu
4. Minat melakukan Edukasi
kontak emosi 6. Edukasi keluarga untuk
meningkat dukungan keterampilan sosial
5. Minat melakukan 7. Latih keterampilan sosial
kontak fisik secara bertahap
meningkat

(D.0054) Gangguan (L.05042) Setelah (I.05173) Dukungan Mobilisasi


dilakukan intervensi Observasi
mobilitas fisik b.d
keperawatan selama 1. Identifikasi adanya nyeri atau
gangguan kognitif 3x8 jam diharapkan keluhan fisik lainnya
mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik
meningkat dengan melakukan pergerakan
kriteria hasil: 3. Monitor frekuensi jantung dan
1. Pergerakan tekanan darah sebelum memulai
ekstremitas mobilisasi
meningkat 4. Monitor kondisi umum selama
2. Kekuatan otot melakukan mobilisasi
meningkat Terapeutik
3. Rentang gerak 5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
(ROM) meningkat dengan alat bantu (mis: pagar
tempat tidur)
6. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
8. Jelaskan pada keluarga pasien
tujuan dan prosedur mobilisasi
9. Ajarkan mobilisasi sederhana
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

yang harus dilakukan (mis:


duduk di tempat tidur, duduk
disisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

(D.0136) Resiko cedera (L.14136) Setelah (I.14513) Manajemen


dilakukan intervensi Keselamatan Lingkungan
d.d perubahan fungsi
keperawatan selama Observasi
psikomotor dan kognitif 3x8 jam diharapkan 1. Identifikasi kebutuhan
tingkat cedera keselamatan (mis: kondisi fisik,
menurun dengan fungsi kognitif, dan Riwayat
kriteria hasil: perilaku)
1. Kejadian cedera 2. Monitor perubahan status
menurun keselamatan lingkungan
2. Luka/lecet Terapeutik
menurun 3. Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan (mis: fisik, biologi,
kimia), jika memungkinkan
4. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan risiko
5. Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan (mis: commode chair
dan pegangan tangan)
6. Gunakan perangkat pelindung
(mis: pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci, pagar)
Edukasi
7. Ajarkan individu, keluarga,
dan kelompok risiko tinggi
bahaya lingkungan
(I.14537) Pencegahan Cedera
Observasi
1. Identifikasi area lingkungan
yang berpotensi menyebabkan
cedera
2. Identifikasi obat yang
berpotensi menyebabkan cedera
3. Identifikasi kesesuaian alas
kaki atau stocking elastis pada
ekstremitas bawah
Terapeutik
4. Gunakan alas kaki jika
berisiko mengalami cedera serius
5. Diskusikan mengenai latihan
dan terapi fisik yang diperlukan
6. Diskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang sesuai (mis:
tongkat atau alat bantu jalan)
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

Edukasi
7. Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Haerani Nani (2015), Konsep Dasar Penyakit Tunagrahita.


(DOC) LP-Tunagrahita | nani haerani - Academia.edu [Internet]. Diakses
tanggal 16/05/2023
Ayu Dea Utam (2016), Tunagrahita.
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/706/jbptunikompp-gdl-deaayuutam-35300
-10-unikom_d-i.pdf [Internet]. Diakses tanggal 16/05/2023
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan.Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan.Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan.Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai